Anda di halaman 1dari 60

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA OPERASI

PERBAIKAN ATAU PENGGANTIAN KATUP MITRAL

Oleh:
M Diaris Salam Z

011310213026

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENA

PERBAIKAN ATAU PENGGANTIAN KATUP MITRAL

hf DiSAZ.AM
. 011310 2fi

Joni 20 ,

Pembimb

Dewi Poerwandari ,dr KFR Fraasiaknlina Erfarenntn, S. Tr. Km

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i iii
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir inni

dengan baik yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi

Perbaikan atau Penggantian Katup Mitral”.

Tugas akhir ini disusun dalam rangka melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III

Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih atas berbagai macam bantuan, bimbingan dan

segala partisipasi yang telah diberikan dalam pembuatan tugas akhir ini kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan sehingga

bisa menimba ilmu yang bermanfaat di jurusan Fisioterapi FV UNAIR.

2. Nabi Muhammad SAW, yang membimbing dari ketidaktahuan menuju ke

jalan yang diridhoi Allah SWT.

3. Kedua orang tua tercinta, Bapak Zamroni dan Ibu Laily Rachmi, atas doa,

nasihat, dukungan moril dan materil, kasih sayang, dan harapan yang luar

biasa.

4. Prof. Dr. Mohammad Nasih. MT. AK, selaku Rektor Universitas

Airlangga Surabaya.

5. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga Surabaya.

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


6. Dr. Widi Hidayat, M.Si., Ak, selaku dekan Fakultas Vokasi Universitas

Airlangga Surabaya.

7. dr. Harsono selaku Direktur RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

8. Subagyo, dr., Sp. KFR-K selaku Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

9. Patricia Maria K, dr., Sp. KFR, selaku Ketua Program Studi D III

Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.

10. Kajad, SST.FT selaku Ketua staff pelayanan fungsional fisioterapi

Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD. Dr. Soetomo Surabaya.

11. Dewi Poerwandari, dr., Sp.KFR, selaku dosen pembimbing I yang benyak

memberikan bantuan, motivasi, dan arahan dalam penyusunan tugas akhir

ini dengan baik dan sabar.

12. Fransiskalina Erfarenata, S. Tr. Kes, selaku dosen pembimbing II yang

telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, motivasi, dan arahan dalam

penyusunan tugas akhir ini dengan baik dan sabar.

13. Seluruh dosen pengajar, instruktur, senior, dan fisioterapis Instalasi

Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas dukungan,

motivasi, dan ilmu selama menjalani kuliah dan praktik.

14. Seluruh staf program studi D III Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas

Airlangga Surabaya atas bimbingan dan informasi selama kuliah.

15. Jauharotul yang telah membantu dalam melaksanakan terapi kepada

pasien.

16. Sahabat kelompok praktik A semester V (Eka, Dyah, Imah, Vina, Retno,

Lia) dan kelompok praktik C semester VI (Sandra, Ela, Rosida, Alila,


Kavita), atas perjuangan, semangat, pengalaman luar biasa, cerita, canda

tawa, dan dukungan selama dua semester.

17. Keluarga fisioterapi angkatan 2013 (Patella) yang penulis sayangi dan

banggakan atas kebersamaan dan perjuangan selama 3 tahun ini.

18. Adik-adik angkatan 2014 (Carpal) dan 2015 (Scapula) atas doa dan

semangat. Penulis berharap agar tetap semangat dan kompak

menyeleseikan studi fisioterapi.

19. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan dan

penulisan tugas akhir ini, yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna tercapainya tugas

akhir yang lebih baik. Semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis

maupun pembaca.

Surabaya, 20 Juni 2016

Penulis
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
" ; Penatalaksxnxan Fisio{ezapi Pasca Operasi Perbat[sn
atau PenggantianKatupMitrzl

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMI AH

Yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : M Diaris Salam Z

Menyatakan dengan sebenarnya dan sungguh-sungguh bahwa Tugas

Akhir ini benar-benar merupakan hasil karya says sendiri, bukan merupakan

penyambil alihan tulisan atau pikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahw’a

Tugas Akhir ini hasil tiplakan atau ada pihak yane mengajukan yu«atan, maka

saya bersedia menerima seluruh sanksi/hukuman atas perbuatan tersebut. termasuk

pembatalan ijazalJ yang saya peroleh dari Universitas Airlangga.

Demikian pemyataan ini dihuat dengan sesungguhrtya.

Surabaya, 20 J uni 20 1 6

Yang membuat pemyataan.

:28A'DF 7486464/3

M Diaris dalam Z

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair


TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAVNI FISIOTERAPI M DIARIS SALAM Z
PASCA...
A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i vii
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

ABSTRAK

Mitral Valve Repair/Replacement (MVR) adalah prosedur bedah jantung di


mana katup mitral pasien diperbaiki atau diganti karena kerusakannya. Kerusakan
katup mitral meliputi Mitral Regurgitasi (MR), Mitral Stenosis (MS), dan Mitral
Valve Prolapse (MVP).

Fisioterapi pada pasien pasca operasi MVR yang sesuai yaitu latihan
aerobik. Latihan tersebut mengakibatkan peningkatan cardiac output, denyut
jantung, perubahan tekanan darah dan tekanan rata-rata arteri. Respon ini berasal
dari kontraksi otot besar yang merangsang otak untuk merespon dengan
menurunkan tahanan vaskuler.
Tujuan latihan adalah mengoptimalkan daya tahan system kardiorespirasi
dan otot untuk menunjang aktifitas. Latihan yang teratur dan cara berlatih sesuai
prosedur diharapkan dapat mencapai tujuan tersebut.

Kata kunci : MVR, mitral valve disease, latihan aerobik.

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


ABSTRACT
Mitral valve repair/replacement (MVR) is cardiothoracic surgery in which
the mitral valve of the patient be repaired or replaced because of the disease.
Mitral valve disease include Mitral Regurgitation (MR), Mitral Stenosis (MS),
and Mitral Valve Prolapsed (MVP).
Physiotherapy that suitable at patient post operation MVR is aerobic
exercise. Aerobic exercise increase cardiac output, heart rate, change of blood
pressure and mean arterial pressure. These responses come from the contractions
of big muscles that stimulate brain to give response to decreasing vascular
pressure.
The aim of the exercise is to optimize the endurance of cardiovascular
system. Regular exercise in appropiate way as told by procedure can achieved the
goal.

Keyword : MVR, mitral valve disease, aerobic exercise.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH................................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACT..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................2

1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................3

1.4 Manfaat..............................................................................................................3

1.4.1Manfaat bagi penulis.................................................................................3

1.4.2 Manfaat bagi masyarakat.........................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Anatomi Jantung................................................................................................4

2.2.1 Katup Jantung............................................................................................5

2.2 Fisiologi Jantung................................................................................................6


2.2.1 Kontraksi Jantung....................................................................................6

2.2.2 Fase Siklus Jantung-Pompa Kiri..............................................................6

2.2.4 Mekanisme Kerja Katup Jantung.............................................................7

a. katup atrioventrikular........................................................................7

b. katup semilunar.................................................................................8

2.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Katup Mitral.....................................................8

2.3.2 Klasifikasi penyakit jantung katup mitral................................................9

a. Mitral Stenosis...................................................................................9

b. Mitral Regurgitasi.............................................................................9

2.4 Mitral Valve Repair dan Replacement.............................................................10

BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI................................................13

3.1 Pengertian Rehabilitasi Jantung.......................................................................13

3.2 Pengertian Breathing Exercise.........................................................................14

3.3 Pengertian Latihan Endurance.........................................................................14

3.4 Six Minutes Walking Test.................................................................................15

3.5 Program Latihan...............................................................................................19

3.5.1 Pemanasan..............................................................................................20

3.5.2 Conditioning Stimulus............................................................................20

3.5.3 Pendinginan............................................................................................21

3.6 Kontraindikasi Latihan.....................................................................................21

3.7 Kriteria Menghentikan Latihan........................................................................21

BAB IV STUDI KASUS.......................................................................................23

4.1 Identitas Pasien.................................................................................................23

4.2 Data-Data Medis Pasien...................................................................................23


4.3 Pemeriksaan Subyektif.....................................................................................25

4.4 Pemeriksaan Obyektif......................................................................................25

4.5 Pemeriksaan Khusus........................................................................................27

4.6 Pemeriksaan Kemampuan Fungsional.............................................................28

4.7 Assesment.........................................................................................................29

4.8 Planning...........................................................................................................29

