Ekonomi makro merupakan ilmu yang mempelajari tentang perekonomian Negara dan
perekonomian global secara menyeluruh. Menurut Adam Smith, ekonomi mikro adalah subjek
ekonomi yang selalu bersifat ekonomis rasional. Hal ini mengakibatkan para pelaku ekonomi
harus mempertimbangkan hal-hal rasional sebelum membuat keputusan.
Menurut sejarah, banyak negara yang terus-menerus mengimpor lebih banyak barang dan
jasa daripada barang yang diekspor. Artinya, jumlah ekspor netonya selalu negatif. Meskipun
para ekonom masih memperdebatkan apakah defisit perdagangan ini merupakan sebuah masalah
atau tidak, banyak politisi dan pengusaha yang memberikan klaim bahwa perdagangan ini
merefleksikan kompetisi yang tidak adil: Perusahaan-perusahaan asing diizinkan untuk menjual
produk mereka di pasar dalam negeri, sedangkan pemerintahan negara lain mencegah perusahaan
kita menjual produk-produknya di luar negeri.
Bayangkan jika anda menjadi seorang pemimpi langkah apa yang harus anda ambil untuk
mengurangi atau mengakhiri defisit perdagangan tersebut .untuk mengambil keputusan tersebut
anda harus memahami faktor apa saja yang menentukan keseimbangan perdagangan suatu
negara dan bagaimana kebijakan pemerintah memengaruhinya, kita membutuhkan teori ekonomi
makro perekonomian terbuka.sehingga kita dapat mengambil keputusan ataupun kebijakan
kebijakan yang tepat untuk menghadapi masalah yang dihadapi tersebut.
Rumusan masalah
Perekonomian terbuka atau perekonomian empat sektor adalah suatu sistem ekonomi
yang melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan Negara-negara lain di dunia ini, karena
kegiatan ekspor dan impor merupakan bagian yang pentingnya dalam kegiatan setiap
perekonomian. Dalam ekonomi yang melakukan perdagangan luar negeri, aliran pendapatan dan
pengeluaran dapat dijelaskan sebagai berikut : apabila aliran aliran pendapatan dan pengeluaran
diperhatikan maka akan didapati bahwa aliran yang berlaku dalam perekonomian terbuka adalah
berbeda dengan perekonomian tiga sector sebagai akibar dari wujudnya kegiatan ekspor dan
impor.
Secara fisik, ekspor diartikan sebagai pengiriman dan penjualan barang-barang buatan
dalam negeri ke luar Negara-negara lain. Pengiriman ini akan menimbulkan aliran pengeluaran
yang masuk ke sector perusahaan. Dengan demikian pengeluaran agregat akan meningkat
sebagai akibat dari kegiatan mengekspor barang dan jasa dan pada akhirnya keadaan ini akan
menyebabkan peningkatan dalam pendapatan nasional.
Secara fisik, impor merupakan pembelian dan pemasukkan barang dari luar negeri ke
dalam negeri atau ke dalam suatu perekonomian. Aliran barang ininakan menimbulkan aliran
keluar dari aliran pengeluaran dari sector rumah tangga ke sector perusahaan. Aliran keluar ini
yang akan Sebagaimana dari penjelasan sebelumnya, bahwa ekspor dan impor mempengaruhi
kegiatan dalam suatu perekonomian dan sirkulasi pendapatan yang berlaku. Penggunaan faktor-
faktor produksi oleh sector perusahaan akan mewujudkan aliran pendapatan ke sector rumah
tangga. Aliran pendapatan ini meliputi gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan lainnya
Dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian terbuka pengeluaran agregat meliputi lima
jenis pengeluaran, yaitu
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ke atas barang barang yang dihasilkan didalam
negeri. (Cdn)
2. Investasi perusahaan (I) untuk menambah kapasitas sector perusahaan menghasilkan
barang dan
3. Pengeluaran pemerintah ke atas barang dan jasa yang diperoleh didalam negeri (G)
4. Ekspor, yaitu pembelian Negara lain ke atas barang buatan perusahaan-perusahaan
didalam negeri. (X)
Barang impor, yaitu barang yang dibeli dari luar negeri. (M) Barang impor, yaitu barang
yang dibeli dari luar negeri.(M)dengan demikian komponen pengeluaran agregat dalam
perekonomian terbuka adalah pengeluaran rumah tangga ke atas barang buatan dalam negeri,
investasi, pengeluaran pemerintah,pengeluaran ke atas barang buatan dalam negeri (ekspor).
