Abstrak
Pendahuluan
antiepilepsi. Namun terkadang obat antiepilepsi tidak efisien. Selain itu, pasien
pasien seperti ini, tersedia terapi nonfarmakologi, salah satunya adalah diet
ketogenik (DK).
adalah diet tinggi lemak, rendah karbohidrat yang meniru kondisi tubuh saat
oleh tubuh didapat dari lipolisis dan β oksidasi asam lemak dibandingkan
tiga Randomized Controlled Trial (RCTs). Penelitian RCT pada kelompok studi
kami menunjukkan bahwa DK efektif selama 4 bulan pertama pada anak-anak dan
Laporan efek samping yang paling sering adalah keluhan gastrointestinal. Fokus
penelitian ini terutama pada analisis efikasi. Adapun tentang kemungkinan efek
peningkatan perilaku atensi. Namun semua studi hanya di fokuskan pada aspek
perilaku dan hanya digunakan oleh laporan dari perwakilan berdasarkan kuisioner
kognitif dan perburukan fungsi social. Namun ini adalah penelitian kecil dan
karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kognitif dan perilaku pada
2. Metode
Pasien berhak untuk berpartisipasi jika mereka mengikuti kriteria sebagai berikut:
usia antara 1 dan 18 tahun dengan kejang tidak terkontrol setelah mencoba 1-2
AED. AED yang digunakan oleh partisipan saat periode inklusi dilanjutkan tanpa
ada perubahan selama periode penelitian, Kandidat yang memenuhi syarat dan
orang tua nya dirujuk ke Pusat Epilepsi diet ketogenic Kempenhaeghe di Belanda,
2.2 Prosedur
Pada bulan Juli 2010 dan Agustus 2014, subjek yang secara acak
kedokteran yang baik. Kedua kelompok melanjutkan konsumsi obat anti epilepsi
tanpa perubahan selama periode baseline (kecuali dengan indikasi medis). Selama
4 bulan menunggu oleh kelompok CAU, dan selama 4 bulan pengobatan dengan
skala Likert. Tes ini digunakan oleh PROXY dan membutuhkan orangtua untuk
menjelaskan setiap kata atau kalimat yang dirasakan oleh anak-anak mereka
minggu lalu. Semain tinggi skor yang didapatkan semakin besar gangguan mood.
- Penyesuaian Pribadi dan Skala Keterampilan Peran - Edisi Ketiga (PARS-III)
anak dengan penyakit kronis. Instrumen ini merupakan indeks singkat tentang
penyesuaian psikososial remaja yang diisi oleh orangtua. Terdiri atas 28 item dan
menunjukkan penyesuaian psikososial yang lebih baik. Skor yang lebih tinggi
penyesuaian psikososial remaja yang andal dan valid dan dapat digunakan untuk
keeimbangan perilaku, emosi dan hubungan pada anak-anak dan remaja. SDQ
menanyakan tentang 25 atribut yang dibagi menjadi lima dimensi yang relevan:
perilaku prososial. Untuk semua skala, kecuali skala prososial, skor yang lebih
item yang dilengkapi orang tua untuk menilai gangguan dalam kehidupan sehari-
hari. Skala juga mengukur jumlah retriksi akibat kejang. Item menunjukkan
sepeda, bermalam di suatu tempat, dan partisipasi dalam pendidikan fisik. Skala
berarti lebih banyak kecacatan. Selanjutnya, orang tua diminta untuk menilai
tingkat keparahan kejang, dari tidak parah (skor rendah) hingga sangat parah (skor
tertinggi).
emosional: deficit ate, kecemasan dan depresi, dan gangguan spektrum autism.
dan gangguan perilaku spektrum autism. Kuisioner terdiri dari 72 item dan total
skor untuk tiap 4 domain. Skor yang lebih tinggi menunjukkan maslah yang lebih
berat.
reseptif. Anak harus satu dari empat gambar sesuai dengan kata stimulus
oemeriksa. Skor mentah dapat dikonversikan menjadi skor yang setara dengan
umur (reta-rata 100, standar deviasi 15). Pengukuran ini sering digunakan sebagai
kertas dan pensil yang memeriksa sejauh mana indivisu dapat mengintegrasika
Battery dilakukan. Pengukuran waktu reaksi sederhana pada visual (kotak putih)
atau stimulus auditori untuk menilai fungsi kewaspadaan dan kecepatan aktivasi
informasi system pemrosesan pada pilihan. Dalam uji reaksi pilihan biner, subjek
harus bereaksi dengan cara berbeda terhadap dua rangsangan yang berbeda ( kotak
merah disajikan disisi layer dan kotak hijau disajikan di sisi kanan) yang menilai
kecepatan pusat pengolahan informasi. Pada kedua tugas reaksi waktu disediakan
dalam milidetik (dengan skor lebih tinggi menunjukkan reaksi waktu yang lebih
lama). Pada tugas penyadapan, kecepatan penyadapan jari diukur dengan index
jari tangan kanan dan tangan kiri terpisah. Jumlah ketukan dicatat, dan skor yang
untuk memeriksa perbedaan kelompok DK dan kelompok CAU saat awal dan
akhir (4 bulan). Korelasi antara pengurangan kejang dan perilaku dan kognitif
3. Hasil
Satu pasien keluar dari penelitian sebelum randomisasi, dan 7 pasien keluar
setelah randomisasi : 6 dari kelompok CAU (karena tidak puas terhadap hasil
(56%) dan 22 pasien kelompok CAU). Karakteristik demografis dan klinis dari
pasien keluar sebelum titik akhir 4 bulan (5 pasien dari kelompok DK dan 3
di tempat lain,
3.1 Mood dan Perilaku
Perbedaan ini tidak bermakna secara statistic pada follow up bulan ke-4 karena
ketogenic. Pada bulan ke-4 follow, pasien dari kelompok diet ketogenic memiliki
skor kekuatan (energi) yang lebih tinggi dibandingkan pasien dari kelompok CAU
Pada follow up bulan ke-4, orang tua melaporkan pada kelompok diet ketogenic
Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok pada SDG baik pada
bulan, orang tua melaporkan kurangnya kecemasan dan gangguan mood pada
pada saat baseline dan titik akhir. Pada baseline dan titik akhir, terdapat perbedaan
pemahaman kata pada Peabody Picture Test (baseline: p=0.36, titik akhir:
p=0.006). Pasien pada kelompok DK memiliki skor lebih tinggi dibandingkan
pasien dari kelompok control. Tidak terdapat perbedaan korelasi yang signifikan
dengan pengurangan kejang. Pada baseline, skor yang lebih tinggi ditemukan pada
2 atau 4 reaksi sederhana pada test aktivasi untuk kelompok diet ketogenic.
Perbedaan ini menghilang pada follow up bulan ke-4 karena perbaikan skor pada
4. Diskusi
menunjukkan level mood yang lebih tinggi pada baseline. Masalah masalah ini
menghilang pada bulan ke-4 pemantauan karena terjadi pengurangan pada tingkat
ansietas dan gangguan mood yang lebih rendah dalam 4 bulan. Yang bergantung
yang lebih baik pada bulan ke-4 (mengerjakan pekerjaan hingga selesai, bahkan
meskipun hal tersebut sulit untuk dilakukan) yang tidak tergantung terhadap
pengurangan kejang. Hasil tes kognitif menunjukkan kosa kata yang lebih tinggi
pada pasien kelompok DK yang diuji random setelah 4 bulan, yang sudah ada
pada saat baseline dan hal tersebut tidak berhubungan dengan kontrol kejang. Hal
ini menunjukkan karakter saat baseline tanpa ada hubungannya dengan diet
ketogenik. Selain itu pasien pada kelompok diet ketogenik reaksi yang lebih
bukan efek dari perbaikan kontrol kejang. Kedua kelompok melanjutkan obat anti
epilepsi tanpa perubahan. Oleh karena itu, penelitian ini bukan penelitian efek
mengevaluasi efek perilaku. Terlebih lagi, hanya sedikit penelitian yang telah
dilakukan pada anak-anak dan remaja, sehingga sulit untuk membandingkan hasil
penelitian ini konsisten dengan laporan sebelumnya pada anak dengan diet
peningkatan kognitif, Aktivasi mood dan perilaku selama diet ketogenic konsisten
waspada dengan monitoring fungsi kognitif dan emosional yang baik. Selanjutnya
dibutuhkan penelitian yang focus pada efek kronik DK terhadap kognitif dan
perilaku.
MCT digunakan. Namun, penelitian ini dapat dibandingkan dalam hal efikasi dan
toleransi. Tingkat dropout pada studi populasi adalah 16% sehingga relatif tinggi.
pada yang lainnya, dan lebih dari setengah dari mereka merekomendasikan untuk
memulai diet ketogenik sebelum mencoba AEDs. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun kepatuhan terhadap diet ketogenic sulit karena isu praktis, diet
ketogenic direkomendasikan. Kami menggunakan langkah-langkah proksi untuk
menilai efek diet ketogenik terhadap perilaku yang dapat dipengaruhi oleh efikasi
diet. Oleh karena itu hasil berhubungan dengan pengurangan kejang. Meskipun
pada mayoriytas pasien karena sesauai dengan tingkat usia kognitif dan usia
dan fungsi kognitif anak dan remaja dengan epilepsy refrakter. Selain itu beberapa
perbaikan selama terapi DK diobservasi di populasi. Ini daiktifkan oleh mood dan
kognitif yang tidak berhibungan dengan pengurangan frekuensi kejang dan sesuai
dengan efek diet ketogenic yang sudah diketahui. Hal ini meningkatrkan motivasi
epilepsy refrakter.