Anda di halaman 1dari 7

A.

PILIHAN GANDA
Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan menghitamkan bulatan A, B, C, D, atau E
pada Lembar Jawab Komputer!

1. Novel sejarah dapat dikategorikan sebagai novel ulang (rekon), yaitu ....
a. rekon pribadi
b. rekon faktual
c. rekon imajinatif
d. rekon eksperimen
e. rekon laporan

2. Cermati pernyataan-pernyataan berikut berkaitan dengan pengertian novel sejarah!


1) Rekon imajinatif
2) Fakta-fakta sejarah sebagai latar untuk mengisahkan tokoh-tokoh fiksinya.
3) Mengisahkan kembali seorang tokoh sejarah dalam berbagai dimensi kehidupannya.
4) Menjelaskan fakta-takta kejadian masa lalu yang perlu direkonstruksi
5) Ada rekayasa pengarang tentang fakta-fakta sejarah yang relevan

Pernyataan yang mengacu pada pengertian novel sejarah yaitu nomor ... .

a. (1), (2), (5)


b. (1), (3), (4)
c. (2), (4), (5)
d. (2), (3), (4)
e. (3), (4), (5)

3. Secara umum teks novel sejarah memiliki struktur teks yang sama dengan struktur fiksi lainnya.
Struktur teks tersebut memiliki fungsi membangun terbentuknya sebuah teks cerita yang baik,
diantaranya adalah ... .
a. orientasi, alur cerita, komplikasi, klimaks, dan resolusi, coda
b. orientasi, pengungkapan peristiwa, menuju konflik, puncak konflik, resolusi, coda.
c. orientasi, komplikasi, rangkaian peristiwa, resolusi, evaluasi, coda
d. orientasi, pengungkapan peristiwa, penyebab konflik, puncak konflik, resolusi, koda.
e. orientasi, pengenalan situasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, koda

4. Cermati judul-judul novel berikut!


(1) Remy Sylado, Novel pangeran Diponegoro Menggagas Ratu Adil
(2) S.H. Mintardja, Kemelut di Majapahit
(3) Pramudya Ananta Toer, Rumah Kaca
(4) Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk
(5) Andrea Hierata, Laskar Pelangi

Judul-judul novel yang berlatar belakang sejarah terdapat pada nomor ... .

a. (1) dan (3)


b. (2) dan (4)
c. (3) dan (4)
d. (3) dan (5)
e. (4) dan (5)

5. Salah satu ciri kebahasaan novel sejarah adalah menggunakan kata kerja mental (menyatakan
sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan). Kalimat-kalimat berikut yang menggunakan kata kerja
mental adalah ... .
a. Raja kertarajasa membacakan keputusan itu dengan lantang’
b. Senopati Gajah Engon mengarahkan senjatanya kepada musuh di depannya.

PTS Gasal 1819 – Bahasa Indonesia – XII BB/MIPA/IPS Halaman 1


c. Dyah Wiyat menitikkan air matanya menahan sedih hatinya.
d. Para prajurit membersihkan gedung bekas asrama.
e. Gajah mada mengharapkan semua anak buahnya setia kepadanya.

6. Perhatikan kutipan teks berikut dengan seksama!


(1) Yang mencuri perhatian kali ini bukan hanya soal desas-desus itu. (2) Sepeninggal Kalagemet
Sri Jayanegara dengan segera muncul pertanyaan, siapa yang akan naik tahta menggantikannya.
(3) Dua pewaris yang masing-masing berwajah cantik itu memang bersih tetapi apa yang terlihat
tidak sesederhana yang tampak. (4) Pancaksara bahkan melihat persaingan amat tajam bakal
terjadi, terutama riuhnya barisan orang-orang di belakang Kudamerta dan barisan orang-orang di
belakang Cakradara? (5) Karena beristrikan ratu pewaris tahta tidak ubahnya ikut numpang
mewarisi tahta itu sendiri.
Kutipan teks novel sejarah tersebut merupakan strukrur ... .
a. orientasi
b. menuju konflik
c. Puncak konflik
d. resolusi
e. coda

