Laporan Baca Kakawin Puisi Jawa
Laporan Baca Kakawin Puisi Jawa
1906367806
Kesusastraan Jawa merupakan salah satu bentuk aspek majunya Peradaban Jawa. Secara
umum ada dua garis besar pembagianya yaitu puisi dan prosa. Puisi Jawa menjadi salah satu bentuk
ekspresi aspek-aspek puitis yang menggunakan bahasa Jawa. Dalam perkembanganya puisi
kemudian dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar. Karsono mengungkapkan dalam
(Saputra, 2012) puisi digolongkan dari puisi Jawa kuna; puisi Jawa tengahan; puisi Jawa baru
bertembang; puisi Jawa baru bukan bertembang; dan puisi modern. Menurut Zoetmulder
(Zoetmulder, 1983) Kakawin dalam Puisi Jawa kuna adalah puncak dari kesusastraan Jawa.
Kakawin berasal dari kata kawi yang berarti pengarang atau pujangga dan kakawin adalah suatu
bentuk karya sastra yang dikarang oleh pujangga pada masa lampau (Poerwadarminto, 1939).
Kakawin memiliki pola metrum yang dekat dengan puisi India. Namun ada beberapa pola metrum
yang tidak dikenal disana (Zoetmulder, 1983, pp. 119-142). Secara umum kakawin dibentuk
dengan aturan wṛtta mātra. Wṛtta merupakan jumlah tiap suku kata dalam tiap baris, sama halnya
dengan guru wilangan dalam tembang tengahan dan macapat. Kemudian mātra ialah kaidah guru
(silabel vokal panjang) dan laghu (silabel vokal pendek). Untuk mengetahui vokal panjang atau
guru dalam suatu kakawin dapat dilihat melalui vokal yang dianggap panjang, seperti ā, ī, e, ū, ӧ,
o dan ai. Kemudian susunan vokal yang diikuti lebih dari satu konsonan entah berada sebelum atau
di antara konsonan tersebut. Secara struktur fonemis dapat digambarkan KVK atau
KVKK/KVKKV. Sisanya vokal a, i, u dan ĕ yang diikuti satu konsonan saja dibaca pendek atau
laghu dapat digambarkan secara struktur fonemis KV. Guru dilambangkan dengan (–) sedangkan
laghu dilambangkan (U) atau (V). Pola susunan guru dan laghu akan membentuk metrum. Ada
sesuatu hal yang harus diperhatikan dalam guru laghu yaitu suku kata terakhir. Dalam suatu
metrum kakawin suku kata terakhir dilambangkan ( U ) karena dapat menjadi panjang atau pendek.
Hal tersebut juga dapat disebut sebagai anceps (Zoetmulder, 1983, p. 121). Sugriwa dalam Saputra
(Saputra, 2012) mengelompokkan pola susunan guru laghu menjadi delapan bagian, yaitu:
Penelitian terhadap Kakawin Indra Bandhana telah dilakukan oleh Dwi Mahendra Putra dalam
bentuk edisi teks Kakawin Indra Bandhana yang diterbitkan oleh Perpusnas Press. Edisi teks ini
mengaitkan analisis struktur dan pendekatan teks secara intertekstual dengan Uttarakāṇḍa.
Beberapa modifikasi terjadi dengan kaitan varian terhadap kakawin ini dengan Uttarakāṇḍa
karena secara umum menceritakan alur cerita Rāmāyaṇa (Putra, 2020, pp. 212-219). Kajian
terhadap teks pada naskah ini menggunakan metode naskah jamak sebagai pembanding kritik teks.
Untuk membuat edisi teks tersebut menggunakan tiga naskah dari Gedong Kirtya Singaraja, UPT
Perpustakaan Lontar Universitas Udayana dan Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi
Bali. Kakawin ini diperkirakan ditulis pada selang tahun 1687-1809.
Penerapan metrum dalam Kakawin Indra Bandhana dapat dilihat pada setiap pupuhnya. Mari
kita perhatikan kutipan bait awal pada pupuh yang pertama. Saya menggunakan naskah dari
koleksi Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Kode Ka/IV/14/Dokbud
Website: https://archive.org/details/kakawin-indra-bandhana/mode/1up
᭛ ꧐ ᭛ Awighnamastu ᭛ ꧐ ᭛
sang lwir tirtha sadā mrĕteng bhuwana sājana mangalapi moha kaçmala꧈
wiṣya kāra nangindha mrĕtyu mkasing kujana matguhing kaduskrĕtan
Seperti yang telah diketahui penerapan metrum dalam kakawin dikelompokkan per-tiga suku
kata. Penentuan metrum yang digunakan oleh bait di atas ialah:
Pola metrum bait di atas memiliki 23 suku kata dan berdasarkan guru laghu-nya merupakan pola
metrum Jagaddhita.
Foto naskah bait pertama.
Baris 1a verso
Baris 1a recto
Baris 1b verso
Baris 1b recto
Referensi
Poerwadarminto, W. J. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J. B. Wolters' Uitgevers
Maatschappij.
Putra, D. M. (2020). Kakawin Indra Bandhana. Jakarta: Perpusnas Press.
Saputra, K. H. (2012). Puisi Jawa: Struktur dan Estetika. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Wojowasito, S. (1977). Kamus Kawi - Indonesia. Malang: CV. Pengarang.
Zoetmulder. (1983). Kalangwan : Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Penerbit
Djambatan.