2020 – 2024
TENTANG
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENGELOLAAN BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2020-2024
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR PENGELOLAAN BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENGELOLAAN
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2020-
2024.
Pasal 1
Pasal 2
Rencana Strategis Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi pedoman dan arahan
dalam hal penyusunan kebijakan dan penentuan strategi Pelayanan Lingkup
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun
Berbahaya.
Pasal 3
Keputusan Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 November 2020
Direktur,
KATA PENGANTAR
Dokumen ini merupakan Rencana Strategis Tahun 2020 – 2024 Direktorat Pengelolaan
Bahan Berbahaya Beracun, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Bahan Berbahaya dan Beracun (Ditjen PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Kementerian LHK). Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) ini merupakan
salah satu upaya menindaklanjuti mandat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden Nomor 18
Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2020-2024, dimana untuk pelaksanaan RPJMN, Kementerian LHK sudah
menyusun Renstra Tahun 2020-2024.
Renstra ini merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Ditjen PSLB3, Kementerian
LHK, yang pelingkupannya disesuaikan dengan urusan, tugas dan fungsi Direktorat
Pengelolaan B3, serta permasalahan yang difokuskan pada isu aktual yang berkenaan
dengan pengelolaan B3 dalam kurun waktu tahun 2020 – 2024. Atas pertimbangan
tersebut maka dalam dokumen Renstra ini tidak memuat Visi dan Misi serta kerangka
kelembagaan, namun memuat Sasaran Kegiatan sebagai penjabaran dari Program
menuju pada pencapaian Sasaran Strategis.
i|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
ii | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LAMPIRAN-LAMPIRAN iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB V PENUTUP 73
iii | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 - Susunan Organisasi Direktorat Pengelolaan B3 5
Gambar 1.2 - Rantai Nilai Direktorat Pengelolaan B3 5
Gambar 1.3 - Tahapan Penyusunan RENSTRA 2020 - 2024 6
Gambar 1.4 - Grafik Pemrosesan Permohonan Surat Keterangan Registrasi
B3, Notifikasi B3 dan Rekomendasi Pengangkutan B3 Periode
2015 - 2019 14
Gambar 1.5 - Jumlah Realisasi Impor B3 Berdasarkan Laporan Manual
Periode 2015 - 2019 17
v|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 - Daftar Rancangan Peraturan Pengelolaan B3 Yang Disusun 12
Periode 2015 - 2019
Tabel 1.2 - Lokasi Pengukuran Sampel Lingkungan Terdampak B3 16
Tabel 1.3 - Bidang Usaha Perusahaan Pelapor Realisasi Impor B3 17
Periode 2015 - 2019
Tabel 1.4 - Daftar B3 Dibatasi Periode 2015 – 2019 20
Tabel 1.5 - Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri 21
Tabel 1.6 - Hasil Uji Laboratorium Kadar Merkuri Pada Sampel 23
Lingkungan
Tabel 1.7 - Faktor-faktor Kunci Lingkungan Internal 35
Tabel 1.8 - Faktor-faktor Kunci Lingkungan Eksternal 35
Tabel 2.1 - Struktur Sasaran Dalam Sistem Perencanaan Kementerian 39
LHK
Tabel 2.2 - Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja 42
Tabel 3.1 - Program, Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program SS I
dan IKU I 47
Tabel 3.2 - Kegiatan, Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan 47
Tabel 3.3 - Sasaran Kegiatan dan Pengarustamaan (Renstra
PSLB3 2020-2024) 58
Tabel 4.1 - Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan pada IKU I 62
vi | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB I
PENDAHULUAN
1|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan pengelolaan B3 adalah mata rantai yang melibatkan banyak pihak mulai dari
penyedia bahan B3, pengedar B3, pengangkut B3, penghasil B3, dan pengguna B3. Dari
mata rantai kegiatan tersebut diperlukan aturan-aturan ketentuan perundangan dan
perizinan yang wajib ditaati sesuai dengan karakteristik dan sifat B3 yang dikelola. Setiap
penanggung usaha dan atau kegiatan memiliki kewajiban mengelola B3 dan
menyampaikan pelaporan pengelolaan B3. Pelaporan ini digunakan oleh pemerintah
pusat dan daerah untuk memastikan kegiatan pengelolaan B3 sesuai dengan aturan
ketentuan yang berlaku.
Sebagaimana juga telah diamanatkan di Undang Undang No. 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pasal 58 bahwa setiap orang
yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang,
mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
Pelanggaran/kesalahan pengelolaan B3 dari berbagai bentuk kegiatan dari hulu
sampai dengan hilir dapat berakibat pada pencemaran/kerusakan lingkungan baik
pada tingkatan skala kecil maupun besar.
Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persisten (POP), Konvensi
Rotterdam tentang Prosedur Persetujuan atas Dasar Informasi Awal untuk Bahan Kimia
dan Pestisida Berbahaya Tertentu dalam Perdagangan International dan Konvensi
Minamata tentang Merkuri, mengamanatkan setiap Negara yang turut meratifikasi
untuk menyediakan sistem dan mekanisme yang menunjang penerapan ketentuan
dalam ketiga konvensi tersebut. Indonesia telah meratifikasi ketiga konvensi tersebut
dengan diterbitkannya UU Nomor 19 tahun 2009 tentang Pengesahan Konvensi
Stockholm, UU Nomor 10 tahun 2013 tentang Pengesahan Konvensi Rotterdam dan UU
Nomor 11 tahun 2017 tentang Pengesahan Konvensi Minamata mengenai Merkuri.
Penanganan bahan kimia yang memiliki klasifikasi sebagai B3 diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Mekanisme pengendalian B3 yang saat ini telah diberlakukan adalah kewajiban
meregistrasi B3 baik oleh penghasil dan atau pengimpor B3 di Kementerian Lingkungan
2|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Hidup dan Kehutanan (KLHK). Selain itu, PP No. 74 Tahun 2001 juga mengamanatkan
untuk penyediaan informasi bagi masyarakat sebagai media peningkatan kesadaran
masyarakat terutama dalam upaya pengendalian dampak terhadap lingkungan hidup
sebagai akibat kegiatan penggunaan bahan kimia.
Sebagai bentuk respon dari amanat tersebut dan dalam upaya peningkatkan layanan
publik pelaksanaan registrasi B3 dan kerangka mewujudkan implementasi Tatakelola B3
Nasional, maka telah dikembangkan Aplikasi Registrasi B3 Online Terintegrasi dengan
UPT/PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dan Aplikasi Safe File Transfer Protocol (SFTP)
terintegrasi INSW (Indonesia National Single Window) Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian
Keuangan, serta Portal Sistem Informasi Tatakelola B3 dan POP (Pencemar Organik
Persisten) (SIB3POP) sebagai media pertukaran informasi, edukasi dan promosi dalam
upaya pengelolaan B3 dan POP di Indonesia.
3|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
4|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
PENERAPAN KONVENSI B3
PENGENDALIAN B3
INVENTARISASI SASARAN
PENGGUNAAN B3 KEGIATAN
PENGELOLAAN
PENANGANAN B3
B3
DUKUNGAN MANAJEMEN
(Program, Anggaran, Tata Laksana, Hukum, Kepegawaian, Perlengkapan,
Data dan Informasi
5|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Rantai Nilai tersebut menunjukkan bahwa rangkaian pelaksanaan tugas dan fungsi oleh
unit-unit kerja di bawah Direktorat Pengelolaan B3 secara sistem mesti menuju pada
pencapaian Sasaran Kegiatan yang menjadi tanggung-jawab Direktorat Pengelolaan
B3.
Penyusunan Renstra ini mengacu pada pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor:
P.63/MENLHK/SETJEN/SET.1/10/2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2020-2024. Disamping
itu, juga mengacu pada Tata Cara Penyusunan Renstra K/L Tahun 2020-2024
Berpedoman pada Permen PPN/.Bappenas No. 05 Tahun 2019. Sesuai dengan
pedoman-pedoman tersebut di atas, penyusunan Renstra ini dilakukan melalui tahapan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar I.3.
Secara substantif, Renstra ini mengacu pada Renstra Ditjen PSLB3 dan Renstra
Kementerian LHK, serta pada peraturan perundang-undangan yang berkenaan
dengan Pengelolaan B3. Lingkup Renstra ini disesuaikan dengan ranah tugas dan
fungsi Direktorat Pengelolaan B3, serta dengan mempertimbangkan kondisi, potensi
dan permasalahan aktualnya, terutama dalam kurun waktu tahun 2020 – 2024.