Sistem Perekonomian Terbuka Sudah Ada Sejak Zaman Dulu. Tidak hanya di zaman
sekarang ini, beberapa abad yang lalu para pedagang yang berlayar dengan kapal juga sudah
melakukan kegiatan jual beli barang antar wilayah padahal perekonomian saat itu belum
berkembang seperti sekarang ini. Jika kita nilai kegiatan ekspor dan impor sekarang ini justru
memiliki peranan penting dalam perekonomian antar negara yang salah satu penyebabnya
mungkin karena perbedaan sumber daya dan perbedaan kepentingan antar negara yang satu
dengan negara yang lainnya.
Secara umum pada sistem perekonomian terbuka ini produsen memiliki hak untuk
melakukan kegiatan penjualan produk atau barang ke negara – negara lain (ekspor) dan juga
sebaliknya, yaitu melakukan kegiatan pembelian produk atau barang yang berasal dari luar
negaranya (impor). Kegiatan ini juga memicu sistem perekonomian yang semakin tanpa batas
yang ditunjukkan oleh lembaga perbankan dan keuangan juga turut mengikuti perkembangan
transaksi yang mendukung kegiatan ekspor dan impor tersebut. Inilah yang disebut dengan
ekonomi global yang mewujudkan kegiatan perdagangan secara internasional.
Rumah tangga
1. Hubungan dengan Perusahaan. Pada awalnya rumah tangga menjual SDM yang
dimilikinya kepada perusahaan. Dari interaksi antara rumah tangga dan perusahaan
dipertemukan pada Pasar tenaga kerja. Kemudian dari penjualan SDM tersebut, rumah
tangga mendapatan penghasilan yang terdiri dari sewa, bunga, upah dan profit. Hal ini
dipertemukan dalam pasar uang & lembaga keungan.
2. Hubungan dengan Pemerintah. Dalam hubungan ini rumah tangga menyetorkan sejumah
uang sebagai pajak kepada pemerintah dan rumah tangga menerima penerimaan berupa
gaji, bunga, penghasilan non balas jasa dari pemerintah (berupa hasil dari pajak).
3. Hubungan dengan negara lain. Untuk mencapai hubungan dengan negara lain rumah
tangga harus melewati pasar barang dan pasar luar negeri. Rumah tangga mengimpor
barang dan jasa dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Perusahaan
Perusahaan merupakan gabungan unit kegiatan yang menghasilkan produk barang dan jasa.
Pemerintah
Negara-negara lain
Perekonomian terbuka atau perekonomian empat sektor adalah suatu sistem ekonomi yang
melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan negara-negara lain di dunia ini, karena kegiatan
ekspor dan impor merupakan bagian yang pentingnya dalam kegiatan setiap perekonomian.
Dalam ekonomi yang melakukan perdagangan luar negeri, aliran pendapatan dan pengeluaran
dapat dijelaskan sebagai berikut : apabila aliran pendapatan dan pengeluaran diperhatikan maka
akan didapati bahwa aliran yang berlaku dalam perekonomian terbuka adalah berbeda dengan
perekonomian tiga sector sebagai akibar dari wujudnya kegiatan ekspor dan impor.
Secara fisik, ekspor diartikan sebagai pengiriman dan penjualan barang-barang buatan dalam
negeri ke luar Negara-negara lain. Pengiriman ini akan menimbulkan aliran pengeluaran yang
masuk ke sector perusahaan. Dengan demikian pengeluaran agregat akan meningkat sebagai
akibat dari kegiatan mengekspor barang dan jasa dan pada akhirnya keadaan ini akan
menyebabkan peningkatan dalam pendapatan nasional.
Secara fisik, impor merupakan pembelian dan pemasukkan barang dari luar negeri ke dalam
negeri atau ke dalam suatu perekonomian. Aliran barang ininakan menimbulkan aliran keluar
dari aliran pengeluaran dari sector rumah tangga ke sector perusahaan. Aliran keluar ini yang
akan menyebabkan menurunya pendapatan nasional.
Sebagaimana dari penjelasan sebelumnya, bahwa ekspor dan impor mempengaruhi kegiatan
dalam suatu perekonomian dan sirkulasi pendapatan yang berlaku. Penggunaan faktor-faktor
produksi oleh sector perusahaan akan mewujudkan aliran pendapatan ke sector rumah tangga.
Aliran pendapatan ini meliputi gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa perekonomian terbuka pengeluaran agregat meliputi lima jenis
pengeluaran, yaitu :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ke atas barang barang yang dihasilkan didalam
negeri. (Cdn)
2. Investasi perusahaan (I) untuk menambah kapasitas sektor perusahaan menghasilkan
barang dan jasa.
