Anda di halaman 1dari 11

PENGGUNAAN TERKOORDINASI PADA AREA

PENAMPUNGAN DAN PENAHAN BANJIR TERHADAP


BENCANA BANJIR TERKAIT URBANISASI
Studi Kasus : DAS Ciliwung Hilir

MAKALAH
sebagai Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Teknologi dan Rakayasa Lanskap (AL 5202)
Mata Kuliah Arsitektur Lanskap di Negara Berkembang (AL 5203)

Oleh
Bunga Djasmin Ramadhanty
NIM: 28920303
(Program Studi Magister Arsitektur Lanskap)

Dosen Pengampu:
Dr. Firmansyah, ST., MT
Dr. Medria Shekar Rani, ST., MT (AL 5203)
Asep Darmana, ST., MT (AL 5202)

Asisten:
Ira Prayuni ST., MT

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


Juni 2021
PENGGUNAAN TERKOORDINASI PADA AREA PENAMPUNGAN
DAN PENAHAN BANJIR TERHADAP BENCANA BANJIR TERKAIT
URBANISASI STUDI KASUS : DAS CILIWUNG HILIR
Cordinated Use Off Flood Storage
and Detentions Area Against Water
Related Disaster And Urbanization. ABSTRACT
Case Study: Downstream Channels
Of Ciliwwung Watershed Secara topografi, Jakarta merupakan area yang rendah dan dialiri oleh 13 aliran
sungai yang melintasi Jakarta. Jakarta menjadi kota yang potensial untuk
Bunga Djasmin Ramadhanty menjadi wilayah yang rawan tergenang banjir. Bencana banjir yang terjadi
Mahasiswa Program Studi Magister dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu yang disebabkan manusia dan
Arsitektur Lanskap SAPPK ITB yang disebabkan oleh alam. Tingkat urbanisasi yang tinggi, perubahan tata
Email: djasmiin@gmail.com guna lahan di DAS, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penurunan muka
tanah, dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian area sungai
Firmansyah memperparah kondisi bantaran sungai Ciliwung hilir. Hilangnya area
Staff Pengajar Magister Arsitektur sempadan yang semakin hari kerap dipadati oleh pemukiman padat penduduk
Lanskap SAPPK ITB semakin memperburuk sistem hidrologi alami. Hal ini tentunya tidak dapat
diselesaikan apabila hanya fokus terhadap perbaikan infrastruktur abu namun
Medria Shekar Rani perlu dilakukannya sebuah perubahan untuk mengembalikan sistem hidrologi
Staff Pengajar Magister Arsitektur seperti aslinya dengan pendekatan manajemen pengelolaan air yang
Lanskap SAPPK ITB berkelanjutan. Konsep sponge city yang tengah ramai diperbincangkan di China
terbukti berhasil mengurangi bencana banjir yang signifikan, dapat menjadi
Asep Darmana bahan studi banding bagi kota Jakarta yang memiliki karakteristik yang sama
Staff Pengajar Magister Arsitektur dari segi kepadatan penduduk kota Haikou, China. Sponge city
Lanskap SAPPK ITB diimplementasikan dengan menerapkan prinsip – prinsip dasar pada konsep
Water Sensitive Urban Design seperti rain water harvesting, bio-retention dan
Ira Prayuni constructed wetlands pada skala mikro maupun makro.
Staff Pengajar Magister Arsitektur
Lanskap SAPPK ITB Keywords: Banjir, Sponge City, Urbanisasi, Water Sensitive Urban Design

PENDAHULUAN Gambar 1. Bencana banjir selama 10 tahun terakhir

Daerah Khusus Ibukota merupakan pusat dari kegiatan Terkait pencemaran lingkungan perkotaan utamanya
ekonomi nasional. Tingginya laju ekspansi perkotaan dan pencemaran air, tanah dan air tanah, maka timbulan
pertumbuhan ekonomi diikuti dengan penurunan kualitas pencemaran dari domestik ini mempunyai andil yang
lingkungan yang mengancam kelangsungan siknifikan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
pembangunan yang berkelanjutan. Meningkatnya perkotaan. Secara geologis, Jakarta merupakan daerah
kejadian bencana seperti banjir dari tahun ke tahun seperti cekungan, secara geomorfologi Jakarta juga merupakan
dalam Gambar 1 adalah salah satu contoh dampak dari dataran banjir (flood plain). Dataran banjir merupakan
penurunan kualitas lingkungan. Pertumbuhan fisik (tata daerah yang terbentuk akibat proses sedimentasi saat
guna lahan) pada kawasan pinggiran di sekitar kota inti, terjadi banjir. Dataran banjir pada umumnya berada di
terutama yang merupakan wilayah perbatasan sekitar aliran sungai yang berkelok-kelok (meandering)
metropolitan, telah terjadi penguasaan lahan untuk atau pada titik pertemuan anak sungai dengan aliran
pengembangan perumahan, yang pada dasarnya sungai utama, seperti tergambar dalam Gambar 2. Dengan
merupakan inti dari pengembangan permukiman keberadaan 13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta,
perkotaan. Secara alamiah perkembangan lahan di maka memang cukup banyak dataran banjir yang tersebar
pinggiran diawali dan didominasi dengan pembangunan di wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, cukup bisa
perumahaan (Catanese, 1986). DKI Jakarta memiliki dimaklumi bahwa potensi banjir di wilayah DKI Jakarta
masalah tipikal yaitu peningkatan penduduk yang memang sangat tinggi. Namun disisi lain, faktor alam
disebabkan oleh laju urbanisasi dan pertumbuhan bukan menjadi penyebab utama dan satu – satunya
penduduk kota. Permasalahan tipikal ini berdampak bencana banjir yang terjadi di ibukota.
terhadap kondisi sanitasi perkotaan. Dampak berupa Faktor penyebab banjir sangat kompleks, antara lain:
penurunan kualitas lingkungan perkotaan dan  Curah hujan yang tinggi
menurunnya kesejahteraan masyarakat kota.  Perubahan penggunaan lahan yang pesat di
daerah aliran sungai
 Penyempitan badan dan bantaran sungai akibat
dampak peningkatan jumlah penduduk dan
perkembangan wilayah
 Pendangkalan sungai akibat sedimentasi dan
sampah
 Adanya penurunan muka tanah baik secara
alami maupun akibat kegiatan manusia