7. Kalimat bermakna lampau dalam kutipan di atas adalah ... .


a. (1)
b. (2)
c. (3)
d. (4)
e. (5)

Cermati kutipan teks novel berikut, untuk menjawab soal nomor 28 dan 29.
(1) “Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah,” Gajah Enggon melaporkan. Gajah Mada memandangi
wajah samar-samar di depannya. “Mayat siapa?”
(2) “Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah menancap tepat di
tenggorokannya. (3) Tak ada jejak perkelahian apa pun, sasaran menjadi korban tanpa
menyadari arah bidikan anak panah tertuju kepadanya.”
(4) Gajah Mada merasa tak nyaman memperoleh laporan itu. (5) Orang yang mampu melepas
anak panah dengan sasaran sulit pastilah orang yang sangat menguasai sifat gendewa dan
anak panahnya. (6) Orang yang mampu melakukan hal khusus semacam itu amat terbatas
dan umumnya ada di barisan pasukan Bhayangkara. (7) Adakah prajurit bhayangkara yang
terlibat?
(8) “Dan kami temukan mayat kedua.”Gagak Bongol menambahkan.
(9) “Pelaku pembunuhan menggunakan anak itu mati dipatuk ular.

8. Struktur teks kutipan di atas adalah ... .


a. orientasi
b. pengenalan tokoh
c. puncak konflik
d. resolusi
e. coda

9. Kalimat langsung terdapat pada nomor ... .


a. (1), (2), (8)
b. (3), (5), (9)
c. (2), (5), (6)
d. (6), (7), (8)
e. (7), (8), (9)

PTS Gasal 1819 – Bahasa Indonesia – XII BB/MIPA/IPS Halaman 2


10. Cermati kutipan teks berikut
Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa
Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan banyak
membantunya semenjak dahulu itu membagi-bagikan pangkat kepada mereka. Ronggolawe
diangkat menjadi adipati di Tuban dan yang lain-lain pun diberi pangkat pula. Dan junjungan ini
dengan para pembantunya, sejak perjuangan pertama sampai Raden Wijaya menjadi raja,
amatlah erat dan baik.
Akan tetapi, guncangan pertama yang mempengaruhi hubungan ini adalah ketika Sang Prabu
telah menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara, telah menikah lagi dengan
seorang putri dari Melayu. Sebelum putri dari Tanah Melayu ini menjadi istrinya yang kelima, Sang
Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegara. Hal
ini dilakukannya karena beliau tidak menghendaki adanya dalam dan perbuatan kekuasaan kelak.
(Kemelut Majapahit, S.H. Mintardja)

Struktur teks kutipan novel paragraf pertama di atas adalah ... .


a. pengungkapan peristiwa
b. pengenalan situasi cerita
c. menuju konflik
d. puncak konflik
e. resolusi

11. Struktur teks kutipan novel paragraf kedua adalah ... .


a. pengungkapan peristiwa
b. pengenalan situasi cerita
c. puncak konlik
d. resolusi
e. koda

12. Kata bercetak miring dalam kutipan teks di atas yang merupakan verba mental adalah ... .
a. berhasil
b. bergelar
c. melupakan
d. membantu
e. diangkat

13. Cermati fakta-fakta sejarah berikut!


(1)Ronggolawe diangkat menjadi adipati di Tuban
(2)Sang Prabu Kertarajasa hanya menikahi salah satu putri mendiang Raja Kertanegara
(3)Putri dari Kerajaan Melayu dinikahi oleh Ronggo Lawe.
(4)Raden Wijaya berhasil menjadi raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa

Fakta sejarah yang melatarbelakangi kutipan di atas terdapat pada nomor ... .
a. (1) dan (2)
b. (1) dan (3)
c. (2) dan (4)
d. (2) dan (3)
e. (3) dan (4)

