Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6

Perencanaan Diaphragm Wall untuk Basement


Apartemen The East Tower Essence on
Darmawangsa
Nurfrida Nashira R., Indrasurya B. Mochtar, Mustain Arif
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: indrasurya@ce.its.ac.id

AbstrakDalam perencanaan pembangunan sebuah


gedung apartemen, diperlukan lahan parkir yang cukup luas.
Namun,
penggunaan
lahan
secara
horizontal
tidak
memungkinkan karena keterbatasan lahan. Oleh karena itu,
dibutuhkan solusi berupa pembangunan secara vertikal ke atas
maupun ke bawah tanah berupa penggunaan basement untuk
hal tersebut.Hal inilah yang juga menjadi permasalahan bagi
pembangunan apartemen The Essence on Dharmawangsa.
Dalam perencanaan awal, akan dibangun 5 tower apartemen
secara bertahap. Pada pembangunan tahap awal, yaitu The
South, dibangun apartemen setinggi 36 lantai dengan 2 lantai
basement sedalam 10,7 meter. Namun, ternyata kebutuhan lahan
parkir tersebut masih kurang mencukupi bagi penghuni dan
pengunjung apartemen. Sehingga, untuk pembangunan tahap
kedua yaitu The East, akan dibangun dengan jumlah lantai yang
sama namun dilakukan penambahan lantai basement 3 lantai
sehingga
kedalamannya
menjadi
13,5
meter
untuk
mengakomodasi kebutuhan lahan parkir untuk The East dan
The South. Tujuan utama dari pembuatan Tugas Akhir ini
adalah untuk merencanakan pembangunan dinding diafragma
dari basement Apartement The East Essenece on Darmawangsa
ini. Dari desain yang dilakukan, diperoleh ketebalan dinding 0,8
m dengan kedalaman 30 m. Adapun metode konstruksi yang
dipakai adalah Top-down Construction. Dimana pembangunan
pelat lantai dimulai dari lantai dasar ke bawah hingga lanta
basement 3. Penggalian dilakukan secara bertahap dengan pelat
lantai sebagai strut.
Kata Kunci : basement, diaphragm wall, top down construction

I. PENDAHULUAN

embangunan Apartemen Essence on Darmawangsa


terdiri dari beberapa tower. Pembangunan tower pertama
yaitu The South Tower menggunakan 1 lantai semi-basement
dan 2 lantai basement sebagai lahan parkir. Namun, hal ini
dirasa belum mencukupi kebutuhan lahan parkir bagi
pengguna dan pengunjung apartemen. Oleh karena itu, pada
pembangunan tahap kedua yaitu The East Tower, penggunaan
lantai basement ditambah menjadi 1 lantai semi-basement dan
3 lantai basement.
Untuk perencanaan basement tersebut, diperlukan
struktur yang bisa menahan gedung setinggi 36 lantai tersebut
dan menjadi dinding penahan tanah bagi basement sedalam
13,9 meter. Sehingga perlu diperhatikan aspek geoteknik
mengenai konstruksi dinding penahan tanah dan aspek
strukturnya. Konstruksi dinding penahan tanah ini digunakan