3. Pengeluaran pemerintah ke atas barang dan jasa yang diperoleh didalam negeri. (G)
4. Ekspor, yaitu pembelian Negara lain ke atas barang buatan perusahaan-perusahaan
didalam negeri. (X)
5. Barang impor, yaitu barang yang dibeli dari luar negeri. (M)
AE = Cdn + I + G + X + M
1. Ekspor (X)
Jika suatu negara melakukan ekspor barang dan jasa ke Negara lain, maka ia harus
memproduksi barang dan jasa melebihi jumlah produksi yang diperlukan di dalam negeri.
Dengan meningkatnya jumlah produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu Negara, maka
hal ini juga akan meningkatkan pendapatan nasional (Y) negara tersebut.
Karena ekspor merupakan salah satu jenis pengeluaran agregat (aggregate expenditure),
sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai oleh suatu Negara.
“Apabila ekspor meningkat, maka pengeluaran agregat akan meningkat pula, dan keadaan ini
selanjutnya akan menaikan pendapatan nasional”. “Namun sebaliknya, pendapatan nasional (Y)
tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya ekspor”. Apabila pendapatan nasional bertambah
besar, ekspor belum tentu meningkat, atau besarnya ekspor dapat meningkat atau mengalami
perubahan, meskipun pendapatan nasional tetap besarnya”. Besarnya kecilnya ekspor tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional yang terjadi dalam perekonomian sehingga fungsi
ekspor mempunyai bentuk yang sama dengan fungsi investasi dan pengeluaran pemerintah.
2. Impor (M)
Dalam analisis makro ekonomi diasumsikan bahwa faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya pembelian barang dari luar negri (impor) suatu Negara adalah kemampuan membayar
(daya beli) Negara tersebut terhadap barang impor. Makin tinggi kemampuan membayar (daya
beli)-nya maka tinggi pula impor yang dapat dilakukannya.
Karena tinggi rendahnya daya beli suatu Negara dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
nasionalnya. Maka tinggi rendahnya impor Negara tersebut, juga ditentukan oleh besar kecilnya
pendapatan nasionalnya. “Makin tinggi pendapatan nasional, makin besar pula impor yang dapat
dilakukan oleh Negara tersebut.
Suatu Negara dapat mengekspor barang produksinya ke Negara lain apabila barang tersebut
diperlukan Negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau produksinya
tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Ada faktor terpenting yang menentukan ekspor
suatu Negara yaitu kemampuan dari Negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang
dapat bersaing dalam pasaran luar negeri, baik dalam mutu, harga barang yang diekspor paling
tidak sedikit sama baiknya dengan yang diperjual-belikan dalam pasaran luar negeri, serta cita
rasa masyarakat luar negeri terhadap barang yang diekspor.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kemerosotan pada ekspor, yaitu bias terjadinya
perubahan cita rasa penduduk luar negeri, merosotnya keupayaan bersaing di pasar luar negeri
serta terjadi permasalahan ekonomi yang sedang dialami diluar negeri.
Impor suatu Negara dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Semakin tinggi
pendapatan, semakin .banyak impor yang akan dilakukan. Inflasi juga dapat menyebabkan secara
keseluruhan barang buatan dalam negeri menjadi lebih mahal. Serta kemampuan suatu Negara
menghasilkan barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu faktor yang menimbulkan
perubahan impor terhadap tingkat pendapatan nasional.
1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri.
2. Harga barang-barang di dalam dan luar negeri.
3. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli
mata uang asing.
4. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri.
5. Ongkos angkutan barang antarnegara.
6. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasinal.
(AE = Cdn + I + G + X + M)
a. Terjadinya tingkat persaingan yang tinggi didalam perdagangan, baik berupa harga,
mutu, dan kualitas barang sangat menentukan.
b. Menimbukan kelangkaan barang di dalam negeri
c. Konsumerisme
d. Menyebabkan eksploitasi besar – besaran sumber daya alam
e. Syarat Keseimbangan Perekonomian Terbuka
Apabila dimisalkan perekonomian tersebut terdiri dari tiga sektor maka keseimbangan
pendapatan nasional Y = C + I + G . Apabila perekonomian ini berubah menjadi ekonomi
terbuka, akan timbul dua aliran pengeluaran baru, yaitu ekspor dan impor. Ekspor akan
menambah pengeluaran agregat manakala impor akan mengurangi pengeluaran agregat .