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 2 2014 1


 Pengaruh pasang surutnya air laut dan kenaikan penduduk di atas 2.000 orang/km2. Bahkan kota-kota di
muka air laut Provinsi Jakarta kepadatan penduduknya di atas 12.000
 Masih rendahnya kepedulian masyarakat orang/km2 sampai mendekati 20.000 orang/m2.
terhadap fungsi dan manfaat sungai Statusnya sebagai ibukota negara membuat kota-kota di
Jakarta harus menampung jumlah penduduk yang
sedemikian besar.
Gambar 4. Perkembangan tutupan lahan di Jakarta

Gambar 2. Blok diagram Dataran Banjir dan meander


sungai.
Hal ini terlihat dari kondisi DAS Ciliwung yang semakin Jumlah penduduk yang meningkat pesat membuat
kritis. Lebih dari 50% penutupan lahan DAS Ciliwung
perubahan penutupan lahan menjadi pemukiman juga
pada bagian hulu maupun hilir sebagian besar adalah
meningkat luas dan pertumbuhannya. Hal ini didukung
permukiman dengan tipe rumah dan luas tanah yang rata- oleh data yang menunjukkan pada tahun 1972 kota Jakarta
rata sempit. Penanaman pohon di areal permukiman
masih sedikit pemukiman, namun pada tahun 2002 sudah
sudah tidak memadai untuk meresapkan air ke dalam hampir semua tertutup pemukiman. Pertumbuhan
tanah karena hampir seluruh lahan digunakan untuk
pemukiman tersebut tidak diikuti dengan pengembangan
bangunan. Salah satu yang masih memungkinkan adalah
saluran drainase yang baik dan mencukupi sehingga pada
pembuatan kolam resapan, namun perlu saat hujan membuat banjir terjadi. Upaya pembangunan
mempertimbangkan tingkat resapan airnya. (BPBD)
Banjir Kanal Barat sudah tidak mampu lagi menampung
merilis peta sebaran wilayah potensial dan wilayah rawan volume air banjir sejak tahun 1973. Kapasitas saluran
banjir di wilayah DKI Jakarta. Wilayah dengan gradasi
drainase berkurang karena pemukiman, sampah, dan
warna yang semakin merah menunjukkan wilayah
sedimentasi. Jadi karakteristik dasar DAS Ciliwung DS
dengan potensi dan kerentanan tertinggi terhadap
adalah
bencana banjir. Pembangunan daerah hulu sungai yang
 tingginya pasokan air di daerah hulu
tidak terkendali dan tidak terkendali akhir-akhir ini
 bentuk lahannya yang datar rendah
ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi di
 pemukiman padat dengan masyarakat yang
kota Jakarta dan perencanaan kota-pedesaan yang buruk
tidak sadar lingkungan
membuat masalah terkait banjir menjadi lebih serius dan
Ketiga hal inilah yang menjadi penyebab Jakarta selalu
rumit (untuk ditangani).
terdampak banjir sampai saat ini. Pada penyelesaian
bencana banjir, pemerintah umumnya telah membuat
konsep program pengendalian banjir secara struktural
maupun non struktural. Konsep pengendalian banjir yang
bersifat structural diantaranya:
 pembangunan banjir kanal barat dan kanal timur
 normalisasi kali & sungai
 pembangunan polder dan system
 pencegahan land subsidence
 rehabilitasi situ
 penghutanan
 pembangunan waduk
 antisipasi air pasang
sedangkan konsep pengendalian banjir yang bersifat non
structural lebih ditekankan kepada aspek sosial dan
Gambar 3. Peta Persebaran Area Rawan Banjir edukasi kepada masyarakat mengenai kewaspadaan dan
mitigas terhadap bencana banjir.
Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi
sekaligus masalah dalam sebuah kota atau daerah. Jumlah Konsep Sponge City
penduduk yang besar menjamin ketersediaan
sumberdaya manusia dan pasar bagi barang-barang yang Kota spons fokus pada meniru sistem air yang ada
dihasilkan. Namun jumlah penduduk yang besar juga sebelum evolusi melalui pemanfaatan kontrol mikro yang
menjadi masalah terkait pemukiman, pangan, didistribusikan di seluruh situs yang dikembangkan. Air
ketersediaan air bersih, transportasi, limbah, pencemaran hujan juga dapat dipanen di waduk untuk irigasi lanskap
dan sebagainya. Sebagian besar kabupaten/kota di DAS dan tujuan bermanfaat lainnya. Sehingga menciptakan
Ciliwung kepadatan penduduknya diatas 400 orang/km2. lingkungan perkotaan yang menyerap air kemudian
Secara total DAS Ciliwung DS mempunyai kepadatan melepaskannya saat dibutuhkan, dengan cara yang mirip
dengan spons. Pembangunan kota spons adalah rekayasa limbah, serta memenuhi kebutuhan ruang hijau yang
yang komprehensif dan sistematis. Ini melibatkan livable dan sustainable guna mewujudkan sponge city,
Pembangunan Berdampak Rendah, drainase dan Kota yang mampu menyerap air, menyaring, dan
pencegahan banjir, penggunaan kembali air hujan, mnyimpan air dengan metode pendekatan yang
pemulihan air tanah, bantuan bencana banjir dan bidang berkelanjutan.
lainnya. Ini membutuhkan prioritas di atas panen air hujan
dan menggunakan rute alami untuk mengalirkan air METODE PENELITIAN