4.9 Pelaksanaan......................................................................................................30

4.10 Evaluasi..........................................................................................................36

4.11 Prognosa.........................................................................................................40

4.12 Resume...........................................................................................................40

BAB V PEMBAHASAN STUDI KASUS............................................................41

5.1 Pembahasan Hasil............................................................................................41

BAB VI PENUTUP...............................................................................................44

6.1 Kesimpula dan Saran........................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Sayatan......................................................................................11


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Borg’s Scale...........................................................................................18

Tabel 3.2 Frekuensi Latihan...................................................................................19

Tabel 3.3 Intensitas Latihan...................................................................................19

Tabel 4.1 Pemeriksaan Kemampuan Fungsional Dengan Index Barthel...............28

Tabel 4.2 Pemeriksaan Kemampuan Fungsional Dengan Index Barthel...............38

Tabel 5.1 Pemeriksaan SMWT sebelum diberikan program latihan......................41

Tabel 5.2 Pemeriksaan SMWT setelah diberikan program latihan.........................41

Tabel 5.3 Hasil Pengembangan Sangkar Toraks Sebelum Program Latihan.........42

Tabel 5.4 Hasil Pengembangan Sangkar Toraks Setelah Program Latihan...........43


ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Perbaikan atau
Penggantian Katup Mitral

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jantung merupakan organ vital yang berfungsi bagi kelangsungan hidup

manusia, yaitu sistem sirkulasi dan memompa darah. Fungsi jantung berkaitan

erat dengan organ-organ lain dalam tubuh, artinya bila terjadi gangguan dalam

kerja jantung, akan mengakibatkan gangguan fungsi tubuh yang lain.

Jantung mempunyai 4 katup, yaitu katup pulmonal, aortal, trikuspidal,

mitral. Katup pulmonal membatasi antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis.

Katup aortal membatasi antara ventrikel kiri dan arteri aorta. Katup trikuspid

membatasi antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup mitral membatasi

antara atrium kiri dan ventrikel kiri (Snell, 2011).

Kurun waktu 50 tahun terakhir, terjadi perubahan pola penyebab penyakit

jantung katup, yakni penurunan dari insiden penyakit jantung rematik dan

peningkatan penyakit katup degeneratif berhubungan dengan usia. Penyakit

jantung rematik masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas.

WHO memperkirakan lebih dari 12 juta penduduk dunia menderita demam

rematik atau penyakit jantung katup dan lebih dari 400.000 kasus kematian per

tahun, terutama anak dan dewasa muda (Boestan, 2007).

Perkembangan teknologi dan perbaikan yang dilakukan terhadap katup

jantung prostetik selama tiga dekade terakhir ini telah memperbaiki ketahanan dan

kualitas hidup untuk penderita penyakit katup jantung. Penggantian dengan katup

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FIS1IOTERAPI M DIARIS SALAM Z


PASCA...
A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i 2
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

jantung prostetik pada katup jantung alami yang mengalami malfungsi, berisiko

mengalami penyakit lain (Sarvasti dan Boestan, 2007).

Pemilihan katup jantung buatan harus mempertimbangkan secara teliti

segala keuntungan dan kerugian dari setiap jenis katup serta risiko yang nantinya

akan dialami oleh penderita (Sarvasti dan Boestan, 2007).

Individu yang telah melakukan operasi Mitral Valve Repair/Replacement

(MVR) akan mengalami penurunan kemampuan fungsional, seperti penurunan

daya tahan atau endurance kardio maupun otot. Intervensi fisioterapi akan banyak

dilakukan terutama saat pasien keluar rumah sakit, yaitu dimulai dengan cardiac

rehabilitation fase 2. Penatalaksanaan fisioterapi pada pasien pasca operasi MVR

ini meliputi breathing exercise, latihan endurance yang termasuk dalam

komponen cardiac rehabilitation dengan tujuan mengembalikan kapasitas

fungsional pasien seoptimal mungkin.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah :

1. Apakah mitral valve disease?

2. Apakah cardiac rehabilitation?

3. Apa saja penatalaksanaan fisioterapi yang diperlukan pada pasien pasca

operasi MVR cardiac rehabilitation fase 2?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Pemaparan tentang mitral valve disease.

2. Pemaparan tentang cardiac rehabilitation.

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


3. Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada pasien pasca operasi

MVR cardiac rehabilitation fase 2.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Memahami komponen-komponen terapi pada pasien pasca operasi

MVR cardiac rehabilitation fase 2.

2. Menjelaskan terapi breathing exercise pada pasien pasca operasi MVR

cardiac rehabilitation fase 2.

3. Menjelaskan terapi latihan terhadap peningkatan daya tahan beraktifitas

atau endurance pasien pasca operasi MVR cardiac rehabilitation fase

2.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi penulis

Manfaat bagi penulis dalam penulisan tugas akhir ini adalah untuk

menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penatalaksaan fisioterapi pasca

operasi MVR cardiac rehabilitation fase 2.

1.4.2 Manfaat bagi masyarakat

Memberikan gambaran dan informasi tentang latihan serta aktifitas yang

disarankan untuk pasien pasca operasi MVR agar dapat mengoptimalkan daya

tahan kardiopulmonal dalam beraktifitas.


ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Perbaikan atau
Penggantian Katup Mitral

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Jantung

Jantung dibagi oleh septum vertikal menjadi empat ruang: atrium kanan dan

kiri dan ventrikel kanan dan kiri. Atrium kanan terletak anterior terhadap atrium

kiri dan ventrikel kanan anterior terhadap ventrikel kiri (Snell, 2011).

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan:

1. Paling luar, lapisan visceralis pericardium serosum ( epicardium)

2. Di tengah, lapisan tebal otot jantung (miokardium)

3. Paling dalam, lapisan tipis (endokardium)

Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan

parasimpatis. Serabut-serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium dan

ventrikel termasuk pembuluh darah koroner. Saraf parasimpatis terutama

memberikan persarafan pada nodus sino-atrial, atrio-ventrikuler dan serabut-

serabut otot atrium, dapat pula menyebar ke dalam ventrikel kiri (Lily, dkk.,

2004).

Pembuluh darah jantung dibagi menjadi dua, yakni pembuluh darah

fungsional dan pembuluh darah nutritif. Pembuluh darah fungsional adalah aorta,

arteri pulmonalis, vena pulmonalis, dan vena kava, sedangkan pembuluh darah

nutritif adalah arteri koronaria kanan dan arteri koronaria kiri kedua arteri ini

keluar dari sinus valva aorta (Lily, dkk., 2004).

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FIS4IOTERAPI M DIARIS SALAM Z


PASCA...
A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i 5
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

2.1.1 Katup Jantung

Jantung mempunyai empat katup, yaitu katup mitral dan trikuspidal yang

memisahkan antara atrium dan ventrikel, serta katup aortak dan pulmonal yang

memisahkan antara ventrikel dan arteri besar (Snell, 2011).

Katup trikuspidal terletak di belakang setengah bagian kanan sternum pada

spatium intercostale IV. Katup mitral terletak di belakang setengah bagian kiri

sternum setinggi cartilago costalis IV. Katup pulmonal terletak di belakang ujung

medial cartilago costalis III kiri dan bagian yang berhubungan dengan sternum.

Katup aortal terletak di belakang setengah bagian kiri sternum pada spatium

intercostale III (Snell, 2011).

2.2 Fisiologi Jantung

Secara fisiologis, jantung bertugas untuk memompa darah ke seluruh

jaringan tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta yang kemudian terpisah menjadi

aorta ascenden dan descenden. Darah yang mengandung O2 akan beredar ke

seluruh tubuh dan berdifusi di dalam kapiler-kapiler darah, yang kemudian

menghasilkan darah yang penuh CO2 kembali ke jantung melalui vena cava

superior dan vena cava inferior masuk ke atrium kanan, dialirkan ke ventrikel

kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa menuju paru-paru melalui arteri

pulmonalis, kemudian kembali lagi ke atrium kiri melalui vena pulmonalis,

selanjutnya akan dipompa kembali oleh ventrikel kiri menuju seluruh tubuh (Lily,

dkk., 2004).

