BAB III
DATA PERENCANAAN
3.1 Umum
tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil
dari analisa struktur atas. Tahapan selanjutnya yaitu perhitungan daya dukung
pondasi berdasarkan hasil interpretasi data tanah dan data pembebanan struktur
atas gedung.
bagian yang dapat dispesifikasikan. Ukuran dan kekuatan elemen struktur dapat
pengendalian mutu yang dapat diverifikasi dan dievaluasi. Disamping itu, pada
Sedangkan pada perencanaan pondasi, dibutuhkan sifat teknis tanah yang harus
diukur dan diuji di laboratorium, dan tidak dapat ditentukan suatu spesifikasi
tertentu. Oleh karena itu strategi penyelidikan tanah sangat ditentukan oleh
hendak dilaksanakan.
Data tanah yang digunakan berasal dari proyek pembangunan sekolah BPK
Penabur yang berlokasi di daerah Gajah Mada Jakarta Pusat. Lokasi rencana
gedung berada pada lokasi tanah datar, dengan keadaan sekelilingnya adalah
pemukiman warga.
Lokasi proyek BPK Penabur berada di Jl. Pembangunan III, Gajah Mada -
batasan sebelah timur dan selatan adalah pemukiman warga yang langsung
dengan jumlah lantai yang dibangun adalah 5 lantai. Pondasi yang digunakan
adalah sistem bored pile dengan tiang tunggal dan tiang kelompok dengan
kedalaman 16 meter dan diamater bervariasi antara 60 cm s/d 100 cm. Sistem
pondasi dilanjutkan dengan sistem pile cap, dimana setiap pile cap menerima
pondasi tiang bored pile dan didukung oleh daya dukung tanah.
Pada lokasi tersebut telah dilakukan penyelidikan tanah yang dilakukan oleh PT
1. Pengujian di lapangan
2. Pengujian di laboratorium
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini :
Kegiatan pengujian di lapangan yang dilakukan yaitu dengan uji sondir (CPT)
percobaan berlangsung, alat sondir dijaga agar tetap vertikal dengan kecepatan
penetrasi tidak melebihi 2.0 cm/detik. Dalam pengujian sondir, digunakan dua
lebih tinggi.
Pembacaan tanahan konus (cone resistance) dan tahanan total (total resistance)
tahanan konus sudah mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 200 kg/cm².
Gambar dan data-data dari hasil uji sondir dapat dilihat pada lampiran data
sondir. Berikut ini adalah data dari salah satu pengujian sondir.
Pada grafik di atas memperlihatkan salah satu hasil pengujian sondir yang
menunjukan hubungan antara friction ratio dan local friction terhadap kedalaman.
Dari beberapa hasil sondir yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pada
tahanan konus sudah mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 200 kg/cm2.
(dua) lubang sampai kedalaman 26 m. Selain pengeboran juga dilakukan uji SPT
(Standard Penetration Test) dalam interval kedalaman 1.5 meter. Percobaan ini
pengeboran.
Dari hasil uji SPT didapat nilai N (banyaknya pukulan). Semakin tinggi nilai N,
maka tanah semakin keras. Berikut ini adalah hasil dari pengujian SPT :
Berdasarkan hasil antara kedua pengujian N-SPT diatas, dapat dilihat bahwa
tergolong tanah keras. Maka penulis menentukan tumpuan tiang bor pada lokasi
ditemukan tanah lunak dengan nilai N kurang dari 40, akan tetapi pada
diatasnya, karena selain bertumpu pada tanah keras diharapkan friksi dari
selimut tanah dapat membantu memperbesar daya dukung tiang walaupun relatif
kecil.