Cermati teks berikut untuk menjawab soal nomor 34 s.d. 36


Arya tadah rupanya benar-benar sakit, Arya tadah bermaksud berdiri, tetapi rasa nyeri di ulu hati
memaksa Arya tadah duduk kembali.
“Tidak apa-apa paman. Silakan paman bicara sambil duduk” kata Dyah Wiyat Rajadewi
Maharajasa.
Arya tadah mendahului suaranya dengan batuk. “Hamba, Tuan Putri Prabu” Ucap Mahapatih
Arya Tadah. “Tak hanya karena usia dan kesehatan hamba, tetapi ke depan , membutuhkan
tangan yang lebih kekar dan orang yang mampu bekerja lebih keras untuk kesejahteraan dan
kejayaan Majapahit. Oleh karena itu, hamba mohon diperkenankan untuk lenser dari jabatan
hamba sebagai patih amangkubumi. Selanjutnya, silakan Prabu Putri memilih siapa orang yang

PTS Gasal 1819 – Bahasa Indonesia – XII BB/MIPA/IPS Halaman 3


pantas menjadi pengganti hamba. Prabu Putri Sri Gitarja Tribhuanatunggadewi Jayawisnuwardani
dan Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa saling pandang untuk beberapa jenak.

14. Isi kutipan di atas adalah ... .


a. Arya tadah ingin mundur dari jabatannya karena dorongan dari Prabu Putri Srigitarja.
b. Arya tadah ingin mundur dari jabatannya karena usia dan kesehatannya sudah menurun.
c. Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa akan menggantikan Arya Tadah yang sudah usia tua dan
sakit-sakitan.
d. Prabu Putri Sri Gitarja memerintahkan Arya Tadah untuk mendur dari jabatannya karena
desakan Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa.
e. Arya tadah merasa sudah memajukan kerajaan Majapahit dan rakyat sudah sejahtera.

15. Dari kutipan novel sejarah di atas dapat disimpulkan perwatakan Arya Tadah adalah ... .
a. Tidak peduli dengan kondisi dan situasi kerajaan Majapahit.
b. Senang dengan pujian dari sang Prabu Putri Sri Gitarja.
c. Berkemauan keras ingin lengser dari jabatannya.
d. Tinggi hati dan ingin disanjung karena telah memajukan kerajaan Majapahit.
e. Rendah hati dan mawas diri karena sudah tidak mampu menjabat karena usia tua.

16. Oleh karena itu, hamba mohon diperkenankan untuk lengser dari jabatan hamba sebagai patih
amangkubumi.
Arti kata yang dicetak tebal adalah ... .
a. naik jabatan
b. berhenti dari jabatan
c. pindah jabatan
d. merebut jabatan
e. memilih jabatan

Cermati kutipan teks berikut!


(1) Dyah Wiyat melanjutkan berdoa. (2) Kami memutuskan ...,” ucap Dyah wiyat dengan suara
pelan, tetapi jelas.
(3) Semua degup jantung berhenti sejenak. (4) Tidak ada seorangpun yang membiarkan
degup jantung terdengar keras untuk bisa menangkap dengan jelas siapa nama yang akan disebut
oleh Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa.
(5) “Demi membangun Majapahit yang besar,” sambung Dyah Wiyat. (6) “Majapahit yang Jaya
dan Gemilang, diperlukan tangan yang kukuh, kuat, dan kekar. Majapahit menunjuk Gajah Mada!”
Mula-mula pelan goyangan itu. Namun yang pelan itu makin lama makin keras menyebabkan
pilar pendapa Bale Manguntur berderak keras seiring bumi tempat mereka berpijak bergoyang
makin keras. Penyebutan nama Gajah Mada menyebabkan hening beberapa jenak. Namun yang
hening itu dengan segera berubah menjadi hingar-bingar oleh tepuk tangan yang diawali oleh
Bhayangkara Kendit Galih.
Pucat pasi wajah Mahamenteri Halu yang sebelumnya merasa yakin dirinyalah yang akan
diangkat menjadi mahapatih. Pucat pasi dan senyum kecut Mahamenteri Hino Dyah Janardana
yang tidak menyangka orang yang dipilih sebagai mahapatih berasal dari arah yang sama sekali
tidak terduga.
Orang yang dengan seketika melonjak berteriak adalah Mahamentri Sirikan Dyah Mano, yang
akhirnya melihat orang yang dijagokan Arya Tadah benar. Andaikan Arya Tadah tidak menyebut
nama Gajah Mada, ia akan menempatkan diri ikut bersaing.