untuk menjaga kestabilan tanah dan mencegah keruntuhan


tanah di samping basement tersebut. Diaphragm wall
merupakan salah satu jenis dinding penahan tanah yang telah
digunakan sebagai elemen struktural utama suatu bangunan.
II. METODOLOGI
Metodologi Tugas Akhir ini yaitu perencanaan diaphragm
wall basement apartement East Tower terdiri dari beberapa
tahap antara lain pengumpulan data data gambar denah
basement dan struktur atas apartement East Tower, data tanah,
serta data perhitungan struktur gedung apartemen East Tower.
Kemudian dilakukan analisa data tanah dengan beberapa
tabel korelasi yang tercantum pada Tugas Akhir Penulis [1]
dan asumsi pembebanan yang terjadi antara lain beban mati
(berat struktur secara komplit dan tekanan tanah) serta beban
hidup dari kendaraan yang lewat di sekitar basement
diasumsikan 1 t/m2.
Preliminary desain Diaphragm Wall berdasarkan asumsi
pembebanan I, dapat diketahui asumsi awal dimensi dan
kedalaman Diaphragm Wall.
Lalu dilakukan empat tahap pembebanan dan kontrol
bukaan untuk tiap kedalaman bukaan 4,5 m, 7,5 m, 10,5 m,
dan 13,5 m.
Setelah didesain melalui empat tahapan bukaan, dilakukan
kontrol akhir Diaphragm Wall yaitu kontrol lendutan, momen
yang terjadi, kontrol uplift pressure serta bearing capacity.
Membuat metode konstruksi untuk pembangunan dinding
penahan tanah basement ini. Kemudian menuangkan hasil
perencanaan ke dalam bentuk gambar menggunakan program
autocad. Langkah akhir adalah membuat kesimpulan dan saran
sebagai penutup dari Tugas Akhir.
Penjelasan lengkap tentang Metodologi dapat dilihat pada
buku Tugas Akhir penulis [1].
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data dan Analisa Parameter Tanah
Data Tanah
Terdapat 3 borehole yang tersedia yaitu BH-4, BH-5, dan
BH-6. Gambar Plot NSPT dan versus kedalaman tanah serta
profil tanah terdapat pada [1].
Data tanah tersebut terangkum dalam Tabel 1 di bawah
ini:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Tabel 1.
Rangkuman Data Tanah dari Hasil SPT

KEDALAMAN

JENIS TANAH

0-10 m
10-12 m
12-17 m
17-39 m
39-55 m

Lempung berlanau
Lanau berlempung
Lanau berlempung
Pasir berkerikil
Lempung / Lanau

Gambar 2. Koefisien tanah dengan harga maksimum dan minimum


dibandingkan dengan defleksi

Asumsi Pembebanan Tanah Horizontal


Untuk mencari pendekatan defleksi yang terjadi sehingga
mendekati kondisi asli, digunakan asumsi tekanan tanah
horizontal dengan rumus:

NILAI SPT
RATA-RATA
4
15
25
>50
32

hi = 'vi .K oi + k s .x

dimana:

hi

Analisa Parameter Tanah dapat dilihat pada [1]. Data


tersebut terangkum pada Tabel 3.
B. Analisa Data Pembebanan
Beban yang bekerja pada Diaphragm Wall terdiri dari 2
jenis yaitu:
a. Beban luar : berupa beban yang bekerja pada
Diaphragm Wall yang berasal dari luar akibat proses
konstruksi yang diasumsikan berupa beban lalu-lintas dan alatalat berat yang bekerja sebesar 1 t/m2.
b. Beban dalam : berupa beban yang bekerja pada
Diaphragm Wall yang berasal dari dalam tanah berupa
tegangan tanah aktif dan pasif serta tegangan air tanah.
C. Perencanaan Dinding Diafragma
Umum
Pada perhitungan dinding diafragma, asumsi untuk
tekanan tanah arah horizontal baik pada kondisi aktif maupun
pasif umumnya yang digunakan adalah pada kondisi
maksimum. Padahal, pada kenyataan di lapangan, kondisi
maksimum pada tekanan arah horizontal tersebut belum tentu
terjadi, terutama pada kondisi pasif. Hal ini disebabkan oleh
adanya kaitan antara tekanan tanah arah horizontal dengan
defleksi yang terjadi, seperti digambarkan oleh [2] pada
Gambar 2 berikut:

vi

= Tegangan efektif arah horizontal pada tiap kedalaman


(t/m2)
= Tegangan efektif arah vertikal pada tiap kedalaman
(t/m2)

K oi

= Koefisien tanah lateral pada kondisi at rest

ks

= Konstanta Spring yang nilainya berdasarkan pada


jenis tanah (Modulus of soil reaction) (t/m3)
= Asumsi defleksi arah lateral (m), bernilai positif (+)
apabila dinding mendorong menuju arah tanah,
sebaliknya bernilai negative (-) apabila dinding
menjauhi tanah.