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


2.2.1 Kontraksi Jantung

Pasangan eksitasi-kontraksi di dalam otot jantung berbeda dengan otot

tubuh. Perbedaan intensitas interaksi aktin-miosin (kontraksi) dapat dihasilkan

dari satu potensial aksi yang memacu otot jantung. Mekanisme ini merupakan

variasi dari jumlah Ca++ yang mencapai miofilamen selama kontraksi.

Kemampuan otot jantung untuk bervariasi di dalam kekuatan kontraksinya, sangat

penting untuk berfungsinya jantung (Lily, dkk., 2004).

2.2.2 Fase Siklus Jantung – Pompa Kiri

Fungsi mekanik jantung diperagakan dalam tekanan, volume dan perubahan

aliran yang terjadi selama siklus jantung melalui fase sistolik dan diastolik.

Perbedaan utama antara pompa kanan dan kiri terletak dari tekanan sistolik

puncaknya. Paru memiliki tekanan yang lebih rendah dibanding dengan

keseluruhan organ sistemik tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan tekanan arteri yang

lebih rendah untuk mendorong cardiac output (CO) melalui paru daripada ke

seluruh tubuh. Nilai normal tekanan arteri pulmonalis sistolik dan diastolik adalah

24 dan 8 mmHg. Cardiac output merupakan sejumlah darah yang dipompakan

oleh tiap ventrikel setiap satu menit, yang secara terus menerus menyesuaikan diri

dalam sistem kardiovaskuler untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Curah jantung

ditentukan oleh stroke volume (SV) dan heart rate (HR) dirumuskan sebagai

berikut:

CO = HR x SV

Curah jantung = jumlah denyut per menit x volume sekuncup


Hubungan ini menunjukkan bahwa setiap perubahan curah jantung pasti

terdapat perubahan pada denyut jantung atau volume sekuncupnya (Lily, dkk.,

2004).

2.2.3 Mekanisme Kerja Katup Jantung

Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap yaitu dari vena ke

atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya 4 katup jantung satu arah memastikan darah

mengalir ke satu arah. Katup-katup diposisikan sedemikian sehingga mereka

membuka dan menutup secara pasif akibat perbedaan tekanan, serupa dengan

pintu satu arah. Gradien tekanan ke arah depan memaksa katup terbuka, seperti

anda membuka pintu dengan mendorong salah satu sisinya, sementara gradien

tekanan yang mengarah ke belakang/mundur mendorong katup tertutup, seperti

anda memberikan tekanan di sisi berlawanan pintu untuk menutupnya

(Sherwood, 2011).

a. Katup Atrioventrikular

Terdapat dua katup jantung, katup atrioventrikular (AV) kanan dan kiri,

yang masing-masing terletak di antara atrium dan ventrikel di sisi kanan dan kiri.

Katup jantung ini membiarkan darah mengalir dari atrium ke dalam ventrikel

selama pengisian ventrikel (ketika tekanan atrium melebihi tekanan ventrikel)

tetapi mencegah aliran balik darah dari ventrikel ke dalam atrium sewaktu

pengosongan ventrikel (ketika tekanan ventrikel jauh melebihi tekanan atrium)

(Sherwood, 2011).

Pada ruang ventrikel, terdapat jaringan tipe tendinosa, yaitu korda tendinea,

yang mencegah katup AV membuka ke arah berlawanan akibat tekanan yang


besar dari ventrikel. Korda tendinea menempel pada masing-masing daun katup

dan otot papilaris. Ketika ventrikel berkontraksi, otot papilaris juga berkontraksi.

Hal ini membantu menjaga katup tertutup ketika ventrikel berkontraksi

(Sherwood, 2011).

b. Katup Semilunar

Dua katup jantung yang lain adalah katup aorta dan pulmonalis yang

terletak di pertemuan di mana arteri-arteri besar meninggalkan ventrikel. Katup-

katup ini dipaksa membuka ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan masing-

masing melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis, sewaktu kontraksi dan

pengosongan ventrikel. Penutupan terjadi ketika ventrikel melemas dan tekanan

ventrikel turun ke bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis (Sherwood, 2011).

Katup semilunar dicegah berbalik oleh struktur anatomis dan posisi daun

katup. Ketika ventrikel melemas, terbentuk gradien tekanan ke arah belakang dan

semburan balik darah mengisi daun katup yang berbentuk seperti kantung dan

mendorong daun-daun tersebut dalam posisi tertutup (Sherwood, 2011).

2.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Katup Mitral

Penyakit jantung katup merupakan istilah yang menggambarkan disfungsi

jantung akibat abnormalitas struktur atau fungsi katup jantung. Disfungsi katup

jantung dapat menyebabkan pressure overload akibat keterbatasan pembukaan

katup atau volume overload akibat penutupan katup yang tidak adekuat. Penyakit

jantung katup dapat diklasifikasikan berdasarkan lesi patologis yaitu obstruktif

(stenosis) atau non-obstruktif (regurgitasi) atau berdasarkan patofisiologi sebagai

pressure overload atau volume overload (Boestan, 2007).


Pada dasarnya lesi katup yang bersifat obtruktif harus segera dilakukan

tindakan intervensi mengingat perubahan hemodinamik sering terjadi dan sukar

diduga maupun diatasi terutama bila dipacu oleh faktor pencetus (infeksi, anemia,

dan aritmia) (Boestan, 2007).

2.3.1 Klasifikasi Penyakit Katup Jantung Mitral

Penyakit jantung katup mitral bisa diklasifikasikan menjadi mitral stenosis,

mitral regurgitasi.

a. Mitral Stenosis

Kelainan anatomi yang khas pada mitral stenosis adalah fusi daun katup

sepanjang komisura antara daun katup anterior dan posterior. Gambarannya

meliputi fusi, penebalan, dan pemendekan korda tendinea, fibrosis dan penebalan

daun katup mitral dan kalsifikasi. Patofisiologi primer adalah obstruksi mekanis

pada katup mitral (Boestan, 2007).

b. Mitral Regurgitasi

Mitral regurgitasi akan menyebabkan volume overload ventrikel kiri yang

terjadi sebagai akibat dari peningkatan total stroke volume ventrikel kiri, di mana

sebagian darah akan dipompa ke aorta dan sebagian lagi retrograde melalui katup

mitral. Dilatasi atrium kiri pada penderita mitral regurgitasi merupakan

mekanisme kompensasi terhadap peningkatan aliran volume yang masuk atrium

kiri pada saat sistolik (Boestan, 2007).

Pada mitral regurgitasi akut, terjadi peningkatan mendadak aliran volume

regurgitan yang masuk ke atrium kiri, sehingga menyebabkan peningkatan


tekanan atrium kiri dengan akibat hipertensi pulmonal. Pada mitral regurgitasi

akut, pengosongan ventrikel kiri lebih sempurna sehingga curah jantung

dipertahankan (Boestan, 2007).

Pada mitral regurgitasi kronis terkompensasi, volume diastolik ventrikel

kiri meningkat dan fraksi ejeksi normal sehingga volume akhir sistolik dalam

batas normal atau sedikit meningkat. Afterload sering ditemukan penurunan pada

penderita dengan mitral regurgitasi yang disebabkan oleh karena adanya ejeksi ke

atrium kiri (low impedance). Kondisi seperti ini dimana terdapat rendahnya

afterload akan mampu menjaga performance ejeksi, dan kondisi ini akan

mengaburkan tanda-tanda disfungsi kontraktil. Pada mitral regurgitasi kronis,

umumnya fraksi ejeksi dalam batas normal. Akhirnya, peningkatan tekanan

dinding menyebabkan dilatasi ventrikel dan pemburukan fungsi sistolik ventrikel

(Boestan, 2007).

2.4 Mitral Valve Repair dan Replacement

Mitral Valve Repair/Replacement (MVR) adalah prosedur bedah jantung

di mana katup mitral pasien diperbaiki atau diganti karena rusaknya katup mitral.