hujan, untuk memurnikan air hujan atau untuk
memungkinkan infiltrasi saat memperbaiki sistem Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan
drainase perkotaan. Dalam filosofi pembangunan kota metode atau pendekatan kepustakaan (library research),
spons, dampak pembangunan perkotaan terhadap Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai
lingkungan ekologis harus minimal. Tujuannya adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
untuk menghindari genangan air dan bencana banjir pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
pluvial pada kejadian hujan non ekstrim, untuk mengolah bahan penelitian. Pengumpulan data dalam
membersihkan sungai yang berbau busuk, hitam, dan penelitian dilakukan dengan menelaah dan/atau
untuk mengurangi efek pulau panas perkotaan. Misalnya, mengekplorasi beberapa Jurnal, buku, dan dokumen-
ruang hijau perkotaan harus mampu menyerap semua air dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun elektronik)
hujan yang jatuh ke atasnya, dan mengambil limpasan serta sumber-sumber data dan atau informasi lainnya
permukaan dari area kedap air di sekitarnya hingga yang relevan dengan penelitian atau kajian yang sedang
kapasitas maksimumnya. Jalan dan plaza harus diteliti. penulis mengumpulkan sumber bahan kajian yang
mengumpulkan, memurnikan dan menggunakan kembali relevan dengan masalah dalam penelitian, meyimpulkan
air hujan, mengangkat tekanan pada sistem drainase. hasil yang diperoleh serta melakukan interpretasi atas
hasil yang didapatkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Perubahan Tata Guna Lahan pada Hilir Sungai
Ciliwung
Bentuk DAS Ciliwung mulai dari hulu sampai daerah
Katulampa mempunyai bentuk dendritik. Bentuk ini
mencirikan bahwa antara kenaikan aliran dengan
penurunan aliran ketika terjadi banjir mempunyai durasi
yang seimbang. Sedangkan ke arah hilir berbentuk paralel
(memanjang) dan makin sempit. Dengan bentuk seperti
ini peranan daerah hulu semakin penting, kontribusi
aliran permukaan dari daerah ini cukup besar. Perubahan
penggunaan lahan di DAS Ciliwung umumnya cenderung
ke penggunaan lahan Non-Pertanian atau lahan
terbangun yang cenderung lebih terbuka dan lebih kedap,
sehingga laju aliran permukaan dan erosi tetap tinggi.
Perubahan penggunahan lahan itu juga menurunkan
Gambar 5. Ilustrasi konsep sponge city kemampuan potensial tanah menahan air hujan dan aliran
Sumber : Buku Urban Planning and Water Related Disaster permukaan, sehingga persentase curah hujan yang jatuh
Management menjadi aliran permukaan semakin tinggi (Banjir). Total
luas DAS Ciliwung adalah 370,8 km2 dengan panjang
Salah satu Negara yang sudah menerapkan konsep Kota sungai utamanya 124,1 km dari hulu sampai ke hilir.
Ramah Air atau Sponge City adalah China dimana Secara keseluruhan, total panjang aliran di DAS Ciliwung
permasalahan Ekstraksi air tanah yang berlebihan, adalah 1.076,1 Km dengan kerapatan jaringan aliran
degradasi jalur air, dan banjir perkotaan memaksa kota- permukaannya adalah 2,9 Km/Km2.Secara keseluruhan,
kota di China untuk mengatasi permasalahan tersebut. DAS Ciliwung terbagi menjadi 18 Sub DAS.
Meluasnya pembangunan kota dan penggunaan material
yang tahan air mencegah tanah menyerap air hujan dan
memperburuk dampak banjir."Inisiatif kota spons" China
bertujuan untuk menghentikan siklus ini melalui
penggunaan permukaan yang permeabel dan
infrastruktur hijau. Sistem management air sudah
semestinya beralih dari sistem konvensional ke sistem
yang yang berkelanjutan yang mampu beradaptasi
dengan tantangan perubahan iklim. Beberapa sistem di
negara maju telah menerapkan pendekatan alamiah dalam
proses manajemen air yang dikenal dengan Water
Sensitive Urban Design (WSUD). Konsep ini merupakan
Gambar 6. Perubahan Kondisi Tata Guna Lahan pada
bentuk dari manajemen pengelolaan air yang
area DAS Ciliwung.
berkelanjutan dimana dapat berfungsi bukan hanya
pengendalian air genangan yang menyebabkan banjir,
tetapi juga sebagai sumber air baku, pengelolaan air
Hal ini didorong oleh kawasan Puncak yang menjadi
destinasi wisata favorit sehingga peningkatan luas lahan
terbangn terus terjadi. Kondisi ini tentunya
mempengaruhi DAS Ciliwung bagian hilir.

Upaya dan strategi pemerintah DKI Jakarta dalam


menangani bencana banjir
Sumber banjir di wilayah DKI Jakarta berasal dari ke 13
aliran sungai yang melintasi wilayah Jakarta. Namun
untuk antisipasi permasalahan banjir di wilayah DKI
Jakarta, cakupannya tidak hanya sebatas wilayah
administrasi Provinsi DKI Jakarta saja namun harus
bersifat lintas wilayah dan lintas sectoral.

