Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AUDIT INTERNAL

Contoh Kasus Penyimpangan Audit Internal

Dina Ayu Fadila 19312050

Fadhila Pramata Ardhani 19312032

1. Penyimpangan Audit Internal BJB Syariah (2019)

PT Bank Jawa Barat dan Banten (BJB) Syariah masih terlilit kasus dugaan kredit
fiktif yang merugikan perseroan senilai Rp548 miliar. Plt. Direktur Utama Bank BJB
terlibat dalam korupsi pemberian kredit kepada debitur atas nama PT. Hastuka Sarana
Karya periode 2014-2016 dengan tidak menaati prosedur saat memberikan kredit kepada
AW. Selaku pemimpin PT HSK dalam memberikan fasilitas pembiayaan sebesar Rp 548
miliar.

Ternyata, kredit fiktif yang melibatkan Plt Direktur Utama Yocie Gusman bukan
satu-satunya kasus di perseroan. Berdasarkan laporan Good Corporate Governance
(GCG) 2018 yang diterbitkan perseroan, tercatat ada 4 kasus penyimpangan (internal
fraud) yang memengaruhi kegiatan operasional bank dan kondisi keuangan secara
signifikan pada tahun lalu. Dampak penyimpangan atau kerugian yang ditimbulkan
akibat internal fraud ini masing-masing senilai lebih dari Rp100 juta. Hingga laporan itu
dirilis, keempat kasus tersebut masih dalam proses penyelesaian di internal BJB Syariah.
"Kecurangan yang dilakukan mempengaruhi kondisi keuangan bank secara signifikan
dengan dampak penyimpangan atau kerugian lebih dari Rp100 juta.

Selain empat kasus itu, BJB Syariah juga masih menyisakan satu kasus fraud yang
belum diselesaikan. Kasus ini terjadi pada 2017. Keseluruhan kasus internal fraud ini
melibatkan pegawai tetap perusahaan. Hanya saja, perseroan tidak merinci dengan detail
informasi mengenai internal fraud tersebut. Permintaan tanggapan yang disampaikan
Bisnis kepada Pemimpin Desk Sekretaris Perusahaan Bank BJB Syariah Roby Asmana
hingga berita ini ditulis belum terjawab. Termasuk, pertanyaan apakah salah satu dari
temuan tersebut merupakan kredit fiktif senilai Rp548 miliar yang saat ini masih disidik
oleh Bareskrim mabes Polri. Selain adanya internal fraud, pada 2018 BJB Syariah juga
mengalami kondisi pelampauan batas maksimum penyaluran dana (BMPD). Sehingga,
perseroan harus melaporkan action plan perbaikan GCG sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia No.: 13/5/PBI/2011 tentang Batas Maksimum Penyaluran Dana Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. "Per Desember 2018, sasaran action plan perbaikan GCG
berupa penyelesaian pelampauan batas maksimum penyaluran dana telah dipenuhi dan
diselesaikan oleh bank

