Anda di halaman 1dari 40

PERUBAHAN

FISIOLOGIS
MASA NIFAS
SISTEM REPRODUKSI

• Involusio uteri :
• proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan,
• perubahan retrogresif pada uterus, meliputi
reorganisasi dan pengeluaran desidua
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan
plasenta
• penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada
lokasi uterus
Proses involusio uteri :
• Oksitosin
• Hormon oksitosin mempengaruhi mioepitel
endometrium untuk berkontraksi sehingga mioepitel
menekan pembuluh darah dan perdarahan berhenti
dan tercapai hemostasis
• Jaringan otot akan berkontraksi untuk
mengembalikan kontur dan ukuran.
• Prose katabolisme
• Proses katabolisme menyebabkan penurunan ukuran
sel, hasil katabolisme diabsorbsi dalam sirkulasi
darah dan diekskresikan melalui urin.
• Proses autolysis
• Jika pembuluh darah terjepit dengan baik maka endometrium
mengalami deoksigenasi dan iskemik sehingga terjadi proses
autolysis (terjadinya perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan yang dipecah oleh enzim proteolitik)
dan produk sisa diekskresikan melalui urin.
• Setelah persalinan dimulai proses regenerasi lapisan
endometrium, dalam 2 sampai 3 hari pertama lapisan desidua
terbagi menjadi dua lapisan,
• lapisan paling luar luruh bersama lokhea sedangkan lapisan
basal yang mengandung kelenjar endometrium tetap menempel
untuk mempersiapkan lapisan endometrium yang baru.
• Regenerasi endometrium selain tempat implantasi terjadi pada
hari ke 16 sampai akhir minggu ketiga
• Diameter bekas implantasi yang pada awalnya berukuran 8 s/d
10 cm (3 s/d 4 inchi) akan sembuh melalui proses exfoliasi
dalam waktu sekitar 6 minggu.
TINGGI FUNDUS UTERI
• Setelah bayi lahir TFU berada pada pertengahan simfisis
pubis dan pusat
• Pada hari kedua TFU akan turun 1 cm atau turun 1 jari
setiap hari. Pada hari ke 14 TFU akan masuk kedalam
panggul dan tidak dapat dipalpasi.
• Penurunan TFU dapat terjadi lebih lambat pada
kehamilan dengan janin lebih dari satu, janin besar dan
hidramnion.
• Sub involusio dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
masa nifas.
• Berat uterus segera setelah bayi lahir adalah sekitar 1000
gram, satu minggu sekitar 500 gram dan pada minggu ke
enam turun menjadi 60 sampai 80 gram, pada multipara
berat uterus lebih berat dibandingkan primipara.
Lochea
• Lokia : sekret uterus yang keluar selama puerperium :
– Pada hari 1 s/d 3
• hampir seluruhnya berupa darah dengan sedikit gumpalan, tebal, berbau
khas, berwarna merah atau merah kecoklatan dinamakan lokhea rubra.
• Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium.
• Pengeluaran abnormal pada tahap ini ditandai dengan adanya gumpalan-
gumpalan besar, berbau busuk dan pambalut yang dipenuhi lochea dalam
waktu lebih cepat (kurang dari 2 jam sekali)
– Pada hari 4
• leukosit mulai mempengaruhi proses penyembuhan bekas implantasi
plasenta, lokhea berisi cairan eksudat, erithrosit, leukosit dan lendir serviks
berwarna merah muda atau kecoklatan dan disebut sebagai lokhea serosa.
– Pada hari 11
• lokhea berubah warna menjadi putih kekuningan disebut sebagai lokhea
alba.
• Lokhea alba mengadung leukosit, sel desidua, sel epiteliel, lemak, lendir
serviks dan bakteri. Pada sebagian besar lokhea alba dikeluarkan sampai
minggu ketiga.
• Jumlah lokhea normal sekitar 250 ml (Lund dan McManaman,
2008).
• Jumlah lokhea normal dalam satu jam dapat dinilai dari jumlah
darah pada pembalut, antara lain :
• kategori ringan jika panjang lochea 2,5 cm (1 inchi),
• sedang jika panjang lochea 2,5 sampai 10 cm (1 sampai 4 inchi),
• banyak jika panjang lochea 10 sampai 15 cm (4 sampai 6 inchi), dan
• parah jika pembalut penuh dalam waktu satu jam
• Sangat parah jika pembalut penuh dalam 15 menit.
• Jumlah lokhea pada persalinan abdominal lebih sedikit karena
pada persalinan abdominal lapisan endometrium lebih banyak
yang hilang pada saat tindakan operasi.
Serviks
• Segera setelah persalinan serviks mengalami perubahan
meliputi bentuk menjadi tidak teratur, sangat lunak, kendur dan
terkulai, tampak kemerahan karena banyaknya vaskularisasi
serviks, kadang-kadang dijumpai memar, laserasi dan edema
• Serviks lembek dan terbuka sehingga dapat dimasuki tangan
jika diperlukan tindakan untuk eksplorasi uterus.
• Dapat ditemukan luka kecil atau laserasi dan edema. Setelah
peralinan serviks terbuka sehingga dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
Ligamen