Gambar 7. Jenis peruntukan lahan pada DAS Ciliwung

Gambar 10. Pembagian wilayah DAS Ciliwung yang


melintasi dua provinsi
Gambar 8. Perubahan tata guna lahan pada DAS Ciliung Upaya penyusunan masterplan pengendalian banjir
tahun 1970 - 2000 sudah dimulai sejak masa kolonial Belanda. Masterplan
pengendalian banjir Jakarta yang dijadikan acuan adalah
Kondisi Perubahan Tata Guna Lahan pada Hulu Sungai masterplan tahun 1973. Pada masterplan yang disusun
Ciliwung pada tahun 1973 aliran air dari hulu DKI Jakarta dialihkan
ke banjir kanal langsung menuju laut. Aliran di wilayah
permasalahan banjir pada sungai Ciliwung hilir tidak
selatan Jakarta dengan kontur tanah yang cukup tinggi
hanya disebabkan oleh faktor alam maupun kondisi pada
mengalir secara gravitasi. Pada bagian utara yang rendah,
bagian hilir saja melainkan melihat sebuah DAS Ciliwung
aliran air dikelola dengan sistem polder (tanggul, waduk
sebagai suatu sistem yang mengalir dari hulu menuju hilir.
dan pompa). Pada bagian hulu atau selatan perlu
Pada area Ciliung hulu karakteristik sosial kependudukan
dibangun situ, waduk dan penghijauan untuk menahan
DAS Ciliwung hulu didominasi petani dan pedagang.
laju limpasan aliran air yang berlebihan menuju Jakarta.
DAS Ciliwung bagian hulu memiliki luas 15225 ha sekitar
39.43% dari luas total keseluruhan DAS Ciliwung.
Prosentase guna lahan DAS Ciliwung huu tahun 2015 di
dominasi oleh kawasan hutan dan kawasan permukiman.
Kawasan pemukiman mempunyai tingkat kenaikan 4%
per tahunnya dibandingkan kawasan hutan yang hanya
bertumbuh sekitar 3,75% per tahunnya. Pertumbuhan
lahan terbangun paling banyak terjadi di kecamatan
Cisarua.

Gambar 11. Skema pengendalian banjir Jakarta tahun


1973

Dasar hukum pengelolaan sungai Ciliwung salah satunya


adalah Kepmen PUPR No. 766 /KPTS/IM/2019 tentang
Gambar 9. Klasifikasi penggunaan lahan pada kawasan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai
hulu sungai Ciliwung Ciliwung Cisadane. Rencana Strategis dan Rencana
Pembangunan Daerah, pasal 4.7.2 yaitu Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD

Gambar 13. Skema sistem pengendalian banjir DKI


Jakarta saat ini. Sumber:
Water Sensitive Urban Design

Berdasarkan bagan, metode ini memiliki satu kesamaan:


Gambar 12. Sejarah penanganan banjir di Jakarta dari untuk mencapai pengelolaan air hujan yang
masa ke masa berkelanjutan. Beberapa tindakan LID termasuk
bioswales, perangkat bioretensi, kolam, atap hijau, strip
1. Menyelesaikan Kanal Banjir Timur antara lain filter bervegetasi dan strip filter. Pendekatan LID juga
melalui pembebasan lahan dan pembangunan mencakup tindakan non-struktural seperti tata letak
jalan inspeksi KBT alternatif jalan dan bangunan untuk meminimalkan
2. Melakukan Normalisasi Kali Pesanggrahan, ketahanan dan untuk memaksimalkan penggunaan
Angke, Sunter (PAS) antara lain melalui perkerasan dan vegetas, pengurangan sumber
pembebasan lahan untuk mendukung program kontaminan dan pendidikan tentang perilaku alternatif.
PAS
3. Melakukan pembebasan lahan untuk penataan
Kanal Banjir Barat dan Cengkareng Drain
4. Melakukan Pembebasan lahan dan penyiapan
LARAP untuk mendukung penataan kapasitas
Kali Ciliwung
5. Melakukan penataan dan peningkatan kapasitas
Cakung Drain, Kali Sunter dan Kanal Banjir
Timur di kawasan aliran timur serta penataan Gambar 14. Timeline perkembang Low Impact Development
Kali Cideng di Tingkat Internasional
6. Koordinasi penyusunan masterplan
pembangunan Giant Sea Wall dalam konteks Water – Sensitive Urban Design (WSUD) adalah konsep
Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) atau perencanaan lahan dan rekayasa pendekatan keteknikan
National Capital Integrated Coastal yang mengintegrasikan siklus air perkotaan, termasuk air
Development (NCICD) hujan, air tanah dan pengelolaan air limbah dan air bersih,
ke dalam desain perkotaan untuk meminimalkan
Saat ini, skema pengendalian banjir dilakukan dengan kerusakan lingkungan dan meningkatkan daya tarik
banjir kanal barat dan banjir kanal timur, dimana estetika dan rekreasi. WSUD adalah konsep pengelolaan
• Limpasan hulu (dari BODETABEK) ke Jakarta air Australia yang telah lama diterapkan, serupa dengan
didistribusikan ke muara oleh Kanal Banjir dan Low-Impact Development (LID), sebuah konsep yang
saluran / sungai sesuai sistem aliran ( barat dan digunakan di Amerika Serikat serta Sustainable Urban
timur ) Drainage System (SUDS) sebuah konsep pengelolaan air
• Daerah curah hujan di sekitar Jakarta yang jatuh yang digunakan oleh pemerintah Inggris untuk
ke area yang lebih tinggi dari permukaan laut, menangani pengelolaan sumber daya air, meminimalisir
mendistribusikan ke muara dengan sistem dampak banjir dan banyak kegunaan lainnya. WSUD
gravitasi. dapat membantu menangkal banyak dampak negatif dari
• Daerah curah hujan di sekitar Jakarta yang jatuh pembangunan perkotaan yang pada umumnya
ke area lebih rendah dari permukaan laut, menggangu siklus air alami dengan memanfaatkan
didistribusikan ke muara dengan sistem polder. langkah yang tepat dalam desain dan operasi
pembangunan.
Water Sensitive Urban Design (WSUD) itu sendiri
merupakan pendekatan rancang kota yang merupakan
bagian dari konsep infrastruktur hijau untuk mengurangi
persoalan banjir. Konsep ini digunakan untuk menangani
persoalan air yang ramah akan lingkungan dan meminimalkan perpindahan polutan ke
berbasiskan kepada water cycle management. Tujuan dari permukaan dan air tanah)
konsep ini adalah untuk perancangan kawasan kota yang 3. Mendorong konservasi air (meminimalkan
berhubungan dengan sumber air dan manajemen impor pasokan air minum melalui pemanenan
lingkungan dalam upaya meminimalisasi dampak yang air hujan dan daur ulang air limbah dan
ditimbulkan oleh air permukaan. Pada awalnya konsep ini pengurangan persyaratan irigasi) dan
muncul dilatarbelakangi oleh peranan air dalam mempertahankan lingkungan yang berkaitan
kehidupan kota, yang memerlukan pengaturan yang dengan air dan kesempatan rekreasional.
selaras antara pembangunan kota dan kebutuhan akan air.
Seiring berkembangnya pertumbuhan penduduk kota
Penerapan konsep Sponge City berdasarkan prinsip –
Jakarta yang sangat pesat, masyarakat mulai kekurangan
prinsip Water Sensitive Urban Design ( WSUD )
lahan untuk ditinggali dan mulai bermukim pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) salah satunya DAS Ciliwung Hilir.
Sponge City merujuk pada kawasan yang bukan hanya
Salah satu alasan memilih bantaran sungai sebagai tempat
sekadar menyerap air, tetapi juga pengolahan air tahap
bermukim adalah karena harga lahan yang relatif miring
lanjutan yang terdiridari proses infiltrasi, treatment,
sehingga terjadi perubahan tata guna lahan secara besar-
hingga pemanfaatan kembali. Konsep WSUD juga
besaran pada daerah bantaran sungai. Masyarakat pada
dikombinasikan untuk mewujudkan kawasan Sponge
daerah bantaran sungai ciliwung sangat rawan terkena
City. Prinsip dasar WSUD adalah zero runoff,
banjir setiap tahunnya akibat meluapnya air sungai.
ekodrainase, serta 5R+ dengan programreduce, reuse,
Tujuan dari manajemen airlimpasan berkelanjutan adalah
recycle, recovery, recharge. Sponge city dirancang untuk
untuk mengurangi limpasan dengan cara mengolah air
menyerap air berlebih pada saat curah hujan tinggi,
tersebut sedekat mungkin dengan sumbernya atau pada
menahan air tersebut dan menggunakannya kembali pada
lokasinya dengan cara mengumpulkan air hujan tersebut
saat musim kemarau berkepanjangan.
(misalnya untuk pemanfaatan kembali atau untuk
disimpan) serta meningkatkan infiltrasi dan evaporasi.
Konsep ini bertujuan untuk mengembalikan air kepada
siklus alaminya. Prinsip – prinsip dalam WSUD menurut
panduan nasional Australia tentang WSUD adalah
1. Melindungi dan meningkatkan (memperkuat)
sungai, anak sungai dan lahan basah dalam suatu
lingkungan perkotaan
2. Melindungi dan meningkatkan kualitas air yang
mengalir dari lingkungan perkotaan menuju
sungai – sungai kecil, aliran sungai yang lebih
besar, serta lahan basah
3. Mengembalikan lingkungan air perkotaan
dengan memaksimalkan penggunaan kembali
air hujan, air daur ulang, dan greywater
4. Melindungi (mengkonservasi) sumber air
melalui penggunaan kembali dengan cara daur
ulang dan efisiensi system
5. Mengintegrasikan penanganan air hujan
kedalam lanskap sehingga menawarkan
beberapa kegunaan yang bermanfaat seperti
pengolahan kualitas air, habitat alami, rekreasi
dan ruang terbuka publik
6. Mengurangi arus puncak dan limpasan air dari
lingkungan perkotaan dan secara bersamaan
menyediakan infiltrasi (aliran air ke dalam tanah Gambar 15. Target yang ditentukan oleh Panduan
melalui permukaan tanah itu sendiri) dan Perencanaan dan Desain Kota Sponge Wuhan.
pengisian ulang air bawah tanah (groundwater
recharge) Studi Preseden, Haikou, Meishe River Greenway Turning
Grey to Green
7. Mengintegrasikan air ke dalam lanskap untuk
meningkatkan desan perkotaan dan juga
Selama beberapa dekade, kota Haikou menderita banjir
meningkatkan nilai – nilai social, visual, budaya,
dan polusi air. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah
dan ekologi : serta
China menggunakan solusi berbasis alam untuk
8. Mudahnya implementasi dan penggunaan biaya
mengubah saluran air beton abu-abu menjadi
yang efektif memungkinkan pengaplikasian dan
infrastruktur hijau yang tangguh. Haikou, ibu kota
penerapan secara luas.
provinsi Hainan di China, adalah kota terpadat dengan 2,3
juta penduduk. Terletak di Pulau Hainan di Laut Cina
Tujuan dari WSUD adalah :
Selatan, kota ini memiliki iklim muson tropis. Mengalir
1. Mengatur keseimbangan air ( air tanah, aliran
melalui Haikou adalah Sungai Meishe sepanjang 23 km,
arus, serta kerusakan oleh air banjir dan erosi.
yang dikenal sebagai "sungai induk" kota. Ditengah
2. Mempertahankan dan jika memungkinkan
urbanisasi yang pesat selama empat dekade terakhir,
meningkatkan kualitas air (termasuk sedimen,
Sungai Meishe menjadi semakin tercemar oleh limbah dari
perlindungan vegetasi riparian dan
saluran air yang membuka langsung ke sungai, dan oleh km2) bakau telah ditanami kembali, dan satwa liar seperti
limpasan perkotaan dan pinggiran kota. Sungai dan ikan dan burung telah kembali. Setiap hari, lahan basah
saluran airnya juga sering mengalami banjir selama yang dipulihkan sekarang membersihkan 6.000 ton
musim hujan. Dengan air keruh, ikan mati, dan bau busuk, limpasan perkotaan dan 3.500 ton limbah rumah tangga
Sungai Meishe mendapatkan tempat yang tidak nyaman dari daerah kota setempat.
di daftar "sungai hitam dan bau" Kementerian Ekologi dan
Lingkungan China.