Dengan demikian dalam perekonomian terbuka penawaran agregat (AS) terdiri dari
pendapatan nasional (Y) dam impor (M), dalam rumus :
AS = Y + M
Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran ke atas barang dalam negeri (C) dan
pengeluaran ke atas barang impor. Maka dalam perekonomian terbuka berlaku persamaan
berikut :
C = Cdn + M atau AE = C + I + G + X
Y + M = C + I + G + X atau Y = C + I + G + ( X – M )
I+G+X=S+T+M
Untuk membeli barang buatan dalam negeri dan barang impor, dengan rumus : C = Cdn
+ M Untuk di tabung (S)
Y – Y = C + S atau Y = C + S + T
Dimana C adalah pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang dalam negeri dan
barang impor. Mengenai keseimbangan mengikut pendekatan penawaran agregat-pengeluaran
agregat menunjukan bahwa keseimbangan di capai apabila :
Y=C+I+G+(X–M)
C+I+G+(X–M)=C+S+T
Atau
I+G+X=S+T+M
Suatu Negara dapat mengekspor barang produksinya ke Negara lain apabila barang
tersebut diperlukan Negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau
produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri.Ada faktor terpenting yang
menentukan ekspor suatu Negara yaitu kemampuan dari Negara tersebut untuk mengeluarkan
barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri, baik dalam mutu, harga barang
yang diekspor paling tidak sedikit sama baiknya dengan yang diperjual-belikan dalam pasaran
luar negeri, serta cita rasa masyarakat luar negeri terhadap barang yang diekspor.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kemerosotan pada ekspor, yaitu bias terjadinya
perubahan cita rasa penduduk luar negeri, merosotnya keupayaan bersaing di pasar luar negeri
serta terjadi permasalahan ekonomi yang sedang dialami diluar negeri.
Suatu Negara dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Semakin tinggi pendapatan,
semakin .banyak impor yang akan dilakukan. Inflasi juga dapat menyebabkan secara keseluruhan
barang buatan dalam negeri menjadi lebih mahal. Serta kemampuan suatu Negara menghasilkan
barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perubahan
impor terhadap tingkat pendapatan nasional.
Dalam ekonomi empat sector nilai multiplier adalah lebih kecil dari dalam ekonomi tiga
sector.sebabnya adalaha karena dalam perekonomian terbuka misalkan impor adalah sebanding
dengan pendapatan nasional, yaitu persamaan impor adalah M = m Y. Nilai m menyebabkan
tingkat ‘kebocoran’ (presentasi dari pertambahan pendapatan nasional yang tidak dibelanjakan
kembali untuk menimbulkan proses multiplier selanjutnya) menjdi bertambah.
Perubahan komponen yang meliputi bocoran (S, T, atau M) akan menimbulkan akibat yang
sebaliknya dari yang ditimbulkan oleh komponen pengeluaran agregat. Kenaikan tabungan, atau
pajak atau impor akan mengurangi pendapatan nasional. Proses multiplier akan menyebabkan
pendapatan nasional berkurang lebih besar dari kenaikan kebocoran.
Perbedaan Kondisi Produk. Alasan perbedaan kondisi suatu produk ini yang lebih cenderung
mengarah pada kualitas produk juga menjadi alasan terjadinya perdagangan internasional.
Misalkan ada salah satu negara yang mempunya iklim tropis tentunya memiliki kemampuan
untuk memproduksi pisang, kopi, dengan kualitas yang lebih maksimal yang kemudian
diperdagangkan ke luar yang ditukar dengan berbagai macam barang dan jasa dari negara lain.
Menghemat Biaya Produksi. Hal ini juga menjadi alasan para produsen untuk melakukan
perdagangan secara internasional. Dan sebenarnya inti dari alasan ini adalah untuk menekan
tingginya biaya produksi dengan cara menghasilkan produk dalam skala jumlah yang lebih besar.
Bukankah tidak ada cara lain yang lebih hemat selain menjual produk yang berskala besar
tersebut ke pasar global?
Perbedaan tingkat selera. Walaupun misalkan kondisi sebuah produk dari berbagai daerah itu
sama, perdagangan internasional tetap mungkin akan terjadi apabila masing – masing penduduk
di suatu negara memiliki selera yang berbeda. Contohnya ada dua negara yang menghasilkan
daging. Yang satu adalah produsen daging sapi, dan yang satu adalah produsen daging ayam.
Jika produsen daging sapi memiliki selera terhadap daging ayam dan sebaliknya, tentu proses
impor dan ekspor akan terjadi.