• Ligamentum - ligamentum yang mengakomodasi selama


uterus membesar menjadi kendor sehingga tidak jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi.
• Panjang dan regangan kembali seperti keadaan tidak hamil
pada akhir peurperium (4 minggu). Tonus pulih setelah
enam bulan
• Vagina mengalami edema dan dapat mengalami lecet, hymen
Vagina
menjadi tidak teratur. Setelah persalinan, vagina meregang dan
membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya
secara perlahan mengecil, tapi jarang kembali ke ukuran
nullipara
• Dalam waktu 3 sampai 4 minggu mukosa vagina aka sembuh
dan ruggae pulih, namun diperlukan waktu 6 sampai 10 minggu
untuk involusi dan mencapai ukuran waita yang tidak hamil.
• Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga. Tonus otot vagina
kembali dalam waktu 1 sampai 2 hari setelah melahirkan.
Himen muncul sebagai beberapa potong jaringan kecil, yang
selama proses sikatrisasi diubah menjadi carunculae
mirtiformis yang merupakan ciri khas pada wanita yang pernah
melahirkan.
Perineum

• Perineum mengalami edema dan memar.


• Luka episiotomy memerlukan waktu 4 sampai 6 minggu untuk
sembuh total.
• Episiotomy mediolateralis dengan insisi yang dimulai dari
introitus dan dilanjutka kearah lateral kiri atau kanan dapat
dilakukan untuk membantu kelahiran bayi, jenis episiotomy ini
menyebabkan lebih banyak perdarahan dan nyeri namun
mengurangi kemungkinan perluasan laserasi (Cunningham et al,
2005).
• Dampak dari episiotomi menimbulkan ketidaknyamanan pada
beberapa aktifitas yang melibatkan otot-otot perineum
• Ibu juga mungkin mengalami hemoroid dimana terjadi
peregangan vena rectum yang terdorong keluar saat proses
persalinan kala 2.
SISTEM KARDIOVASKULER
• Pada minggu ketiga dan keempat setelah melahirkan, volume darah
menurun mencapai volume sebelum hamil melalui mekanisme kehilangan
darah sehingga terjadi penurunan volume total yang cepat dan perpindahan
normal cairan tubuh
• kehilangan 300-400 ml darah saat melahirkan bayi tunggal pervaginam atau
dua kali lipat saat operasi sesaria namun tidak terjadi syok hipovolemia
karena hipervolemia sekitar 40% saat kehamilan
• Tiga perubahan fisiologis masa nifas sehingga tidak terjadi syok hipovolemik
pada kehilangan darah normal, antara lain :
• hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh
darah maternal 10% - 15%,
• hilangnya fungsi endokrin plasenta menghilangkan stimulus vasodilatasi
• mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama wanita hamil
• Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat selama masa hamil,
namun segera setelah melahirkan keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi
selama 30-60 menit karena kembalinya darah yang melintasi uteroplasenta
ke sirkulasi umum
Cardiac output

• Ibu mengalami peningkatan cardiac output yang


disebabkan oleh peningkatan darah balik ke jantung yang
berasal dari sirkulasi uteroplasental kembali ke sirkulasi
pusat, menurunnya tekanan uterus saat kehamilan ke
pembuluh darah dan perpindahan cairan ekstraseluler
menuju jaringan vaskuler.
• Peningkatan cardiac output menetap sampai sekitar 48
jam setelah melahirkan, secara perlahan cardiac outaput
akan menurun mencapai kondisi tidak hamil pada sekitar 6
sampai 12 minggu setelah persalinan.
SISTEM GASTROINTESTINAL

• Selama kehamilan sistem gastrointestinal dipengaruhi oleh


tingginya kadar progesteron selama kehamilan yang dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan
kadar trigleserida dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos sehingga membuat dinding vena relaksasi dan
dilatasi dan terjadi peningkatan kapasitas vena dan ibu
berisiko mengalami hemoroid.
• Faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
• Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem
pencernaan, antara lain:
– Nafsu makan.
• Pasca melahirkan, Ibu akan segera merasa lapar karena telah mempergunakan
banyak energi selama proses persalinan, ibu juga akan merasa haus karena
kekurangan asupan selama proses persalinan, kehilangan cairan dan
pernapasan mulut selama persalinan serta telah dimulainya proses diaphoresis
• Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari..
– Motilitas
• penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir.
• Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
–  Pengosongan Usus
• Pasca melahirkan, Ibu dapat mengalami konstipasi yang diakibatkan karena
peningkatan hormon progesteron selama masa kehamilan yang akan menetap
selama beberapa hari pertama, efek progesteron menyebabkan relaksasi dinding
abdomen sehingga meningkatkan risiko konstipasi dan dinding abdomen tegang
karena berisi gas. Pengurangan asupan makanan dan cairan selama proses
persalinan , trauma perineal, episiotomy dan hemoroid menyebabkan
ketidaknyamanan dan mempengaruhi sistem eliminasi. Ibu yang menghindari
rasa nyeri karena adanya luka perineum akan menahan defekasi.
• Konsumsi suplemen zat besi juga berisiko konstipasi.
• Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur,
antara lain:
• Pemberian diet atau makanan yang mengandung serat.
• Pemberian cairan yang cukup
• Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
• Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
• Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan huknah
atau obat yang lain
SISTEM URINARIA
• Fungsi ginjal akan pulih dalam 2 sampai 3 minggu pasca
melahirkan, kondisi anatomi akan kembali pada akhir minggu ke
6 sampai ke 8 meskipun ada sebagian ibu yang yang baru pulih
dalam 16 minggu pasca melahirkan.
• Dalam beberapa hari pertama dapat ditemukan protein dan
aseton didalam urin. Keberadaan aseton dalam urin
menunjukkan bahwa ibu mengalami dehidrasi selama persalinan,
sedangkan protein dalam urin merupakan hasil proses katabolic
selama proses involusio uteri. Terkadang ditemukan laktosa
didalam urin ibu.
• Akibat perubahan-perubahan yang terjadi selama masa