2. Penyimpangan Terhadap PT. Telkom (2002)

Untuk melakukan audit atas Laporan Konsolidasi Keuangan dalam rangka


pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Buku 2002, Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menunjuk Kantor Akuntan Publik
(KAP) Drs. Eddy Pianto. Pada audit ini disusun oleh PT TELKOM selaku induk perusahaan
yang didalamnya berisi laporan keuangan masing-masing anak perusahaannya. Audit
keuangan masing-masing anak perusahaan oleh auditor independen, Salah satu anak
perusahaan yang laporan keuangannya tahun 2002-nya dimasukan adalah PT.
Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL). Bahwa audit TELKOMSEL dilakukan oleh KAP
Haryanto Sahari dan Rekan, bahwa kaitannya KAP Haryanto Sahari melanggar undang-
undang nomor 5 tahun 1999. Dimana dengan sengaja memberi interpretasi yang salah
terhadap PT Telkom, PT Telkomsel dan United States Securities and Exchange Commission
mengenai ketentuan standar audit Amerika.
Dengan demikian menghalangi KAP Eddy Pianto untuk melakukan audit dan
meminta kejelasan sebagai first layer dalam pengauditan sebelumnya, sehingga auditor
kedua tesebut mengalami kesulitan. Karena banyak hal-hal yang harus dikaji ulang, KAP
Eddy Pianto hanya dapat meneruskan hasil audit yang sebelumnya telah dilakukan oleh KAP
Haryanto Sahari.
Karena audit Telkomsel mengacu pada standar audit Amerika maka harus mengikuti
aturan SEC. PT Telkomsel membuka bursa di New York Stock Exchange, dengan demikian
aturan luar negeri tempat NYSE harus diikuti. Yakni salah satunya adalah filling 20-F yaitu
form laporan keuangan dan laporan manajemen dengan KAP yang terpercaya.
Sebagai perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa, PT Telkom mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangannya yang telah diaudit oleh auditor
independent secara berkala tiap tahunnya.
Sedangkan syarat-syarat auditor untuk mengaudit Telkomsel haruslah KAP yang
mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Kualitas audit yang optimal
2. Ketepatan waktu penyelesaian audit
3. Harga jasa yang wajar
4. Merupakan akuntan publik Indonesia yang mempunyai afiliasi dengan Kantor Akuntan
Publik Internasional yang termasuk 5 (lima) besar dunia
5. Mempunyai rencana untuk peningkatan internal control dari perseroan guna mendukung
kualitas laporan keuangan perseroan tanpa mengurangi kualitas dan independensi audit.

Penolakan KAP Eddy Pianto Oleh Thornton International Sebagai  Member


Firm Agreement
Berdasarkan appointment letter tertanggal 6 Juni 2001, ditunjuk oleh PT. Grant
Thornton Indonesia sebagai Member Firm dan berdasarkan Adendum Grant Thornton
International Member Firm Agreement, yang berlaku efektif samapai 10 Mei 2001 dan
Kantor Audit Publik Eddy Pianto berkedudukan sebagai regional firm dari Grent Thornton
International.
Berdasarkan pasal 2.2 KAP Eddy Pianto sebagai regional firm, memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengan Grant Thornton Indonesia sebagai member Thornton
Internasional. berdasarkan surat dari David McDonnell, Chief Executive Grant Thornton
International, kepada Dirjen Lembaga Keuangan Republik Indonesia, ref. DMCD/RAL
tanggal 8 Oktober 2001, menyatakan :
a. Grant Thornton Indonesia adalah full member dari Grant Thornton International
b. KAP Eddy Pianto berasosiasi dengan Grant Thornton Indonesia dan berhak
mengaudit atas nama Grant Thornton
Berdasarkan surat tanggal 4 Desember 2002 kepada Grant Thornton Indonesia,
Grant Thornton International menyatakan KAP Eddy Pianto dapat melakukan pekerjaan
audit atas Laporan Keuangan PT. Telkom tahun Buku 2002 dalam rangka filing Form 20-F
ke SEC, tanpa ada kewajiban bagi Grant Thornton International untuk terasosiasi dengan
pekerjaan audit tersebut. Dengan demikian independensi KAP EP tidak disusupi
kepentingan dari afiliasinya secara langsung dan sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.
Pada kuartal pertama tahun 2003 KAP Eddy Pianto tercatat di pasar modal
berwenang mengaudit laporan keuangan terhadap 332 (tiga ratus tiga puluh dua) perusahaan
di Bursa Efek Jakarta.
Menurut Withdrawal Agreement tertanggal 13 Februari 2003, Member Firm
Agreement antara Grant Thornton International dengan Grant Thornton Indonesia/ KAP
Eddy Pianto berakhir pada tanggal 31 Maret 2003, namun KAP Eddy Pianto tetap berhak
melakukan pekerjaan audit atas nama Grant Thornton berdasarkan engagement letter yang
telah ditandatangani sebelum tanggal withdrawal agreement tersebut. untuk memahami US
GAAS dan GAAP dalam rangka filing Form 20-F, KAP Eddy Pianto meminta bantuan dari
Mark Iwan, Certified Public Accountant independen yang bukan merupakan partner dari
Grant Thornton, LL.P, untuk memberi pelatihan dan konsultasi.
Pada tanggal 17 Februari 2003 Grant Thornton International menerbitkan iklan di
harian Jakarta Post yang menyatakan hubungan afiliasi/membership antara Grant Thornton
International dengan PT. Grant Thornton Indonesia dan KAP Eddy Pianto berakhir pada
tanggal 31 Maret 2003. Dengan adanya pemberitaan tersebut PT Telkom meminta jaminan
kepada KAP Eddy Pianto akan keabsahan Iwan Mark tersebut yang bukan partner dari
Thornton International. KAP EP berdalih bahwa akan tetap menjadi Member Firm Thornton
sampai akhir Maret 2003, dengan demikian auditnya mendompleng nama Thornton. KAP
Eddy Pianto memberikan keyakinan dan jaminan bahwa SEC reviewer yang terlibat
memiliki kualifikasi dan kompetensi profesional serta memenuhi persyaratan SEC.
Disamping itu sebagai KAP non Amerika Serikat, KAP Eddy Pianto dengan dukungan SEC
reviewer yang mereka kontrak akan memenuhi ketentuan yang berlaku di SEC khususnya
regulasi S-X yang mengatur kualifikasi auditor asing (non-US). Karena waktunya sangat
terbatas KAP EP meminta hasil audit yang dahulu pernah dilakukan oleh KAP Haryanto
Sahari, akan tetapi KAP HS meminta izin untuk melihat 20-F seluruhnya terlebih dahulu.
Permintaan tersebut ditolak oleh PT Telkom karena waktunya yang sangat krusial serta
tidak ada hubungannya antara PT Telkom dengan KAP HS, juga untuk segera dilaporkan ke
SEC. Oleh karena itu, KAP HS-pun menolak untuk memberi tahu akan hasil audit yang
pernah dilakukannya, serta KAP HS tidak memberi izin kepada KAP Eddy Pianto untuk
mengacu pada hasil audit sebelumnya. PT Telkom berpendapat tidak memerlukan izin dari
KAP HS untuk melampirkan opininya.
Pada tanggal 25 Maret 2003 PwC Amerika Serikat Meminta Thornton International
Amerika Serikat untuk menginformasikan kepada SEC bahwa Thornton AS tidak berafiliasi
dengan Grant Thornton Indonesia /KAP Eddy Pianto. berdasarkan surat SEC kepada PT.
Telkom tertanggal 29 April 2003, SEC menyatakan tidak dapat menerima Form 20-F yang
disampaikan oleh PT. Telkom dengan alasan-alasan sebagai berikut :
a. Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 belum mendapatkan
quality control dari Grant Thornton LL,P., selaku US Affiliate KAP Eddy Pianto
b. Terlapor tidak memberikan ijin untuk dimasukkannya Laporan Audit Terlapor atas
Laporan Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002 dalam Form 20-F PT. Telkom
c. Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 yang dimasukkan
dalam Form 20-F PT. Telkom tidak disertai dengan Laporan Audit atas Laporan
Keuangan anak perusahaan PT. Telkom lainnya yang juga diacu oleh KAP Eddy
Pianto

Dengan adanya penolakan tersebut Kantor Audit Publik Eddy Pianto izin usahanya
dibekukan oleh BAPPEPAM LK dan tidak boleh berada dibursa selama waktu tertentu.
Karena menjadikan saham PT Telkom anjlok.