6|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam rangka untuk mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana
dimaksud di atas, salah satu upaya yang menjadi tugas dan wewenang Kementerian
LHK adalah pengelolaan B3 yang diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kondisi umum yang dimaksud dalam hal ini adalah kondisi yang secara umum
menunjukkan kondisi substantif pengelolaan B3. Adapun pengertian pengelolaan B3
mengacu pada Pasal 1 angka 21 UU 32/2009, dimana dalam UU 32/2009, selain
memuat batasan pengertian B3 juga ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan B3 yaitu
pada Pasal 58, Pasal 63, Pasal 69, Pasal 88, Pasal 89, Pasal 102, dan Pasal 107, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan B3, yang selanjutnya
disingkat dengan PP 74/2001, serta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Sedangkan
kurun waktu kondisinya adalah tahun 2020 – 2024, dan lingkup lokasi pengelolaannya
meliputi wilayah Indonesia, urusan lintas negara dengan Indonesia, dan urusan
global/regional yang berkaitan dengan Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam
konvensi-konvensi mengenai pengelolaan B3.
Dalam beberapa dekade terakhir ini ilmu pengetahuan dan teknologi serta industri
telah berkembang amat pesat. Perkembangannya itu telah meningkatkan kualitas
hidup manusia, mengubah gaya hidup, pola konsumsi dan produksi. Perkembangan
tersebut juga telah memicu peningkatan kebutuhan atas produk- produk kimiawi
sintetik, baik ragamnya maupun jumlahnya. Sebagian dari bahan bahan kimiawi
tersebut merupakan “bahan berbahaya dan beracun”, yang lazim disingkat dengan
“B3”.
7|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia yang besar, serta pola konsumsi
masyarakat seperti sekarang ini akan menyebabkan jenis dan jumlah B3 semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Apabila B3 terpapar ke lingkungan hidup, antara lain
sebagai akibat dari tidak dikelolanya B3 sebagaimana seharusnya dan/atau akibat
masuk dan/atau dimasukkannya B3 ke lingkungan hidup, maka hal itu akan
menimbulkan resiko berupa ancaman pada kesehatan dan atau keselamatan
manusia, serta ancaman pada kehidupan makhluk hidup lainnya, juga dapat
menimbulkan kecemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
8|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
A. Penerapan Konvensi
Ketiga konvensi tersebut di atas pada intinya mendorong setiap Negara untuk menyusun
strategi kebijakan dalam bentuk rencana penerapan nasional (National Implementation
Plan, yang disingkat dengan NIP) serta melakukan pelaporan berkala kepada
Sekretariat Konvensi. Indonesia sebagai Negara Pihak Ketiga dari konvensi-konvensi
tersebut di atas maka Pemerintah Indonesia bertanggung jawab untuk menerapkan
amanat dan kewajiban dari konvensi-konvensi tersebut, serta agenda-agenda
kerjasama internasional yang bertalian dengan tema dari ketiga konvensi tersebut.
Sehubungan dengan itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang dalam
urusan ini diwakili oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan
Bracun Berbahaya, berperan sebagai National Focal Point dari Konvensi Stockholm dan
Konvensi Minamata, serta sebagai Designated National Authority dari Konvensi
Rotterdam. Sedangkan Direktur Pengelolaan B3 berperan sebagai Official Focal Point
Konvensi Rotterdam, Konvensi Stockholm dan Konvensi Minamata. Secara garis-besar,
tanggung jawab dari peran sebagaimana dimaksud di atas adalah sebagai berikut:
1. mengkoordinasikan pelaksanaan konvensi di setiap sektor;
9|R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam rangka menjalankan peran termaksud di atas maka diperlukan dasar hukum
untuk melaksanakan sejumlah agenda, juga perlu untuk memutakhirkan peraturan
perundang-undangan mengenai pengelolaan B3 di Indonesia, terutama Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan B3, dengan ketentuan-
ketentuan baru dalam ketiga konvensi tersebut, dan meningkatkan kapasitas
implementatif yang bertalian dengan kewajiban-kewajiban yang dimandatkan, yaitu:
pengisian Import Response (IR), penyusunan Final Regulatory Action (FRA), pembuatan
laporan penerapan Konvensi Rotterdam, penyusunan dokumen Review & Update NIP
POPs, pembuatan laporan penerapan Konvensi Stockholm, pembuatan Biennial
National Reporting Konvensi Stockholm, penyusunan dan pelaksanaan Rencana Aksi
Daerah Pengurangan dan Penghapusan Merkuri (PPM) pada 34 Provinsi, pembuatan
laporan tahunan pelaksanaan PPM, dan pemenuhan target PPM hingga tahun 2030
melalui penyelenggaraan fungsi Sekretariat pelaksanaan PPM.
Kondisi yang menjadi tantangan dan atau persoalan dalam penerapan ketiga konvensi
tersebut selama lima tahun kedepan adalah sebagai berikut:
1. Belum dimutakhirkannya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan B3 dengan ketiga konvensi mengenai B3 termaksud di atas, yaitu:
Konvensi Stockholm yang diratifikasi pada tahun 2009 dengan Undang Undang
Nomor 19 Tahun 2009, Konvensi Rotterdam yang diratifikasi pada tahun 2013
dengan Undang Undang Nomor 10 Tahun 2013, dan Konvensi Minamata yang
diratifikasi pada tahun 2017 dengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2017.
Dengan belum direvisinya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 termaksud
di atas maka petunjuk- petunjuk pelaksanaan dan rencana aksi dalam rangka
penerapan konvensi-kovensi tersebut belum diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2001. Sebetulnya revisi Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2001 telah dimulai sejak tahun 2015, namun sampai saat ini revisi peraturan
tersebut masih pada tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM.
2. Belum efektifnya fungsi sekretariat dan tim pelaksana penerapan Konvensi.
10 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam kurun waktu tahun 2015 – 2019 telah disusun rancangan peraturan pelaksanaan
mengenai penerapan konvensi-konvensi B3. Salah satu diantaranya yang telah
disetujui dan diterbitkan adalah Peraturan Presiden Tentang Nomor 21 Tahun 2019
Tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri dan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 81 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Presiden Nomor 21 Tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan
Penghapusan Merkuri.
Rancangan peraturan yang saat ini masih dalam proses harmonisasi dengan sektor
adalah rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan B3, yang merupakan
revisi atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan B3. Berikut
adalah daftar rancangan peraturan dan pedoman yang telah disusun sepanjang
periode 2015 – 2019.
11 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Tabel 1.1. Daftar Rancangan Peraturan Pengelolaan B3 Yang Disusun Periode 2015 - 2019
2019 Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional
Pengurangan dan Penghapusan Merkuri
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 81 Tahun
2019 tentang Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019
Tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri
Pedoman penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengurangan dan
Penghapusan Merkuri
B. Pengendalian B3
Penetapan kategori atau kategorisasi B3 merupakan salah satu bagian bisnis proses
pengendalian B3, yang pada intinya adalah meng-klasifikasi B3 ke dalam tiga kategori,
yaitu: B3 yang dapat dipergunakan, atau B3 yang terbatas dipergunakan, atau B3 yang
dilarang dipergunakan.
Dalam kurun waktu 2015 – 2019, telah diproses sebanyak 7.369 surat permohonan registrasi
B3, 339 surat permohonan notifikasi dan 397 surat permohonan rekomendasi
pengangkutan B3.
2.297
1.993
1.797
678
604
68 64 57 71 98 84 89 90 89
26
Gambar 1.4. Grafik Pemrosesan Permohonan Surat Keterangan Registrasi B3, Notifikasi B3
dan Rekomendasi Pengangkutan B3 Periode 2015 - 2019
14 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
C. Inventarisasi Penggunaan B3
15 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Data dan informasi yang terkumpul selanjutnya diolah dan disimpan dan diolah pada
pada database Sistem Informasi Tata Kelola B3. Data dan informasi yang telah diolah
digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan serta dimanfaatkan untuk
pertukaran informasi dan edukasi dalam mendukung implementasi Konvensi Stockholm,
Konvensi Rotterdam, dan Konvensi Minamata. Pendataan B3 tersebut sejalan dengan
Rencana Aksi Global (Global Plan of Action) SAICM dan tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs). Jenis B3 yang prioritas dipantau adalah: merkuri, propana dan
butana, toluena disocyanate (tdi), natrium hidroksida, melamine, chrysotile asbestos,
pestisida, endosulfan dan paraquat dichloride.