kehamilan akan menyebabkan peningkatan kapasitas kandung
kemih dan penurunan tonus otot.
• Selama proses persalinan, uretra, kandung kemih dan jaringan
disekitar lubang uretra menjadi edema dan mengalami trauma
oleh karena tekanan kepala janin terhadap kandung kemih.
Kondisi ini menurunkan sensitifitas terhadap tekanan cairan
sehingga membuat ibu mengalami penurunan sensasi untuk
buang air kecil meskipun kandung kemihnya terisi penuh.
• Retensi urin dan over distensi kandung kemih menyebabkan ibu
mempunyai risiko infeksi saluran kemih dan perdarahan masa
nifas. Kandung kemih yang penuh memungkinkan bakteri untuk
berkembang biak, perdarahan masa nifas disebabkan karena
kandung kemih yang penuh menekan uterus yang ligamentum
telah kendor akibat proses kehamilan sehingga membuat
uterus tidak mampu berkontraksi.
• Kondisi kandung kemih, ureter dan ginjal akan membaik pada
akhir minggu pertama pasca persalinan. Inkontinensia urin
dapat dipulihkan melalui latihan (contoh : kegel exercise).
Sekitar sepertiga ibu masih mengalami inkontinensia urin
sampai 8 minggu masa nifas dan akan menurun menjadi 15 %
pada masa 12 minggu masa nifas (Katz, 2007). Diperlukan 2 –
8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter,
serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.
Komposisi
• Bisa dijumpai proteinuria ringan (+)urine
selama 1-2 hari
setelah melahirkan akibat pemecahan kelebihan protein
di dalam sel otot uterus. Akibat autolisis uterus yang
berinvolusi menyebabkan timbulnya BUN (blood urea
nitrogen)
• Untuk mengurangi kelebihan cairan yang teretensi
selama hamil :
• dalam 12 jam setelah melahirkan terjadi melalui 2 mekanisme
yaitu diaforesis luas, terutama pada malam hari dalam 2-3 hari
setelah melahirkan dan
• diuresis setelah melahirkan terjadi karena penurunan estrogen,
hilangnya tekanan vena pada tungkai bawah dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan
• Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan
jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan
sekitar 2,5 kg selama masa setelah melahirkan
• Uretra dan kandung kemih
Selama proses persalinan uretra dan kandung kemih bisa
mengalami trauma, terjadi edema dan disertai hemoragi.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anestesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu,
rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat
melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi dapat menurunkan
atau mengubah refleks berkemih
• Penurunan berkemih, seiring diuresis masa nifas menyebabkan
distensi kandung kemih yang dapat menyebabkan perdarahan
berlebih (menghambat kontraksi uterus), distensi yang berlebih
bisa menyebabkan penurunan sensitifitas syaraf yang akan
menyebabkan pross berkemih lebih lanjut. Pengosongan
kandung kemih secara adekuat akan membantu pemulihan
tonus kandung kemih, diharapkan fungsi kandung kemih akan
pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari. Untuk mempercepat
penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot
dasar panggul (Senam Kaegel)
SISTEM MUSKULOSKELETAL

