Anda di halaman 1dari 28

SEMINAR KOMUNIKASI

Bentuk Gaya Komunikasi Ganjar Pranowo di Media Sosial Twitter


(Analisis Isi Kualitatif Twitter Ganjar Pranowo Dalam Isu Penanganan Covid-19 di
Jawa Tengah)

RIFDA SHITA AULYANA (2018041012)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS HUMANIORA DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA
TANGERANG SELATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena
infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan
pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Infeksi virus ini
disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir
Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah
lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia (Rohmah, 2020).
Kasus Covid-19 di Indonesia memang mulai menunjukkan penurunan
meskipun belum signifikan. lima provinsi yang menyumbangkan kasus tertinggi
pada hari ini yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan DKI
Jakarta. Penambahan kasus baru terbanyak, pertama, Jateng sebanyak 3.218
kasus dan totalnya 389.339 orang. Sementara pasien sembuh bertambah 2.236
dan totalnya 312.020 orang. Sayangnya kasus kematian juga bertambah
sebanyak 333 orang, sehingga totalnya tembus 20.021 orang dan menjadi tertinggi
kedua setelah Jatim. Saat ini ada sebanyak 51.298 orang yang membutuhkan
perawatan di provinsi ini (Redaksi, 2021).
Pemerintahan di berbagai negara dalam situasi krisis memang tidak bisa
ditangani secara mudah. Terlebih dalam pandemik Covid 19, dinamika krisis
berlangsung sangat cepat dan membutuhkan penanganan yang bersifat konsisten
dari hari ke hari (Florentina et al., 2020). Situasi krisis juga dengan mudah memicu
adanya ketegangan dan konflik (Muhtadi, 2019), baik di kalangan pemerintahan
maupun di kalangan masyarakat.
Peran strategis seorang pemimpin dibutuhkan dalam situasi krisis dengan
menjalankan kebijakan yang berbeda dalam penerapan manajemen risiko dengan
melibatkan potensi penilaian terhadap ancaman dan mencari cara yang terbaik
dalam mencegah ancaman risiko yang terjadi, manajemen krisis ini berkaitan
dengan akibat yang akan terjadi sebelum, selama dan setelah terjadi pandemi.
Kondisi ini membutuhkan keterampilan untuk memahami, menilai,
mengindentifikasi, mengatasi secara serius sejak kejadian pertama kali hingga
pada proses pemulihan. Apa yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam
kondisi krisis bukan hanya rencana atau respon yang diilakukan sebelumnya

1
2

namun perilaku serta pola pemikiran dalam mengatasi mereka yang beraksi
secara berlebihan terhadap masa lalu dan membantu mereka dalam melihat masa
yang akan datang.
Selama masa krisis, terutama ketika berbagai informasi yang simpang siur
dapat mempengaruhi pemahaman dan kepercayaan seseorang, maka pemimpin
yang bertindak sebagai komunikator harus tetap fokus pada pesan kunci dan
menyatakan sejelas mungkin kepada masyarakat setiap informasi yang ingin
disampaikan. Masyarakat berharap untuk mendengar dari pemimpin mereka
kondisi yang sebenarnya, dan apa saja yang sedang dilakukan pemerintah untuk
melindungi masyarakatnya. Berbagi informasi harus disampaikan secara tepat
waktu dan akurat untuk membantu menghilangkan rumor dan kesalahpahaman
yang dapat mengakibatkan ketakutan, kepanikan, kecurigaan, atau
ketidakpedulian masyakarat. Ketika informasi yang benar disebarluaskan dengan
cepat, dapat mengurangi penderitaan dan kematian. Berkomunikasi secara tepat,
transparan, dan kredibel selama situasi krisis adalah keterampilan utama yang
harus dimiliki seorang pimpinan.
Ganjar Pranowo adalah Gubernur Jawa Tengah yang dikenal gaya
kepemimpinannya tegas dan cerdas. Karir politiknya dimulai sejak beliau kuliah di
Universitas Gadjah Mada. Pada tahun 2009, Ganjar Pranowo berhasil duduk di
kursi parlemen dan menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II untuk urusan dalam
negeri hingga tahun 2014. Namun, tugas tersebut tidak diselesaikan oleh Ganjar
Pranowo karena beliau menang dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah.
Beliau salah satu pemimpin yang aktif bermain sosial media dan sering
memanfaatkan akun twiter untuk berinteraksi dengan masyarakat. Dalam akun
twitternya tersebut, selain aktif update status beliau juga memanfaatkan akun
twitter untuk melayani keluhan masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah.
Ganjar Pranowo bisa disebut sebagai Gubernur Twitter-nya Indonesia. Ia
menggunakan twitternya untuk sarana komunikasi denan seluruh warga Jawa
Tengah yang ingin menyampaikan aspirasinya (Abraham, 2014).
Para pejabat pemerintah juga menggunakan media sosial twitter untuk
menyapa rakyatnya. Salah satu pejabat yang menggunakan media sosial twitter
adalah gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Melalui akun twitte
@ganjarpranowo beliau mengakses sebagai media interaksi dengan rakyat.
Bentuk interaksi yang dilakukan para pengikut akun twitter @ganjarpranowo cukup
bervariasi.
3

Media sosial twitter yang diakses oleh Ganjar Pranowo digunakan untuk
mengetehui tingkat perkembangan di Jawa Tengah terutama pada peningkatan
kasus corona di Jawa Tengah. Penggunaan media sosial twitter mempunyai efek
positif karena Ganjar Pranowo mampu menampung aspirasi rakyat dari berbagai
daerah tanpa harus bertatap muka. Media sosial yang diakses oleh rakyat dan
Gubernur Ganjar Pranowo menunjukkan bahwa pejabat dan rakyat mampu
memanfaatkan teknologi sebaik mungkin (Hantono, 2014).
Adanya sosial media seperti twitter mampu menjembatani antara Gubernur
Ganjar Pranowo dan rakyat dalam proses interaksi jarak jauh dan penyampaian
gagasan baru atau pelaporan tentang penyalahgunaan suatu hal. Tingginya
popularitas Twitter menyebabkan layanan ini telah dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan dalam berbagai aspek, misalnya sebagai sarana protes, kampanye
politik, sarana pembelajaran, dan sebagai media komunikasi darurat. Twitter juga
dihadapkan pada berbagai masalah dan kontroversi seperti masalah keamanan
dan privasi pengguna, gugatan hukum (Hantono, 2014).
Pada masa pandemi Covid-19, Ganjar Pranowo juga memanfaatkan media
Twitter untuk menyampaikan informasi dan imbauan kepada masyarakat terkait
kondisi dan penanganan Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah, berikut ini bentuk twit
Ganjar Pranowo terkait Covid-19 di Jawa Tengah :