Terhadap B3 yang telah diterbitkan surat keterangan registrasi B3, maka perusahaan
penerima surat keterangan registrasi B3 wajib menyampaikan laporan realisasi impor B3
setiap 6 bulan sekali kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jumlah
perusahaan yang menyampaikan laporan realisasi impor B3 dalam periode 2015 -2019
adalah sebanyak 1,324 perusahaan.
16 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Tabel 1.3. Bidang Usaha Perusahaan Pelapor Realisasi Impor B3 Periode 2015 - 2019
Total jumlah realisasi impor B3 yang dilaporkan oleh perusahaan pada periode 2015
sampai dengan 2019 adalah sebesar 11.108.754.878,91 ton B3.
2.021.331.327,00
Gambar 1.5. Jumlah Realisasi Impor B3 Berdasarkan Laporan Manual Periode 2015 - 2019
Pada periode 2015 – 2019 telah dilakukan pemantauan dan inventarisasi peredaran dan
penggunaan B3 terhadap 161 perusahaan di sektor MJKP dan 32 perusahaan di sektor
PEM. Dari hasil pemantauan lapangan dan inventarisasi peredaran dan penggunaan B3
pada sektor MJKP dan PEM diperoleh data B3 terkelola periode 2015 – 2019 sebanyak
5.554.985,76 ton. Angka ini melampaui target B3 terkelola sebesar 3 juta ton dalam 5
tahun.
17 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
2.778.094,15
1.423.257,00
592.898,89
362.558,79 398.176,93
900.000
300.000 600.000 600.000 600.000
Sejak 2018, data realisasi impor B3 dapat diakses melalui apliasi Secure File Transfer
Protocol (SFTP) terintegrasi INSW, sehingga data yang diperoleh merupakan data real
time, meliputi data jumlah dan jenis B3 yang diimpor, tanggal impor, surat keterangan
registrasi impor B3, HS Code, perusahaan pengimpor, negara asal dan pelabuhan
bongkarnya.
18 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
D. Penanganan B3
Jumlah dan jenis bahan B3 cenderung bertambah banyak dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengaturan yang lebih berkapasitas, melalui penanganan B3
yang meliputi pembatasan dan penghapusan B3, serta penanganan B3 ilegal seperti
merkuri. Dalam upaya pembatasan dan penghapusan B3 tersebut dilakukan kegiatan
identifikasi B3 yang akan dibatasi dan dihapuskan sekaligus juga identifikasi alternatif B3
sebagai pengganti bagi B3 yang dibatasi ataupun dihapuskan serta identifikasi
teknologi yang tepat untuk penanganannya.
19 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
pada aspek-aspek tersebut. Hingga akhir tahun 2019 telah dilakukan identifikasi jenis B3
yang dibatasi dan penyusunan kajian alternatif B3 pengganti.
2015 Bahan kimia yang dikaji (tidak ada kajian untuk alternatif pengganti)
adalah bahan kimia impor
baru yang terregistrasi
hingga Juli 2015
2016 - Decabromodiphenyl - C-Penta-BDE sebagai alternatif Deca-
Ether (Deca-BDE) BDE
- Perfluorooctane - Hexabromocyclododecane (HBCD)
Sulfonate (PFOS) sebagai alternatif PFOS
2017 - Parakuat Diklorida - Alternatif pengganti Parakuat Diklorida:
- Short Chain Chlorinated 2.4 D, diclosulam, benazolin-Ethyl,
Paraffin (SCCP) cletodhim, dicamba, fomesafen,
glufosinat, glifosat
- Terdapat 18 jenis bahan kimia yang
merupakan alternatif pengganti SCCP
2018 - Nonilfenol (NP) - Contoh usulan alternatif NP: C9-11
- Dibutil Ftalat (DBP) alcohols, ethoxylated (6 EO); oxirane,
methyl-, polymer with oxirane, mono(2-
ethylhexyl ether)
- Contoh usulan alternatif DBP: 2,2,4-
trimethyl1,3-pentanediol diisobutyrate,
Alkylsulphonic Phenylester, Di – isobutyl
phthalate
2019 - Diklorobenzena - Alternatif pengganti Diklorobenzena:
- Triklosan Benzil Benzoat
- Triazofos - Alternatif pengganti Triklosan: terdapat
12 bahan yang menjadi usulan alternatid
Triklosan
Kegiatan penghapusan B3 meliputi 2 jenis B3 yang akan dihapuskan yaitu PCBs dan
merkuri. PCBs merupakan salah satu jenis POPs yang sudah diatur untuk dihapuskan
pada Konvensi Stockholm. Sejalan dengan NIP pengelolaan PCBs di Indonesia, maka
peralatan yang mengandung PCBs harus sudah tidak digunakan pada tahun 2025
dengan target free PCBs pada 2028. Untuk mempersiapkan kegiatan penghapusan
tersebut maka pada akhir 2019 telah disusun rancangan peraturan pengelolaan PCBs
dan telah dilakukan kajian teknologi tepat guna untuk pemusnahan PCBs.
Dalam upaya penghapusan B3, sepanjang tahun 2015 hingga 2019 telah dilakukan
kegiatan persiapan yang meliputi : penyusunan pedoman penghapusan B3, penyusunan
20 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
feasibility study (fs) fasilitas dan teknologi pemusnahan pcbs, pengkajian tentang
keekonomian dan mekanisme pengoperasian fasilitas pemusnahan pcbs,
penyusunan rekomendasi penghapusan 8 jenis B3 yaitu: Commercial Penta Bromo
Diphenyl Ether (C-Pentabde); Hexa Bromo Cyclo Dodecane (HBCD); Hexa Chloro Buta
Diene (HCBD); C - Deca Bromo Diphenyl Ether (DECABDE); Penta Chloro Phenol (PCP);
Short Chain Chlorinated Paraffins (SCCP); Polychlorinated Nafthalene; Dan Dicofol, serta
pengurangan dan penghapusan merkuri.
21 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Gambar 1.7. Fasilitas Pengolahan Emas Non Gambar 1.8. Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri
Merkuri di Kab. Luwu di Kab. Pulang Pisau
Pemetaan Merkuri
Pemetaan dampak merkuri ditujukan untuk mengetahui dampak merkuri terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Kegiatan pemetaan yang dilakukan meliputi uji
laboratorium sampel lingkungan dan kesehatan, perhitungan penggunaan merkuri
dalam proses produksi emas dengan metode UN Toolkits, penginderaan jarak jauh
sebaran lokasi PESK, analisis data drone investigasi merkuri serta pemetaan web GIS
peredaran dan penggunaan merkuri di Indonesia.
Gambar 1.9. Pengambilan sampel lingkungan Gambar 1.10. Penimbangan dalam perhitungan
metode UN Toolkits
Lokasi PESK yang menjadi prioritas pelaksanaan pemetaan dampak merkuri pada tahun
2018 adalah Kab. Lombok Barat, Kab. Bolaang Mongondow Timur, Kab. Minahasa Utara,
Kab. Wonogiri, Kab. Merangin, Kab. Dharmasraya dan Kab. Kotawaringin Barat. Sampel
lingkungan yang diuji kadar merkurinya adalah sampel air bersih, air sungai, sedimen,
tanah, tanaman dan biota. Sedangkan sampel kesehatan yang diuji adalah rambut, kuku
darah dan urin.
22 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Gambar 1.11. Peta Sebaran Kajian Kadar Merkuri di 7 Wilayah PESK Prioritas
Pada tahun 2019, pemetaan dampak merkuri terhadap lingkungan dilakukan di Kab.