• Ibu dapat mengalami keluhan kelelahan otot dan sendi


terutama pada daerah bahu, leher dan lengan oleh karena
posisi selama persalinan, hal ini dapat berlangsung dalam 1
sampai 2 hari pertama dan dapat dikurangi dengan kompres
hangat dan massase lembut untuk meningkatkan sirkulasi
sehingga membuat ibu merasa merasa nyaman dan rileks.
• Akan terjadi penurunan kadar hormon relaksin sehingga
ligament dan tulang rawan pelvis akan kembali ke posisi tidak
hamil, perubahan ini menimbulkan rasa nyeri pada pinggul dan
persendian, hal ini dapat diperingan dengan body mekanik yang
baik dan postur tubuh yang benar. Stabilisisasi sendi terjadi
lengkap pada minggu 6-8 setelah melahirkan.
Dinding abdomen
• Dinding abdomen lunak setelah melahirkan karena meregang
selama kehamilan atau disebut sebagai diastasis rekti
(pemisahan otot rektus abdomen). Berat derajat diastasis
bergantung pada kondisi umum dan tonus otot.
• Faktor risiko yang mempengaruhi kondisi diastasis recti antara
lain : latihan mengembalikan tonus otot setelah setiap
kehamilan, Paritas (semakin tinggi paritas maka pengembalian
sempurna tonus otot semakin sulit), Jarak kehamilan (waktu
utk mengembalikan tonus otot sebelum hamil lagi), Resiko
kehamilan (menyebabkan diastasis berlebih pada abdomen)
misalnya pada janin ganda
• Diastasis dengan lebar 5 jari membutuhkan waktu pulih lebih lama
dibanding diastasis lebar 2 jari (terjadi pada akhir masa
peurperium). Diastasis recti dapat diperbaiki melalui latihan lembut
untuk memperkuat dinding abdomen yang biasanaya kembali
kepada posisi normal pada minggu ke 6 setelah melahirkan, salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan latihan
pengencangan otot abdomen (dagu-dada)
• Abdomen pendulus dapat terjadi saat tonus otot dinding abdomen
tidak kembali, ruang antar otot rektus diisi dengan peritoneum dan
lemak shg tidak memiliki dukungan otot utk kehamilan berikutnya,
biasanya pada multipara. Keluhan yang mucul adalah nyeri
punggung ekstrem dan kesulitan masuknya janin ke dalam
panggul saat persalinan selanjutnya.
Prodi Kebidanan Magelang 7/27/2021 25
SISTEM INTEGUMEN

• Setelah melahirkan akan terjadi penurunan hormon estrogen,


progesteron dan melanosit stimulating hormon sehingga akan
terjadi penurunan kadar warna pada chloasma gravidarum
(melasma) dan linea nigra. Striae gravidarum (stretch marks)
secara bertahap akan berubah menjadi garis berwarna
keperakan namun tidak bisa menghilang. Akibat perubahan
hormonal dapat menyebabkan rambut mudah rontok mulai
minggu ke 4 sampai minggu ke 20 dan akan kembali tumbuh
pada bulan ke empat sampai ke 6 bagi sebagian besar ibu.
• Kelainan pembuluh darah, seperti spider angioma (nevi),
eritema palmar, dan epulis biasanya akan berkurang sebagai
respon terhadap penurunan estrogen setelah persalinan
SISTEM NEUROLOGI