17. Suasana menegangkan dalam kutipan di atas dapat dibuktikan pada kalimat bernomor ... .
a. (1) dan (3)
b. (2) dan (4)
c. (2) dan (5)
d. (3) dan (4)
e. (5) dan (6)

18. Permasalahan yang tampak dalam kutipan teks novel sejarah di atas adalah ... .
a. Orang yang memutuskan pengangkatan mahapatih hanyalah seorang perempuan.

PTS Gasal 1819 – Bahasa Indonesia – XII BB/MIPA/IPS Halaman 4


b. Pemilihan mahapatih yang tidak mencerminkan kehendak rakyat.
c. Penyebutan nama Gajah Mada menyebabkan hening beberapa jenak.
d. Beberapa pejabat menunjukkan rasa tidak suka atas diangkatnya Gajah Mada menjadi
mahapatih
e. Dyah Wiyat termakan bujukan orang terdekatnya untuk mengangat Gajah Mada menjadi
mahapatih.

19. Tokoh antagonis yang tampak dalam kutipan teks novel sejarah di atas adalah ... .
a. Arya Tadah
b. Dyah Mano
c. Gajah Mada
d. Mahamentri Halu
e. Dyah Wiyat

20. Cermati kutipan berikut!


Kala itu tahun 1309. Segenap rakyat berkumpul di alun-alun. Semua berdoa, apa pun warna
agamanya, apakah Siwa, Buddha, maupun Hindu. Semua arah perhatian ditujukan dalam satu
pandang ke Purawaktra yang tidak dijaga terlampau ketat. Segenap prajurit bersikap sangat ramah
kepada siapa pun karena memang demikian sikap keseharian mereka. Lebih dari itu, segenap
prajurit merasakan gejolak yang sama, oleh duka mendalam atas gering yang diderita Kertarajasa
Jayawardhana.
Nilai kehidupan yang terdapat dalam kutipan teks di atas adalah ... .
a. nilai budaya
b. nilai sosial
c. nilai moral
d. nilai agama
e. nilai estetika

B. URAIAN

KD TEKS NOVEL SEJARAH


Bacalah teks di bawah ini dengan teliti!