Kulon Progo, Kab. Pacitan dan Kab. Bolaang Mongondow Timur, dengan hasil
sebagaimana terdapat pada Tabel I.6
Tabel 1.6. Hasil Uji Laboratorium Kadar Merkuri Pada Sampel Lingkungan*
Kadar Merkuri
Mg/L
SAMPEL AMBANG
NO BOLAANG STANDAR
LINGKUNGAN KULON PACITAN BATAS
MONGONDOW
PROGO
TIMUR
PP No. 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan
1 Air Permukaan <0,00004 <0,00004 <0,00004 0,002 Kualitas Air
danPengendalian
PencemaranAir,Kelas II
Permenkes
No.492/MENKES/PER/IV/20
2 Air Bersih <0,00004 <0,00004 <0,00004 0,001
10 tentang Persyaratan
Kualitas Air
Canadian Sediment Quality
3 Sedimen 0,4 0,2 3 0,17 Guidelines for The
Protectionof AquaticLife
Canadian Soil Quality
Guideline for The Protection
4 Tanah 0,9 0,3 13 6,6
of Environmental and
Human Health
SNI 7387:2009 Batas
5 Biota 0,6 0,2 2 0,03 Maksimum Cemaran
LogamBerat dalamPangan
*) Data yang disajikan adalah data hasil uji sampel lingkungan yang menunjukan kadar merkuri tertinggi
23 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
2
Kabupaten Pacitan
8
0,21
Kabupaten KulonProgo
2,78
11,72
Kabupaten Dharmasraya
2,82
3,64
Kabupaten Wonogiri
2,79
4,46
Kabupaten Kotawaringin Barat
14,36
3,14
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
62,17
2,52
Kabupaten Lombok Barat
8
0 10 20 30 40 50 60 70
24 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Gambar 1.13. Contoh Peta Choropleth Sebaran PESK Gambar 1.14. Contoh Peta Indikatif Pencemaran
Skala 1:100.000 Merkuri di Lokasi PESK
Skala 1 : 10.000
Selain itu juga telah dilakukan pemutakhiran data spasial dengan menggunakan
UAV Drone di lokasi PESK di wilayah Kab. Lebak, Kab. Bogor, Kab. Bandung dan Kab.
Tasikmalaya.
Data hasil pemetaan melalui penginderaan jarak jauh dan data dampak merkuri tersebut
kemudian disajikan dalam suatu peta Geoportal PESK-Merkuri yang berbasis geospasial.
Data yang disajikan dalam aplikasi geoportal PESK-Merkuri meliputi basis data dan
informasi peta kegiatan PESK, data pemantaan kadar merkuri di media lingkungan, data
lepasan emisi merkuri sektor prioritas, sumber merkuri sinabar (tambang dan pengolahan
sinabar), lokasi pemulihan merkuri, fasilitas pengolahan emas non merkuri serta lokasi
pembangunan fasilitas transformasi sosial dan ekonomi (transosek) sebagai alternatif
pengganti kegiatan PESK.
25 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Guna meningkatkan layanan publik dalam pengelolaan B3 sejak tahun 2015 sampai
dengan 2019 Direktorat Pengelolaan B3 telah membangun dan mengembangkan Sistem
Informasi Tata Kelola B3, yang dapat diakses melalui http://sitkB3.menlhk.go.id. Aplikasi
yang dibangun dan dikembangkan dalam sistem informasi tata Kelola B3 meliputi: Portal
SIB3POP, Sistem Pelaporan B3 Online, Aplikasi SFTP Terintegrasi INSW, Aplikasi Tracking
Sistem, Portal Info Merkuri, Portal Markas Merkuri, Geoportal Merkuri dan Aplikasi i-Merkuri
Mobile.
26 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Untuk menunjang pemutakhiran data dan informasi yang disajikan dalam system
informasi tata Kelola B3 maka dibangun pula database pengelolaan B3.
27 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Potensi Internal
Potensi internal merupakan kekuatan organisasi yang dapat menjadi factor pendorong
upaya mencapai sasaran organisasi. Adapun yang dimaksud dengan organisasi
dalam hal ini adalah Direktorat Pengelolaan B3. Hasil kajian atas perihal ini
menyimpulkan bahwa Direktorat Pengelolaan B3, dalam kurun waktu antara tahun
2020 – 2024, memiliki tiga faktor kekuatan utama, yaitu sebagai berikut:
28 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Permasalahan Internal
ii. Sinergitas
29 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Potensi Eksternal
Potensi eksternal merupakan peluang bagi organisasi yang dapat dijadikan sebagai
pendorong upaya mencapai sasaran organisasi. Organisasi dalam hal ini adalah
Direktorat Pengelolaan B3. Hasil kajian atas perihal ini menunjukan bahwa Direktorat
Pengelolaan B3, dalam kurun waktu antara tahun 2020 – 2024, memiliki tiga peluang
utama sebagai berikut:
i. Landasan Hukum Normatif
Pengelolaan B3 telah diamanatkan dan diatur dalam empat Undang Undang
(UU), yaitu: UU tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, UU
mengenai ratifikasi Konvensi Stockholm, UU mengenai ratifikasi Konvensi
Rotterdam, dan UU mengenai ratifikasi Konvensi Minamata. Perundang-undangan
tersebut merupakan landasan hukum yang kuat sehingga dapat dijadikan
peluang, sebagai pendorong upaya, oleh Direktorat Pengelolaan B3 dalam
rangka mencapai sasarannya.
B. Permasalahan Eksternal
31 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
32 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
ANALISIS SWOT
Potensi Internal
Direktorat Pengelolaan B3, dalam kurun waktu antara tahun 2020 – 2024, memiliki tiga
faktor kekuatan utama, yaitu:
i. Wewenang, Tugas dan Fungsi;
ii. Sumber Daya Manusia Aparatur; dan
iii. Sarana dan Piranti Kerja.
Permasalahan Internal
Direktorat Pengelolaan B3 dalam kurun waktu antara tahun 2020 – 2024
menghadapi tiga faktor kelemahan utama sebagai berikut:
i. Kapasitas Implementatif;
ii. Sinergitas ; dan
iii. Data Aktual B3.
Potensi Eksternal
Direktorat Pengelolaan B3, dalam kurun waktu antara tahun 2020 – 2024, memiliki tiga
peluang utama sebagai berikut:
i. Landasan Hukum Normatif;
ii. Dukungan Para Pihak; dan
iii. National Focal Point.
33 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Permasalahan Eksternal
Direktorat Pengelolaan B3, dalam kurun waktu antara tahun 2020 – 2024,
menghadapi tiga faktor ancaman utama, yaitu sebagai berikut:
i. Revisi PP74/2001;
ii. Tumpang Tindih Kewenangan; dan
iii. Ketergantungan Piranti & Sarana Fisik.
Dalam analisis SWOT, potensi internal akan menjadi faktor “kekuatan”, dan potensi
eksternal akan menjadi faktor “peluang”, yang keduanya dapat dijadikan pendorong
menuju keberhasilan. Permasalahan internal akan menjadi faktor “kelemahan”, dan
permasalahan eksternal akan menjadi faktor “ancaman”, yang keduanya dapat
dijadikan penghambat menuju keberhasilan.
Hasil analisis SWOT yang telah dilakukan menunjukkan bahwa resultante vektor dari
faktor-faktor kunci internal (vektor kekuatan dan vektor kelemahan) berada pada posisi
yang relatif lebih kuat (vektor-vektor kekuatan lebih besar daripada vektor-vektor
kelemahan), sedangkan resultante vektor dari faktor-faktor kunci eksternalnya (vektor
peluang dan vektor ancaman) berada pada posisi yang relatif lebih berpeluang
(vektor-vektor peluang lebih besar daripada vektor-vektor ancaman). Dengan
demikian maka resultante keseluruhannya berada dalam kuadran S-O sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 1.19.
34 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dengan demikian maka strategi generiknya adalah strategi “tipe S-O”, yang tipikalnya
adalah bagaimana mendayagunakan faktor-faktor kunci kekuatan (strength) dan
faktor-faktor kunci peluang (opportunity), baik secara parsial maupun secara terpadu
atau sinergi, untuk mencapai sasaran menuju tujuan dan untuk mengatasi faktor-
faktor kunci ancaman (threats) dan faktor-faktor kelemahan (weekness) yang masih
ada. Adapun risalah dari faktor-faktor kunci SWOT Direktorat Pengelolaan B3, dalam
kurun waktu tahun 2020-2024, ditunjukkan pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.