• Karena pemberian anesthesia atau analgetik dapat membuat ibu


mengalami perubahan neurologis seperti berkurangnya rasa pada daerah
kaki dan rasa pusing sehingga harus dilakukan pencegahan akan terjadinya
trauma.
• Ibu dapat mengalami kelelahan dan ketidaknyamanan, ketidaknyamanan
yang sering terjadi antara lain afterpain, akibat episiotomy atau insisi, nyeri
otot dan pembengkakkan payudara. Rasa kelelahan dan ketidaknyamanan
tersebut dapat menghambat pemenuhan kebutuhan tidur ibu.
• Keluhan nyeri kepala bagian depan dan pada kedua sisi kepala bisa terjadi
akibat pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit. Nyeri kepala berat
dapat terjadi akibat pemberian anesthesi regional, rasa nyeri akan lebih
terasa pada saat posisi berdiri dan akan berkurang saat ibu berbaring.
• Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan
menghilang setelah persalinan.
• Nyeri kepala (disebabkan oleh hipertensi akibat kehamilan,
stres, dan kebocoran cairan serebrospinal ke dalam ruang
ekstradural selama anetesi) hilang dalam waktu yang bervariasi
dari 1-3 hari sampai beberapa minggu tergantung dari penyebab
dan efektivitas pengobatan
• Jika ibu mengalami sakit kepala disertai pandangan mata kabur,
photopobia, proteinuria dan nyeri abdominal dapat
mengindikasikan ibu sedang mengalami pre eklampsia.
SISTEM ENDOKRIN
• Setelah persalinan akan terjadi penurunan kadar hormon estrogen,
progesteron dan HPL menurun cepat. Hormon HCG akan kembali ke
kadar tidak hamil dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Penurunan HPL
akan membalikkan efek diabetogenik kehamilan sehingga
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas.
• Waktu rata-rata kembalinya siklus menstruasi pada ibu yang tidak
menyusui terjadi pada minggu ke 7 sampai ke 9 masa nifas.
Menstruasi yang terjadi dalam 6 minggu pertama pasca persalinan
biasanya tanpa disertai ovulasi, namun 25 % wanita mengalami
ovulasi sebelum menstruasi yang pertama.
• Menyusui menunda menstruasi 12 minggu s/d 18 bulan. Kadar
prolaktin serum menekan ovulasi, pada wanita menyusui,
dipengaruhi oleh frekuensi menyusui, lama setiap kali menyusui,
makanan tambahan yang diberikan kepada bayi dan kekuatan
hisapan bayi, jika tidak menyusui, kadar prolaktin menurun seperti
sblm hamil dalam 2 minggu.
• Pada wanita menyusui, 15% mengalami menstruasi dalam 6
minggu dan 45% dalam 12 minggu sedangkan wanita tdk
menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam 6 minggu, 65%
dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu
• Pada ibu yang menyusui sering namun tanpa asupan suplemen
maka ibu dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi
paling lambat saat enam bulan.
• Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri
• Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik
yang dapat meningkatkan volume darah dan viskositas darah,
sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.
(saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva serta vagina), setelah melahirkan karena tidak
terdapat lagi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan
oleh plasenta maka terjadi peningkatan diuretik dan kembalinya
kekuatan tonus otot.
• Laktasi
Proses laktasi diawali sejak masa kehamilan, meskipun kadar
hormon prolaktin juga meningkat sejak masa kehamilan namun
selama masa kehamilan dihambat oleh hormon estrogen dan
progesteron yang tinggi.
• Hormon estrogen dan progesteron turun setelah persalinan
sehingga prolaktin dapat mempengaruhi sel-sel asini didalam
payudara untuk mulai memproduksi ASI.
• Produksi ASI akan dipertahankan melalui frekuensi hisapan
oleh bayi dan upaya pengosongan payudara. Hormon prolaktin
dihasilkan oleh hipofisis anterior mempengaruhi payudara
dalam reflek produksi ASI sedangkan hormon oksitosin yang
dihasilkan oleh hipofisis posterior mempengaruhi proses
pengeluaran ASI dari alveoli mengalir kedalam duktus laktiferus
selama bayi menghisap atau dampat disimpulkan bahwa
oksitosin mempengaruhi reflek let down.
• Bila ibu tdk menyusui, kadar prolaktin turun sehingga sekresi
dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari setelah
melahirkan,
• pada hari kedua sampai ketiga dapat ditemukan nyeri seiring
dimulainya produksi ASI
• pada hari ketiga sampai keempat dapat terjadi pembengkakan
(engorgement) dimana payudara teregang (bengkak), keras,
nyeri tekan dan hangat pada perabaan (disebabkan oleh karena
kongesti pembuluh darah).
