Anda di halaman 1dari 5

Catatan Contoh Pola Lantai Bedhaya

Dikumpulkan dari Beberapa Sumber


Naufal Anggito Yudhistira

B = Batak
G = Gulu
D = Dhadha
b = Buncit
EA = Endhel Ajeng atau Endhel Ajeg
AA = Apit Ngajeng
AW = Apit Wuri
EW = Endhel Weton
AM = Apit Meneng

Pola 1 Rakit Lajur (biasanya dipakai untuk membuka tari Bedhaya)

Pola 2 Rakit Montor Mabur atau seolah Rasi Ketonggeng (Apit Ngajeng & Apit Wingking
nggeser ke kiri atau kengser. Formasi belah dua Endhel Ajeng & Batak sebagai pusat hadap-
hadapan. Apit Ngajeng, Apit Wingking dan Endhel Ajeng duduk jengkeng)
Pola 3 Rakit Lajuran (Dari pola 2 semua berdiri dan srisig menuju posisi. Semua menghadap
ke arah kiri)

Pola 4 Rakit Urut Kacang seperti Jejer Wayang di tari Srimpi ( mulai dari pola 2 atau Rakit
Montor Mabur. Posisi Batak-Buncit tetap hadap kiri lalu srisig maju. Endhel Weton dan Apit
Meneng membalik lalu srisig bersama rombongan Endhel Ajeng. Semua menghadap kiri
kadang baru ke depan. Batak menjadi patokan.)

Pola 5 Pembuka Bedhaya Pangkur (Berikut contoh pembuka Bedhaya Pangkur, bukan
berupa Rakit Lajur. Batak memulai menari terlebih dahulu, seperti pola Srimpi Anglir
Mendhung. Seluruh ancang-ancang menari saat gerakan Glebagan.)
Pola 6 Rakit Lumbungan untuk Bedhaya Tejanata (Polanya mengotak, hampir mirip seperti
Rakit Blumbangan.)

Pola 7 Rakit Blumbangan seperti untuk Bedhaya Pangkur. (Posisi awal dari Rakit Montor
Mabur lalu srisig atau kengser miring. Membentuk oval seperti kubangan atau blumbangan.
Semua menghadap ke dalam, biasa untuk Sekaran Pistulan. Pergantian posisi antar penari
dilakukan dengan srisig berputar, seperti formasi di Srimpi.)

Pola 8 Rakit Tiga-tiga (Pola yang biasanya mengakhiri suatu babak Bedhaya. Dari posisi
apapun biasanya srisig atau kengser, lalu semua menghadap depan. Ditutup sembahan
akhir.)
Pola 9 Pola Mundur Kepetan (Bila mundur menggunakan kipas atau kepetan, maka
membentuk pola segaris mirip Urut-urut Kacang. Dari Rakit Tiga-toga, saf paling depan
kengser dan mundur, syaf paling belakang kengser ke kanan lalu maju. Semua penari
membentuk segaris.)

Pola 10 Rakit Perangan (Pada dasarnya rakit perangan antar bedhaya berbeda-beda. Rakit
perangan ada di bagian klimaks dari tiap bedhaya. Walau begitu, inti dari peranhgan berupa
seluruh penari duduk jengkeng. Batak dan Buncit berdiri dan berpindah-pindah tempat yang
pola lajunya cenderung memutar. Gerakan bisa berupa ridhong kicat, sekar suwun, srisig,
lincak gagak, dan lain sebagainya)

POLA PEMBABAKAN BEDHAYA GAYA KASUNANAN SURAKARTA:


Pembuka: diiringi Pathetan, seluruh penari jalan kapang-kapang segaris lurus, lalu
menempati posisi masing-masing. Kemudian duduk sila.

Tarian Pokok: setidaknya pola bedhaya gaya Surakarta ada yang memakai 3 babak, 2 babak,
dan 1 babak. Bila memakai lebih dari 1 babak, di tengah harus duduk jengkeng terlebih
dahulu. Posisi Rakit Montor Mabur dan Rakit Tiga-tiga diadakan dua kali, satu di masing-
masing babak.
3 babak: khusus Bedhaya Ketawang.
2 Babak: seperti Bedhaya Pangkur, Bedhaya Duradasih. Babak pertama berupa gendhing
ageng (sering berupa kemanakan), lengkap dengan minggahnya. Babak kedua bisa memakai
satu atau dua gendhing dengan pola ketawang dan atau ladrang.
1 Babak: Seperti Bedhaya Sukaharja (Miyanggong), Bedhaya Tejanata.
Pada bagian tarian utama, klimaks biasanya berupa rakit perangan, dengan penari Batak dan
Buncit berdiri sedangkan yang lain duduk jengkeng. Saat klimaks musik malah disirep
dengan tempo dan volume rendah. Bila bedhaya memakai panah atau pistol maka aka nada
adegan melepas panah atau menembak pistol.
Mundur: diiringi pola ladrang irama soran, ditambah tambur (snare drum) dan kadang
terompet. Penari berdiri dan gerakan memakai kipas. Gerakan lumaksana kipas atau
kepetan aslinya dilakukan sampai seluruh penari masuk. Ada pula versi yang berupa kapang-
kapang dengan iringan soran seperti kapang-kapang Jogja. Walau begitu, bila bedhaya
sebagai sajian gladhen, maka tidak memakai cara ini, namun dengan masuk kapang-kapang
dengan iringan pathetan.

Anda mungkin juga menyukai