Kerusakan katup mitral meliputi Mitral regurgitasi (MR) berupa kebocoran pada

katup mitral, Mitral stenosis (MS) berupa penyempitan katup mitral, dan Mitral

Valve Prolapse (MVP) berupa penggelembungan katup mitral kearah atrium

(Boestan, 2007).
Pada pembedahan ini ada beberapa macam sayatan yang bisa dilakukan. Ahli

bedah kardiotoraks bisa melakukan sayatan pada sternum atau dibawah otot

pektoralis pasien untuk bisa mendapatkan akses ke jantung pasien.

(Weispfenning, 2010).

Gambar 2.1 Jenis Sayatan (http://www.medtronic.com).

Kebanyakan katup mitral dapat diperbaiki (repair), terutama jika kerusakan

katup merupakan kebocoran akibat degeneratif. Namun jika katup mengalami

kerusakan parah, katup harus diganti (replacement) dengan katup buatan

(prostetik). Kerusakan katup akibat rematik sering kali harus diganti (Sundt,

2015).

Secara umum ada dua jenis katup buatan yang tersedia, yaitu katup mekanik

dan katup biologis. Katup mekanik terbuat dari bahan logam dan karbon pirolitik.

Katup biologis terbuat dari jaringan hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan

dan kekurangan tersendiri sehubungan dengan daya tahan dan resiko pembekuan
darah yang akan terjadi di katup. Adapun faktor pertimbangan untuk pemilihan

katup buatan, yaitu usia, kondisi medis, gaya hidup (Sundt, 2015).
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Perbaikan atau
Penggantian Katup Mitral

BAB III

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

3.1 Pengertian Rehabilitasi Jantung

Rehabilitasi jantung merupakan program yang disupervisi tenaga

profesional dengan tujuan memperbaiki kapasitas fungsi aktivitas fisik,

mengurangi faktor risiko, mengurangi gejala dan memberikan edukasi pada

penderita untuk mengerti dan dapat menyesuaikan secara fisik dan psikologis

terhadap kondisi penyakitnya (Bartels, 2010).

Program rehabilitasi jantung meliputi (Mathes, 2007):

1. Peningkatan yang signifikan pada kapasitas fungsional pasien.

2. Adaptasi psikologis pada proses kronis penyakit.

3. Dasar untuk perubahan kebiasaan dan gaya hidup yang lebih baik

untuk prognosa jangka panjang yang lebih baik.

4. Pemeliharaan untuk aktivitas mandiri.

Program rehabilitasi jantung secara umum dibagi menjadi 3 fase utama,

yaitu (Thomas, 2007):

1. Fase rawat inap rehabilitasi jantung (juga dikenal sebagai rehabilitasi

jantung fase 1): sebuah program yang memberikan layanan preventif

dan rehabilitatif pada pasien di rumah sakit. Fase ini berlangsung

sampai pasien pulang.

2. Fase rawat jalan awal rehabilitasi jantung (juga dikenal sebagai

rehabilitasi jantung fase 2): sebuah program yang memberikan

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FIS1I3OTERAPI M DIARIS SALAM Z


PASCA...
A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i 14
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

layanan preventif dan rehabilitatif pada pasien rawat jalan. Umumnya

berlangsung dalam 3 bulan.

3. Fase perawatan jangka panjang rehabilitasi jantung (juga dikenal

sebagai rehabilitasi jantung fase 3 dan/atau 4): sebuah program yang

menyediakan perawatan jangka panjang berupa preventif sekunder

dan rehabilitatif untuk pasien rawat jalan.

3.2 Pengertian Breathing Exercise

Breathing excercise merupakan intervensi untuk mencegah komplikasi dan

mengoptimalkan kapasitas vital paru dari pasien dengan kasus kardiopulmonal.

Latihan pernapasan dan pelatihan ventilasi meliputi napas dalam, pursed lip

breathing (Kisner, 2007).

Tujuan dari breathing exercise meliputi (Kisner, 2007):

1. Mencegah obstruksi jalan napas dan akumulasi sekret yang dapat

mengganggu pernapasan yang normal.

2. Membersihkan jalan nafas, batuk efektif, dan ventilasi.

3. Meningkatkan daya tahan tubuh dan toleransi aktivitas.

4. Meningkatkan kapasitas vital paru

5. Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas dada

6. Memberi relaksasi dan menghilangkan stress.

3.3 Pengertian Latihan Endurance

Endurance adalah kemampuan untuk bekerja dalam jangka waktu tertentu

dan berfungsi untuk menunda kelelahan. Ini termasuk daya tahan otot, dan daya

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


tahan kardiovaskuler. Total daya tahan tubuh itu tergantung pada transportasi

oksigen yang dipengaruhi oleh fungsi paru. Kemampuan darah mengikat oksigen,

fungsi jantung, kemampuan ekstraksi oksigen, dan potensi oksidatif otot. (Kisner,

2007)

Beberapa alat bisa digunakan untuk melatih endurance, baik endurance

kardiovaskuler maupun endurance otot, diantaranya yaitu treadmill dan

ergometer bycycle, sedangkan latihan paling praktis dan sederhana untuk pasien

rawat inap yaitu dengan jalan terprogram. (Kisner, 2007)

3.4 Six Minutes Walking Test

Six minutes walking test merupakan salah satu tes yang cukup efektif pada

kasus kardiopulmonal. Tes tersebut cukup mudah untuk mengukur kapasitas fisik

dan kemampuan fungsional pasien dengan gangguan kardiopulmonal (American

Thoracic Society, 2002).

Dari tes ini, dapat diperoleh informasi tentang (Kraus, 2007):

1. Pemeriksaan kemampuan fungsional.

2. Identifikasi abnormalitas pola jalan dan problem keseimbangan.

3. Pemeriksaan gejala dan Relative Perceived Exertion (RPE).

4. Deteksi desaturasi O2 atau hemodinamik saat latihan.

5. Pemeriksaan atau deteksi prognosa dan/atau risiko.

6. Identifikasi risiko individu sebagai criteria drop out cardiac

rehabilitation program.

7. Perencanaan latihan. Perencanaan latihan yang didapat dari hasil six

minutes walking test ditunjukkan dengan METS.


8. Pemeriksaan/evaluasi individu dan program rehabilitasi

Metode dari six minutes walking test, pasien berjalan sejauh 30 meter di

tanah atau lantai yang datar dengan diberi batasan waktu 6 menit. Fisioterapis

yang mengawasi hendaknya mengukur jarak yang dapat ditempuh oleh pasien

tersebut. Pasien yang hendak melakukan tes, dipersiapkan untuk menghadapi tes,

seperti makan 1 jam sebelum tes, menggunakan baju dan sepatu yang nyaman

atau menggunakan alat bantu jika diperlukan, bila perlu oksigen tetap digunakan

(American Thoracic Society, 2002).

Sebelum tes, tidak perlu melakukan pemanasan, diukur tekanan darah, heart

rate, SpO2, serta frekuensi napas pasien. Persiapkan titik start dan titik putar balik

dengan jarak 30 meter serta penanda setiap 3 meter. Persiapkan juga kursi atau

benda apapun sebagai pegangan di tengah jalur untuk berjaga-jaga jika pasien

kelelahan. Lokasi hendaknya dilakukan di dalam ruang tertutup, koridor panjang,

datar, dan lurus dengan permukaan yang keras, tidak licin, serta jarang dilalui

orang (American Thoracic Society, 2002).

Peralatan yang diperlukan adalah:

1. Stopwatch

2. Mechanical lap counter

3. Pembatas untuk menandai titik putar

4. Kursi yang mudah dipindahkan sepanjang rute jalan

5. Worksheet
6. Oksigen

7. Sphygmomanometer

8. Alat dan obat keadaan darurat

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien sebelum pelaksanaan uji ini

adalah sebagai berikut:

1. Pakaian yang nyaman

2. Sepatu/alas kaki yang sesuai

3. Obat-obatan yang biasa digunakan tetap dikonsumsi

4. Makan ringan pagi atau sore sebelum dilakukan test

5. Pasien tidak melakukan aktivitas berat 2 jam sebelum memulai tes.

Prosedur Pelaksanaan 6MWT (American Thoracic Society, 2002)

1. Tidak perlu dilakukan periode warm-up sebelum memulai tes

2. Jika perlu dilakukan latihan hendaknya dilakukan pada waktu yang

sama dengan hari sebelumnya, untuk mengurangi intraday variability

3. Pasien duduk dikursi yang dekat dengan titik awal selama 10 menit.

Pemeriksaan dalakukan untuk memastikan adanya kontraindikasi, lalu

diukur denyut nadi dan tekanan darah.