Kekuatan Kelemahan
Peluang Ancaman
35 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB II
36 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
37 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dengan memperhatikan Misi Presiden dan Wakil Presiden serta berpedoman pada
tugas, fungsi dan kewenangan KLHK, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang- Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
ditetapkan misi KLHK yaitu:
1. Mewujudkan hutan yang lestari dan lingkungan hidup yang berkualitas,
2. Mengoptimalkan manfaat ekonomi sumber daya hutan dan lingkungan secara
berkeadilan dan berkelanjutan,
3. Mewujudkan keberdayaan masyarakat dalam akses kelola hutan baik laki-laki
maupun perempuan secara adil dan setara, dan
4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
lingkungan hidup,
3. Meningkatkan akses kelola hutan bagi masyarakat baik laki-laki maupun
perempuan secara adil dan setara dengan tetap menjaga keberadaan dan
kelestarian fungsi hutan,
4. Meningkatkan tata kelola, inovasi dan daya saing bidang lingkungan hidup
dan kehutanan.
38 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam Rentra KLHK telah ditetapkan 4 Sasaran Strategis (SS) Kementerian LHK dengan
20 Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana gambar 2.1 berikut ini :
39 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
40 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
41 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
limbah dan B3. Keempat tujuan ini selanjutnya dirinci ke dalam penjabaran
Sasaran Program Ditjen PSLB3 yang mengacu pada Sasaran Strategis KLHK.
42 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
43 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
44 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
dan limbah non-B3 lainnya serta meningkatkan jumlah unit usaha pengolah limbah,
sampah dan daur ulang untuk circular economy;
3) Pada SS-4 yakni “terselenggaranya tata kelola dan inovasi pembangunan
lingkungan hidup dan kehutanan yang baik, serta kompetensi SDM LHK yang
berdaya saing”, pembangunan Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 fokus untuk
mendukung strategi KLHK dalam:
(1) Penerapan reformasi birokrasi dan dukungan manajemen yang profesional
untuk pelaksanaan tugas teknis lainnya dari Kementerian LHK, yang diupayakan
dengan strategi; (1) melakukan keterbukaan informasi publik serta perbaikan
pelayanan internal dan pelayanan publik/eksternal; (2) meningkatkan
pelayanan terpadu satu pintu yang berorientasi pada pelayanan prima; (3)
meningkatkan pelaksanaan kerjasama internasional dan antar lembaga; (4)
meningkatkan nilai PNBP dari sektor LHK; (5) membangun budaya kerja yang
profesional, berdisiplin, taat dan patuh pada aturan yang berlaku bagi ASN
KLHK; (6) membangun sistem perencanaan, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan kinerja yang terstruktur;
(2) Peningkatan efisiensi, transparansi dan akuntabilitas keuangan KLHK, yang
dilaksanakan dengan strategi yaitu: (1) meningkatkan pengelolaan keuangan
yang efisien, transparan dan akuntabel serta memenuhi ketentuan yang
berlaku atas 45ystem pengendalian internal pemerintah; (2) mendapatkan hasil
opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) atas laporan keuangan KLHK.
Peningkatan pengawasan berkualitas dan akuntabilitas kinerja aparatur KLHK,
yang diupayakan dengan strategi; (1) melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP
dan SPIP untuk jajaran KLHK; (2) mengevaluasi penetapan zona bebas korupsi
sebagai upaya pencegahan korupsi di lingkungan KLHK
45 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB III
KEGIATAN DAN
KOMPONEN
KEGIATAN
46 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB III
KEGIATAN DAN KOMPONEN KEGIATAN
Sesuai dengan Permen LHK Nomor 63 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Strategis Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2020-
2024, dan Dokumen Renstra Ditjen PSLB3 Tahun 2020-2024, kegiatan, sasaran kegiatan
dan output kegiatan Direktorat Pengelolaan B3 disusun secara cascading dengan
mengacu pada sasaran program dan indikator unit kerja Ditjen PSLB3.
Sasaran Program Ditjen PPSLB3 yang diacu adalah Program Kualitas Lingkungan Hidup.
Program ini pada Ditjen PSLB3 berkaitan dengan 2 (dua) Sasaran Strategis beserta 3
(tiga) IKU KLHK yang didukung dengan 3 (tiga) Sasaran Program beserta 5 (lima) Indikator
Kinerja Program (IKP) Ditjen PSLB3 sebagaimana uraian berikut:
Sasaran Strategis (SS) I: Terwujudnya lingkungan hidup dan hutan yang berkualitas serta
tanggap terhadap perubahan iklim.
Indikator Kinerja Utama (IKU) 1: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Tabel 3.1. Program, Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program SS I dan IKU I
PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR PROGRAM
Kualitas Lingkungan Meningkatnya kesehatan Jumlah B3 yang terkelola
Hidup masyarakat serta kualitas sebesar 30 juta ton dalam 5
lingkungan hidup dengan tahun
menurunkan resiko akibat
paparan B3 dan limbah B3
Sasaran Program (SP I) selanjutnya diturunkan menjadi Sasaran Kegiatan (SK I) beserta
Indikator Kinerja Kegiatannya (IKK-1), sebagi berikut:
47 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dari Kegiatan Pengelolaan B3 ini diindikasikan dengan:
persentase kinerja kegiatan pengelolaan B3 relatif dibandingkan dengan kinerja
akumulatifnya terhitung sejak tahun 2015 sebesar 68 %.
Besaran persentase tersebut merupakan angka rata-rata dari persentase kinerja
empat unit kegiatan tersebut di atas, dengan formula sebagai berikut:
A. Inventarisasi Penggunaan B3
(1). Jumlah kegiatan/usaha yang akan dipantau terkait dengan peredaran dan
penggunaan B3 di sektor PEM dan MJKP sebanyak 250 kegiatan/usaha, dalam
kurun waktu 2020-2024. Ini berarti bahwa persentase peningkatan kinerja
akumulatifnya adalah sebesar 56 %. Persentase tersebut dihitung berdasarkan
catatan bahwa kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah 193 kegiatan/
usaha, maka pada akhir tahun 2024 akan menambah jumlah akumulatifnya
menjadi 443 kegiatan/usaha, yaitu dari penjumlahan (193 + 250), sehingga
persentase peningkatan kinerja akumulatifnya adalah (250/443) x 100 % = 56 %.
(2). Jumlah lokasi pemantauan kualitas lingkungan hidup yang terpengaruh oleh
peredaran dan penggunaan B3, di sektor PEM dan MJKP, sebanyak 15 lokasi,
dalam kurun waktu 2020-2024. Ini berarti bahwa persentase peningkatan
kinerja akumulatifnya adalah sebesar 65 %. Persentase tersebut dihitung
berdasarkan catatan bahwa kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah 8
lokasi, maka pada akhir tahun 2024 akan menambah jumlah akumulatifnya
menjadi 23 lokasi, yaitu dari penjumlahan (8 + 15), sehingga persentase
peningkatan kinerja akumulatifnya adalah (15/23) x 100 % = 65 %.
(3). Jumlah usaha/kegiatan yang diinventarisasi status kinerjanya dalam
pengelolaan B3 sebanyak 45 usaha/kegiatan, dalam kurun waktu 2020-2024.
Ini berarti bahwa persentase peningkatan kinerja akumulatifnya adalah
sebesar 79 %. Persentase tersebut dihitung berdasarkan catatan bahwa
kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah 12 usaha/kegiatan, maka pada
akhir tahun 2024 akan menambah jumlah akumulatifnya menjadi 57
usaha/kegiatan, yaitu dari penjumlahan (45 + 12), sehingga persentase
peningkatan kinerja akumulatifnya adalah (45/57) x 100 % = 79 %.