Gambar 16. Normalisasi Sungai Meishe China


Gambar 17. Lahan basah buatan diciptakan untuk
Pengembangan Sponge City Melibatkan Beberapa meminimalisir banjir sekaligus menjadi destinasi wisata
Aspek : baru bagi warga
 Pertama, berdasarkan medan, penggunaan
lahan, dan proses hidrologi, Sungai Meishe dan Pemilihan teknik sponge city berdasarkan prinsip –
semua anak sungainya, lahan basah dan potensi prinsip WSUD
ruang hijau direncanakan sebagai sistem
terintegrasi untuk mengumpulkan, menyimpan, Elemen Teknis WSUD Berikut beberapa metode dalam
dan mengeringkan air hujan— “spons hijau”. pengelolaan manajemen air berkelanjutan. Metode –
 Jika memungkinkan, infrastruktur abu-abu metode ini dikelompokan berdasarkan beberapa fungsi
diubah menjadi hijau. Tanggul dinding banjir utamanya yaitu :
beton diganti dengan tepian sungai yang ramah 1. Penggunaan / Pemanenan Air Hujan
lingkungan, termasuk pantai dangkal yang baru, 2. Penanganan Air Hujan
dibuat untuk tempat penanaman kembali bibit 3. Detensi dan Infiltrasi
bakau dan tanaman lahan basah. Lahan basah 4. Pengangkutan , dan
dan pantai dangkal di sepanjang sungai 5. Evapotranspirasi
direkonstruksi agar mangrove dapat
merehabilitasi. Bekerja dengan alam untuk Elemen teknis yang terdapat didalam Guideline WSUD
menyerap dan membersihkan air menjadi salah satu acuan dalam pemberian rekomendasi
 Saluran air juga dirancang sebagai infrastruktur yang nantinya akan didukung oleh berbagai sumber
ekologis dimana layanan budaya dan sosial lainnya. Elemen tersebut antara lain: Sengkedan
dapat dimanfaatkan. Spons hijau diintegrasikan Bervegetasi, Vegetated Filter Strips / Buffer Strips, Filter
ke dalam jaringan pejalan kaki dan rekreasi yang Pasir, Sistem Bioretensi, Permeable Pavements, Parit
saling berhubungan. Jalur pejalan kaki yang terus Infiltrasi, Cekungan Infiltrasi, dan Tangki Penampung Air
menerus dan ditinggikan menciptakan akses Hujan, Pedoman WSUD untuk perumahan, terbagi atas 4
dengan tempat peristirahatan yang tersebar di bagian yaitu : 1. Jaringan Ruangan Terbuka Publik 2.
sepanjang jalur air untuk memberikan Layout Perumahan 3. Layout Jalan 4. Layout Letak
perlindungan dan keteduhan, memungkinkan Streetscape (Lanskap Tepi Jalan). Berdasarkan tata guna
pengunjung untuk sepenuhnya menikmati lahan kawasan, penentuan komponen SuDS memiliki dua
tanaman hijau subur dan lanskap air. parameter, yaitu kelerengan dan kecukupan lahan belum
terbangun. Menurut data topografi, area hunian pada
Proyek abu-abu-ke-hijau Sungai Meishe telah sukses. Air hilir DAS Ciliwung memiliki kelerengan 0-5%. Terdapat
sungai telah menjadi bersih kembali. Lima hektar (0,05 tujuh metode SuDS yang dapat diterapkan pada dua
fungsi lahan tersebut, yaitu: retention, wetland, Gambar 19. Komponen Water Sensitive Urban Design pada
infiltration, filtration, bio-retension and detention, open area semi publik
channels, source control. Terdapat tiga setting
pembangunan untuk menentukan komponen SuDs Penerapan Rain Water Harvesting sebagai salah satu
menurut kepadatan penduduk, yaitu: integrase bangunan, komponen dari konsep Sponge City
streetscape dan ruang terbuka. Untuk area DAS hilir
Konsep pemanenan air hujan atau Rainwater Harvesting
sungai Ciliwung dengan kategori kepadatan tinggi maka
(RWH) merupakan teknologi yang sudah cukup lama dan
komponen SuDS yang bisa diterapkan antara lain taman
dapat digunakan untuk menyuplai kebutuhan air,
atap, tangka air hujan, tangki bawah tanah, paving
mengurangi beban akuifer dan air permukaan serta
berpori, komponen bioretensi, saluran
mencegah banjir. Tahapan dari RWH adalah
bervegetasi‘channels & rills, kolam retensi mini ‘wetland’.
mengumpulkan, menyimpan dalam tangki atau sistem
penyimpanan air lainnya dan memanfaatkan air hujan.
Beberapa tahun sebelumnya RWH hanya digunakan
sebagai alternatif pemenuhan air pada daerah-daerah
yang kekurangan air.