Adanya prinsip perbandingan keunggulan (comparative advantage). Maksud dari prinsip ini
adalah suatu negara cenderung akan lebih berspesialisasi untuk menciptakan produk dan
mengekspornya ke luar jika dirasa pembuatan produk di negaranya itu memakan biaya yang
relatif lebih rendah dari pada dibuat oleh negara lain. Sebaliknya suatu negara akan lebih
memilih untuk mengimpor produk jika biaya produksi untuk menghasilkan produk tersebut
dinilai relatif tinggi (kurang efisien) jika di produksi di negaranya sendiri.
Kebijakan moneter di Indonesia fokus pada inflasi. Sekalipun demikian aspek pertumbuhan
tetap menjadi perhatian. Dengan ekonomi yang terbuka kebijakan moneter juga berimplikasi
pada nilai tukar (exchange rate). Karena itu kebijakan menaikkan atau menurunkan BI rate
berimplikasi tidak saja pada inflasi, tetapi juga pada pertumbuhan, dan nilai tukar.
Keempat, kebijakan moneter longgar, dengan BI rate terendah yang diikuti oleh bunga
pinjaman terendah dalam sejarah ekonomi Indonesia pada periode 2010-2012. Kelima,
peningkatan BI rate kembali menanggapi rencana pengurangan stimulus (tapering) dari the Fed
pada bulan Juni tahun 2013. Keenam, perkembangan bunga pinjaman mengikuti kenaikan BI
rate dengan cepat, dengan penurunan bunga pinjaman yang sangat lambat ketika BI rate
diturunkan.
Dari pengamatan (stylized facts), model empiris VAR, dan model teoritikal jelas bahwa
kebijakan moneter the fed, dalammenaikkan atau menurunkan fund rate, memberikan pengaruh
besar pada ekonomi Indonesia. Kenaikan fund rate diikuti dengan kenaikan BI rate, selanjutnya
bunga pinjaman, penurunan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan penundaan (lag).
Penurunan pertumbuhan lebih besar pada saat kenaikan fundrate dan BI rate bersamaan,
dibandingkan dengan jika kenaikan hanya pada BI rate saja. Apresiasi REER membutuhkan
waktu (lag) dengan didauhului oleh depresiasi. Kebijakan stabilisasi nilai tukar dapat
menurunkan inflasi dan memperkuat REER dengan cepat, dan pertumbuhan ekonomi positif.
Model teorikal sesuai dengan model empiris VAR, sekalipun terdapat perbedaan dalam
kecepatan penyesuaian dan kestabilannya. Dari model teoretikal yang bersesuain cukup baik
dengan model empiris dapat dilakukan excersise dimana penurunan fund rate yang diikuti oleh
penurunan BI rate menurunkan bunga pinjaman dan menaikkan pertumbuhan ekonomi, dan
apresiasi REER. Namun inflasi juga meningkat. Sedangkan peningkatan produktivitas domestik
meningkatkan pertumbuhan lebih tinggi daripada penurunan BI rate, dan inflasi yang menurun
serta apresiasi REER. Karena itu kemampauan meningkatkan produktivitas domestik sangat
penting tidak saja bagi stabilitas tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan peningkatan
produktivitas di luar negeri berimplikasi negatif terhadap ekonomi domestik yaitu menurunkan
pertumbuhan dan depresiasi REER. Sekalipun demikian, inflasi mengalami penurunan.
Ekonomi terbuka juga disebut ekonomi empat sektor, yaitu ekonomi yang dibagi menjadi
empat sektor, yaitu Sektor Rumah Tangga (Households Sector) yang terdiri dari sekelompok
individu yang dianggap homogen dan identik, Sektor Perusahaan (Firms Sector) yang terdiri
dari sekelompok perusahaan yang memproduksi barang dan layanan, Sektor Pemerintah
(Goverment Sector) yang memiliki kewenangan politik untuk mengatur kegiatan masyarakat dan
perusahaan, Sektor Asing (Foreign Sector) yaitu sektor ekonomi dunia, di mana ekonomi
melakukan transaksi ekspor-impor. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:
Perusahaan merupakan gabungan unit kegiatan yang menghasilkan produk barang dan jasa.
Suatu contoh angka untuk menunjukan keseimbangan dalam perekonomian terbuka dan
perubahan keseimbangan tersebut.
Dalam perekonomian terbuka barang dan jasa yang diperjual-belikan di dalam negeri terdiri
dari dua golongan barang, yaitu :
Apabila dimisalkan perekonomian tersebut terdiri dari tiga sektor maka keseimbangan
pendapatan nasional Y = C + I + G . Apabila perekonomian ini berubah menjadi ekonomi
terbuka, akan timbul dua aliran pengeluaran baru, yaitu ekspor dan impor. Ekspor akan
menambah pengeluaran agregat manakala impor akan mengurangi pengeluaran agregat .