(4). Jumlah lokasi pemetaan dampak Merkuri pada lingkungan hidup sebanyak 25
lokasi yang terpetakan selama kurun waktu antara tahun 2020 - 2024. Ini
berarti bahwa persentase peningkatan kinerja akumulatifnya adalah sebesar
49 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
50 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
B. PENGENDALIAN B3
(1). Jumlah jenis B3 yang dikategorisasikan sebanyak 25 jenis B3 dalam kurun waktu
2020-2024. Ini berarti bahwa persentase peningkatan kinerja akumulatifnya
adalah sebesar 5 %. Persentase tersebut dihitung berdasarkan catatan bahwa
kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah 460 jenis B3, maka pada akhir tahun
2024 akan menambah jumlah akumulatifnya menjadi 485 jenis B3, yaitu dari
penjumlahan (25 + 460), sehingga persentase peningkatan kinerja
akumulatifnya adalah (25/485) x 100 % = 5 %
(2). Jumlah surat keterangan registrasi B3 sebanyak 3.500 surat keterangan dalam
kurun waktu 2020-2024. Oleh karena jumlah permohonannya tidak dapat
ditargetkan maka jumlah layanan tersebut merupakan asumsi berdasarkan
statistik pada tahun-tahun sebelumnya. Pada prinsipnya adalah semua
permohonan akan dilayani. Ini berarti bahwa persentase peningkatan kinerja
akumulatifnya adalah sebesar 33 %. Persentase tersebut dihitung berdasarkan
catatan kinerja pada tahun 2015 - 2019 adalah 6.999 surat keterangan, maka
pada akhir tahun 2024 akan menambah jumlah akumulatifnya menjadi 10.499
surat keterangan, sehingga persentase peningkatan kinerja akumulatifnya
adalah (3.500/10.499) x 100 % = 33 %.
(3). Jumlah surat keterangan notifikasi B3 sebanyak 150 surat keterangan dalam
kurun waktu 2020-2024. Oleh karena jumlah permohonannya tidak dapat
ditargetkan maka jumlah layanan tersebut merupakan asumsi berdasarkan
51 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
52 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
C. PENANGANAN B3
(1). Jumlah jenis B3 yang dikaji pembatasannya sebanyak 10 jenis B3 selama lima
tahun sejak 2020 sampai 2024. Ini berarti bahwa persentase peningkatan
kinerja akumulatifnya adalah sebesar 53 %. Persentase tersebut dihitung
berdasarkan catatan bahwa kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah 9 jenis
B3 yang telah dikaji pembatasannya, maka pada akhir tahun 2024 akan
menambah jumlah akumulatifnya menjadi 19 jenis B3, sehingga persentase
peningkatan kinerja akumulatifnya adalah (10/19) x 100 % = 53 %.
(2). Jumlah jenis B3 yang dikaji penghapusannya sebanyak 10 jenis B3 selama lima
tahun sejak 2020 sampai 2024. Ini berarti bahwa persentase peningkatan
kinerja akumulatifnya adalah sebesar 59 %. Persentase tersebut dihitung
berdasarkan catatan bahwa kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah 7 jenis
B3, maka pada akhir tahun 2024 akan menambah jumlah akumulatifnya menjadi
17 jenis, sehingga persentase peningkatan kinerja akumulatifnya adalah (10/17)
x 100 % = 59 %.
53 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(3). Jumlah kajian Merkuri yang terkurangi sebanyak 5 kajian teknis selama kurun
waktu antara tahun 2020 - 2024. Ini berarti bahwa persentase peningkatan
kinerja akumulatifnya adalah sebesar 100 %. Persentase tersebut dihitung
berdasarkan catatan bahwa kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah nol
(belum pernah dilakukan pengkajian), maka pada akhir tahun 2024 akan
menambah jumlah akumulatifnya menjadi lima kajian, sehingga persentase
peningkatan kinerja akumulatifnya adalah (5/5) x 100 % = 100 %.
(4). Jumlah Focus Group Discussion (FGD) mengenai hasil pengkajian pembatasan
dan penghapusan sebanyak 10 FGD selama lima tahun sejak 2020 sampai
2024. Ini berarti bahwa persentase peningkatan kinerja akumulatifnya adalah
sebesar 100 %. Persentase tersebut dihitung berdasarkan catatan bahwa
kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah nol (belum pernah dilakukan
sebelumnya), maka pada akhir tahun 2024 akan menambah jumlah
akumulatifnya menjadi 10 FGD, sehingga persentase peningkatan kinerja
akumulatifnya adalah (10/10) x 100 % = 100 %.
(5). Jumlah dokumen FS (Feasibility Study) dan dokumen DED (Detail Engineering
Design) instalasi pengolah emas non merkuri pada setiap lokasi PESK sebanyak
50 dokumen selama lima tahun sejak 2020 sampai 2024. Ini berarti bahwa
persentase peningkatan kinerja akumulatifnya adalah sebesar 78 %.
Persentase tersebut dihitung berdasarkan catatan bahwa kinerjanya pada
tahun 2015 - 2019 adalah 14 dokumen FS dan DED, maka pada akhir tahun
2024 akan menambah jumlah akumulatifnya menjadi 64 dokumen, sehingga
persentase peningkatan kinerja akumulatifnya adalah (50/64) x 100 % = 78 %.
(6). Jumlah panduan instalasi pengolahan emas non Merkuri sebanyak 2 panduan
selama kurun waktu antara tahun 2020 - 2024. Ini berarti bahwa persentase
peningkatan kinerja akumulatifnya adalah sebesar 100 %. Persentase tersebut
dihitung berdasarkan catatan bahwa kinerjanya pada tahun 2015 - 2019 adalah
nol (belum ada panduan), maka pada akhir tahun 2024 akan menambah
jumlah akumulatifnya menjadi 2 panduan, sehingga persentase peningkatan
kinerja akumulatifnya adalah (2/2) x 100 % = 100 %.
(7). Jumlah unit fasilitas pengolahan Emas tanpa Merkuri di lokasi PESK yang berizin
sebanyak 25 unit selama lima tahun sejak 2020 sampai 2024. Ini berarti bahwa
persentase peningkatan kinerja akumulatifnya adalah sebesar 78 %.
Persentase tersebut dihitung berdasarkan catatan bahwa kinerjanya pada
tahun 2015 - 2019 adalah 7 unit, maka pada akhir tahun 2024 akan menambah
54 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
D. PENERAPAN KONVENSI B3
55 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
56 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
3.3. PENGARUSUTAMAAN
57 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
58 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
59 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB IV
TARGET KINERJA
DAN KERANGKA
PENDANAAN
60 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Batasan pengertian dan penyusunan target kinerja dan kerangka pendanaan ini
mengacu pada Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
Tahun 2020-2024 yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa “target kinerja” merupakan elaborasi
mengenai hasil dan satuan hasil yang akan dicapai dari setiap indikator kinerja,
yang dalam ini adalah Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) karena dokumen ini merupakan
Renstra setingkat unit kerja eselon dua. Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa
“kerangka pendanaan” merupakan elaborasi mengenai kebutuhan pendanaan
secara keseluruhan untuk mencapai target Sasaran, yang dalam hal ini adalah Sasaran
Kegiatan. Selain itu, dijelaskan juga sumber pendanaannya.
Peta Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan diperlukan untuk menggambarkan struktur
keselarasan kinerja dalam rangka mencapai Sasaran Strategis dari Renstra Kementerian
LHK, Sasaran Program mengacu pada Renstra Ditjen PSLB3 dan Sasaran Kegiatan serta
Komponen Kegiatan pada Unit Kerja Direktorat Pengelolaan B3 yang dinilai tepat untuk
mencapainya.
Peta dimaksud disajikan dalam bentuk pohon kinerja yang menggambarkan logic
model penurunan Sasaran Stategis dan Indikator Kinerja Utama, dengan Sasaran
Program dan Indikator Kinerja Program maupun Sasaran Kegiatan hingga Indikator
Kinerja Kegiatan (Output). Uraian Peta Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan dijelaskan
sebagai berikut:
Sasaran Strategis (SS) I terhadap Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan Direktorat Pengelolaan B3
Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan Direktorat Pengelolaan B3 pada Sasaran
Strategis I mendukung pencapaian target Indikator Kinerja Utama (IKU) 1 dengan rincian
ditunjukan pada Tabel 4.1
61 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Target kinerja menjelaskan mengenai hasil (outcome) dan satuan hasil yang akan
dicapai dari setiap Indikator Kinerja, baik itu Indikator Kinerja Program (outcome) dan
Indikator Kinerja Kegiatan (output). Oleh karena itu, dari peta sasaran program dan
sasaran kegiatan yang telah disampaikan sebelumnya, sehingga dapat menunjukan
outcome yang perlu ditetapkan berdasarkan target yang terukur. Pada Sasaran
Program 1 dengan Indikator Kinerja Program 1 menunjukan target Direktorat
Pengelolaan B3 yang perlu dicapai pada periode tahun 2020-2024 ditunjukan pada
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Target Kinerja IKP 1 beserta Target IK Direktorat Pengelolaan B3 2020-2024
62 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Target dari Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Pengelolaan B3 di atas dapat
diperinci sebagai berikut:
▪ Target jumlah B3 yang dikelola adalah 6 juta ton per tahun.