Pada twit di atas dapat dilihat Ganjar Pranowo menyampaikan informasi


tentang penurunan kasus Covid-19 di Jawa Tengah, dan menghimbau masyarakat
4

Jawa Tengah untuk bekerjasama agar kasus Covid-19 semakin menurun dan
himbauan untuk Gerakan di Rumah Saja di Jateng. Selanjutnya, berikut ini
tanggapan atas twit dari Ganjar Pranowo tersebut:

Pada gambar di atas dapat dilihat tweet Ganjar Pranowo mendapat 330
retweet, 52 kutip tweet dan disukai oleh 2.170 orang. Isi retweet juga bermacam-
macam, namun sebagian besar retweet menunjukkan rasa kurang yakin pengguna
twitter mengenai kondisi yang sebenarnya. Dengan demikian peran Ganjar
Pranowo selaku Gubernur Jateng harus berusaha semaksimal mungkin
meyakinkan masyarakat untuk mempercayai setiap informasi yang disampaikan
dan mendukung setiap program yang dilakukan pemerintah Provinsi Jateng terkait
penanganan Covid-19.
Komunikasi adalah apa yang terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Melalui komunikasi, individu akan menyadari kesamaan makna yang terbentuk
dalam pengalaman dan pengetahuan. Komunikasi dilakukan oleh setidaknya dua
orang atau lebih. Komunikator adalah orang yang mengirim pesan, dan
komunikator adalah orang atau orang yang menerima pesan. Ilmu komunikasi
memiliki ruang lingkup, meliputi komponen, proses formal, atribut, teknologi,
metode, fungsi, tujuan, model, bidang dan system (Putri, 2015).
5

Komponen komunikasi adalah komunikator, komunikator, informasi, media,


komunikator dan efek. Keberadaan komunikator & memungkinkan untuk
menyampaikan tujuan komunikasi, yaitu adanya makna yang mirip dengan bahkan
mempengaruhi perilaku komunikator (Putri, 2015).
Komunikasi Publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan
sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak dapat dikenali satu persatu. Ciri-ciri
Komunikasi Publik yaitu terjadi ditempat umum (public), misalnya auditorium,
kelas, tempat ibadah, atau tempat lainnya yang dihadiri sejumlah besar orang
merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan; terdapat agenda;
beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti
memperkenalkan pembicara, dan sebagainya acara-acara lain mungkin
direncanakan sebelum dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara.
Komunikasi Publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur,
memberikan penghormatan, atau membujuk (Cangara, 2002).
Proses komunikasi seseorang dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya
komunikasi adalah suatu kekhasan yang dimiliki setiap orang dan gaya komunikasi
antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Perbedaan tersebut berupa
perbedaan ciri-ciri dan model dalam berkomunikasi, tata cara berkomunikasi, cara
berekspresi dan tanggapan yang diberikan pada saat berkomunikasi. Kemampuan
berkomunikasi secara baik berkaitan dengan gaya komunikasi yang digunakan
(Kusuma, 2014).
Gaya komunikasi adalah perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang
dalam suatau organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan feedback dari orang
lain terhadap pesan organisasional yang disampaikan.Dari definisi tersebut dapat
dijelaskan bahawa gaya komunikasi merupakan seperangkat prilaku antar pribadi
yang terpesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (Gusnanda, 2017).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi
yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi
tertentu pula. Kesesuian dari satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung
pula pada maksud si pengirim dan harapan dari penerima (Gusnanda, 2017).
Steward L.Tubbs dan Sylvia Mos menyatakan “gaya komunikasi ditandai
dengan adanya suatu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah
atau one-away communication”. Gaya komunikasi adalah seperangkat perilaku
6

antar peribadi yang terspesialisasi dan digunakan dalam suatu sistem tertentu.
Masin-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpul prilaku komunikasi yang
dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu
pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung pada
maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver) (Gusnanda,
2017).
Menurut Sendjaja (1999:142), gaya komunikasi (communication style)
adalah seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi dan digunakan
dalam suatu situasi tertentu. Gaya komunikasi tersebut terdiri dari gaya
komunikasi pengendalian (the controlling style), gaya komunikasi equalitarian (the
equalitarian style) gaya komunikasi terstruktur (the structuring style) gaya
komunikasi dinamis (the dinamic style), gaya komunikasi reliquishing (the
reliquishing style) dan gaya komunikasi withdrawal (the withdrawal style) (Jariah,
2020).
Aspek penting dari gaya komunikasi The Equalitarian style adalah adanya
landasan kesamaan. Gaya komunikasai ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tulisan yang bersifat dua
arah (two away commucation). Dalam gaya komuniaksi ini, tindak komunikasi ini
dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam nuansa yang rileks, santai dan
norma (Jariah, 2020).
Dalam susana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini adalah orang-orang yang memiliki sikap
kepedulian yang tinggi serta kemampusn membina hubungan baik dengan orang
lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam ruang lingkup kerja (Jariah, 2020).
Gaya komunikasi ini akan lebih memudahkan tindakan komuniksi dalam
organisai, sebab gaya ini efektif dalalm memelihara empati dan kerjasama,
khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan tehadap suatu permaslahan
yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak
berbagi informasi diantara para anggota dalam suatu organisasi. Equalitarian style
communication merupakan gaya komunikasi yang ideal (Gusnanda, 2017).
Seiring dengan perkembangan zaman cara berkomunikasi orang-orang pun
turut berkembang dan berevolusi. Di masa-masa sekarang ini dimana internet
telah maju begitu pesat dan memberikan berbagai cara untuk berkomunikasi dan
7