Dengan demikian dalam perekonomian terbuka penawaran agregat (AS) terdiri dari
pendapatan nasional (Y) dam impor (M), dalam rumus :
AS = Y + M
AE = Cdn + I + G + X + M
Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran ke atas barang dalam negeri (C) dan
pengeluaran ke atas barang impor. Maka dalam perekonomian terbuka berlaku persamaan
berikut :
C = Cdn + M atau AE = C + I + G + X
I+G+X=S+T+M
Untuk membeli barang buatan dalam negeri dan barang impor, dengan rumus : C = Cdn
+ M Untuk di tabung (S)
Y – Y = C + S atau Y = C + S + T
Dimana C adalah pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang dalam negeri dan
barang impor. Mengenai keseimbangan mengikut pendekatan penawaran agregat-pengeluaran
agregat menunjukan bahwa keseimbangan di capai apabila :
Y=C+I+G+(X–M)
C+I+G+(X–M)=C+S+T
Atau
I+G+X=S+T+M
Ada beberapa hal yang menyebabkan kemerosotan pada ekspor, yaitu bias terjadinya
perubahan cita rasa penduduk luar negeri, merosotnya keupayaan bersaing di pasar luar negeri
serta terjadi permasalahan ekonomi yang sedang dialami diluar negeri.
Suatu Negara dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Semakin tinggi pendapatan,
semakin .banyak impor yang akan dilakukan. Inflasi juga dapat menyebabkan secara keseluruhan
barang buatan dalam negeri menjadi lebih mahal. Serta kemampuan suatu Negara menghasilkan
barang yang lebih baik mutunya merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perubahan
impor terhadap tingkat pendapatan nasional.
Dengan demikian, apabila perekonomian berubah dari ekonomi tertutup ke ekonomi terbuka,
pengeluaran agregat akan bertambah semakin banyak Ekspor Neto, yaitu sebanyak ( X – M ).
Nilai Ekspor Neto ini perlu ditambahkan kepada fungsi pengeluaran agregat untuk perekonomian
tertutup ( AE = C + I + G ). Dan akan diperoleh fungsi pengeluaran agregat untuk ekomoni
empat sector, yaitu AE = C + I + G + ( X – M ).
Dalam ekonomi empat sector nilai multiplier adalah lebih kecil dari dalam ekonomi tiga
sector.sebabnya adalaha karena dalam perekonomian terbuka misalkan impor adalah sebanding
dengan pendapatan nasional, yaitu persamaan impor adalah M = m Y. Nilai m menyebabkan
tingkat ‘kebocoran’ (presentasi dari pertambahan pendapatan nasional yang tidak dibelanjakan
kembali untuk menimbulkan proses multiplier selanjutnya) menjdi bertambah.
Perubahan komponen yang meliputi bocoran (S, T, atau M) akan menimbulkan akibat yang
sebaliknya dari yang ditimbulkan oleh komponen pengeluaran agregat. Kenaikan tabungan, atau
pajak atau impor akan mengurangi pendapatan nasional. Proses multiplier akan menyebabkan
pendapatan nasional berkurang lebih besar dari kenaikan kebocoran.
Indikator makro ekonomi adalah statistik yang digunakan untuk melihat perkembangan
ekonomi saat ini dan saat yang akan datang. Statistik tersebut diterbitkan secara periodik
(umumnya harian, bulanan, maupun tahunan) oleh pemerintah, lembaga - lembaga ataupun
organisasi - organisasi swasta. Indikator makro ekonomi tersebut dipubl ikasikan berdasarkan
atas pengamatan terhadap industri - industri, wilayah/daerah, ataupun negara. Fungsi utama
indikator makro ekonomi adalah untuk menganalisis perkembangan ekonomi saat ini dan untuk
memprediksi perkembangan ekonomi di masa yang akan datang. Fungsi lain dari indikator
makro ekonomi adalah untuk mengatur atau mengubah ekspektasi pasar. Oleh sebab itu,
indikator makro ekonomi dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pasar barang dan
jasa, pasar tenaga kerja, pasar valuta asing, pasar saham, dan pasar bursa berjangka. Terdapat
indikator-indikator makro ekonomi yang perlu untuk diamati. Indikator-indikator yang dimaksud
adalah PDRB, tingkat inflasi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB per kapita,
pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, tingkat kesempatan kerja dan tingkat pengangguran.