▪ 1 (satu) sistem informasi dan monitoring pengelolaan B3 dan senyawa POPs
ditargetkan terbentuk pada tahun 2020, dan 100% penerapannya ditargetkan
terjadi pada periode tahun 2021 – 2024.
▪ Target pembatasan dan penghapusan senyawa B3 dan POPs adalah 2 jenis B3
setiap tahun untuk periode tahun 2020 – 2024.
▪ Target terbangunnya fasilitas pengolahan emas tanpa merkuri di PESK yang
berizin adalah sebanyak 5 unit per tahun.
▪ Dari target kumulatif sebesar 80%, target penghapusan merkuri dirinci menjadi
10% pada tahun 2020 dan 2021, dan selanjutnya menjadi 20% pada periode
tahun 2022 -2024.
Berikut ini uraian target kinerja Direktorat Pengelolaan B3 yang disusun per unit
kegiatan.
Target kinerja sasaran unit kegiatan ini dalam kurun waktu tahun 2020-2024 adalah
sebagai berikut:
(1). Jumlah kegiatan/usaha yang akan dipantau terkait dengan peredaran dan
atau penggunaan B3 di sektor PEM dan MJKP sebanyak 250 kegiatan/usaha,
(2). Jumlah lokasi pemantauan kualitas lingkungan hidup yang terpengaruh oleh
peredaran dan atau penggunaan B3, di sektor PEM dan MJKP, sebanyak 15
lokasi.
(3). Jumlah usaha/kegiatan yang diinventarisasi status kinerjanya dalam
pengelolaan B3 sebanyak 45 usaha/kegiatan.
(4). Jumlah lokasi pemetaan dampak Merkuri pada lingkungan hidup sebanyak 25
lokasi.
(5). Jumlah kajian teknis pedoman pemantauan dan pedoman pelaporan impor
B3 secara elektronik sebanyak 2 kajian.
(6). Jumlah kajian B3 terkelola tahunan sebanyak 5 kajian.
(7). Jumlah paket aplikasi dalam rangka pengembangan "sistem informasi tata
kelola B3" sebanyak 7 aplikasi.
(8). Jumlah paket aplikasi yang dipelihara dalam rangka pengoperasian
"sistem informasi tata kelola B3" sebanyak 13 aplikasi terpelihara.
63 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Target kinerja sasaran unit kegiatan ini dalam kurun waktu tahun 2020-2024 adalah
sebagai berikut:
(1). Jumlah jenis B3 yang dikategorisasikan sebanyak 25 jenis B3.
(2). Jumlah surat keterangan registrasi B3 sebanyak 3.500 surat keterangan.
Oleh karena kuantifikasi layanan ini tergantung pada permohonan yang
diterima maka tidak dapat diprediksi jumlah pastinya, sehingga target
tersebut merupakan asumsi berdasarkan statistik pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada prinsipnya adalah semua permohonan akan dilayani.
(3). Jumlah surat keterangan notifikasi B3 sebanyak 150 surat keterangan dalam
kurun waktu 2020-2024.
Oleh karena kuantifikasi layanan ini tergantung pada permohonan yang
diterima maka tidak dapat diprediksi jumlah pastinya, sehingga target
tersebut merupakan asumsi berdasarkan statistik pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada prinsipnya adalah semua permohonan akan dilayani.
(4). Jumlah surat rekomendasi pengangkutan B3 sebanyak 450 surat rekomendasi
dalam kurun waktu 2020-2024.
Oleh karena kuantifikasi layanan ini tergantung pada permohonan yang
diterima maka tidak dapat diprediksi jumlah pastinya, sehingga target
tersebut merupakan asumsi berdasarkan statistik pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada prinsipnya adalah semua permohonan akan dilayani.
(5). Jumlah lokasi kerja upaya peningkatan kapasitas pengurangan dan
penghapusan Merkuri pada area PESK sebanyak 5 lokasi.
(6). Jumlah kajian teknis pedoman kategorisasi B3 sebanyak 1 kajian teknis.
(7). Jumlah kajian teknis draft peraturan mengenai tim pakar kategorisasi B3
sebanyak 1 kajian teknis.
(8). Jumlah kajian teknis pedoman rekomendasi pengangkutan B3, dan pedoman
penyimpanan B3, serta pemutakhiran pedoman registrasi B3 sebanyak 3 kajian
teknis.
Target kinerja sasaran unit kegiatan ini dalam kurun waktu tahun 2020-2024 adalah
sebagai berikut:
64 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Target kinerja sasaran unit kegiatan ini dalam kurun waktu tahun 2020-2024 adalah
sebagai berikut:
(1). Jumlah rancangan peraturan dan/atau pedoman teknis mengenai
penerapan konvensi B3 sebanyak lima rancangan.
(2). Jumlah rancangan peraturan dan atau pedoman teknis mengenai
pengurangan dan penghapusan Merkuri sebanyak tiga rancangan.
(3). Jumlah laporan pelaksanaan Konvensi Stockholm dan Konvensi Rotterdam,
sebanyak 10 dokumen laporan.
(4). Jumlah kegiatan dalam rangka penyelenggaraan fungsi Sekretariat Nasional
pelaksanaan RAN PPM sebanyak lima kegiatan.
(5). Jumlah dokumen penelaahan dan pemutakhiran Konvensi Stockholm
mengenai NIP POPs sebanyak tiga dokumen.
(6). Jumlah kegiatan pendampingan penyusunan RAD PPM pada 34 provinsi
sebanyak 34 kegiatan.
(7). Jumlah provinsi yang mendapatkan supervisi, bimbingan teknis dan
pendampingan teknis tentang penerapan konvensi B3 sebanyak 34 provinsi.
(8). Jumlah P3E yang mendapatkan supervisi, bimbingan teknis dan
pendampingan teknis tentang penerapan konvensi B3 sebanyak enam P3E.
(9). Jumlah model alih usaha PESK menjadi usaha alternatif (antara lain pariwisata
edukasi berbasis pertanian) sebanyak 5 model.
65 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
TAHUN DANA
2020 Rp. 42.700.000.000
2021 Rp. 47.550.000.000
2022 Rp. 53.300.000.000
2023 Rp. 58.300.000.000
2024 Rp. 64.650.000.000
Jumlah Rp. 226.500.000.000
TAHUN
UNIT KEGIATAN TOTAL
2020 2021 2022 2023 2024
Penerapan Konvensi 62.800 9.800 11.000 12.600 13.800 15.600
Pengendalian B3 40.900 5.000 6.100 8.500 9.750 11.550
Inventarisasi
63.800 8.400 10.900 12.500 14.800 17.200
Penggunaan B3
Penanganan B3 99.000 19.500 19.550 19.700 19.550 20.300
Jumlah 266.500 42.700 47.550 53.300 58.300 64.650
66 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Adapun rincian alokasi anggaran tahunan dalam jangka lima tahun tiap Indikator
Kinerja Unit Kegiatan (IKUK) adalah sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.4 sampai
dengan Tabel 4.7 berikut ini. Sedangkan uraian selengkapnya mengenai Indikator
Kinerja Unit Kegiatan (IKUK) adalah sebagaimana pada Bab sebelumnya.
Tabel 4.4 – Kerangka Anggaran Tahunan Tiap Sasaran Unit Kegiatan Inventarisasi
Penggunaan B3 ( Rp x 1.000.000 )
TAHUN
INDIKATOR KINERJA UNIT
TOTAL
KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
67 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
TAHUN
INDIKATOR KINERJA UNIT
TOTAL
KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
9). Piranti yang diterapkan 20.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
dalam pelaksanaan sistem
monitoring pengelolaan B3
berbasis teknologi informasi
sebanyak 3 piranti.
TAHUN
INDIKATOR KINERJA UNIT
TOTAL
KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
68 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
TAHUN
INDIKATOR KINERJA UNIT
TOTAL
KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
7). Jumlah kajian teknis draft 2,500 500 500 500 500 500
peraturan mengenai tim
pakar kategorisasi B3
sebanyak 1 kajian teknis.