berinteraksi dengan orang lain bahkan dapat diibaratkan tanpa ada nya batasan
jarak membuat komunikasi menjadi sangat mudah (Situmeang, 2015).
Era digital menyuguhkan berbagai kemudahan bagi penggunanya, media
sosial salah satunya, memangkas jarak komunikasi antar individu yang dulu
dianggap mustahil. Melalui media sosial, pengguna bisa berkomunikasi secara
langsung dengan semua orang dan mengetahui apa yang sedang terjadi atau
hangat diperbincangkan di berbagai belahan dunia (Kusuma, 2014).
Media pun kini memiliki peran dan kekuatan yang besar dalam
mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang sangat luas dan besar. Selain media
yang telah kita kenal sebelumnya seperti media televisi, radio, surat kabar, koran,
kini media memiliki saluran komunikasi yang memiliki jenis tersendiri yang
dipahami sebagai komunikasi dan informasi yang terkoneksi dengan internet yang
disebut dengan media baru (new media) (Kusuma, 2014).
Media sosial merupakan media yang dimanfaatkan masyarakat untuk
bertutur sapa. Salah satu media sosial yang diakses oleh masyarakat adalah
media sosial twitter. Pengguna media sosial sekarang ini menyebar dari usia
remaja, dewasa, bahkan orang tua (Cangara, 2002).
Cara berkomunikasi selama kondisi krisis dan keadaan darurat tentunya
berbeda dengan cara berkomunikasi selama kondisi normal. Ada dua jenis pesan
yang dikeluarkan oleh organisasi kepada publiknya pada situasi krisis. Pertama,
instruction information (informasi instruktif), yaitu pesan beisi instruksi yang
bertujuan mencegah publik mengalami kerugian atau cedera secara fisik atau
materiil akibat krisis tersebut. Kedua, adjusting information (informasi
penyesuaian), informasi yang berfungsi untuk melindungi publik dari kerugiaan
secara emosional (Kim et al.,dalam Maulida, 2021).
Pada krisis kesehatan dalam Pandemi Covid-19, informasi yang
disampaikan berkaitan dengan mengkomunikasikan resiko yang akan dihadapi
oleh masing-masing individu (risk perception). Menurut Wahyuni (2020),
komunikasi yang dilakukan pemerintah terkait Covid-19 terdiri dari komunikasi
resiko, komunikasi krisis dan komunikasi darurat (emergency communication).
Komunikasi yang dilakukan pada masa pandemik merupakan perpaduan antara
komunikasi krisis dan komunikasi resiko, dimana komunikasi krisis umumnya
menyampaikan keadaan saat ini, sedangkan komunikasi resiko menyampaikan
konsekuensi negative apabila tidak mengikuti anjuran yang disampaikan serta
probabilitas seseorang dapat tertular penyakit.
8

Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu yaitu pertama penelitian


mengenai analisis isi pola penyampaian pesan informatif wali kota bandung pada
akun twitter @ridwankamil, penelitian ini menggunakan analisis isi (content
analysis), Pada penelitian ini mencoba menggambar kan kegunaan media sosial
twitter. peneliti menggunakan teknik purposive. Kedua yaitu penelitian tentang
Gaya Komunikasi Dan Citra Diri Selebgram Perempuan (Studi Deskriptif Kualitatif
Gaya Komunikasi Perempuan Selebgram Di Kota Medan Dalam Membentuk
Citra), penelitian ini menggunakan metode metode kualitatif. Peneliti
menggunakan teknik purposive, analisis data yang dilakukan menggunakan model
miles dan huberman. Ketiga yaitu Analisis Isi Tweets Akun Twitter Wall's Magnum
@MYMAGNUMID Fokus penelitian ini yaitu menganalisa isi atau konten dari
tweets akun Twitter Magnum @MyMagnumID, baik makna dan fenomena
komunikasi yang ditampilkan pada tweets Magnum.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisis Teori Uses and


Gratification Model. Uses and gratification menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
masyarakat, tetapi bagaimana memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
masyarakat. Jadi, bobotnya ialah pada khlayak yang aktif, yang sengaja
menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul : Bentuk Gaya Komunikasi Ganjar Pranowo di Media
Sosial Twitter (Analisis Isi Kualitatif Twiter Ganjar Pranowo dalam Isu Penanganan
Covid-19 Di Jawa Tengah)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah Bagaimana Bentuk Gaya komunikasi Ganjar Pranowo di Media Sosial
Twitter dalam Isu Penanganan Covid-19 di Jawa Tengah.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Bentuk Gaya Komunikasi
Ganjar Pranowo di Media Sosial Twitter dalam Isu Penanganan Covid-19 di jawa
Tengah.
9

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
pengetahuan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi. Penelitian ini dapat
menjadi bahan bacaan dan referensi bagi penelitian serupa di masa yang
akan datang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menerapkan teoritis dan keilmuan yang
sudah didapat selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan
Jaya.
3. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pejabat publik dalam penerapan
gaya komunikasi di media sosial.
10

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu


No Judul Penelitian Fokus Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 ANALISIS ISI Menganalisis isi pola Penelitian ini Hasil penelitian menunjuk kan
POLA penyampaian pesan menggunakan bahwa pola pesan informatif
PENYAMPAIAN analisis isi (content yang disampaikan dalam
PESAN analysis), Pada @ridwankamil seringkali
INFORMATIF penelitian ini dilakukan dengan bahasa
WALI KOTA mencoba yang tidak kaku (cair), Ridwan
BANDUNG PADA menggambar kan Kamil selalu menjawab serius
AKUN TWITTER kegunaan media dan secepatnya walaupun
@ridwankamil sosial twitter. peneliti selalu diselingi canda.
menggunakan teknik sehinggapesan informatif
purposive. yang disampaikan Ridwan
Merupakan penelitian Kamil direspon dan ditanggapi
kualititatif baik oleh followernya.

2 GAYA Menganalisis gaya Metode penelitian ini Kesimpulan dari hasil


KOMUNIKASI komunikasi dan citra diri menggunakan penelitian ini Gaya
DAN CITRA DIRI metode kualitatif. Komunikasi setiap orang
SELEBGRAM peneliti berbeda-beda dan didalam diri
PEREMPUAN menggunakan teknik seorang individu dapat lebih
(Studi Deskriptif purposive. Analisis dari 1 Gaya Komunikasi yang
Kualitatif Gaya data yang dilakukan dapat digunakan, serta Gaya
Komunikasi menggunakan model komunikasi bersifat tidak
Perempuan Miles dan Huberman. permanen dan dapat berubah
Selebgram diKota sesuai situasi. Dan dilihat dari
Medan dalam Citra bahwa Citra Diri seorang
Membentuk Citra) selebgram perempuan itu
dapat dilihat melalui 3 aspek
yaitu fisis, psikis dan
sosialnya.
3 ANALISIS ISI Fokus penelitian ini yaitu Pada penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan
TWEETS AKUN menganalisa isi atau menggunakan Twitter bahwa konten dari tweets
TWITTER WALL'S konten dari tweets akun sebagai layanan Magnum berisi mengenai
MAGNUM Twitter Magnum microblogging lifestyle (26%), greetings
@MYMAGNUMID @MyMagnumID, baik popular. Sebuah (14,003%), dan sosialisasi
makna dan fenomena analisis dari 300 (13,553%). Dari seluruh
komunikasi yang sampel yang terdiri kategori yang ada pada tweets
ditampilkan pada tweets dari tweets dan Magnum menunjukkan bahwa
Magnum. mentions akun Twitter konten tweets Magnum
Magnum mengarah pada promosi,
@MyMagnumID membuka jalur komunikasi,
pada periode Januari dan sebagai media informasi
dan Februari 2013. bagi followers Magnum