Untuk korelasi antara jenis tanah dan besarnya nilai


konstanta spring dapat dilihat pada [3]. Data tersebut
terangkum dalam Tabel 2.
Tabel 2.
Rangkuman Konstanta Spring untuk Tiap Lapisan Tanah

Kedalaman
(m)

qc
(kg/cm2)

qc
(kPa)

Konsistensi
Tanah

0-10

500

Lunak (soft)

3600

10-12

20

2000

> 4800

12-17

30

3000

Kaku (stiff)
Sangat Kaku
(very stiff)

>40

4000

ks
(t/m3)

> 4800
Sangat padat
(very dense)

17-39
39-55

Kepadatan
Tanah

Keras (hard)

12800
> 4800

Tegangan tanah arah horizontal memiliki nilai maksimum


dan nilai minimum yang diasumsikan merupakan tegangan
tanah pada saat kondisi aktif dan pasif. Besarnya tegangan
arah horizontal pada kondisi aktif dan kondisi pasif dapat
diketahui dengan rumus [4]:
Tabel 3.
Rangkuman Data Tanah

Kedalaman (m)

Jenis Tanah

NSPT
rata2

Perkiraan
Harga (0)

sat
(t/m3)

0-10
10-12

Lempung berlanau
Lanau berlempung

4
15

0
0

1,6
1,8

unsa
t
(t/m3)
1,3
1,6

12-17

Lanau berlempung

25

2,0

1,8

17-39

Pasir berkerikil

>50

41

2,25

2,0

39-55

Lempung / Lanau

32

40

2,0

1,8

Rd

90%

Kondisi
Kepadatan

Sangat rapat
(very dense)

Cu
(t/m2)

qc
(t/m2)

Es
(t/m2)

2,5
10

50
200

16,7

300

0,3
0,3
0,3

200
700
3000

0,2

8000

0,35

700

>20

>400

Konsistensi
Lunak (soft)
Kaku (stiff)
Sangat Kaku
(very stiff)

Keras (hard)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Tegangan tanah arah horizontal pada kondisi aktif:

Asumsi Defleksi Awal Kondisi D

h min i = 'vi .K ai 2c K ai
0

Tegangan tanah arah horizontal pada kondisi pasif:

0.0001

0.0002

Defleksi (m)
0.0003
0.0004

0.0005

0.0006

0.0007

h max i = 'vi .K pi 2c K pi
5

10

15

Kedalaman (m)

Maka untuk mendapatkan asumsi defleksi dinding


diafragma yang mendekati defleksi dinding pada kondisi asli,
harus diperhitungkan besarnya tegangan horizontal di setiap
titik yang mempunyai batasan sebagai berikut:
a. h < h min, maka h = h min
b. h > h max, maka h = h max
Dengan asumsi defleksi yang telah ditentukan, maka
dapat diketahui pendekatan tegangan arah horizontal pada tiap
titik dinding diafragma yang mendekati kondisi aslinya.
Asumsi defleksi yang terjadi pada titik regangannya tidak
boleh melebihi 0,0015 m [5].

20

25

30

Tahap Perhitungan Dinding Diafragma


35

Langkah pengerjaan untuk mencari tegangan arah


horizontal tiap titik terbagi menjadi tahap sebelum konstruksi
dan tahap sesudah konstruksi, berikut ini adalah kondisi
sebelum konstruksi dimana dengan adanya sheet pile
menyebabkan tidak adanya tekanan air di bagian luar dari
dinding sebagai berikut:
a. Kondisi A : kondisi galian mencapai kedalaman 4.5
m dan pada elevasi 0 m diberi penyangga berupa
pelat lantai.
b. Kondisi B : kondisi galian mencapai kedalaman 7.5
m dan pada elevasi 0 m dan 4.5 m diberi penyangga
berupa pelat lantai.
c. Kondisi C : kondisi galian mencapai kedalaman
10.5 m dan pada elevasi 0 m, 4.5 m, dan 7,5 m diberi
penyangga berupa pelat lantai.
d. Kondisi D : kondisi galian mencapai kedalaman
13.5 m dan pada elevasi 0 m, 4.5 m, 7,5 m,dan 10.5
m diberi penyangga berupa pelat lantai.
Langkah perhitungan detail dapat dilihat pada [1]. Hasil
akhir perhitungan pada kondisi D adalah sebagai berikut:

40

45

Gambar 3. Asumsi Defleksi Awal Kondisi D

Asumsi Defleksi Akhir Kondisi D


0

0.0001

0.0002

0.0003

Defleksi (m)
0.0004 0.0005

0.0006

0.0007

0.0008

10

Kedalaman (m)

