(PDF) Ana Nurkhasanah Askep KMB - Bakteri
(PDF) Ana Nurkhasanah Askep KMB - Bakteri
DEFINISI MENINGITIS
Penyakit meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak dan banyak ditemukan kasus
pada anak-anak. Infeksi ini ini juga bisa disebabkan oleh penyakit lain seperti campak, tipus, morbili,
gondong, batuk rejan atau infeksi telinga, dan lain-lain.
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis berasal dari cairan
yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan
menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut.
PENYEBAB MENINGITIS
Meningitis pada umumnya dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang dimiliki
seseorang biasanya berasal dari penyakit lain atau tertular dari orang yang menderita meningitis.
Bakteri
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan meningitis dikelompokkan berdasarkan usia penderita,
diantaranya adalah:
Neonatus sampai 2 bulan: GBS, basili gram negative, missal, Escherichia coli,
Liateria monocytogenes, S. agalactiae (streptokokus gram B).
Virus
Virus yang dapat menyebabkan meningitis antaralain adalah enterovirus yang menyebabkan 80%
kasus meningitis, CMV, arbovirus, dan HSV.
Selain penyebab dari bakteri atau virus yang dapat menyebabkan meningitis, terdapat factor risiko
tinggi yang dapat meningkatkan kejadian meningitis antara lain:
Faktor maternal: rupture membran fetal, infeksi metrnal pada minggu terakhir kehamilan
Faktor imunologi: usia muda, defisiansi mekanisme imun, defek lien karena penyakit sel
sabit atau asplenia (rentan terhadap S. Pneumoniae dan Hib), anak-anak yang mendapat
obat-obat imunosupresi
Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan
dengan system persarafan
Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta merupakan radang selaput otak ( araknoidea dan piameter) yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus.
Meningitis Tuberkulosa
Meningitis ini kebanyakan terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari
paru. Meningitis terjadi bukan karena terimfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum
tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke rongga araknoid (Rich dan McCordeck).
Anak-anak yang ibunya menderita TBC kadang-kadang mendapatkan meningitis tuberkolusa pada
bulan- bulan pertama setelah lahir.
PATHWAY MENINGITIS
TANDA DAN GEJALA MENINGITIS
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun pada anak di
bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui. Peruban
tingkat kesadaran lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien.
Pada bukunya, Wong menjabarkan tanda dan gejala dari meningitis berdasarkan golongan usia
sebagai berikut:
Demam
Mengigil
Sakit kepala
Muntah
Agitasi
Fotofobia
Delirium
Halusinasi
Mengantuk
Stupor
Koma
Ruam ptekial atau purpurik (infeksi meningokokal), terutama bila berhubungan dengan
status seperti syok.
Gambaran klasik jarang terlihat pada anaka-anak antara usia 3 bulan dan 2 tahun adalah:
Muntah
Fontanel menonjol
Baik pada saat lahir tetapi mulai terlihatmenyedihkan dan berperilaku buruk dalam
beberapa hari
Tonus buruk
Kurang gerakan
Menangis buruk
Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan penyakit
Ikterik
Peka rangsang
Mengantuk
Kejang
Sianosis
Dan perlu di ingat bahwa tanda dan gejala diatas bisa jadi adalah manifestasi dari penyakit lain, jadi
harus dilakukan pemeriksaan lebih spesifik untuk mendiagnosis penyakit meningitis.
KOMPLIKASI MENINGITIS
Penyakit meningitis dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat dan dapat menyebabkan
kematian. Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien meningitis.
Hidrosefalus obstruktif
Efusi subdural
Kejang
Cerebral Palsy
Gangguan mental
Gangguan belajar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis meningitis.
Lumbal Punksi
Dari hasil pemeriksaan lumbal punksi biasanya didapatkan hasil te kanan cairan meningkat, jumlah sel
darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat.