Dalam kajian literatur yang pertama yaitu Analisis Isi Pola Penyampaian
Pesan Informatif Wali Kota Bandung pada Akun Twitter @ridwankamil, perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya yaitu didalam penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis gaya komunikasi Ganjar Pranowo pada akun twitter
dalam menanggapi kasus Covid-19.
11

Dalam Kajian literatur yang kedua yaitu Gaya Komunikasi Dan Citra Diri
Selebgram Perempuan (Studi Deskriptif Kualitatif Gaya Komunikasi Perempuan
Selebgram diKota Medan dalam Membentuk Citra, perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang sebelumnya yaitu dalam penelitian ini bukan untuk
meneliti citra diri seorang Ganjar Pranowo, melainkan untuk menganalisis isi
konten pada twitter Ganjar Pranowo.

Dalam Kajian literatur yang ketiga yaitu Analisis Isi Tweets Akun Twitter
Wall's Magnum @MYMAGNUMID, perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang sebelumnya yaitu dalam penelitian ini peneliti menganalisis akun Ganjar
Pranowo dengan fenomena kasus covid-19.

2.2 Teori dan Konsep


1. Teori Uses and Gratifications
Teori uses and gratificasions merupakan suatu teori yang menyatakan
bahwa para anggota khalayak memiliki kebutuhan atau dorongan tertentu yang
bisa dipenuhi dengan menggunakan sumber-sumber media dan non media. Teori
Uses and Gratifications (Teori Kegunaan dan Kepuasan). Teori ini
dikemukakan pada tahun 1974 oleh Blumler, Katz dan Gurevitch. Menurut
mereka, pengguna media atau yang lebih dikenal dengan audiens memainkan
peranan aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut (dalam
Nurudin, 2007: 192). Artinya manusia dalam hal ini audiens, khalayak atau
pengguna media memiliki otonomi dan wewenang penuh dalam memilih dan
memperlakukan media. Inti dari teori ini adalah khalayak pada dasarnya
menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu, dimana media
dianggap berusaha untuk memenuhi kebutuhan khalayaknya yang disebut
sebagai media yang efektif.
Menurut Ardianto, Komala & Karlinah (2017:73), menyatakan bahwa Uses
and Gratifications Model (Model Kegunaan dan Kepuasaan) merupakan
pengembangan dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa
yang dilakukan terhadap media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa
yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini
memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan
kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu, sebagian
12

besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan
kepentingan individu.
Teori uses and gratification ini menjelaskan tentang sifat khalayak yang aktif
dalam mengkonsumsi media sehingga mereka dapat selektif dalam memilah milah
pesan media yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan audiensi. Pemilihan
media yang dilakukan oleh audiens merupakan salah satu cara pemenuhan
kebutuhan mereka dalam menerima informasi.
Katz, Blumler dan Gurevitch (dalam Ardianto, 2017: 71) menjelaskan
berbagai asumsi dasar dari teori Uses and Gratifications, yaitu: khalayak
dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan. Konsep mengukur kepuasan
disebut GS (Gratifications Sought) dan GO (Gratifications Obtained).
Gratifications Sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu
ketika mengakses media. Gratifications Sought adalah motif seseorang yang
mendorong seseorang mengakses media . Sedangkan Gratifications Obtained
adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengakses
media sosial. Dengan kata lain menurut Palmgreen (dalam Kriyantono, 2007:
206), Gratifications Obtained dibentuk dari kepercayaan seseorang mengenai isi
media tersebut.
Ada 5 (lima) asumsi dasar yang menjadi inti gagasan teori penggunaan dan
kepuasan, yaitu (Baran dan Davis, 2018: 298):
1. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.
2. Inisiatif dalam menghubungkan kebutuhan akan kepuasan terhadap pilihan
media tertentu bergantung pada anggota khalayak.
3. Media berkompetisi dengan sumber kebutuhan lain.
4. Orang memiliki kesadaran diri yang cukup akan penggunaan media
mereka,minat, motif, sehingga dapat memberikan gambaran yang akurat pada
peneliti.
5. Keputusan pada nilai mengenai bagaimana khalayak menghubungkan
kebutuhannya dengan media atau isi tertentu seharusnya ditunda.
Khalayak mengkonsumsi suatu media didorong oleh motif tertentu guna
memenuhi kebutuhan mereka. Inti teori uses and gratification sebenarnya adalah
pemilihan media pada khalayak berdasarkan kepuasan, keinginan, kebutuhan,
atau motif . Pada dasarnya komunikasi terutama pada media massa tidak memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Teori ini menggangap bahwa khalayak
13

aktif dan selektif dalam memilih media, sehingga menimbulkan motif-motif dalam
menggunakan media dan kepuasan terhadap motif-motif tersebut.
Khalayak memiliki sejumlah alasan dan usaha untuk mencapai tujuan
tertentu ketika menggunakan media. Mcquail dan rekannya mengemukakan
empat alasan mengapa audiens menggunakan media, yaitu (West and Tunner,
2013:105):
a. Pengalihan (disversion), yaitu melarikan diri dari rutinitas atau aktivitas sehari-
hari.
b. Hubungan personal, terjadi ketika orang menggunakan media sebagai
pengganti teman.
c. Identitas personal, sebagai cara memperkuat nilai-nilai individu.
d. Pengawasan (surveillance), yaitu informasi mengenai bagaimana media
membantu individu mencapai sesuatu.
Efek yang timbul dari diri khalayak seperti emosi dan perilaku dapat
dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberi
kepuasan. Pendekatan uses and gratification tertuju pada khalayak yang berperan
aktif dan selektif dalam memilih dan menggunakan media sesuai kebutuhannya.
Khalayak sudah menentukan media mana yang sesuai dengan kebutuhannya,
merupakan gambaran nyata dari upaya pemenuhan kebutuhan sesuai dengan
motif. Khalayak aktif memilih media karena masing-masing pengguna berbeda
tingkat pemanfaatan medianya (Rakhmat, 2001:65). Pendekatan ini bertujuan
untuk menggali motif pendorong bagi seseorang dalam menggunakan media.