15

20

25

30

35

40

45

Gambar 4. Asumsi Defleksi Akhir Kondisi D

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Tabel 4.
Hasil cek regangan dinding diafragma pada Kondisi D
(tebal dinding 0,8 m)
KEDALAMAN DEFLEKSI
REGANGAN
REGANGAN
KONTROL
(m)
(m)
IJIN
0
0
0.00008
0.0015
OK
0.5
0.00004 0.000079
0.0015
OK
1.5
0.000119 0.000076
0.0015
OK
2.5
0.000195 0.000072
0.0015
OK
3.5
0.000267 0.000071
0.0015
OK
4.5
0.000338 0.000064
0.0015
OK
5.5
0.000402 0.0000454
0.0015
OK
6.5
0.000447 0.0000454
0.0015
OK
7.5
0.000493 4.54E-05
0.0015
OK
8.5
0.000538 0.0000454
0.0015
OK
9.5
0.000584 0.0000454
0.0015
OK
10.5
0.000629 0.000031
0.0015
OK
11.5
0.00066 0.000012
0.0015
OK
12.5
0.000672
-1E-05
0.0015
OK
13.5
0.000662 -0.000036
0.0015
OK
14.5
0.000626 -5.7E-05
0.0015
OK
15.5
0.000569 -7.3E-05
0.0015
OK
16.5
0.000496 -0.000083
0.0015
OK
17.5
0.000413 -0.000079
0.0015
OK
18.5
0.000334 -0.000068
0.0015
OK
19.5
0.000266 -0.000055
0.0015
OK
20.5
0.000211 -0.000038
0.0015
OK
21.5
0.000173 -0.000024
0.0015
OK
22.5
0.000149 -0.000013
0.0015
OK
23.5
0.000136
-4E-06
0.0015
OK
24.5
0.000132
1E-06
0.0015
OK
25.5
0.000133
5E-06
0.0015
OK
26.5
0.000138
6E-06
0.0015
OK
27.5
0.000144
7E-06
0.0015
OK
28.5
0.000151
5E-06
0.0015
OK
29.5
0.000156
2E-06
0.0015
OK
30.5
0.000158
-2E-06
0.0015
OK
31.5
0.000156
-7E-06
0.0015
OK
32.5
0.000149 -0.000014
0.0015
OK
33.5
0.000135 -0.00002
0.0015
OK
34.5
0.000115 -0.000026
0.0015
OK
35.5
0.000089 -0.000031
0.0015
OK
36.5
0.000058 -0.000031
0.0015
OK
37.5
0.000027 -0.000022268
0.0015
OK
38.5
4.73E-06 -0.000009464
0.0015
OK
39
0
0
0.0015
OK

Tabel 5. Hasil perhitungan gaya total dinding diafragma pada Kondisi D (tebal
dinding 0,8 m)
KEDALAMAN ' h final aktif ' h final pasif ' h final Momen final
(m)
(tm)
(t/m')
(t/m')
(t/m')
0
0.000
0.000
0.000
0.000
0.5
1.235
0.000
1.235
-1.289
1.5
1.805
0.000
1.805
-2.777
2.5
2.375
0.000
2.375
-2.888
3.5
2.945
0.000
2.945
-1.324
4.5
3.515
0.000
3.515
-5.350
0.000
4.085
-7.078
5.5
4.085
6.5
4.655
0.000
4.655
-6.169
7.5
5.225
0.000
5.225
-6.590
8.5
5.795
0.000
5.795
-3.617
9.5
6.365
0.000
6.365
3.170
10.5
7.030
0.380
6.650
-8.738
11.5
7.790
1.140
6.650
-16.636
12.5
8.645
1.995
6.650
-19.915
13.5
9.595
2.945
6.650
-21.008
14.5
10.545
3.895
6.650
-18.863
15.5
11.495
4.845
6.650
-14.569
16.5
12.445
5.795
6.650
-7.583
17.5
2.960
2.131
0.828
2.797
18.5
3.230
2.513
0.716
9.159
19.5
3.500
2.895
0.604
12.399
20.5
6.243
3.277
2.965
13.279
21.5
6.690
3.660
3.030
12.107
22.5
7.137
4.042
3.095
-5.517
23.5
7.584
4.424
3.160
9.941
24.5
8.031
4.806
3.225
7.482
25.5
8.478
5.188
3.290
5.138
26.5
8.925
5.570
3.355
3.096
27.5
9.372
5.952
3.420
1.393
28.5
9.820
6.334
3.485
-0.024
29.5
10.267
6.717
3.550
-1.251
30.5
10.714
7.099
3.615
-2.383
31.5
11.161
7.481
3.680
-3.477
32.5
11.608
7.863
3.745
-4.522
33.5
12.055
8.245
3.810
-5.401
34.5
12.502
8.627
3.875
-5.869
35.5
12.949
9.009
3.940
-3.767
36.5
13.397
9.391
4.005
0.124
37.5
13.844
9.774
4.070
7.007
38.5
14.291
10.156
4.135
17.732