Gambar 18. Komponen Sustainable Urban Drainage System Gambar 20. Skema penerapan rain water harvesting pada
pada area publik skala perumahan

Untuk meningkatkan kualitas fungsi ekologis/ hidrologis Kolam Bio Retensi


pada ruang terbuka digunakan pendekatan konsep WSUD
yang disesuaikan dengan karakteristik kawasan dan site, Secara umum, sistem bio-retensi dapat digambarkan
baik kondisi alamiah maupun lingkungan buatannya. sebagai cekungan pada suatu area yang menerima
Pengelolaan Air Hujan Pada Bangunan Gedung Dan limpahan air hujan dari sekelilingnya. Air limpasan hujan
Persilnya adalah upaya dan kegiatan untuk mengalir menuju area bio-retensi, mengalami
mempertahankan kondisi hidrologi alami, dengan cara penggenangan di permukaan tanah, dan kemudian
memaksimalkan pemanfaatan air hujan, infiltrasi air berangsur-angsur menyerap ke dalam tanah atau
hujan, dan menyimpan sementara air hujan untuk dialirkan secara perlahan ke saluran drainase. Beberapa
menurunkan debit banjir melalui optimasi pemanfaatan komponen utama dalam desain Area Bio-Retensi antara
elemen alam dan pemanfaatan elemen buatan. lain:
• Pencegahan penyumbatan oleh sedimen dengan
penggunaan lapisan filter.
• Area tergenang (ponding area); merupakan area
yang diperuntukkan bagi air limpasan hujan
sebelum menyerap ke dalam tanah.
• Lapisan tanah organik; berfungsi untuk
mencegah erosi lapisan tanah dasar, sebagai
media pertumbuhan biologis.
• Lapisan tanah untuk tanaman; berfungsi sebagai
media penyedia air dan nutrisi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman.
• Pipa drainase (jika runoff akan dialirkan ke
saluran drainase utama); dipasang di dasar area
bio-retensi
• jenis tanaman perlu dipertimbangkan terhadap
ketahanan tanaman pada saat musim kemarau
maupun hujan.

Kolam retensi dapat digunakan untuk mereduksi kadar


polutan yang terbawa oleh aliran air hujan. Pada kolam
retensi, mekanisme penghilangan polutan terjadi pada
proses sedimentasi. Polutan seperti logam berat, dan
bahan organik, dapat dihilangkan melalui proses Tanaman – tanaman yang berfungsi sebagai pereduksi
sedimentasi. Sementara itu, polutan terlarut lainnya dapat dan penyaring polutan
dihilangkan melalui kombinasi proses fisik, flokulasi
alami, dekomposisi oleh bakteri, serta penyerapan oleh Selain pemenuhan tujuan penanganan polutan,
tumbuhan air dan alga. Kolam retensi memiliki kapasitas penanganan pengotor juga perlu untuk diperhatikan
yang cukup tinggi untuk menghilangkan sebagian besar mengingat kualitas air banjir yang selama ini terjadi
beban polutan dari pemukiman. adalah penuh dengan sedimen, pasir, sampah domestik,
mengandung pencemar domestik dan industri serta
perkotaan, dsb., (termasuk kasur misalnya). Keberadaan
keseluruhan polutan dan pengotor tersebut adalah
merupakan tantangan yang khas untuk kita. Apabila tidak
ditangani, keseluruhan pencemar dan pengotor tersebut
akan mempengaruhi pencapaian berbagai target di atas.
Tanaman sangat penting untuk memfasilitasi
pembuangan polutan secara efektif dalam sistem
bioretensi, khususnya nitrogen. Vegetasi juga menjaga
struktur tanah di zona perakaran. Sistem akar tanaman
terus-menerus mengendurkan tanah dan menciptakan
pori-pori makro, yang menjaga kapasitas infiltrasi jangka
Gambar 21. Skema kolam bio retensi yang dapat panjang dari sistem bioretensi. Beberapa spesies tanaman
berfungsi sebagai penyaring polutan lebih efektif daripada yang lain dalam kemampuannya
untuk beradaptasi dengan kondisi di dalam biofilter.
Keuntungan dengan adanya Area Bio-Retensi antara lain: Parameter utama yang perlu dipertimbangkan untuk
 Dapat berfungsi estetis sebagai ruang terbuka memilih jenis tanaman untuk sistem bioretensi adalah:
hijau dan area rekreasi
 Bentuk pertumbuhan
 Mengurangi volume runoff dari daerah
 Kebutuhan air
tangkapan hujan
 Kerapatan tanam
 Dapat efektif untuk mengurangi kandungan
 Rentang spesies dan tipe
sedimen halus, logam, bakteri, dan bahan
 Penggunaan mulsa
organik lainnya dari runoff.
 Pertimbangan keamanan
 Layout dan jenis tanaman dapat disesuaikan
 Garis pandang lalu lintas
dengan kondisi tata ruang yang ada
 Dapat diaplikasikan di berbagai tempat dengan
Beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai
kondisi klimatologi dan geologi yang berbeda,
media penyaring polutan adalah
tanpa mengalami banyak perubahan desain
 Acalypha wilkesiana cultivar
 Cocok untuk digunakan di area yang sebagian
 Arundo donax
besar terdiri dari lahan kedap air, seperti tempat
 Bougainvillea
parkir
 Bulbine frutescens (L.)
 Dapat mengurangi dimensi dan biaya fasilitas
pengontrol aliran/banjir di sebelah hilir  Vetiver Grass
 Codiaeum variegatum
 Menambah volume aliran air tanah
 Wedelia trilobata
Sistem bioretensi telah terbukti layak dan berkelanjutan  Cymbopogon citratus
sebagai perangkat pengolahan air. Selain kemampuan  Dracaenaceae reflexa
untuk mengurangi aliran puncak yang dihasilkan oleh  Ficus microcarpa
permukaan yang kedap air dan meningkatkan kualitas air.  Ipomoea pes-caprae
 Loropetalum chinense
 Nerium oleander
 Osmoxylon lineare
 Pennisetum alopecuroides