2. New Media
Media baru/new media ini merupakan pengistilahan untuk menggambarkan
karakteristik media yang berbeda dari yang telah ada selama ini. Media seperti
televisi, radio, majalah, Koran digolongkan jadi media lama/ old media, dan media
internet yang mengandung muatan interaktif digolongkan sebagai media baru/ new
media.
Teori new media merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh
Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang
membahas mengenai perkembangan media. Dalam teori new media, terdapat
dua pandangan, Pertama yaitu pandangan interaksi sosial, yang membedakan
media menurut kedekatannya dengan interaksi tatap muka. Pierre Levy
memandang world wide web (www) sebagai sebuah lingkungan informasi
14

yang terbuka. Fleksibel dan dinamis yang memungkinkan manusia


mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru. Pandangan kedua yaitu
pandangan integrasi sosial, yang merupakan gambaran media bukan dalam
bentuk informasi, interaksi, atau penyebarannya, tetapi dalam bentuk ritual,
atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan
masyarakat. Media bukan hanya sebuah instrumen informasi atau cara untuk
mencapai ketertarikan diri, tetapi menyuguhkan kita dalam beberapa bentuk
masyarakat dan memberi kita rasa saling memiliki (Herlina, 2017:9).
New Media atau media online didefinisikan sebagai produk dari
komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan
komputer digital. Definisi lain media online adalah media yang di dalamnya
terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media
di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu. New Media merupakan
media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi,
berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat
maupun secara publik (Putri, 2014:3).
Pengertian media baru yang selanjutnya memberikan cakupan yang
lebih luas seperti yang diungkapkan Croteau bahwa media baru yang muncul
akibat inovasi teknologi dalam bidang media meliputi televisi kabel, satellite,
teknologi optic fiber dan computer. Dengan teknologi seperti ini, pengguna
bisa secara interaktif membuat pilihan serta menyediakan respons produk
media secara beragam.
Media baru disebut juga new media digital. Media digital adalah media
yang kontennya berbentuk gabungan data, teks, suara, dan berbagai jenis
gambar yang disimpan dalam format digital dan disebarluaskan melalui jaringan
berbasis kabel optic broadband, satelit dan sistem gelombang mikro (Flew,
2008:23).
Ciri-ciri utama internet sebagai media adalah :
a. Teknologi berbasis komputer
b. Karakteristiknya hibrida, tidak berdedikasi, fleksibel
c. Potensi interaktif
d. Fungsi publik dan privat
e. Peraturan yang tidak ketat
f. Kesalingterhubungan
g. Ada dimana-mana/tidak tergantung lokasi
15

h. Dapat diakses individu sebagai komunikator


i. Media komunikasi massa dan pribadi
Perbedaan media baru dan media lama menurut Poster dalam Mc.Quail
(2011:151) adalah
a. Media baru mengabaikan batasan perbedaan percetakan dan modal
penyiaran memungkinan terjadinya percakapan antar banyak pihak.
b. Memungkinkan penerimaan dengan secara simultan, perubahan dan
penyebaran kembali obyek-obyek budaya.
c. Mengganggu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari hubungan
kewilayahan dari modernitas.
d. Menyediakan obyek global secara instan.
e. Memasukkan subyek modern/akhir modern ke dalam mesin aparat yang
ber jaringan
McQuail membuat pengelompokan media baru menjadi empat kategori
(Kurnia, 2005:294):
1. Media komunikasi interpersonal yang terdiri dari telepon, handphone, email.
2. Media bermain interaktif seperti computer, videogame, permainan dalam
internet.
3. Media pencarian informasi yang berupa portal/ search engine.
4. Media partisipasi kolektif seperti penggunaan internet untuk berbagi dan
pertukaran informasi, pendapat, pengalaman dan menjalin melalui computer
dimana pengunaannya tidak semata-mata untuk alat namun juga dapat
menimbulkan afeksi dan emosional
Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa ciri
utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap
khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya,
kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang
ada di mana-mana. Adapun perbedaan media baru dari media lama, yakni
media baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan
memungkinakan terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan
penerimaan secara simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek
budaya, mengganngu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari
hubungan kewilayahn dan modernitas, menyediakan kontak global secara
instan, dan memasukkan subjek modern/akhir modern ke dalam mesin aparat
yang berjaringan (David, dkk, 2017).
16

3. Media Sosial
Media sosial merupakan sebuah istilah yang menggambarkan
bermacammacam teknologi yang digunakan untuk mengikat orang-orang kedalam
suatu kalaborasi, saling bertukar informasi, dan berinteraksi melalui isi pesan yang
berbasis web. Dikarena internet selalu mengalami perkembangan, maka berbagai
macam teknologi dan fitur yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami
perubahan.
Media sosial adalah fitur berbasis website yang dapat membentuk
jaringan serta memungkinkan orang untuk berinteraksi dalam sebuah
komunitas. Pada sosial media kita dapat melakukan berbagai bentuk
pertukaran, kolaborasi dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan maupun
audiovisual. Contohnya seperti visual Twitter, Facebook, Blog, Fo rsquare dan
lainnya. (Puntoadi, 2011:1). Manfaat sosial media menurut Puntoadi (2011:19)
adalah menentukan personal branding yang diinginkan, mencari lingkungan
yang tepat, mempelajari cara berkomunikasi, untuk konsistensi dan sebagai
mix the media, fantastic marketing result through Social media: “people don’t
watch TV’s anymore, they watch their mobile phones”.
Media Sosial memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat
dengan konsumen, dapat menjadi media untuk membentuk komunitas online.
Sosial media dapat menjadi bagian dari keseluruhan e-marketing strategy yang
digabungkan melalui sosial media lain. Serta sebagai jalan menemukan
menciptakan para brand evangelist . Sosial media memberikan peluang masuk
komunitas yang telah ada sebelumnya dan memberikan kesempatan
mendapatkan feedback secara langsung (Puntoadi, 2011:21).
Definisi media sosial menurut Evans (2008 : 33)[11] mengatakan bahwa
media sosial adalah sebagai berikut: Social media is the democratization of
information, transforming people from content publisher. It is the shift from
broadcast mechanism to a many-to-many model, rooted in conversations between
authors, people, and peers. Social media uses the “wisdom of crowds” toconnect
information in a collaborative manner. (Media sosial adalah demokratisasi
informasi, mengubah orang dari pembaca konten menjadi penerbit konten. Hal ini
adalah pergeseran dari mekanisme siaran dari sebuah model ke banyak model,
yang berakar dari percakapan antara penulis, orang dan rekan-rekan. Media sosial
menggunakan “konsep orang banyak” agar dapat terhubung dengan informasi
secara bersama-sama).
17