Secara umum Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto
seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang
timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan
apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen.
PDRB disajikan atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar
harga berlaku menceritakan nilai ekonomi yang tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan volume
produksi tetapi juga dipengaruhi oleh inflasi (harga). Melalui distribusi nilai PDRB atas dasar
harga berlaku dapat diketahui struktur perekonomian suatu wilayah. Selain itu kinerja
perekonomian daerah yang dinilai dari pertumbuhan ekonominya dapat diketahui melalui
perkembangan nilai PDRB atas dasar harga konstannya. Ada beberapa manfaat dari
penghitungan PDRB antara lain, untuk melihat keterbandingan antar daerah, untuk melihat
kesenjangan ekonomi antar daerah dan antar sektor, untuk melihat potensi ekonomi yang masih
bisa dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian di masing-masing daerah, PDRB juga
digunakan sebagai salah satu komponen dalam pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU).
Seberapa besar bagian dari masing-masing sektor dalam penciptaan total laju
pertumbuhan ekonomi. Rumus yang digunakan adalah :
PDRB per kapita merupakan besaran untuk menunjukkan besarnya pendapatan yang
dapat dinikmati oleh setiap penduduk secara rata-rata selama satu tahun. PDRB per kapita
diperoleh dari hasil bagi PDRB total Atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pada
pertengahan tahun.
Inflasi
Untuk mengukur perubahan harga dari dua periode waktu yang berbeda digunakan angka
indeks harga. Angka indeks harga adalah angka yang menunjukkan perbandingan harga dalam
dua waktu yang berbeda, sehingga angka indeks harga didefinisikan sebagai angka perbandingan
antara harga komoditi atau kelompok komoditi yang terjadi pada suatu periode waktu dengan
periode waktu yang telah ditentukan. Karena data harga yang digunakan adalah harga konsumen,
maka indeks harga yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
Ketanagakerjaan
Konsep pengumpulan data angkatan kerja yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik
berdasarkan the labour force concept yang direkomendasikan oleh International Labour
Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok yaitu penduduk yang
termasuk ke dalam usia kerja dan bukan usia kerja.
TPAK dihitung dengan membandingkan data angkatan kerja dengan data penduduk usia
kerja. Semakin tinggi nilai TPAK menunjukkan proporsi angkatan kerja yang semakin membesar
pada struktur demografi suatu wilayah. Dengan melihat TPAK dapat ditunjukkan perbandingan
persentase penduduk yang telah dan siap untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi. Namun
demikian, tingginya TPAK tidak selalu berarti membaiknya kinerja ketenagakerjaan. Apabila
tingginya TPAK diikuti oleh peningkatan dalam proporsi penduduk bekerja, maka TPAK
tersebut menunjukkan kinerja partisipasi angkatan kerja yang baik. Sebaliknya, bila tingginya
TPAK diikuti oleh peningkatan penduduk pencari kerja, maka dikhawatirkan akan memicu
tingginya angka pengangguran.
Kemiskinan
Ukuran Kemiskinan:
Head Count Index (HCI-P0) adalah persentase penduduk miskin yang berada di bawah
Garis Kemiskinan (GK). Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) merupakan
ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) memberikan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Metode Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang
diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua atau data yang
diperoleh dari hasil publikasi pihak lain yaitu data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Gorontalo, khususnya data-data yang berakitan dengan hasil publikasi Kabupaten Gorontalo
tahun 2019.
Tipologi Klassen
Kuadran I : Merupakan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat. Kuadran ini
merupakan sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan
pertumbuhan daerah yang menjadi acuan secara nasional (g) dan memiliki kontribusi terhadap
PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi acuan secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi > g dan si > s.
Sektor dalam kuadran I dapat pula diartikan sebagai sektor yang potensial karena memiliki
kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa pasar yang lebih besar daripada daerah yang
menjadi acuan secara nasional.
Kuadran II : Merupakan sektor maju tapi tertekan. Sektor yang berada pada kuadaran ini
memiliki nilai laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan secara nasional (g), tetapi memiliki kontribusi
terhadap PDRB daerah (si) yang lebih besar dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa
dilambangkan dengan gi < g dan si > s. Sektor dalam kategori ini juga dapat dikatakan sebagai
sektor yang telah jenuh.
Kuadran III : Merupakan sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat.
Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai laju pertumbuhan PDRB (gi)
yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan secara nasional (g), tetapi
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (si) lebih kecil dibandingkan dengan nilai kontribusi
sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan secara nasional (s). Klasifikasi ini
biasa dilambangkan dengan gi > g dan si < s. Sektor dalam kuadran III dapat diartikan sebagai
sektor yang sedang booming, meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan
dengan rata-rata nasional.