Mengintegrasikan masing – masing komponen menjadi


sebuah sistem manajemen air yang berkelanjutan
dengan konsep Sponge City

Konsep pemanenan air hujan sebaiknya diintegrasikan


dengan bioretensi. Air hujan yang jatuh diatap bangunan
ditampung ke dalam tangka kemudian diolah dan
dimanfaatkan untuk keperluan air bersih Jika air hujan
yang masuk ke tangki melebihi kapasitas tangki, kelebihan
Gambar 22. Sistem bioretensi dapat dirancang untuk air hujan ini dialirkan ke dalam bioretensi. bioretensi juga
menyediakan konektivitas visual dan ekologis dalam menerima aliran limpasan yang berasal dari lahan
jaringan ruang terbuka yang strategis terbuka/pekarangan. Air yang tertampung di dalam
bioretensi secara perlahan diresapkan ke dalam tanah dan
sebagian dialirkan melalui saluran infiltrasi (infiltration
trench) atau pipa-pipa menuju saluran drainase
pemukiman. Pengeluaran air dari sistem bioretensi ke Hasoyo, Budi. 2010. Teknik Pemanenan Air Hujan (Rain
saluran drainase dilakukan perlahan agar debit yang Water Harvesting) Sebagai Alternatif Upaya
keluar tidak melebihi debit puncak limpasan Pengeluaran Penyelamatan Sumberdaya Air Di Wilayah Dki
air dari sisitem bioretensi dapat dilakukan secara gravitasi Jakarta. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi
jika lahan tempat bioretensi relatif tinggi dibandingkan Cuaca, (Vol. 11, No. 2). Jakarta.
saluran drainase atau dengan bantuan pompa. Husnabillah, Athif, 2016. Perencanaan Constructed Wetland
Untuk Pengolahan Greywater Menggunakan Tumbuhan
Canna Indica (Studi Kasus: Kelurahan Keputih
Surabaya). Surabaya:Fakultas Teknik Sipil
Lingkungan ITS
[KEMENPUPUR] Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Tata Ruang dan Wilayah
[KEMENPUPUR], 2008. Penanganan Banjir Jakarta dan
Jabodetabek. DKI Jakarta.
[KEMENPUPUR], 2016. Rencana Pengelolaan Sumber Daya
Air Wilayah Sungai Citarum. Jawa Barat.
Gambar 23. Skema tipikal integrasi sistem pemanenan air Mayors’ Task Force On Climate Change, Disaster Risk &
hujan dan bioretensi The Urban Poor. 2010. JAKARTA Urban Challenges in
a Changing Climate. Jakarta: World Bank dan
SIMPULAN Provinsi DKI Jakarta.
Pano, Ramdan. Et al, 2019. Perencanaan Kawasan Sponge
Masalah banjir yang terjadi di daerah hilir DAS Ciliwung City Berdasarkan Prinsip-Prinsip Water Sensitive Urban
tidak hanya disebabkan oleh faktor alam, melainkan aspek Design (WSUD) (Studi Kasus: Kelurahan Tamalanrea
urbanisasi dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang Indah, Makassar). Jurnal Wilayah dan Kota Maritim,
betapa pentingnya menjaga kawasan bantaran sungai. (Vol. 7 No. 6). UNHAS.
Untuk itu, perlunya penyelesaian masalah banjir harus Pramono, Budi Irfan. Et al, 2016. Restorasi Das Ciliwung.
melalui pendekatan structural maupun non structural. (Cetakan 1). Surakarta: Penerbitan dan
Pendekatan structural harus menyeimbangkan antara Pencetakan UNS (Anggota IKAPI).
komponen grey infrastructure dengan green infrastructure Pramono, Irfan B. Distribution of Water Infiltration Rate in
demi menciptakan sebuah sistem manajemen air yang Ciliwung Watershed. Forum Geografi , Vol 30 (1)
berkelanjutan. Berkaca dari studi preseden di Meishe River, July 2016: 24-33. Watershed Management
China, mengubah kota yang sepenuhnya dipenuhi oleh Technology Center.
komponen infrastruktur abu – abu, dimana kondisi Pravitasari, Andrea Erma. 2018. Dampak Urbanisasi Dan
lingkungan bantaran sungainya dipenuhi oleh Perkembangan Perkotaan Di Jabodetabek Dan Sekitarnya
pemukiman informal yang padat akibat melonjaknya Serta Pengaruhnya Pada Peningkatan Degradasi
tingkat urbanisasi yang tidak merata menjadi sebuah kota Lingkungan. Bogor: IPB dan 4PW.
yang menerapkan konsep Sponge City dengan prinsip – Sylviana, Rika., Hendriyana, Dede. 2018. Perencanaan
prinsip Water Sensitive Urban Design yang dapat Teknis Pemanenan Air Hujan Terintegrasi Dengan
diaplikasikan sesuai dengan kondisi dan kepadatan Sumur Resapan. Jurnal BENTANG (Vol. 6 No. 1).
wilayah, komponen – komponen tersebut diantaranya Bekasi.
adalah constructed wetland, bio-retention dan rainwater Ulku, Mesut. Et al, 2018. Sponge City Final Repot by
harvesting. Komponen – komponen tersebut juga dapat Multidiciplinary Project. Wuhan.
diintegrasikan menjadi sebuah sistem untuk
memaksimalkan fungsi dari tiap – tiap komponen tersebut
menjadi sebuah sistem manajemen air berkelanjutan yang
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Asrar, Ramadhani., Warouw, Fella., Moniaga, Ingerid L.
2017. Perencanaan Komponen “Water Sensitive Urban
Design” Kawasan Rawan Banjir Di Kecamatan Singkil
Kota Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Cahyono. Et al., 2020. Kajian Pengelolaan Banjir DKI dan
Sekitarnya Bagi Pembangunan Infrastruktur
Berkelanjutan. Bandung:Fakultas Teknik Sipil
Lingkungan ITB.
Catharina, Anna., Siswati, Sri Purna., Wibisono, Gunawan
2013. Pengolahan Limbah Domestik Dengan Teknologi
Taman Tanaman Air (Constructed Wetlands.)
Indonesian Green Technology Journal. (Vol. 2 No. 2)
Malang.
CSIRO.1999.Urban Stormwater Best Practice
Environmental Management Guidelines. Victoria:
Csiro Publishing.

Anda mungkin juga menyukai