Menurut pendapat Heuer (dalam Solis, 2010:263) mengemukakan bahwa


terdapat 4C dalam mengoperasikan sosial media, diantaranya:
1. Context
Context atau konteks adalah cara atau bentuk dalam menyampaikan suatu
pesan kepada khalayak.
2. Communication
Communication atau komunikasi adalah praktek dalam menyampaikan atau
membagikan (sharing) dan juga mendengarkan, merespon, dan
mengembangkan pesan kepada khalayak.
3. Collaboration
Collaboration atau kolaborasi adalah bekerja bersama-sama antara pemberi
dan penerima pesan agar pesan yang disampaikan lebih efektif dan efisien.
4. Connection
Connection atau koneksi adalah hubungan yang terjalin dan terbina antara
pemberi dan penerima pesan.
Pendapat Armano (dalam Solis, 2010:263) mengemukakan 4C sosial media
dengan pendekatan membangun komunitas yaitu:
1. Content atau konten adalah isi dari suatu pesan yang ideal untuk menarik minat
khalayak membentuk komunitas
2. Context/konteks adalah memahami karakteristik khalayak agar dapat
menyampaikan pesan yang sesuai
3. Connectivity/konektifitas adalah merancang pengalaman yang mendukung
interaksi
4. Continuity/kelangsungan adalah menyediakan interaksi yang berkelanjutan,
bernilai dan secara konsisten pada khalayak
Nasrullah (2015) menyatakan bahwa media sosial sendiri memiliki tujuh
karakteristik, yaitu:
1. Jaringan (Network)
Kata jaringan dapat dipahami dalam terminology bidang teknologi seperti ilmu
komputer yang berate infrastruktur yang menghubungkan antara komputer
maupun perangkat keras (hardware lainnya). Koneksi ini diperlukan karena
komunikasi bisa terjadi jika antar komputer terhubung, termasuk didalamnya
perpindahan data (Gane & Beer; 2008). Media memiliki karakter jaringan sosial
yang terbentuk di dalam jaringan atau internet. Namun, sebagaimana
ditekankan oleh Castells (2002) struktur atau organisasi sosial yang terbentuk
18

di internet berdasarkan teknologi informasi dalam mikroelektronik. Jaringan


terbentuk antarpengguna (users) merupakan jaringan yang secara teknologi
dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti komputer, telepon genggam, atau
tablet.
2. Informasi (Information)
Informasi menjadi entitas penting dari media sosial, sebab tidak seperti media-
media lainnya di internet, pengguna media sosial mengkreasikan representasi
identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan
informasi. Bahkan informasi menjadi semacam komoditas dalam masyarakat
informasi (information society). Informasi diproduksi, dipertukarkan, dan
dikonsumsi yang menjadikan informasi itu komoditas bernilai sebagai bentuk
dari kapitalisme yang dalam pembahasan sering disebut dengan berbagai
istilah, seperti informational (Castells, 2004), serta pengetahuan atau knowing
(Gane & Beer, 2008).
3. Arsip (Archive)
Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi salah satu sebuah karakter yang
menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa diakses kapanpun,
dimanapun dan melalui perangkat apapun. Contohnya, vidio yang sudah
terunggah di YouTube tidak akan hilang begitu saja meskipun sudah berganti
hari, bulan, bahkan tahun. Informasi itu akan terus tersimpan dan bahkan
dengan mudahnya diakses kembali.
4. Interaksi (Interactivity)
Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya jaringan antarpengguna.
Jaringan ini tidak sekadar memperluas hubungan pertemanan atau pengikut
(followers) di internet semata, tetapi juga harus dibangun dengan interaksi
antarpengguna tersebut. Secara sederhana interaksi yang terjadi di media
sosial seperti tanda jempol ‘like’ di Facebook. Interaksi merupakan proses yang
terjadi di antara pengguna dan perangkat teknologi. Kehadiran teknologi dan
perangkatnya telah menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
sehari-hari, bahkan telah menjadi semacam apa yang disebut ‘digital
technologies have become integral parts of our everyday lives’ (Gane & Beer,
2008: 89).
5. Simulasi (Simulation) Sosial
Gagasan simulasi bahwa kesadaran akan yang nyata di benak khalayak
semakin berkurang dan tergantikan dengan realitas semu. Kondisi ini
19

disebabkan oleh imaji yang disajikan media secara terus menerus. Khalayak
seolah tidak bisa membedakan antara yang nyata dan yang ada dilayar.
Khalayak seolah-olah berada di antara realistis dan ilusi sebab tanda yang ada
di media sepertinya telah terputus dari realitas.
6. Konten oleh Pengguna (User Generated Content)
UGC merupakan relasi simbiosis dalam budaya media baru yang memberikan
kesempatan dan keleluasaan pengguna untuk berpartisipasi (Listeret al., 2003:
211). Media baru, termasuk media sosial, menawarkan perangkat atau alat
serta teknologi baru yang memungkinkan khalayak untuk mengarsipkan,
memberi keterangan, menyesuaikan, dan menyirkulasi ulang konten media
(Jenkins, 2002) dan ini membawa pada kondisi produksi media yang Do-It-
Yourself. Konten oleh pengguna ini adalah sebagai penanda bahwa di media
sosial khalayak tidak hanya memproduksi konten di ruang yang disebut Jordan
sebagai ‘their own individualized place’, tetapi juga mengonsumsi konten yang
diproduksi oleh pengguna yang lainnya.
7. Penyebaran (Share)
Penyebaran (share/sharing) merupakan karakter lainnya dari media sosial.
Medium ini tidak hanya menghasilkan konten yang dibangun dari dan
dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga didistribusikan sekaligus
dikembangkan oleh penggunanya (Cross, 2011). Praktik ini merupakan ciri-ciri
khas dari media sosial yang menunjukan bahwa khalayak aktif menyebarkan
konten sekaligus mengembangkannya. Maksud dari pengembangan ini adalah
konten yang ada mendapatkan, misalnya, komentar yang tidak sekadar opini,
tetapi juga data atau fakta terbaru.