Kuadran IV : Merupakan sektor relative tertinggal. Pada kuadran ini ditempati oleh
sektor yang memiliki nilai laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan secara nasional (g) dan sekaligus memiliki
kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai kontribusi sektor
tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan secara nasional.
Hasil Overlay
Analisis Overlay digunakan untuk menentukan sektor atau kegiatan ekonomi yang
potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi dengan menggabungkan hasil
dari Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Location Quontient (LQ). Berdasarkan hasil
analisis, diketahui bahwa sektor Pertanian, Kehutanan, Dan Perikanan, dan sektor Pengadaan
Listrik Dan Gas masuk kedalam kategori kegiatan yang sangat dominan baik dari pertumbuhan
maupun dari kontribusi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang
dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memerhatikan apakah faktor produksi dimiliki
residen atau nonresiden. Penyusunan PDRB bisa disajikan berdasarkan atas dasar harga berlaku
(ADHB)dan atas dasar harga konstan (ADHK). Harga Berlaku adalah penilaian yang dilakukan
terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun
sedang berjalan.Sedangkan harga Konstan adalah penilaian yang dilakukan terhadap produk
barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tetap disatu tahun dasar.
Tahun Dasar adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai dasar
penghitungan tahun-tahun yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat digambarkan seri data
dengan indikator rinci mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi.
PDRB Perkapita
Salah satu indikator tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah/wilayah dapat dilihat
dari nilai PDRB per kapita, yang merupakan hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh kegiatan ekonomi dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya jumlah
penduduk akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita, sedangkan besar kecilnya nilai PDRB
sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor produksi yang terdapat di
daerah tersebut. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk.
Nilai PDRB per kapita Pohuwato atas dasar harga berlaku sejak tahun 2015 hingga 2019
senantiasa mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 PDRB per kapita tercatat sebesar 31,11 juta
rupiah. Secara nominal terus mengalami kenaikan hingga tahun 2019 mencapai 41,04 juta rupia
PDRB per kapita Kabupaten Pohuwato menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (Tabel
14), seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara
ekonomi setiap penduduk Pohuwato rata-rata mampu menciptakan PDRB atau nilai tambah
sebesar nilai per kapita di masing-masing tahun tersebut. Sementara itu, pertumbuhan per kapita
secara “riil” juga selalu meningkat di kisaran 3-4 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti
pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada kisaran 2,40 persen
setiap tahunnya selama periode 2015 s.d. 2019. Dengan demikian, maka pertumbuhan per kapita
tersebut tidak saja terjadi secara “riil” tetapi juga terjadi secara kualitas.
Pengeluaran per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota
rumah tangga selama sebulan baik yang berasal dari pembelian, pemberian maupun produksi
sendiri dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga dalam rumah tangga
tersebut.Pengeluaran makanan perkapita di Kabupaten Pohuwato mengalami penurunan dari Rp
424.963/bulan pada tahun 2017 menjadi Rp 400.224/bulan pada tahun 2018. Jika dirinci
berdasarkan kelompok bahan makanan, pengeluaran terbesar di Kabupaten Pohuwato pada tahun
2018 yaitu pada kelompok makanan dan minuman jadi sebesar Rp 90.630 sedangkan terkecil
pada kelompok umbi-umbianyaitu sebesar Rp 2.718.
Inflasi
Inflasi (untuk daerah perkotaan) merupakan salah satu indikator makro yang
perkembangannya dimonitor secara ketat oleh pemerintah, karena besaran agregat inflasi secara
langsung akan berdampak terhadap daya beli masyarakat berpendapatan tetap seperti pegawai
negeri dan buruh/pekerja swasta. Inflasi terjadi akibat ketidakseimbangan antara sisi permintaan
dan penawaran pasar barang dan jasa. Inflasi dapat terjadi oleh berbagai faktor seperti nilai
tukar/kurs, volume uang beredar,bahkan dampak dari ekspektasi masyarakat. Dimensi lain yang
terkena dampak negative dari tingginya inflasi adalah meningkatnya nominal garis kemiskinan
dan melemahnya purchasing power parity yang pada akhirnya akan berpengaruh pada Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Daftar Pustaka
Chad P. Bown, “Trade Remedies and World Trade Organization Dispute Settlement: Why are So
Few Challenged?” (2005) 34 Journal of Legal Studies 515, 527