Ia dibawa ke kota. Tubuhnya dibalut kain dan kebaya yang tak pernah diimpikannya bakal
punya. Selembar kalung emas tipis sekarang menghias lehernya dan berbentuk medalion berbentuk
jantung dari emas, membuat kalung itu manis tertarik ke bawah. Kemarin malam ia telah dinikahkan.
Dinikahkan dengan sebilah keris. Detik itu ia tahu: kini ia bukan anak bapaknya lagi. Ia bukan anak
emaknya lagi. Kini ia istri sebilah keris, wakil seseorang yang tak pernah dilihatnya seumur hidup.
Iring-iringan hanya terdiri dua dokar 'kretek', emaknya, bapaknya, dua orang pamannya, ia
sendiri, beberapa orang saudaranya, dan lurah kampungnya. Bawaannya beberapa lembar pesalin dan
kue-kue buatan kampung nelayan, dan makanan yang diberikan sejak berabad dari laut, berbagai
macam ikan dan rumput laut. Bedak tebal pada wajahnya telah berguris-guris mengelimantang oleh air
mata. Dan emaknya selalu memperbaikinya kembali,
"Sst. Jangan nangis. Jangan nangis. Hari ini kau jadi istri pembesar." Ia tak tahu apa yang di
hadapannya. Ia hanya tahu: ia kehilangan seluruh dunianya. Kadang dalam ketakutan ia bertanya:
mengapa tak boleh tinggal di mana ia suka, di antara orang-orang tersayang dan tercinta, di bumi
dengan pantai dan ombaknya yang amis.
"Sst. Jangan nangis. Mulai hari ini kau tinggal di gedung besar, nak. Tidak lagi di gubuk. Kau
tak lagi buang air di pantai. Kau tak lagi menjahit layar dan jala, tapi sutera, nak. Sst, ssst. Jangan
nangis." Empatbelas tahun umurnya. Dan tak pernah ia merasa keberatan buang air di pantai,
terkecuali di waktu bulan purnama - ia takut ular di waktu seperti itu.
"Sst. Jangan nangis, nak. Hari ini kau jadi istri orang kaya." Ia terisak-isak, tersedan, akhirnya
melolong. Ia tak pernah merasa miskin dalam empatbelas tahun ini.
Pemandangan pantai sepanjang jalan, tumbuhan laut yang jadi semaksemak, kadal-kadal laut
yang bercanda-ria dan ketam pasir yang mundar-mandir bermandi matahari, semua tak menarik
hatinya. Irama telapak kuda tak terdengar olehnya. Ia mengangkat kepala sebentar waktu dokar
berhenti dan bapaknya turun dari dokar di depan, menghampirinya, dan: "Kau mau diam, tidak?"

PTS Gasal 1819 – Bahasa Indonesia – XII BB/MIPA/IPS Halaman 5


Tubuh yang kecil mungil itu meriut seperti keong, ketakutan. Ia tahu bapaknya pelaut, kasar
berotot perkasa. Ia tahu sering kena pukul dan tampar tangannya. Tapi sekarang, buat apakah
penderitaan ini? Disembunyikan mukanya dalam pangkuan emaknya. "Biarkan dia pak, biarkan." Dan
dokar berjalan lagi.
"Bapakmu benar, nak. Mana ada orang tua mau lemparkan anaknya pada singa? Dia ingin kau
senang seumur hidup, nak. Lihat aku, nak, dari kecil sampai setua ini, tidak pernah punya kain seperti
yang kau pakai."
"Ambillah ini buat mak."
"Aku dan bapakmu banting tulang biar kau rasakan pakai kain, pakai kebaya, kalung, anting
seindah itu. Dan gelang ular itu sekarang emaknya terhenti bicara, menahan sedan. Kemudian
meneruskan, "Uh-uh-uh, tak pernah aku mimpi anakku pernah mengenakannya." Dan sekarang
meledak tangisnya yang tertahan.
"Mak juga nangis." Gadis Pantai menyela antara sedannya. Emak membuang muka, melalui
jendela dokar ke arah laut yang menghidupinya sepanjang umur. Tak mampu ia nyatakan, ia nangis
melihat anaknya ke luar selamat dari kampung nelayan, jadi wanita terhomat, tak perlu berkeringat, tak
perlu berlari-larian mengangkat ikan jemuran bila rintik hujan mulai membasuh bumi.
"Mulai hari ini, nak," emaknya tak sanggup meneruskan, kemudian mengubah bicaranya:
"Beruntung kau menjadi istri orang alim, dua kali pernah naik haji, entah berapa kali khatam Qur'an.
Perempuan nak, kalau sudah kawin jeleknya laki jeleknya kita, baiknya laki baiknya kita. Apa yang
kurang baik pada dia?"
Dia? Siapa dia? Gadis Pantai menutup mata. Ia tak bisa bayangkan. Baik manakah dia dari
Tumpon, abangnya yang hilang di laut waktu badai menerjang perahu? Baik manakah dia dari
Kantang, abangnya yang seorang lagi, yang waktu angkat jala yang tersangkut pada batu karang, tidak
timbul lagi untuk selamanya, dan hanya warna merah yang timbul ke atas? Dan itu adalah darah yang
dihisap laut setelah ikan cucut membelah perutnya. Maukah orang itu memberikan dirinya buat hidup
seluruh keluarganya? Seperti Kantang?
"Dia pembesar, nak, orang berkuasa, sering dipanggil Bendoro Bupati. Tuan besar residen juga
pernah datang ke rumahnya, nak. Semua orang tahu."

Dokar mulai memasuki jalanan dengan deretan toko orang Tionghoa. Semua itu pernah
dilihatnya dua tahun yang lalu, waktu dengan orangorang sekampung datang beramai ke kota, nonton
pasar malam. Ia masih ingat buaya yang dipajang di atas pintu toko sepatu. Ia masih ingat toko pabrik
tegel dengan bunga-bunganya yang berwarna-warni. Ia masih ingat gedung-gedung besar dengan
tiang-tiang yang tak dapat dipeluknya, putih, tinggi, bulat. Waktu dokar sampai di alun-alun, bapak
memperbaiki letak bajunya, terdengar mendaham dan menggaruk-garuk leher. Ia lihat ibunya gelisah
duduk di sampingnya dan nampak mulai ketakutan.
Dokar membelok ke kanan. Ia masih dapat mengingat sekolah rakyat negeri, kemudian masjid
raya. Di seberang alun-alun sana gedung kabupaten, di sampingnya sekolah rendah Belanda, di
samping lagi sebuah rumah bertingkat. Jantungnya berdeburan. Sekilas ia lihat bapaknya dengan
susah-payah turun dari dokar, buru-buru menghampiri dokarnya. Wajahnya pucat. Suaranya sangat
lembut: "Turun, nak," tapi matanya tertebar ke mana-mana, akhirnya berhenti pada gapura yang
hendak dilaluinya.
Tak seorang pun penyambut di gapura. "Mari, mari." Tapi ia sendiri tak beranjak dari tempatnya
berdiri. Sewaktu semua sudah turun, mereka menggerombol di pinggir jalan, tak tahu apa yang harus
diperbuat. Pagar tembok terlalu tinggi untuk dapat meninjau ke dalam. Emak menyentuh tangan bapak.
Seperti dengan sendiri bapak berbisik, "Mari, mari" tapi ia tetap tidak beranjak. Akhirnya emak yang
mulai mengganjur langkah. Melihat tak ada yang mengikutinya, ia terhenti menatap bapak. Dalam
kegugupannya bapak meraih tangan si Gadis Pantai - tak ada yang tahu siapa sebenarnya yang
terpapah. Dan bergeraklah iringan pengantin itu, selangkah demi selangkah. Mereka melewati rumah
tingkat yang sebenarnya tak lain dari sebuah paviliun gedung utama di sebelahnya.
Mereka berhenti di sebuah gang antara paviliun dan gedung utama. Seorang bujang berhenti
mengamati mereka dari kaki sampai kepala. "Mau apa?" tanyanya. "Bendoro ada?" "Baru beradu,"
kemudian pandangnya menjamah Gadis Pantai. Suasana lenggang, pemandangan di atas dihitami
oleh puncak pohonpohon beringin dan deburan ombak dari kejauhan, membuat hati iringan pengantin
menjadi beku.
Emak membuka mulut hendak bicara, tapi tak ada suara keluar dari mulutnya. "Kami datang
hendak menghadap Bendoro, kami baru datang dari kampung ...."

PTS Gasal 1819 – Bahasa Indonesia – XII BB/MIPA/IPS Halaman 6


SOAL
3. Struktur Teks Novel Sejarah (skor maksimal 50)

Tugas :
Analisislah struktur teks penggalan novel sejarah di atas dan berikan bukti secukupnya
saja!

4. Aspek Kebahasaan Novel Sejarah (skor maksimal 50)


Lengkapilah tabel unsur kebahasaan di bawah ini berdasarkan teks penggalan novel
sejarah yang disediakan!

---selesai---

PTS Gasal 1819 – Bahasa Indonesia – XII BB/MIPA/IPS Halaman 7

Anda mungkin juga menyukai