Dari hasil pengujian N-SPT dan uji sondir yang telah dilakukan, dapat
diperkirakan profil lapisan tanah yang ada pada lokasi proyek tersebut. Adapun
profil lapisan tanah yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 3.3, Gambar 3.4
pada BH-1 dan BH-2 hampir sama, akan tetapi lapisan tanah dan kepadatannya
berbeda, hal ini berpengaruh terhadap friksi tanah terhadap tiang yang berbeda
Berdasarkan data sondir yang ada, antara titik Sondir S-1, S-2, S-3, S-4, S-5 dan
S-6 data yang didapat hampir sama, tetapi untuk perencanaan penulis akan
menggunakan data sondir pada titik S-1 dan S-2. Hal ini dilakukan untuk
S-1 akan digabungkan dengan hasil BH-2 dan hasil perhitungan pada titik S-2
Selain melakukan pengeboran, dilakukan juga pengamatan muka air tanah pada
masing-masing lubang bor secara berkala. Tujuan dari pengamatan MAT ini
adalah untuk mengetahui tinggi muka air yang ada dalam tanah pada kondisi
steady state. Hasil pengamatan menunjukan muka air tanah (MAT) terletak pada
1. Indeks properties, meliputi pengujian kadar air (w), berat volume (), berat
spesifik butiran tanah (Gs), angka pori (e), Indeks Plastis (PI), Gradasi
Dari hasil penelitian Triaxial Compression Test didapat nilai c (kohesi) dan
(sudut geser dalam tanah). Semakin besar sudut geser tanah, maka nilai
semakin besar. Dalam hal ini tanah dibedakan dalam 2 golongan yaitu tanah
yang berkohesi dan tanah yang tidak berkohesi (cohesive and cohesionless soil),
jenis tanah ini terdapat pada clay dan sand. Karena pada pasir murni tidak
memiliki nilai kohesi maka parameter tanah yang digunakan diambil dari nilai
sudut geser dalam , begitu pula pada tanah lempung maka dalam perhitungan
digunakan parameter Cu. Pada kenyataannya suatu lapisan tanah tidak terdiri
dari pasir murni atau lempung murni tetapi tercampur satu dengan yang lainnya,
pada jenis tanah ini biasanya memiliki nilai Cu dan . Dari hasil penelitian
Unconfined Compression Test didapat nilai besaran kekuatan tekan bebas suatu
tanah. Kekuatan tekan bebas yang dimaksud adalah suatu besaran beban aksial
persatuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada regangan
aksialnya mencapai 20%. Berikut ini adalah data hasil laboratorium penyelidikan
tanah :
Hasil uji tanah dilapangan menunjukan deskripsi jenis tanah pada bor-log cukup
sesuai. Parameter kekuatan tanah, Su yang didapat juga konsisten jika dikorelasi
dengan hasil uji SPT dan CPT. Untuk penentuan daya dukung pondasi dangkal,
dapat dipakai cara Terzaghi atau cara Terzaghi yang dimodifikasi dengan data
dapat dilakukan dengan mengambil data uji coba seperti eo, cc, sr, pt (tahanan
penurunan tanah itu juga didapat dari korelasi hasil sifat index dengan rumus
kedalaman diperlihatkan pada gambar 3.6 (a) dan (b). Dari kurva hubungan
atterberg limit terhadap kedalaman, terlihat bahwa kadar air natural cenderung
0.490 dan Cr = 0.029 – 0.055. Hasil pengujian konsolidasi ini menunjukan tanah
pada lokasi ini termasuk tanah normally consolidated sehingga penurunan yang
Kedalaman
Kedalaman
Hubungan nilai N-SPT terhadap kedalaman dapat dilihat pada Gambar 3.7. Dari
hasil penyelidikan tanah uji lapangan, yaitu SPT dan CPT dan hasil pemeriksaan
berikut :
Hasil uji SPT pada lubang bor BH-1 dan BH-2, maupun hasil sondir S1, S2, S3,
S4, S5 dan S6, semuanya secara konsisten menunjukan adanya lapisan tanah
keras yang dapat dijadikan tumpuan pondasi tiang pada kedalaman sekitar -
15.00 m. Lapisan sangat keras ini (SPT > 50) cukup tebal, yaitu minimum 5 m
dan dibawah lapisan keras ini masih terdapat tanah keras dengan SPT N - rata-
umumnya tanah berupa silty clay atau clayey silt. Ada lapisan yang kadar
tergolong silty sand. Lapisan yang sangat keras (N > 50) merupakan silty sand
yang sangat padat. Gejala ini dapat dilihat juga dari hasil CPT, dimana friction
ratio dari lapisan-lapisan tersebut adalah sekitar 4 atau lebih. Baik hasil SPT
maupun CPT menunjukan lapisan tanah antar permukaan sampai dengan -10.00
m adalah tanah yang lembek dan pada kedalaman -10.00 m sampai dengan -
dapat disimpulkan bahwa tanah keras sudah terdapat mulai dari kedalaman 15
meter. Untuk data perencanaan, maka penulis menentukan tumpuan tiang bor
a). Eksisting
gedung. Data pembebanan eksisting dapat diliihat pada tabel dibawah ini :
Adapun untuk perletakan kolom ditunjukan seperti pada gambar dibawah ini :
b). Perencanaan
Data untuk perencanaan diasumsikan dua kali lipat dari data eksisting yang ada
Mulai
Pengumpulan
Data
Menentukan Dimensi
Menghitung Penurunan
Pondasi
Periksa Penurunan
Tidak
Ya
Perhitungan Tulangan
Gambar Perencanaan
Perbandingan Harga
Selesai