Gambar 5. Momen yang bekerja pada Kondisi D


(dalam tm)

Perhitungan Daya Dukung Dinding Diafragma


Perhitungan daya dukung dinding diafragma menggunakan
rumusan berdasarkan [6] sebagai berikut:
Qu = Qp + Qs
Dimana :
Qu = Beban total
Qp = Beban yang terjadi pada ujung pondasi
Qs = Beban yang terjadi akibat friksi dengan tanah
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan Qu dinding
dengan ketebalan 0,8 m dan kedalaman 30 m adalah 1167.672
serta gaya yang bekerja sebesar 454 ton, maka didapatkan
safety factor:

Qu
= SF
P
1167.672
= 2.57
454
Perhitungan Tulangan
Mutu beton (fc) : 30 MPa
Mutu baja (fy) : 400 MPa
= 0.8
bal =
=

0.85. fc'.
600

fy
600 + fy

0.85.30.0.85
600

= 0.033
400
600 + 400

max = 0,75 x bal = 0,75 x 0,033 = 0,02475

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


Syarat : min < perlu < maks , maka dipakai min
Asperlu = . b. d = 0,0034 x 1000 x 768 = 2611,2 mm2
Dipasang tulangan 24 mm 130 (As = 2714,34 mm2)

fc'
30
min =
=
=0.0034
4 fy
4 400
susut = 0.0018
faktor suhu = m =

fy
400
=
= 15.6863
0.85 fc 0.85 300

Perhitungan penulangan pelat arah X pada tumpuan


sama dengan pada lapangan namun letak tulangan tariknya
berbeda. Pada derah lapangan, letak tulangan tarik di bawah
sedangkan pada daerah tumpuan, letak tulangan tariknya
berada di atas. Tulangan direncanakan menggunakan 24 mm
(As = 452.389 mm2)

Mu = 248.462.675,4 Nmm

Mu
248462675.4
=
= 0.663
2
0.5 800 968 2
.B.dx

2.0,663.15,86
1
2.Rn.m = 1

1 1

1 1

400
m
fy 15.86

= 1,68x10-3

Syarat : min < perlu < maks , maka dipakai min


Asperlu = . b. d = 0.0034 x 1000 x 968 = 3291.2 mm2
Dipasang tulangan 24 mm 125 (As = 3619.114 mm2)
Kontrol Kekuatan

As pakai

3619.114
=
= 3.739 10 3 > min ... ok
=
b d 1000 968
a=

= As pakai = 2714,34 = 4,418x10-3 > min ... ok


bd
800 768
As

fy
2714,34 400
a=
=
= 53.222
0.85 f ' c b 0.85 30 800

Mu = As.fy d a = 0.8 x 2714,34 x 400 (768-53.222/2)

Kontrol Uplift terhadap Struktur Basement

b = 800 mm
decking = 20mm
dx = t decking 0.5 d tul. = 1000 20 0.5.24 = 968 mm

Kontrol Kekuatan

= 643.962.181,8 Nmm > MIx = 248.462.675,4 Nmm (ok)


Tulangan tersebut mengalami leleh pada kondisi beban
643.962.181,8 Nmm.