4. Twitter
Twitter adalah layanan bagi teman, keluarga, dan teman sekerja untuk.
Pengguna memposting Tweet, yang dapat berisi foto, video, tautan, dan teks.
Tweet sendiri bisa terdiri dari pesan teks dan foto. Melalui tweet inilah pengguna
Twitter dapat berinteraksi lebih dekat dengan pengguna Twitter lainnya.
Hadi (2010: 2) menyatakan pengertian Twitter adalah situs microblog yang
memberikan fasilitas bagi pengguna untuk mengirimkan sebuah pesan teks
dengan panjang maksimal 140 karakter melalui SMS, pengirim pesan instan, surat
elektronik.
20

Twitter menghubungkan pertanyaan “Apa yang sedang anda lakukan saat


ini?”dan menghubungkan pertanyaan tersebut kepada pengguna dengan kembali
bertanya “What are you doing?”. Inti dari Twitter adalah tweet. Tweet adalah tulisan
yang panjangnya maksimal 140 karakter yang diposkan ke Twitter. Kata tweet
dapat digunakan sebagai kata benda, misalnya dalam kalimat “Kamu sudah
membaca tweet ini?” dan juga sebagai kata kerja, seperti dalam kalimat “Silahkan
tweet ini”. Pada awalnya Twitter dimaksudkan sebagai fasilitas untuk menjawab
pertanyaan “What are you doing?” , walaupun sebagian orang meng-update
tentang kegiatan yang sedang mereka lakukan, berita baru ataupun menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari para pengguna Twitter lainnya (Zarella, 2011: 39).
Kelebihan Twitter dibanding dengan media sosial lainnya menurut Putra
(2014) diantaranya adalah jangkauannya luas, tidak hanya teman, tetapi juga
mampu menjangkau publik figur, potensi periklanan lebih besar untuk menjangkau
target pasar, Twitter bersifat real time sehingga membantu penyebaran informasi
secara lebih cepat serta pengguna dapat berpartisipasi dalam beragam topik
percakapan yang ada di linimasa (timeline).
Tweets tidak hanya menampilkan halaman profil pengguna, tetapi dapat
disampaikan secara langsung kepada followers melalui instant messaging, Short
Message Service (SMS), Really Simple Syndication (RSS), email, atau jaringan
sosial lainnya, seperti twitterrific atau facebook. Application Program Interface
(API) pada twitter dapat diintegrasikan dengan web service dan web application.
Salah satu service media sosial terbesar adalah twitter, pengguna twitter tumbuh
dengan cepat, dan hal ini menjadi perhatian bagi perusahaan dan mempengaruhi
perilaku konsumen dan service.

5. Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi adalah perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang
dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan feedback dari orang
lain terhadap pesan organisasional yang disampaikan. Northon dalam Ardianto
(2017) mengkelompokan beberapa tipe atau kategori gaya komunikasi
kedalam sepuluh jenis, yakni :
a. Gaya Dominan (dominant style), gaya seseorang individu untuk mengontrol
situasi sosial.
b. Gaya Dramatis (dramatic style), gaya seseorang individu yang selalu “hidup”
ketika bercakap-cakap.
21

c. Gaya Kontroversial (controversial style), gaya seseorang yang selalu


berkomunikasi secara argumentatif atau cepat untuk untuk menantang
orang lain.
d. Gaya Animasi (animated style), gaya seseorang yang berkomunikasi secara
aktif dengan memakai bahasa nonverbal.
e. Gaya Berkesan (impression style), gaya berkomunikasi yang merangsang
orang lain sehingga mudah diingat, gaya yang sangat mengesankan
f. Gaya Santai (relaxed style), gaya seseorang berkomunikasi dengan tenang
dan senang, penuh senyum dan tawa.
g. Gaya Atentif (attentive style), gaya seseorang yang berkomunikasi dengan
memberikan perhatian penuh kepada orang lain, bersikap simpati bahkan
empati, mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh.
h. Gaya Terbuka (open style), gaya seseorang yang berkomunikasi secara
terbuka yang ditunjukkan dalam tampilan jujur dan mungkin saja blak-
blakkan.
i. Gaya Bersahabat (friendly style), gaya komunikasi yang ditampilkan
seseorang secara ramah, merasa dekat, selalu member respons positif,
dan mendukung
j. Gaya yang Tepat (precise style), gaya yang tepat dimana komunikator
meminta untuk membicarakan suatu konten yang tepat dan akurat dalam
komunikasi lisan.
Menurut .Tubbs dan Moss (dalam Pace 2006 : 277) terdapat 6 (enam
gaya komunikasi yaitu:
a. Gaya komunikasi mengendalikan (The Controlling Style) ditandai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu
arah atau one-way communications. Pihak–pihak yang memakai controlling
style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman
pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali
jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan
pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir
dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan
22

kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi


pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yang berasal dari komunikator
satu arah ini, tidak berusaha “menjual‟ gagasan agar dibicarakan bersama
namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang
dilakukannya.
Gaya ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan
bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun
demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang
bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau
tanggapan yang negatif pula.
b. The Equalitarian Style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat
dua arah (two-way communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi
dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang
rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan
setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang
tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain
baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The
equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam
organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja
sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam
suatu organisasi.
c. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
23

organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam


organisasi tersebut. Stogdill dan Coons, menemukan dimensi dari
kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau
Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa
pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu
merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan
organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang muncul.
d. The Dynamic style of communication
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style ini sering
dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi
yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan
untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini
cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat
kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan
mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis
tersebut.
e. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi
perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi
ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama
dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta
bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
f. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai
gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa
persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang
tersebut. Gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
24

2.3. Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran adalah penejelasan sementara terhadap gejala yang
menjadi objek permasalahan dalam penelitian. Kerangka pemikiran merupakan
argumentasi peneliti dalam merumuskan hipotesis. Untuk merumuskan
hipotesis, maka argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika deduktif
dengan memakai pengetahuan ilmiah sebagai premis-premis dasarnya
(Usman, 2009:34). Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media sosial Twitter
dan gaya komunikasi. Dalam sebuah desain penelitian, seorang peneliti harus
mengetahui secara pasti, apakah ada faktor yang muncul, ataukah tidak
muncul, atau berubah seperti yang diperkirakan oleh peneliti.
Teori uses and gratification ini menjelaskan tentang sifat khalayak yang aktif
dalam mengkonsumsi media sehingga mereka dapat selektif dalam memilah milah
pesan media yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan audiensi. Pemilihan
media yang dilakukan oleh audiens merupakan salah satu cara pemenuhan
kebutuhan mereka dalam menerima informasi.
Katz, Blumler dan Gurevitch (dalam Ardianto, 2017: 71) menjelaskan
berbagai asumsi dasar dari teori Uses and Gratifications, yaitu: khalayak
dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
Ada 5 (lima) asumsi dasar yang menjadi inti gagasan teori uses and
gratification, yaitu (Baran dan Davis, 2018: 298):
1. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.
2. Inisiatif dalam menghubungkan kebutuhan akan kepuasan terhadap pilihan
media tertentu bergantung pada anggota khalayak.
3. Media berkompetisi dengan sumber kebutuhan lain.
4. Orang memiliki kesadaran diri yang cukup akan penggunaan media
mereka,minat, motif, sehingga dapat memberikan gambaran yang akurat pada
peneliti.
5. Keputusan pada nilai mengenai bagaimana khalayak menghubungkan
kebutuhannya dengan media atau isi tertentu seharusnya ditunda.
Pendapat Armano (dalam Solis, 2010:263) mengemukakan 4C sosial media
dengan pendekatan membangun komunitas yaitu:
25

1. Content atau konten adalah isi dari suatu pesan yang ideal untuk menarik minat
khalayak membentuk komunitas
2. Context/konteks adalah memahami karakteristik khalayak agar dapat
menyampaikan pesan yang sesuai
3. Connectivity/konektifitas adalah merancang pengalaman yang mendukung
interaksi
4. Continuity/kelangsungan adalah menyediakan interaksi yang
berkelanjutan, bernilai dan secara konsisten pada khalayak
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat model kerangka
pemikiran sebagai berikut :

Gaya Komunikasi

Ganjar Pranowo

Media Sosial Twitter

Content Context Connectivity Continuity

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran


DAFTAR PUSTAKA

Anita, Dwi. (2017). Analisis Isi Pola Penyampaian Pesan Informatif Wali Kota
Bandung Pada Akun Twitter @ridwankamil

Aldera, Aji. (2019). Gaya Komunikasi Dan Citra Diri Selebgram Perempuan (Studi
Deskriptif Kualitatif Gaya Komunikasi Perempuan Selebgram di Kota Medan
dalam Membentuk Citra

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. (2017). Komunikasi Massa Suatu


Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta

Baran, Stanley J. dan Dennis K. Davis. (2018). Teori Komunikasi Massa, Edisi 5,
Jakarta: Salemba Humanika
Coombs, Timothy, W. (2013). Situational Theory of Crisis: Situational Crisis
Communication
David, Eribka Ruthellia dkk. (2017). Pengaruh Konten Vlog dalam Youtube
terhadap Pembentukan Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Risalah Vol. VI,
No. 1. (2017).

Effendy, Onong Uchjana. (2011). Ilmu, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosda Karya

Evans, Dave. (2008). Social Media Marketing An Hour A Day, Wiley Publishing,.
Inc: Canada

Florentina, I. E., Wibowo, A. J., Hoesodo, T. S. B., Murti, S., & Tangkas, A. (2020).
Media, Komunikasi dan Krisis Covid-19. Penerbit Lembaga Pendidikan
Sukarno Pressindo (LPSP).

Irwansyah. (2010). Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap


Gaya Hidup Mahasiswa

Hadi, Mulya. (2010). Twitter untuk Orang Awam. Palembang: Maxikom

Herlina, Novi. (2017). Efektivitas Komunikasi Akun Instagram


@Sumbar_Rancak Sebagai Media Informasi Online Pariwisata Sumatera
Barat. Jurnal Risalah Vol. 4, NO. 2, (Oktober 2017)

Jefkins, Frank. (2007). Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Kurnia, Novi. (2005). Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru:


Implikasi Terhadap Teori Komunikasi, Jurnal Risalah No. 56/DIKTI/
Kep/2005

33
34

Kurnia, W. D. (2014). Twitter Sebagai Media Alternatif Informasi Publik (Analisis


Isi Twitter Pada @humaskabklaten Pemerintah Kabupaten Klaten.
Yogyakarta.: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Maleong, Lexy, J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Maulida, Rizkiya Ayu. (2021). Implementasi Teori Komunikasi Krisis Situasional


pada kasus Covid-19 oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui
pikobar_jabar. Jurnal_Pekommas_Vol._6_No._1,_April_2021

Muhtadi, A. S. (2019). Komunikasi Lintas Agama: Mencari Solusi Konflik Agama.


Conference Proceeding ICONIMAD

Nasrullah, Ruli. (2015). Media Sosial, Jakarta : PT Simbiosa

Nurudin. (2017). Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Olivia. (2014). Taktik Self Presentation Presiden Susilo Bambang Yudhoyon SBY)
Melalui Akun Twitter @sbyudhoyono”. Surabaya : Universitas Kristen Petra
Surabaya.
Pace, R. W.& Faules. F. D. (2006). Komunikasi Organisasi: Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Putri, Fanny Aulia. (2014). Opini Siswa Terhadap Tindakan Cyberbully Di


Media Sosial, Jurnal Risalah
Rakhmat, Jalaludin. (2001). Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Solis, Brian. (2011). Engage: The Complete Guide for Brands and Businesses to
Build Cultivate and Measure Success on The Web. New Jersey: John Wiley
& Sons.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta


Wahyuni, H. (2020). Kebijakan Pemda dan Komunikasi Publik Penanganan RCCE
: Risk Communication and Community. Kebijakan Pemda DIY & Komunikasi
Publik Penanganan COVID-19 Di DIY, November.
West, Richard dan Lynn H. Tunner. (2013). Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi, Buku 1 Edisi 3, Jakarta: Salemba Humanika
Widyanty, R. (2014). Analisis Twitter Politikus Indonesia Menjelang PEMILU 2014.
Universitas Diponegoro Semarang.
Zarella, Dan. (2010). The Social Media Marketing Book. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta

Anda mungkin juga menyukai