4. Jika ada pulse oximetry, ukur dan rekamlah denyut jantung dan

saturasi O2 saat baseline.

5. Pasien diminta berdiri dan hitung respiration rate dan tingkat

kelelahan dengan memakai skala Borg sebelum memulai latihan.


6. Atur penghitung putaran pada posisi nol dan timer untuk 6 menit

disiapkan di posisi start.

7. Penjelasan kepada pasien bahwa tes ini menilai seberapa jauh pasien

dapat berjalan selama 6 menit dan tidak boleh berlari. Pasien dapat

memperlambat jalannya, berhenti atau istirahat jika perlu.

8. Pasien diposisikan pada garis start. Pengawas harus berdiri dekat garis

start selama latihan. Segera setelah pasien mulai berjalan hidupkan

timer.

9. Perhatikan pasien dan hitung putaran yang telah dilalui. Pengawas

dapat memberikan dorongan semangat pada pasien tetapi bukan

dorongan untuk mempercepat langkahnya. Beritahu waktu tes setiap 2

menit sekali.

10. Post test. Rekam respiration rate dan tingkat kelelahan pasca latihan

dengan skala Borg.

11. Jika memakai pulse oximetry, diukur SpO2.

12. Dicatat jumlah putaran dan jarak tempuh yang dicapai.

Tabel 3.1 Borg’s Scale (American Thoracic Society, 2002).


3.5 Program Latihan

Program latihan yang diresepkan terdiri dari beberapa sesi latihan yang

sudah disesuaikan dengan pasien penyakit kardiovaskuler tersebut (AACPR,

1999). Pemberian latihan pada pasien kardiovaskuler sebagai bagian dari

rehabilitasi jantung memakai singkatan FITT, agar mudah dijabarkan secara

sistematis.

a. F : frekuensi = jumlah latihan perminggu/hari

Tabel 3.2 Frekuensi Latihan (Morgan, 1998)

Tempat rawat Frekuensi


ICCU Tiap 2 jam - sehari 2x
Rawat Umum 3-5x / minggu
Rawat Jalan 3x / minggu
Pemeliharaan 3x / minggu

b. I : Intensitas latihan

Tabel 3.3 Intensitas Latihan (Morgan, 1998)

Tempat rawat METS VO2 maks


ICCU <2.,0 <7.0
Rawat umum 2,0-5,0 7,0-17,5
Rawat jalan 5,0-8,0 7,1-28.0

Pemeliharaan >8,0 >28.0

Tentukan juga target HR yang akan dicapai. Salah satu cara untuk

menghitung target HR adalah dengan formula Karvonen :


Target Heart Rate (THR) = HR istirahat + K% (HR maksimal – HR

istirahat)

K adalah konstanta setiap fase cardiac rehabilitation. Fase 1 adalah 50-60.

Fase 2 adalah 60-75. Fase 3 adalah 75-85 (Kisner, 2007).

c. T : tipe / mode latihan

Tipe/mode latihan menggunakan sekelompok besar otot atau bersifat

aerobik, seperti berjalan, jogging, bersepeda, naik turun tangga dan aktivitas

ketahanan (endurance) lainnya. Mode latihan yang dipilih haruslah

menyenangkan untuk individu dan cukup sederhana agar kepatuhan untuk berolah

raga baik.

d. T : Time

Durasi yang direkomendasikan untuk tiap sesi latihan adalah 30-50 menit

yang terdiri atas 3 fase :

3.4.1 Pemanasan

Pemanasan dilakukan selama 15 menit terdiri dari latihan peregangan,

latihan ROM, dan latihan penguatan otot-otot besar yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan otot dan menyebabkan peningkatan kerja jantung secara

bertahap (Garson, dkk., 1998).

3.4.2 Conditioning Stimulus

Conditioning stimulus didesain untuk mendapatkan kondisi dalam tahapan

latihan. THR harus tetap dimonitor dan dipertahankan selama 20-30 menit.
Conditioning stimulus seharusnya bisa mendapatkan hasil yang diinginkan tanpa

menimbulkan cedera atau hal lain yang merugikan (Fardy dan Gilbert, 1995).

3.4.3 Pendinginan

Setelah sesi conditioning stimulus dilakukan sesi cool down (pendinginan)

dengan penurunan intensitas latihan secara bertahap. Aktivitas dengan intensitas

rendah ini dilakukan selama 10-15 menit sampai denyut jantung menurun dan

mencapai posisi istirahat. Penghentian latihan secara tiba-tiba akan menimbulkan

pooling venous pada ekstremitas bawah, pengurangan ventricular filling dan

peningkatan kebutuhan oksigen miokardial sebagai hasil kompensasi peningkatan

denyut jantung, keadaan ini dapat menimbulkan masalah pada pasien dengan

penyakit kardiovaskuler (ACSM, 2000).

3.6 Kontraindikasi Latihan

Selain memiliki manfaat yang vital, latihan fisik pada penderita gangguan

jantung dapat pula mencetuskan serangan ulang. Untuk meminimalkan resiko

tersebut, maka ada kontraindikasi pada keadaan yang tercantum.

Kontraindikasinya adalah: untreated 3rd degree heart block, infark miokard akut,

unstable angina, hipertensi, aritmia, vertigo, thrombophlebitis, akut miokarditis,

endokarditis, perikarditis, hemodinamik tidak stabil, gangguan infeksi akut atau

demam (Froelicher and Myers, 2000).

3.7 Kriteria Menghentikan Latihan

Latihan dianjurkan untuk berhenti bila terjadi keluhan subjektif sebagai

berikut: sesak napas, vertigo atau pusing, nyeri dada, pasien mengeluh kelelahan.
Latihan juga dihentikan bila terjadi keluhan objektif seperti: aritmia atau

disritmia, nadi sesuai target, nadi naik lebih dari 120x/menit atau turun kurang

dari 50x/menit, diastolik naik lebih dari 110 mmHg, sistolik turun kurang dari 90

mmHg, ST segmen displacement, tanda perfusi yang buruk seperti: cyanotic,

pucat, suhu tubuh turun drastic (Froelicher and Myers, 2000).


ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Perbaikan atau
Penggantian Katup Mitral

BAB IV

STUDI KASUS

4.1 Identitas Pasien

NO. REGISTER : 12493111

NAMA : Tn. A

UMUR : 52 Tahun

JENIS KELAMIN : Laki-Laki

AGAMA : ISLAM

ALAMAT : JAMBANGAN, SURABAYA

PEKERJAAN : Wiraswasta

4.2 Data-Data Medis Pasien

A. DIAGNOSA

Pasca operasi MVR

B. LABORATORIUM

(8 April 2016)

GDA 182 mg/dL

SGOT 155 U/L

SGPT 20 U/L

Albumin 2,93 g/dL

BUN 14 mg/dL

Kalsium 8,9 mg/dL

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FIS2I3OTERAPI M DIARIS SALAM Z


PASCA...
A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i 24
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

C. HASIL ECHOCARDIOGRAFI

(14 April 2016)

1. katup-katup

tampak katup mitral prostetik letak dan fungsi baik(peak velocity

1.26m/s, mean gradient 2.74mmHg, VTIPrMv/VTILVO 1.7, EOA

2.0cm2, pressuer half time 195ms)

2. dimensi ruang-ruang jantung

- LA dilatasi (LA mayor 6.4 cm; LA minor 6.0)

- LV normal (LVIDd 4.8cm)

- RA dilatasi (RA mayor 5.6 cm; RA minor 4.5cm) dengan EST RAP

10mmHg

- RV dilatasi (RVDB 3.3cm) dengan PH ringan (EST PASP

26.30mmHg) tidak tampak thrombus/vegetasi intrakardiak

3. fungsi sistolik LV normal (EF by TEICH 63%; by BIPLANE 65%)

fungsi sistolik RV normal (TAPSE 2.0cm)

4. analisis segmental LV normokinetik

5. tidak terdapat LVH (LVMI 102.18 gM2; RWT 0.447)

D. TINDAKAN MEDIS

Medikamentosa :

 Simarc 2 mg 1x/hari

 Theragran m 1x/hari

 Analsik 1x/hari

 Carpiaton 25mg 1x/hari

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


4.3 Pemeriksaan Subyektif (30 April 2016)

A. ANAMNESA

Keluhan utama : sesak napas bila berjalan jauh

Riwayat penyakit sekarang

Pada Maret 2014, ketika pulang bersepeda, tetangga pasien yang

berprofesi sebagai dokter melihat bahwa napas pasien tampak tidak

normal. Pasien dianjurkan oleh tetangganya tersebut untuk cek ke RS

RKZ. Setelah 2 tahun menjalani rawat jalan, pasien tidak kunjung

sembuh. Kemudian pasien mencari pengobatan di RS Dr. Soetomo.

pasien dioperasi pada 8 April 2016 di RS Dr. Soetomo. kemudian pasien

keluar rumah sakit pada tanggal 17 April 2016.