Penulangan Arah X

Rn =

As fy
3619.114 400
=
= 56.77
0.85 f ' c b 0.85 30 1000

Mu = As.fy d a = 0.8 x 3619.114 x 400 (968-56.77/2)


2

= 1.088.183.616 Nmm > MIx = 248.462.675,4 Nmm (ok)


Tulangan tersebut mengalami leleh pada kondisi beban
1.088.183.616 Nmm
Penulangan Arah Y
Mu = 248.462.675,4 Nmm
b = 1000 mm
decking = 20mm
dx = t decking 0.5 d tul. = 800 20 0.5 . 24 = 768 mm

Mu
248462675.4
Rn =
=
= 0.842
2
.B.dx
0.5 1000 768 2

= 1 1 1 2.Rn.m = 1 1 1 2.0,842.15,86

m
fy
15.86
400

= 2,143x10-3

Adanya beban uplift dan air tanah dapat membahayakan


basement akibat beban angkat keatas karena dapat
mempengaruhi kestabilan struktur basement terutama pada
saat pembangunan pelat paling dasar sudah selesai. Untuk
itu perlu dilakukan analisa kesetimbangan beban antara
uplift dengan beban gedung dengan rumus:
Fuplift Wstruktur <

Qu
, dengan SF=3
SF

Untuk perhitungan kontrol terhadap uplift muka air tanah


yang diambil adalah muka air paling kritis yaitu pada elevasi 0
m sebagai berikut:
Fu = w .hw . Apelat = 1 x 13,6 x 1409,911 = 19.174,79 ton
Sedangkan untuk berat struktur basement sendiri adalah:
Wstrukturtot = Wdinding + Wbored pile + Wpelat x 4 + Wpelat 13,6m
= 11317.98
Fuplift Wstruktur = 19.174,79 11.317,982
Qu tot = 26.997,53 + 1.950 = 28.947,53
Fuplift Wstruktur < Qu
SF
7.856,81 < 9.649,177 ... OK
Kontrol terhadap Bahaya Penurunan
Kontrol terhadap bahaya penurunan adalah kontrol
terhadap penurunan yang terjadi akibat berat struktur yang
membebani tanah sehingga tanah memampat. Kontrol dapat
dihitung dengan menghitung selisih antara berat struktur
basement dengan berat tanah yang dipindahkan.
W tanah yang dipindahkan = 57.524,37 ton
Wstruktur
= 11.317,982
W tanah yang dipindahkan > W struktur
57.524,37 > 11.317,982 .... OK
IV. KESIMPULAN/ RINGKASAN
Menurut hasil perhitungan dan analisa geoteknik maupun
struktur yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Beban yang terjadi pada dinding diafragma wall ini
berupa beban merata kendaraan, tegangan horizontal

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

2.
3.

4.

5.

tanah kondisi at rest dan dibatasi oleh tegangan


horizontal tanah minimum dan maksimum.
Dinding diafragma direncanakan dengan ketebalan 0,8
m dan kedalaman 30 m dari permukaan tanah.
Pondasi yang digunakan adalah bore pile dengan
diameter 1 m dengan kedalaman pemancangan 20 m
dari dasar lantai basement.
Berdasarkan kontrol yang dilakukan antara lain kontrol
uplift, kontrol seapage, kontrol settlement, dinding
diafragma tersebut telah memenuhi persyaratan.
Metode konstruksi yang digunakan adalah top down
construction dengan 4 tahap bukaan yaitu pada
kedalaman 4,5 m, 7,5 m, 10,5 m, dan 13,5 m dengan
penggunaan dewatering untuk menurunkan muka air
tanah pada konstruksi basement tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

[1]

[2]

[3]
[4]
[5]

Nurfrida Nashira Ramadhanti, Perencanaan Dinding Diafragma untuk


Basement Apartemen The East Tower Essence on Darmawangsa , belum
dipublikasikan.
P. Monaco & S. Marchetti, Evaluation of The Coefficient of Subgrade
Reaction for Design of Multipropped Diaphragm Walls from DMT
Moduli, Italy (2011)
J.E.Bowles, Analytical and Computer Methods in Foundation
Engineering, USA (1989)
Braja M. Das, Principles of Foundation Engineering, Stanford (2007)
Naval Facilities Engineering Command, Foundation & Earth Strucutre
Design Manual 7, (1986)

Anda mungkin juga menyukai