Sanksi Terhadap KAP Eddy Pianto


Bahwa berdasarkan Surat Bapepam kepada KAP Eddy Pianto Nomor : S-
1381/PM/2003 tanggal 16 Juni 2003 perihal Kewajiban untuk Tidak Melakukan Kegiatan
Usaha di Bidang Pasar Modal, Bapepam mewajibkan Eddy Pianto Simon, partner KAP
Eddy Pianto, untuk tidak melakukan kegiatan usaha di pasar modal terhitung sejak tanggal
surat ini sampai diputuskan lebih lanjut oleh Bapepam. Keputusan tersebut didasarkan pada
penolakan Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 oleh SEC yang
menyebabkan perdagangan saham PT. Telkom yang tercatat di New York Stock Exchange
dalam bentuk IDR dihentikan sementara dan diduga menyebabkan harga saham PT. Telkom
di Bursa Efek Jakarta turun secara signifikan dari harga penutupan sehari sebelumnya, serta
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan Indeks Harga Saham
Gabungan. Maka KAP Jimmy Budhi menjadi pengganti KAP Eddy Pianto.
Karena first layer tidak digunakan maka jasa audit ini merosot dan berimbas pada
persaingan jasa audit. Para pemegang saham menjadi enggan untuk menggunakan jasa
Kantor Audit Publik yang independen dan merosotnya kepercayaan pada aouditor lokal.
KAP Haryanto Sahari dan rekan menimbulkan ketidakpastian usaha bagi auditor karena
kewenangan mereka untuk melakukan kegiatan jasa audit dapat dipermasalahkan oleh
sesama auditor yang seharusnya saling bekerjasama dan menghormati satu sama lain.

Pelanggaran Pasal 107 Undang-undang nomor 8 Tahun 1995 Oleh KAP Haryanto
Sahari Dan Rekan
Dalam Pasal 107,
“Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau
menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah,
mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh
izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
Dalam pasal tersebut dapat dikaji apabila ada pihak yang bertujuan untuk merugikan
atau menyesatkan. Dalam kasus diatas dapat dilihat KAP Haryanto Sahari dan rekan
mencoba untuk menyesatkan dan merugikan. Merugikan para pemegang saham dari
perseroan induk maupun anak perusahaannya yakni TELKOM dan TELKOMSEL. Karena
hasil auditnya tidak dibeikan izin maka KAP Eddy Pianto dan rekan mengalami kesulitan
dalam mengacu auditnya.
Yang tidak relevan adalah permintaan KAP HS untuk melihat keseluruhan form 20-
F yang tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali. Bahkan, jika itu merupakan
alasan mereka untuk tidak memberikan izin merupakan alasan yan tidak berdasar hukum
sama sekali. Sebagai first layer, KAP HS seharusnya memberikan kemudahan bagi KAP
selanjutnya yang akan menggatikannya. Dalam peraturan pasar modal yang dikeluarkan
oleh Bapepam tidak memperbolhkan persaingan yang tidak sehat. Sebagai sesama auditor
seharusnya saling menghormati dan tidak saling menjatuhkan reputasi.
“Mengaburkan” dan “menyembunyikan” dalam pasal tersebut juga dapat diterapkan
pada kepada tindakan yang dilakukan oleh KAP HS. Mengaburkan karena tidak
mengizinkan acuan sehingga KAP EP harus memulainya lagi dari bawah tanpa tahu
dokumen-dokumen apa saja yang pernah di audit. Dan menyembunyikan hasil audit beserta
opininya sehingga PT telkom melakukan inpermission atas hasil kerja KAP HS yang saat itu
waktunya sangat terbatas.
Dengan demikian pasal 107 ini dapat diterapkan pada kasus yang menimpa Kantor
Audit Publik (KAP) Haryanto Sahari dan rekan yang telah merugikan PT Telekomunikasi
Indonesia. Tbk (Telkom), PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), Kantor Audit Publik
(KAP) Eddy Pianto dan rekan, Bapepam, dan SEC. Karena kecerobohannya tersebut indeks
harga saham gabungan Telkom anjlok dan mengalami kerugian karena adanya isu tidak
transparansi keuangannya.

Anda mungkin juga menyukai