TAHUN
INDIKATOR KINERJA UNIT
TOTAL
KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
69 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
TAHUN
INDIKATOR KINERJA UNIT
TOTAL
KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
70 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Tabel 4.7 – Kerangka Anggaran Tahunan Tiap Sasaran Unit Kegiatan Penerapan
Konvensi B3 ( Rp x 1.000.000 )
TAHUN
INDIKATOR KINERJA UNIT
TOTAL
KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
71 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
TAHUN
INDIKATOR KINERJA UNIT
TOTAL
KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
72 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB V
PENUTUP
73 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB V
PENUTUP
Diharapkan Renstra ini dapat dilaksanakan secara sinergi di seluruh jajaran unit
kerja Direktorat Pengelolaan B3, dan dengan selaras dengan menggunakan alur
logis. Renstra ini hanya akan efektif dan efisien jika rencana-rencananya dapat
terlaksana dengan baik dan benar. Oleh karena itu maka dalam prosesnya perlu
monitoring dan evaluasi serta pengendaliannya yang dilakukan secara berkala, untuk
memastikan bahwa pelaksanaannya berjalan sesuai dengan kinerja yang
diharapkan.
74 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
LAMPIRAN
75 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
LAMPIRAN 1
MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN DIREKTORAT PENGELOLAAN B3
76 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Utama Target Alokasi (dalam juta rupiah)
Sasaran Program/Indikator Kinerja Utama Unit
Program/Kegiatan Kegiatan/Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Organisasi Lokasi
(Output) 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Komponen Kegiatan
1.1.6. Jumlah surat keterangan registrasi B3 Surat 700 700 700 700 700 Subdit 2
yang terlayani
1.1.7. Jumlah surat keterangan notifikasi B3 Surat 30 30 30 30 30 Subdit 2
yang terlayani
1.1.8. Jumlah surat rekomendasi Surat 90 90 90 90 90 Subdit 2
pengangkutan B3 yang terlayani
1.1.9. Jumlah kajian teknis pedoman Kajian 0 1 0 1 1 Subdit 2
rekomendasi pengangkutan B3, dan
pedoman penyimpanan B3, serta
pemutakhiran pedoman registrasi B3
Indikator Kinerja Kegiatan: Sistem 1 1 1 1 1
1.2. Terbentuknya dan terlaksananya sistem
informasi dan monitoring pengelolaan
B3 dan senyawa POPs
Output
Komponen
1.2.1. Jumlah paket aplikasi dalam rangka Aplikasi 1 2 1 2 1 Subdit 3
pengembangan "sistem informasi tata
kelola B3".
1.2.2. Jumlah paket aplikasi yang dipelihara Aplikasi 2 3 3 3 2 Subdit 3
dalam rangka pengoperasian "sistem terpelihara
informasi tata kelola B3" sebanyak 13
aplikasi terpelihara
1.2.3. Piranti yang diterapkan dalam Piranti 0 1 1 0 1 Subdit 3
pelaksanaan sistem monitoring
pengelolaan B3 berbasis teknologi
informasi
Indikator Kinerja Kegiatan: Jenis 2 2 2 2 2
1.3. Terlaksananya target pembatasan
dan penghapusan senyawa B3 dan
POPs
Output
Komponen
1.3.1. Jumlah jenis B3 yang dikaji Jenis 2 2 2 2 2 Subdit 4
pembatasannya
1.3.2. Jumlah jenis B3 yang dikaji Jenis 2 2 2 2 2 Subdit 4
penghapusannya
1.3.3. Jumlah Focus Group Discussion FGD 2 2 2 2 2 Subdit 4
(FGD) mengenai hasil
pengkajian pembatasan dan
penghapusan
1.3.4. Jumlah unit fasilitas pemusnahan PCB Unit 0 1 1 0 1 Subdit 4
yang berhasil diadakan dan
dioperasikan
1.3.5. Jumlah laporan tahunan pelaksanaan Laporan 2 2 2 2 2 Subdit 1
Konvensi Stockholm dan Konvensi
Rotterdam
77 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Utama Target Alokasi (dalam juta rupiah)
Sasaran Program/Indikator Kinerja Utama Unit
Program/Kegiatan Kegiatan/Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Organisasi Lokasi
(Output) 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Komponen Kegiatan
1.3.6. Jumlah dokumen penelaahan dan Dokumen 1 0 1 0 1 Subdit 1
pemutakhiran Konvensi Stockholm
mengenai NIP POPs
1.3.7. Jumlah jenis B3 yang Jenis 5 5 5 5 5 Subdit 2
dikategorisasikan
1.3.8. Jumlah kajian teknis pedoman Kajian 0 0 1 0 0 Subdit 2
kategorisasi B3
1.3.9. Jumlah kajian teknis draft peraturan Kajian 0 1 0 0 0 Subdit 2
mengenai tim pakar kategorisasi B3
Sasaran Kegiatan 2:
2. Meningkatnya upaya penghapusan
penggunaan merkuri pada PESK
Indikator Kinerja Kegiatan:
2.1. Terbangunnya fasilitas pengolahan Unit 5 5 5 5 5
emas tanpa merkuri di PESK yang
berizin sebanyak 25 unit dalam 5 tahun
Output
Komponen
2.1.1. Jumlah dokumen FS (Feasibility Study) Dokumen 10 10 10 10 10 Subdit 4
dan dokumen DED (Detail Engineering
Design) instalasi pengolah emas non
merkuri pada setiap lokasi PESK
2.1.2. Jumlah panduan instalasi pengolahan Panduan 0 1 0 1 0 Subdit 4
emas non merkuri
2.1.3. Jumlah unit fasilitas pengolahan Emas Unit 5 5 5 5 5 Subdit 4
tanpa merkuri di lokasi PESK yang
berizin
2.1.4. Jumlah lokasi pemetaan dampak Lokasi 5 5 5 5 5 Subdit 3
Merkuri terhadap lingkungan hidup
2.1.5. Jumlah lokasi kerja upaya peningkatan Lokasi 1 1 1 1 1 Subdit 4
kapasitas pengurangan dan
penghapusan merkuri pada area PESK.
Indikator Kinerja Kegiatan: Ton 10 10 10 10 10
2.2. Terlaksananya penghapusan merkuri
80% dari baseline tahun 2019 sebanyak
50 ton di 180 kabupaten/kota di 30
provinsi selama 5 tahun
Output
Komponen
2.2.1. Jumlah rancangan peraturan mengenai Rancangan 1 1 1 1 1 Subdit 1
penerapan konvensi B3
2.2.2. Jumlah rancangan peraturan mengenai Rancangan 0 1 1 0 1 Subdit 1
pengurangan dan penghapusan
merkuri
2.2.3. Jumlah kegiatan dalam rangka Kegiatan 1 1 1 1 1 Subdit 1
penyelenggara an fungsi Sekretariat
Nasional untuk RAN PPM
2.2.4. Jumlah kegiatan pendampingan Kegiatan 6 7 7 7 7 Subdit 1
penyusunan RAD PPM pada 34 provinsi
78 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Utama Target Alokasi (dalam juta rupiah)
Sasaran Program/Indikator Kinerja Utama Unit
Program/Kegiatan Kegiatan/Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Organisasi Lokasi
(Output) 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana
Komponen Kegiatan
2.2.5. Jumlah provinsi yang mendapatkan Propinsi 6 7 7 7 7 Subdit 1
supervisi, bimbingan teknis dan
pendampingan teknis tentang
penerapan konvensi B3
2.2.6. Jumlah kajian merkuri yang terkurangi Kajian 1 1 1 1 1 Subdit 4
2.2.7. Jumlah P3E yang mendapatkan P3E 1 1 2 1 1 Subdit 1
supervisi, bimbingan teknis dan
pendampingan teknis tentang
penerapan konvensi B3
2.2.8. Jumlah model alih usaha PESK menjadi Model 1 1 1 1 1 Subdit 1
usaha alternatif (antara lain pariwisata
edukasi berbasis pertanian)
Keterangan
• Subdit Penerapan B3 (Subdit 1)
• Subdit Pengendalian B3 (Subdit 2)
• Subdit Inventarisasi Penggunaan B3 (Subdit 3)
• Subdit Penanganan B (Subdit 4)
79 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4
80 | R e n c a n a S t r a t e g i s 2 0 2 0 - 2 0 2 4