Riwayat penyakit dahulu : -

Riwayat penyakit penyerta : -

4.4 Pemeriksaan Obyektif

A. VITAL SIGN

Kesadaran: GCS 4-5-6

Denyut Nadi : 91x/menit

Respiratory rate : 18x/menit

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Temperatur : 36,5o C

B. INSPEKSI
Statis : - Postur tampak kifosis

- Pola napas normal

- Dada simetris

- Tak tampak atrofi

Dinamis : - Pola jalan normal

C. PALPASI

Perfusi akral normal

Nyeri tekan daerah insisi

D. AUSKULTASI

Terdengar suara klik-klik pada katup prostetik pasien

Wheezing - - Ronchi - -
- - - -
- - -
-

E. PEMERIKSAAN GERAK

Aktif :

Terdapat nyeri gerak saat inspirasi pada area insisi

Kesan kekuatan otot lebih dari 3

 ROM AGA FULLFULL

AGB FULLFULL

Pasif :

 Tahanan gerak normal


4.5 Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan nyeri menggunakan Visual Analogue

Scale Nyeri tekan daerah insisi : VAS 8

Nyeri gerak maximum inspirasi : VAS 5

Tes Tiup

Pasien mampu meniup tisu sejauh lengan pasien

Tes Hitung

Pasien mampu menghitung 16 hitungan

Tes Triflow

Pasien mampu mengangkat tiga bola dan mempertahankan

selama 2 detik

Lingkar Toraks

Axila : inspirasi 98cm – ekspirasi 96,5cm = 1,5cm

T4 : inspirasi 99,5cm – ekspirasi 98,5cm = 1cm

Procecuss Xyphoideus : inspirasi 96,5cm – ekspirasi 95cm = 1,5cm

Six Minutes Walking Test

Pretest : HR : 91 x/menit

RR : 18 x/menit

TD : 115/70 mmHg

SpO2 : 98%

Post test : HR : 101 x/menit

RR : 36 x/menit

TD : 110/70 mmHg

SpO2 : 98%
Post 10 menit : HR : 92 x/menit

RR : 20 x/menit

TD : 110/70

SpO2 : 98%

Pasien mampu menempuh 324 meter, skala borg 0 (tidak ada)

VO2max = (0,03 x 324) + 3,98 = 13,7 ml O2/kg/min

METs = 13,7 / 3,5 = 3,91 METs

4.6 Pemeriksaan Kemampuan Fungsional

Table 4.1 Pemeriksaan Kemampuan Fungsional Dengan Index Barthel

NO AKTIVITAS SKOR KETERANGAN


1 Makan 10
2 Transfer 15
3 perawatan diri 5
4 Toileting 10
5 Mandi 5
6 Berjalan 15
7 naik turun tangga 5 Skala borg 0,5
8 Berpakaian 10
9 kontrol BAB 10
10 kontrol BAK 10
Jumlah 95

Interpretasi hasil penilaian :

o 0-20 : ketergantungan penuh

o 21-61 : ketergantungan berat

o 62-90 : ketergantungan moderat


o 91-99 : ketergantungan ringan

o 100 : mandiri

4.7 Assesment

A. KAPASITAS FISIK

o Penurunan mobilitas sangkar toraks

o Endurance menurun

o Postur kifosis

o Nyeri pada daerah insisi

B. KEMAMPUAN FUNGSIONAL

o Ketergantungan ringan

o Belum mampu berjalan jauh

C. PARTISIPASI SOSIAL

o Pasien belum bisa bersepeda bersama kelompoknya

4.8 Planning

TUJUAN JANGKA PENDEK

o Meningkatkan mobilitas sangkar toraks

o Meningkatkan kapasitas berjalan

o Memperbaiki postur

TUJUAN JANGKA PANJANG


Mempertahankan fungsi jantung dan mengurangi cardiac cost saat

beraktivitas, meningkatkan kapasitas paru, dan meningkatkan

efisiensi pernapasan.

RENCANA TINDAKAN

o Koreksi postur

o Breathing exercise (Deep Breathing Exercise, Sustained Maximum

Inspiration, ACBT)

o Latihan Mobilisasi sangkar toraks

o Latihan Jalan Terprogram

4.9 Pelaksanaan

(5 Mei 2016)

Breathing exercise

Deep Breathing Exercise

Pasien diinstruksikan menghembuskan napas terlebih dahulu, kemudian

Pasien diinstruksikan menghembuskan napas terlebih dahulu, kemudian pasien

diinstruksikan untuk mengambil napas dalam melalui hidung, kemudian

dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dengan cara seperti meniup lilin.

repetisi: 5-6x

Sustained Maximum Inspiration


Pasien diinstruksikan untuk mengambil napas dalam melalui hidung,

kemudian tahan selama 3 detik, selanjutnya hembuskan perlahan melalui mulut

seperti meniup lilin.

Repetisi: 5-6x

Latihan Mobilisasi Sangkar Toraks

Pasien diinstruksikan mengangkat kedua lengan saat inspirasi dalam,

kemudian hembuskan secara perlahan dengan menurunkan kedua lengan.

Repetisi: 6-8x

(Breathing excercise dilakukan sebelum dan sesudah latihan jalan)

Latihan jalan terprogram

Pre latihan

HR : 82x/menit

TD : 100/70 mmHg

SpO2 : 98%

RR : 15x/menit

Warming up

HR : 104x/menit

TD : 105/70 mmHg

SpO2 : 99%

RR : 21x/menit

Pasien berjalan selama 7 menit 2 detik, sejauh 400 meter tanpa

istirahat. Skala BORG 3


Saat latihan

HR : 131x/menit

SpO2 : 98%

Post latihan

HR : 105x/menit

TD : 110/70 mmHg

SpO2 : 98%

RR : 24x/menit

(11 Mei 2016)

Breathing exercise

Deep Breathing Exercise

Pasien diinstruksikan untuk mengambil napas dalam melalui hidung,

kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dengan cara seperti meniup

lilin.

repetisi: 5-6x

Sustained Maximum Inspiration

Pasien diinstruksikan untuk mengambil napas dalam melalui hidung,

kemudian tahan selama 3 detik, selanjutnya hembuskan perlahan melalui mulut

seperti meniup lilin.

Repetisi: 5-6x

Latihan Mobilisasi Sangkar Toraks


Pasien diinstruksikan mengangkat kedua lengan saat inspirasi dalam,

kemudian hembuskan secara perlahan dengan menurunkan kedua lengan.

Repetisi: 6-8x

(Breathing excercise dilakukan sebelum dan sesudah latihan jalan)

Latihan jalan terprogram

Pre latihan

HR : 82x/menit

TD : 100/70 mmHg

SpO2 : 99%

RR : 15x/menit

Warming up

HR : 98x/menit

TD : 110/70 mmHg

SpO2 : 99%

RR : 21x/menit

Pasien berjalan selama 9 menit 32 detik, sejauh 600 meter tanpa

istirahat. Skala BORG 0

Saat latihan

HR : 137x/menit

SpO2 : 98%
Post latihan

HR : 101x/menit

TD : 117/75 mmHg

SpO2 : 98%

RR : 24x/menit

(14 Mei 2016)

Breathing exercise

Deep Breathing Exercise

Pasien diinstruksikan menghembuskan napas terlebih dahulu, kemudian

pasien diinstruksikan untuk mengambil napas dalam melalui hidung, kemudian

dikeluarkan secara perlahan melalui mulut dengan cara seperti meniup lilin.

repetisi: 5-6x

Sustained Maximum Inspiration

Pasien diinstruksikan untuk mengambil napas dalam melalui hidung,

kemudian tahan selama 3 detik, selanjutnya hembuskan perlahan melalui mulut

seperti meniup lilin.

Repetisi: 5-6x

Latihan Mobilisasi Sangkar Toraks

Pasien diinstruksikan mengangkat kedua lengan saat inspirasi dalam,

kemudian hembuskan secara perlahan dengan menurunkan kedua lengan.


Repetisi: 6-8x

(Breathing excercise dilakukan sebelum dan sesudah latihan jalan)

Latihan jalan terprogram

Pre latihan

HR : 94x/menit

TD : 100/70 mmHg

SpO2 : 98%

RR : 18x/menit

Warming up

HR : 106x/menit

TD : 110/70 mmHg

SpO2 : 99%

RR : 21x/menit

Pasien berjalan selama 14 menit 24 detik, sejauh 800 meter tanpa

istirahat. Skala BORG 0

Saat latihan

HR : 136x/menit

SpO2 : 98%

Post latihan

HR : 108 x/menit

TD : 113/70 mmHg

SpO2 : 98%

RR : 27x/menit
4.10 Evaluasi (18 Mei 2016)

S : sesak napas dan pusing

O :

A. VITAL SIGN

Kesadaran: GCS 4-5-6

HR : 82 x/menit

RR : 18 x/menit

TD : 110/70 mmHg

Temperature : 36,3oC

B. INSPEKSI

Statis : Postur tampak kifosis

Pola napas normal

Dada simetris

Tak tampak atrofi

Dinamis : -Pola jalan normal

C. PALPASI

Suhu normal

D. AUSKULTASI

Terdengar suara klik-klik pada katup prostetik pasien

Wheezing - Ronchi - -
-
- - -
-
- - -
-
E. PEMERIKSAAN GERAK

Aktif :

 Terdapat nyeri gerak saat inspirasi pada area insisi

 Kesan kekuatan otot lebih dari 3

 ROM AGA FULLFULL

AGB FULLFULL

Pasif :

 Tahanan gerak normal

F. PEMERIKSAAN KHUSUS

Pemeriksaan nyeri menggunakan Visual Analogue

Scale Nyeri tekan daerah insisi : VAS 0

Nyeri gerak maximum inspirasi : VAS 2

Tes Tiup

Pasien mampu meniup tisu sejauh lengan pasien

Tes Hitung

Pasien mampu menghitung 32 hitungan

Tes Triflow

Pasien mampu mengangkat tiga bola dan mempertahankan

selama 3 detik

Lingkar Toraks

Axila : inspirasi 101cm – ekspirasi 98cm = 3cm

T4 : inspirasi 101cm – ekspirasi 98cm = 3cm


Procecuss Xyphoideus: inspirasi 97cm – ekspirasi 95cm = 2cm

Six Minutes Walking Test

Pretest : HR : 82 x/menit

RR : 18 x/menit

TD : 110/70 mmHg

SpO2 : 98%

Post test : HR : 129 x/menit

RR : 33 x/menit

TD : 115/75 mmHg

SpO2 : 98%

Post 10 menit : HR : 96 x/menit

RR : 21 x/menit

TD : 110/70

SpO2 : 98%

Pasien mampu menempuh 492 meter, skala borg 0 (tidak ada)

VO2max = (0,03 x 492) + 3,98 = 18,74 ml O2/kg/min

METs = 18,74 / 3,5 = 5,36 METs

G. PEMERIKSAAN FUNGSIONAL

Table 4.2 pemeriksaan kemampuan fungsional dengan index Barthel

NO AKTIVITAS SKOR KETERANGAN


1 Makan 10
2 Transfer 15
3 perawatan diri 5
4 Toileting 10
5 Mandi 5
6 Berjalan 15
7 naik turun tangga 5 Skala borg 0,5
8 Berpakaian 10
9 kontrol BAB 10
10 kontrol BAK 10
Jumlah 95

Interpretasi hasil penilaian :

o 0-20 : ketergantungan penuh

21-61 : ketergantungan berat

62-90 : ketergantungan moderat

91-99 : ketergantungan ringan

100: mandiri

A :

A. KAPASITAS FISIK

Penurunan mobilitas sangkar toraks

Endurance menurun

Postur kifosis

Nyeri pada daerah insisi

B. KEMAMPUAN FUNGSIONAL

o Ketergantungan ringan

o Belum mampu berjalan jauh

C. PARTISIPASI SOSIAL

o Pasien belum bisa bersepeda bersama kelompoknya


4.11 Prognosa

Quo ad vitam : baik

Quo ad sanam : baik

Quo ad fungsionam : baik

Quo ad cosmeticam : baik

4.12 Resume

Pasien bernama Tn. A berumur 52 tahun dengan diagnosa pasca operasi

MVR dengan onset kurang lebih 1 bulan. Pemeriksaan pada tanggal 30 aAril

2016, pasien mampu berjalan sejauh 324 meter dengan skala borg 0 (tidak ada

sesak) saat six minutes walking test. Problem kapasitas fisik yang didapat, antara

lain penurunan endurance, pengembangan toraks pasien masih belum normal,

nyeri pada bagian insisi sedang hingga berat. Problem kemampuan fungsional,

pada taraf ketergantungan ringan. Pada pelaksanaan fisioterapi dilakukan

breathing exercise sebelum dan sesudah latihan jalan, latihan jalan terprogram

selama tiga kali pertemuan. Hasil evaluasi yang didapatkan yaitu peningkatan

endurance, peningkatan ekspansi toraks, penurunan nyeri, namun pasien masih

mengeluhkan sesak sangat ringan saat melakukan aktivitas naik turun tangga.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Perbaikan atau
Penggantian Katup Mitral

BAB V

PEMBAHASAN STUDI KASUS

5.1 Pembahasan Hasil

Pasien dengan nama Tn. A berusia 52 tahun diagnosa pasca operasi MVR.

Pasien mengeluh nyeri pada dada dan sering sesak saat beraktivitas setelah

operasi. Pasien mendapatkan 3x latihan. Pada pemeriksaan endurance dilakukan

six minutes walking test dan juga dievaluasi pengembangan sangkar toraks yang

berkurang.

Tabel 5.1 Pemeriksaan Six Minutes Walking Test sebelum diberikan

program latihan

Tanggal Mampu/tidak mampu Skala BORG Jarak METs

30 April 2016 Mampu 0 (tidak ada) 324m 3,91

Tabel 5.2 Pemeriksaan Six Minutes Walking Test setelah diberikan program

latihan

Tanggal Mampu/tidak mampu Skala BORG Jarak METs

18 Mei 2016 Mampu 0 (tidak ada) 492m 5,36

Pemeriksaan Six Minutes Walking Test sebelum program latihan dan setelah

program latihan didapatkan peningkatan hasil tes. Kondisi pasien lebih stabil jika

dibandingkan sebelum program latihan. Peningkatan hasil tes setelah program

latihan menunjukkan adaptasi pasien terhadap aktivitas fisik yang bersumber dari

perbaikan endurance kardiovaskular.

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FIS4I1OTERAPI M DIARIS SALAM Z


PASCA...
A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i 42
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

Tipe latihan aerobic (jogging, bersepeda, renang) akan menstimulasi

kontraksi kelompok otot-otot besar. Latihan tersebut menyebabkan

respons/perubahan akut pada sistem kardiovaskuler yaitu meningkatkan cardiac

output, heart rate, tekanan darah sistolik, peningkatan pada tekanan rata-rata arteri

dan tekanan darah diastolik. Respon akibat latihan ini akan merangsang pusat otak

untuk memberikan sinyal mekanisme umpan balik pada pusat kardiovaskuler di

batang otak, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan berupa penurunan

tahanan vaskuler untuk mengimbangi peningkatan perfusi otot, dan peningkatan

cardiac output yang akhirnya akan meningkatkan tekanan arteri rata-rata (Fahey,

1984).

Denyut nadi, frekuensi pernapasan, cardiac output dan kebutuhan oksigen

meningkat pada latihan dalam waktu yang lama. Peningkatan frekuensi

pernapasan akan meningkatkan jumlah oksigen dalam paru-paru yang akan

meningkatkan proses difusi pada pembuluh darah. Peningkatan cardiac output

akan meningkatkan jumlah darah yang ada pada pembuluh darah, akibatnya akan

meningkatkan jumlah oksigen dalam otot. Aktivitas kerja yang berat bila

dihentikan, denyut nadi akan turun secara cepat dalam 2-3 menit, lalu secara

bertahap (Guyton, 2006).

Pemeriksaan pengembangan sangkar toraks :

Tabel 5.3 Hasil Pengembangan Sangkar Toraks Sebelum Program Latihan

Tanggal Titik pengukuran Inspirasi Ekspirasi Selisih


Axilla 98cm 96,5cm 1,5cm
30 April 2016 T4 99,5cm 98,5cm 1cm
Xyphoideus 96,5cm 95cm 1,5cm

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


Tabel 5.4 Hasil Pengembangan Sangkar Toraks Setelah Program Latihan

Tanggal Titik pengukuran Inspirasi Ekspirasi Selisih


Axilla 101cm 98cm 3cm
18 mei 2016 T4 101cm 98cm 3cm
Xyphoideus 97cm 95cm 2cm

Pemeriksaan pengembangan sangkar toraks sebelum dan setelah diberikan

program latihan terdapat peningkatan. Sebelum diberikan latihan, pasien mampu

mengembangkan sangkar toraks seluas 1 hingga 1,5cm. Sedangkan setelah

diberikan program latihan, pasien mampu mengembangkan sangkar toraks hingga

seluas 3cm.
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Perbaikan atau
Penggantian Katup Mitral

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan dan Saran

Mitral Valve Repair/Replacement (MVR) adalah prosedur bedah jantung di

mana katup mitral pasien diperbaiki atau diganti karena rusaknya katup mitral.

Individu yang telah menjalani operasi pembedahan MVR akan mengalami

penurunan endurance, menurunnya kemampuan beraktivitas, dan jika hal ini

tidak diantisipasi maka individu akan kesulitas menjalani aktivitas sehari-hari.

Tata laksana fisioterapi dibutuhkan untuk meningkatkan daya tahan

kebugaran pasien yang telah mengalami penurunan kualitas kemampuan

fungsionalnya agar dapat kembali beraktivitas seperti biasa tanpa ada keluhan

apapun. Diperlukan program latihan breathing excercise dan endurance exercise

untuk mengembalikan daya tahan dan kebugaran pasien untuk bisa kembali pada

aktivitas-aktivitas yang sebelumnya dijalani. Pemberian program latihan

dilakukan dalam 3x pertemuan, karena keterbatasan waktu. Endurance exercise

sebagai upaya rehabilitasi medik memerlukan program latihan jangka panjang

untuk mendapatkan hasil yang optimal, oleh karena itu pasien diedukasi untuk

melakukan latihan mandiri di rumah.

Pasien dengan kondisi pasca operasi MVR cenderung menurun aktivitasnya,

oleh karena itu diperlukan edukasi untuk memotivasi pasien agar pasien bersedia

berlatih rutin untuk memperbaiki kemampuan fungsionalnya.

Fisioterapis hendaknya membuat suasana menyenangkan sebelum, selama,

dan sesudah latihan dan membuat hubungan yang baik dengan pasien sehingga

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FIS4I4OTERAPI M DIARIS SALAM Z


PASCA...
A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i 45
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

kepatuhan berlatih pasien mambaik. Peran keluarga dan lingkungan juga

dibutuhkan untuk meringankan beban psikologis pasien yang akan membantu

keberhasilan program latihan.

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z


ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi Perbaikan atau
Penggantian Katup Mitral

DAFTAR PUSTAKA

American Association Cardiovascular and Pulmonary Rehabilitation. 1999.


Guidelines for Cardiac Rehabilitation and Secondary Prevention
Program. 3rd edition. Illinois : Human Kinetics : p 150-154.

American College of sports Medicine. 2000 ACSM’S Guidelines for Exercise


Testing and Prescription. 6th edition. Philadelphia. Lippincolt Williams &
Wilkins;. p186-191.

Boestan, I N., dkk. 2007. Penyakit Jantung Katup. Surabaya: Airlangga


University Press.

Burnett, C N. 2003. Principles of Aerobic Exercise. New Delhi: Jaipee Brothers.


Fahey, B. 1984. Exercise Physiology, Human Bioenergetics and Its Applications.
USA. Johon Eiley & Sons.

Fardy,Y. F. 1995.Cardiac Rehabilitation Adult Fitness and Exercise Testing. 3rd


edition. Baltimore; Williams & Wilkins; p 245-421.

Froelicher and Myers. 2000. Exercise and the Heart. 4th edition. Philadelphia.
W.B. Saunders Company.

Frontera, Walter R., dkk. 2010. DeLisa's Physical Medicine and Rehabilitation:
Principles and Practice 5th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins

Garson, Arthur, et al. 1998. The Science and Practice of Pediatric Cardiology.
Williams & Wilkins. Pennsylvania:1383-1400. 2585-2591.

Guyton, A. C. and Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th edition.


Pennsylvania. Elsevier.

Hudaya, P. 2002. Dokumen Persiapan Praktek Profesional Fisoterapi (DPPPFT).


Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta.

Kisner, C., and Colby, Lynn A. 2007. Therapeutic Exercise 5th edition.
Philadelphia: FA Davis Company.

Kraus, W. E. 2007. Cardiac Rehabilitation. New Jersey: Humana Press Inc

Lily, I., dkk. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Cetakan ke-4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Mahoney FI, and Barthel DW. 1965. Functional evaluation: the Barthel Index.
Md State Med J; 14: 61-65.

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISxIiOi TERAPI M DIARIS SALAM Z


PASCA...
A D L N _ P ER P U S TA K A A N
Penatalak s a n a a n F i s io te r a p i xiii
U N I V E R SIT A S A IR L A N G G A
P as c a O p e r as i P e r b a ikan atau

Morgan, M.D.L. and Singh, S.J. 1998. Cardiopulmonary function testing;


physiotherapy for respiratory and cardiac problems. 2nd edition.
Churchill Livingstone. Edinburgh, London, New York.

Perk, J., at al. 2007. Cardiovascular Prevention and Rehabilitation. London:


Springer Science + Business Media.

Pryor, J A., and Barbara A, Webber. Physiotherapy for Respiratory and Cardiac
Problems. London: Licensing Agency, Ltd.

Sherwood, Le. 2011. Fisiologi Anatomi Dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta: CV.
EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Snell, R S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: CV. EGC Penerbit
Buku Kedokteran.

Sundt, T M. 2015. Mitral Valve Replacement. http://www.sts.org/patient-


information/valve-repair/replacement-surgery/mitral-valve-replacement.
(sitasi 5 desember 2015).

Thomas, R S., dkk., 2007. AACVPR/AAC/AHA 2007 Performance Measures on


Cardiac Rehabilitation for Referral to and Delivery of Cardiac
Rehabilitation/Secondary Prevention Services. AACVPR/AAC/AHA
Performance measures. 116: 1611-1642.

Thow, M K. 2006. Exercise Leadership in Cardiac Rehabilitation: An evidence


based approach. Chichester: John wiley & sons, Ltd.

Trisnowiyanto, B. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Weispfenning, R. 2010. Surgery: What to Expect – Heart Valve Repair.


http://www.medtronic.com/patients/heart-valve-disease/getting-
surgery/heart-valve-repair/surgery/index.htm (sitasi 26 desember 2015).

Program Studi Diploma III Fisioterapi FV Unair

TUGAS AKHIR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA... M DIARIS SALAM Z

Anda mungkin juga menyukai