Setiap pasien dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari anamnesis atau yang
dilihat sendiri
Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena paresis N.VI
Koma
Leukemia
Selain lumbal punksi, dapat dilakukan pemeriksaan lain juga antara lain adalah:
Mikroskopik, biakan dan sensitivitas: darah, tinja, usap tenggorok, urin, rapid antigen screen
LP untuk CSS: merupakan kontra indikasi jika dicurigai tanda neurologist fokal atau
TIK meningkat
CSS pada meningitis bakteri: netrofil, protein meningkat (1-5g/L), glukosa menurun
(kadar serum <50%)
CSS pada meningitis virus: limfosit (pada mulainya netrofil), protein normal/meningkat
ringan, glukosa normal, PCR untuk diagnosis
CSS: mikroskopik (pulasan Gram, misal, untuk basil tahan asam pada meningitis TB), biakan
dan sensitivitas.
Penatalaksanaan efektif untuk meningitis bergantung pada terapi suportif agresif yang dini dan
pemilihan antimikroba empirik yang tepat untuk kemungkinan patogen. Tindakan suportif umum
diindikasikan bagi setiap pasien yang menderita patologi intrakranium berat.
Pasien dengan Meningitis purulenta pada umumnya dalam keadaan kesadaran yang menurun dan
seringkali disertai muntah-muntah atau diare. Untuk menghindari kekurangan cairan/elektrolit, pasien
perlu langsung dipasang cairan intavena. Jika terdapat gejala asidosis harus dilakukan koreksi.
Pengelolaan cairan merupakan hal yang sangat penting pada pasien meningitis. Sindrom sekresi
hormon antidiuretik yang tidak tepat (SIADH, syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
secretion) terjadi pada sekitar 30% pasien meningitis, dan jika ditemukan, harus dilakukan pembatasan
cairan. Meskipun demikian, sebuah studi klinis telah membuktikan pentingnya memelihara tekanan
perfusi otak yang adekuat pada penyakit ini.
Pembatasan cairan secara tidak tepat dapat menimbulkan deplesi volume, yang jika ekstrim, dapat
menuju pada ketidakadekuatan volume sirkulasi. Sebaiknya cairan mula-mula dibatasi, sementara
menunggu pemeriksaan elektrolit urin dan serum.
Bila terdapat SIADH, pembatasan cairan sampai dua pertiga cairan pemeliharaan merupakan tindakan
yang tepat, sampai kelebihan hormon antidiuretuk pulih; bila tidak terdapat SIADH, cairan harus
diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan derajat kekurangan cairan, dan elektrolit diawasi secara
seksama.
Terapi peningkatan tekanan intrakranium harus diarahkan pada pemeliharaan derajat tekanan perfusi
otak yang adekuat, seperti pada kondisi lain yang dipersulit oleh hipertensi intrakranium. Cara yang
ada
bisa termasuk hiperventilasi, pengambilan CSS melalui kateter intraventrikel, atau mungkin pemakaian
obat diuretikosmotik secara hati-hati.
Pada kecurigaan meningitis, antibiotik intravena diberikan secara empiric sementara menunggu hasil
biakan. Pemilihan antibiotik awal didasarkan pada kemungkinan pathogen menurut kelompok usia,
pajanan yang diketahui, dan setiap faktor resiko yang tidak lazim bagi pasien.
Prinsip terapi antimikroba meningitis mencakup pemilihan antibiotik yang bersifat bakterisid terhadap
pathogen yang dicurigai dan yang mampu mencapai konsentrasi CSS setidaknya sepuluh konsentrasi
bakterisid minimal untuk organisme tersebut, karena inilah konsentrasi yang dalam penelitian hewan
telah terbukti berkolerasi dengan sterilisasi CSS paling efektif.
Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus, diberikan diazepam 0,5 mg/kg BB/kali IV, dan
dapat diulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian bila kejang belum berhenti. Ulangan
pemberian diazepam berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis sama tetapi diberikan secara IM.
Setelah kejang dapat diatasi, diberikan fenobarbital dosis awal untuk neonatus 30 mg; anak < 1 tahun
50 mg dan anak > 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk pengobatan rumat diberikan fenobarbital dengan
dosis 8-10 mg/kg BB/hr dibagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2 hari (dimulai 4 jam setelah
pemberian dosis awal). Hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hr dibagi dalam 2 dosis. Bila tidak
tersedia diazepam, fenobarbital dapat langsung diberikan dengan dosis awal dan selanjutnya dosis
rumat.