• Engorgement dapat hilang dalam 24-36 jam setelah melahirkan
dan bila bayi tidak menghisap maka laktasi berhenti dalam 1
minggu setelah melahirkan.  
• PENURUNAN BERAT BADAN
terjadi pengurangan berat badan ibu dari janin, plasenta, cairan
ketuban dan kehilangan darah selama persalinan sekitar 4,5
sampai 5,8 kg.
• setelah proses diuresis ibu akan mengalami pengurangan berat
badan 2,3 sampai 2,6 kg dan berkurang 0,9 sampai 1,4 kg
karena proses involusio uteri.
• Jaringan lemak memerlukan waktu lebih lama, sehingga
menyebabkan ibu menjadi frustasi. Bidan dapat memberikan
informasi mengenai diet dan latihan yang dapat membantu
penurunan berat badan tanpa mengurangi kebutuhan energi
• Pemenuhan kebutuhan tidur yang adekuat juga diperlukan
untuk penurunan berat badan. kebiasaan tidur minimal 5 jam
sehari trekait dengan penurunan berat badan 5 kg dalam 1
tahun masa nifas (Gunderson et al, 2008)
TANDA-TANDA VITAL
• Suhu
• suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
• Suhu kembali normal dan stabil dalam 24 jam setelah
melahirkan.
• hari ke-4 post partum, suhu naik lagi. Hal ini diakibatkan
pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis,
traktus genitalis ataupun sistem lain,
• Jika di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post
partum.
• Nadi
• denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
•  
• Tekanan darah
• Pasca melahirkan secara normal, tekanan darah biasanya
tidak berubah, sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik
60-80 mmHg. Jika tekanan darah menjadi lebih rendah
pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum.
•  Pernafasan
• Pada umumnya pernafasan lambat atau normal (16 –
24kali per menit), hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi, terkecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok
atau embolus paru
SISTEM HEMATOLOGI
• Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih
besar dari pada sel darah yang hilang sehingga pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan hematokrit
pada hari ketiga sampai ketujuh.
• Tdk ada sel darah merah yang rusak selama masa setelah
melahirkan, namun semua kelebihan sel darah merah akan
menurun secara bertahap sesuai dengan usia sel darah merah.
Kadar sel darah merah kembali normal dalam 8 minggu setelah
melahirkan,
• leukositosis terjadi selama persalinan dan masa nifas awal(10
– 12 hari) dimana leukosit mencapai 30.000/ mm3 dengan nilai
rata-rata 14.000 sampai 16.000/ mm3.
• Jumlah leukosit mencapai angka normal dalam 6 hari
• Jumlah Hb, Ht dan erythrosit bervariasi sebagai akibat fluktuasi
volume darah & volume plasma, dan jumlah sel darah merah,
• Kadar ini dipengaruhi oleh status hidrasi (volume cairan yang
didapat selama persalinan) dan reduksi volume darah total
normal ibu dari peningkatan selama kehamilan
• Jika nilai Ht hematokrit pada hari 1-2 menurun > 2% dari nilai Ht
yang diukur saat memasuki persalinan  terjadi kehilangan
darah yang signifikan, nilai 2% ekuivalen dengan 1 unit (500 mL)
kehilangan darah.
• Akan terjadi peningkatan neutrophil sebagai respon akan adanya inflamasi,
nyeri dan stress.
• Kadar Ht akan kembali normal (35 – 45 %) dalam waktu 4 sampai 6 minggu
untuk ibu yang tidak mengalami perdarahan masa nifas.
• Faktor pembekuan dan fibrinogen meningkat selama masa hamil dan tetap
meningkat selama masa awal setelah melahirkan. Karena adanya
pengeluaran darah selama persalinan dan lochea selama masa nifas maka
akan terjadi peningkatan viskositas darah. Jika terjadi hiperkoagulasi yang
diiringi kerusakan pembuluh darah dan imobilitas mengakibatkan
peningkatan risiko tromboembolisme, terutama pada ibu dengan SC
• Selama kehamilan terjadi peningkatan plasma fibrinogen dan faktor
pembekuan lainnya sebagai mekanime perlindungan terhadap perdarahan
masa nifas. Selama kehamilan terjadi penurunan kemampuan untuk
menghancurkan bekuan darah dan akan segera meningkat setelah
persalinan namun berjalan dengan lambat selama beberapa hari pertama
atau dalam waktu yang lebih lama sehingga ibu berisiko untuk mengalami
pembentukan thrombus. Diperlukan waktu sekitar 4 sampai 6 minggu agar
hemostasis kembali ke kondisi normal saat tidak hamil.
• Ibu dengan varises, riwayat thromboplebitis atau bersalin perabdominal
mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami thromboplebitis sehingga
diperlukan pengawasan lebih ketat.  

Anda mungkin juga menyukai