Penyebab utama meningitis purulenta pada bayi atau anak di Indonesia(Jakarta) ialah H. influenzaedan
pneumoccocus sedangkan meningococcus jarang sekali,maka diberikan ampisilin IV sebanyak
400mg/kg BB/hr dibagi 6 dosis ditambah kloramfenikol 100mg/kg BB/hr iv dibagi dalam 4 dosis.
Pada hari ke 10 pengobatan dilakukan pungsi lumbal ulangan dan bila ternyata menunjukkan hasil
yang normal pengobatan tesebut dilanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum dan pengobatan
dilanjutkan dengan obat dan cara yang sama seperti di atas dan diganti dngan obat yang sesuai
dengan hasil biakan dan uji resistensi kuman.
Meningitis paru pada neunatus berbeda,karena biasa dan disebabkan oleh baksil colifom
danstaphylococcus, maka pengobatan pada neonatus sebagai berikut:
Pilihan pertama: Sefalosporin 200mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin
dengan dosis awal 10 mg/kg BB/hr IV,dilanjutkan dengan dosis 15 mg/kg BB/hr atau dengan
gentamisin 6 mg/kg BB/hr masing-masing dibagi dalam 2 dosis.
Pilihan kedua : Amphisilin 300-400 mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 6 dosis,dikombinasi dengan
kloramfenikol 50 mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 4 dosis. Pada bayi kurang bulan dosis kloramfenikol tidak
boleh melebihi 30 mg/kg Bb/hr (dapat terjadi grey baby).
Pilihan selanjutnya kotrimoksazol 10 mg TMP/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari
dilanjutkan dengan dosis 6 mg TMP/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis. Lama pengobatan neonatus
adalah 2 hr.Sefalosporin dan kotrimaksozol tidak diberikan pada bayi yang berumur kurang 1 minggu.
Ulangan pungsi lumbal pada meningitis paru anak dilakukan pada hari ke 10 pengobatan sedang pada
neunatus pada hari ke 21. Terapi pilihan pada bayi yang telah mengalami meningitis bakterial dengan
komplikasi hidrocephalus adalah dilakukan pembedahan dengan tujuan untuk pemasangan shunt guna
mengalirkan cerebrospinal fluid yang tersumbat di dalam otak. Ada beberapa jenis shunt antara lain
(VP) ventrikulo peritoneal shunt dan (VA) ventriculoatrial shunt.
Penatalaksanaan pada bayi dengan hidrocehalus adalah pemberian posisi head up dan pengawasan
pemberian cairan yang adekuat.
Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Meningitis
Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat dari literature-literatur.
Identitas Klien
ien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam memberikan asu
Keluhan Utama
Keluhan utama pasien meningitis biasanya demam, mual dan muntah dan terdapat ciri khas kaku
kuduk
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu lalu seperti TBC, infeksi virus dan lain-lain
DO:
TTV: TD biasanya naik atau turun, RR takipnea, bradikardi dan suhu tubuh biasanya meningkat atau
demam
NUTRISI
DS:
BB biasanya menurun
Klien biasanya mengeluh ual dan muntah dan tidak nafsu makan
DO:
Klien tampak mual dan tidak nafsu makan
DS:
DO:
Tampak gelisah
Aktivitas
DS:
Keterbatasan dalam aktivitas dan biasanya membutuhkan bantuan untuk ADLs ADLsnya biasanya butuh bantuan
Makan, minum, berpakaian, mandi dan toileting biasanya butuh bantuak jika berat
DO:
DS:
Kemampuan untuk mengatasi rasa takut, rasa sedih dan rasa duka bagaimana?
DO:
Perilaku yang menampakkan rasa cemas, duka, rasa ingin menguasai, rasa takut
DS:Kebutuhan akan
demam
DO:
Lumbal Punksi
Dari hasil pemeriksaan lumbal punksi biasanya didapatkan hasil te kanan cairan meningkat, jumlah sel
darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat.
Selain lumbak punksi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang juga sebagai berikut:
Mikroskopik, biakan dan sensitivitas: darah, tinja, usap tenggorok, urin, rapid antigen screen
CT scan: jika curiga TIK meningkat hindari pengambilan sample dengan LP
LP untuk CSS: merupakan kontra indikasi jika dicurigai tanda neurologist fokal atau
TIK meningkat
CSS pada meningitis bakteri: netrofil, protein meningkat (1-5g/L), glukosa menurun
(kadar serum <50%)
CSS pada meningitis virus: limfosit (pada mulainya netrofil), protein normal/meningkat
ringan, glukosa normal, PCR untuk diagnosis
CSS: mikroskopik (pulasan Gram, misal, untuk basil tahan asam pada meningitis TB), biakan
dan sensitivitas.
3. Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan neuromuskular
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5
gelisah
mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
Pengkajian
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian
Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efek sampingnya
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon
pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
Manajemen nyeri:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyeri membandel.
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri tidak
dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko ketergantungan
atau overdosis)
Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung,
dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal, setiap 4
jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
Perawatan dirumah
Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam
pemberian obat
Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:
1 ganguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indicator 1 2 3 4 5
Hipertermia
Dehidrasi
Mengantuk
Berkeringat saat
radialis Frekuensi
pernapasan
Pengkajian
Dapatkan riwayat hipertermi maligma, kematian akibat anastesi, atau demam pasca bedah
pada indivudu atau keluarga
Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini
hipertermi
Regulasi suhu (nic); ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan , jika perlu
Aktivitas lain
Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari dengan tambahan cairan selama aktivitas berlebihan atau aktivitas dalam cuaca panas
Perawatan dirumah
Kaji suhu lingkungan rumah, bantu untuk mendapatkan kipas angina tau ac jika perlu
Ajarkan orang tua agar tidak memberikan aspirin untuk demam pada anak-anak dibawah usia
18 thun
Ajarkan orang tua bahwa tidak perlu selalu mengobati semua jenis demam pada anak-
anak. Sebagai pedoman, demam pada anak yang tidak memiliki riwayat kejang tidak perlu
diobati, kecuali mencapai suhu lebih dari 40 derajat selsius.
Kompres hangat dapat digunakan untuk mengatasi demam, tetapi dapat meningkatkan rasa
tidak nyaman anak dan dapat menyebabkan anak menangis dan gelisah dan menghambat
efek pendinginan dari kompres tersebut
Untuk lansia
Ajarkan pasien dan keluarga bahwa lansia lebih berisiko mengalami hipertermi dan dehidrasi
Ajarkan pasien dan pemberi asuhan/keluarga tanda awal hipertermia atau sangat panas
Pertimbangkan suhu oral yang lebih tinggi dari 37,2 C atau peningkatan 0,8-1,1 sebagai
demam pada lansia
Jangan melakukan pemeriksaan suhu rectum pada klien yang mengalami dimensia karena
dapat mengundang rasa marah
Ajarkan klien lansia untuk menghubungi dokter perawatan primer jika merek a
mengalami demam
Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan
neuromuskular
Mencapai mobilitas ditempat tidur, yang dibuktikan oleh pengaturan posisi tubuh;
kemauan sendiri, performa mekanika tubuh, gerakan terkoordinasi, pergerakan sendi aktif,
dan mobilitas yang memuaskan
2 berat
3 sedang
4 ringan
Indicator 1 2 3 4 5
Koordinasi
Pengkajian
Latih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki kekuatan dan daya tahan
otot
Gunakan ahli terapi fisik/okupasi sebagai sumber dalam penyusunan rencana untuk mempertahankan dan
Aktivitas lain
Tempatkan tombola tau lampu pemanggil bantuan ditempat yang mudah diraih
Lakukan tindakan pengendalian nyeri sebelum memulai latihan atau terapi fisik
Itulah askep meningitis aplikasi nanda nic noc yang dapat saya sampaikan mudah-m
bermanfaat bagi anda.
Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi