Toaz - Info Tanggapan Terhadap Buku Misquoting Jesus Karya Bart Ehrman PR
Toaz - Info Tanggapan Terhadap Buku Misquoting Jesus Karya Bart Ehrman PR
BART EHRMAN
Teguh Hindarto
PENDAHULUAN
Bart Ehrman sendiri adalah teolog yang mengepalai Fakultas Kajian Agama
di University of Carolina di Chapel Hill. Dia adalah lulusan The Moody Bible
Institute di Chichago yang kemudian meneruskan kuliahnya di Wheaton
College Graduate hingga memperoleh gelar M.Div di bidang Perjanjian Baru
serta mendapat gelar Ph.D dari Princeton Theological Seminary di bawah
asuhan pakar Perjanjian Baru tersohor yaitu Almarhum Bruce M. Metsger.
1
Mendongkel Yesus Dari Tahtanya: Upaya Mutakhir Untuk Menjungkirbalikkan Iman
Gereja Mengenai Yesus Kristus, Jakarta: Gramedia 2009, hal 48-49
3|Cracking Misquoting Jesus
Jabatan penting lainnya adalah Presiden dari Southeast Region of the Society
of Biblical Literature.
Bart Ehrman termasuk teolog yang produktif dalam menulis. Ada 19 buku
yang telah dihasilkan. Buku-buku hasil karyanya cukup banyak terkait bidang
kajian Biblika seperti: The Orthodox Corruption of Scripture: The Effect of
Early Christological Controversies on the Text of the New Testament (Oxford
University Press, 1993), Lost Christianities: The Battles for Scripture and the
Faith We Never Knew (Oxford University Press, 2003), The Lost Gospel of
Judas Iscariot: A New Look at Betrayer and Betrayed (Oxford University
Press, 2006). Dan buku yang booming pada tahun 2005 dengan judul
Misquoting Jesus: The Story behind Who Changed the Bible and Why
(Harper San Fransisco).
Teguh Hindarto
4|Cracking Misquoting Jesus
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN..................................................................................Hal 2
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
5|Cracking Misquoting Jesus
BAB I
2
Misquoting Jesus, Kesalahan Penyalinan dalam Perjanjian Baru: Kisah dibalik Siapa
Yang Mengubah Alkitab Dan Apa Alasannya, Jakarta: Gramedia Pustaka Tama
2006, hal xxi
7|Cracking Misquoting Jesus
3
Ibid., hal xxiii
4
David Cloud, Bart Ehrman Problem‟s is God,
http://www.wayoflife.org/files/36845129b8dfd6adb594421400c14843-371.html
5
Is There Historical Evidence for the Resurrection of Jesus?” March 28, 2006
http://www.bringyou.to/apologetics/p96.htm
8|Cracking Misquoting Jesus
Dia lulus paska sarjana dari Humboldt University di Berlin dan mengajar di
Western Theological Seminary, Princeton Theological Seminary, and
Westminster Theological Seminary. Pada usia 25 tahun beliau memutuskan
untuk mendedikasikan akhir hidupnya untuk menyelidiki kesejarahan Kitab
Suci untuk memberikan sanggahan melawan serangan gencar Modernisme
Teologi. Didasarkan pada umur panjang leluhurnya, dia memperkirakan
bahwa dia memiliki 45 tahun untuk membaktikan proyeknya. Dengan
membagi pada tiga periode, dia mulai membaktikan 15 tahun pertamanya
untuk menguasai setiap bahasa yang dipakai untuk menuliskan Kitab
Perjanjian Lama dan 15 tahun berikutnya dia pergunakan untuk mempelajari
Kitab Perjanjian Lama satu persatu hingga seperempat juta huruf dan
akhirnya 15 tahun didedikasikan untuk menuliskan hasil penyelidikannya,
demikian tulis Christian Courier dalam judul “Remarkable Robert Dick
Wilson” pada Tgl 24 April 20007. Dalam berbagai risetnya, Wilson sampai
pada kesimpulan sbb: “Saya telah sampai pada pengakuan bahwa tidak ada
satu orangpun yang cukup mengetahui untuk menyerang ketelitian Kitab
6
Op. Cit., David Cloud, Bart Ehrman Problem‟s is God
7
Ibid.,
9|Cracking Misquoting Jesus
Mengapa pakar yang sama dari sekolah yang sama memiliki kesimpulan dan
sikap akhir yang berbeda? Bukan dikarenakan Ehrman lebih superior secara
akademis. Ini lebih pada persoalan titik berangkat (pra paham) dan soal
iman. Kedua hal ini mempengaruhi semua keputusan seseorang. Kita akan
membahasnya pada bagian lain dari tulisan ini.
8
Ibid.,
10 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
BAB II
DR. Craig Evans menggunakan istilah “titik awal yang salah” untuk
menggambarkan berbagai pernyataan para teolog Kristen yang menempuh
jalan berpikir liberal dan menihilkan nilai kesucian Kitab TaNaKh dan Kitab
Perjanjian Baru. Yang dimaksudkan dengan titik awal yang salah adalah
sikap berpikir tertentu terhadap Yesus dan kedudukan Kitab Suci yang telah
dibentuk dalam lembaga akademis yang mengeluarkan keterlibatan sesuatu
yang supranatural di dalamnya.
DR. Craig Evans memberikan contoh beberapa asumsi yang dipercayai oleh
para teolog Liberal yang tidak mempercayai kesucian dan otoritas spiritual
Yesus dan Kitab Suci bahwa mereka mempercayai empat hal sbb: (1) Yesus
itu buta huruf (2) Yesus tidak tertarik terhadap Kitab Suci (3) Yesus tidak
tertarik terhadap eskatologi (4) Yesus tidak memandang dirinya adalah
Mesias Israel bahkan tidak menganggap dirinya memiliki tabiat Ketuhanan.
Terhadap empat pikiran pokok yang menjadi titik awal yang salah, Craig
Evans memberikan komentar sbb, “Karena dimulai dari titik awal yang salah,
yang sering tidak lebih dari dugaan dan merupakan kesimpulan yang tidak
didokumentasikan dan dibukukan, tidak heran jika banyak bahan dalam Injil
Perjanjian Baru dipandang tidak autentik dan tidak historis”9.
Jika Ir. Harold Lolowang, MSc., melihat bahwa pemahaman masa kecil Bart
Ehrman dan keluarganya bahwa Kitab Suci hanya bagian dari liturgi sebagai
titik berangkat yang salah10, maka saya melihat bahwa sikap awal Ehrman
yang mulai meragukan otoritas dan kesejarahan Kitab Perjanjian Baru yang
9
Craig A. Evans., Merekayasa Yesus: Membongkar Pemutarbalikkan Injil oleh
Ilmuwan Modern, Yogyakarta: Andi Offset 2005, hal 22
10
Ir. Harold Lolowang, MSc., Menyibak Kontroversi Dugaan Ketidakaslian Alkitab:
Aplogetika Terhadap Misquoting Jesus, Yogyakarta: Andi Offset 2009, hal 29
11 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
11
Misquoting Jesus, Kesalahan Penyalinan dalam Perjanjian Baru: Kisah dibalik
Siapa Yang Mengubah Alkitab Dan Apa Alasannya, Jakarta: Gramedia Pustaka
Tama 2006, hal xxiii
12 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
kepada Daud: "Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal
saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan." Daud menjawab
imam itu, katanya kepadanya: "Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul
dengan perempuan, seperti sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh
orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan biasa, apalagi pada hari
ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya." Lalu imam itu memberikan
kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian;
roti itu biasa diangkat orang dari hadapan YHWH, supaya pada hari roti itu
diambil, ditaruh lagi roti baru”
Jika memang benar ada kekeliruan yang dilakukan penulis Injil Markus atau
bahkan Yesus, mengapa kekeliruan itu begitu menyolok dan dibiarkan tertulis
dalam Kitab Suci? Justru dengan Kitab Suci menuliskan bahwa nama
Abyatar dan bukan Ahimelekh ini menuntun kita pada kenyataan bahwa ada
persoalan yang harus dipecahkan mengapa Yesus mengatakan Abyatar dan
bukan Ahimelek, daripada tergesa-gesa menyebutnya sebagai “misquoting
Jesus” (kesalahan pengutipan oleh Yesus).
Persoalan Markus 2:26 bukan persoalan baru namun persoalan lama yang
sudah menjadi wilayah kajian para ahli Kritik Teks (Textual Criticism). Prof.
Daniel Wallace mentabulasikan pemecahan masalah terhadap isu lama
dalam ilmu Kritik Teks terkait Markus 2:26 sbb:
12
Mark 2:26 and the Problem of Abiathar
http://bible.org/article/mark-226-and-problem-abiathar
13 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Melainkan “pada zaman imam Abyatar”. Alasan beliau, kata Yunani epi
mempunyai bermacam arti dan pada konteks ayat ini bermakna masa atau
zaman13. Yesus tidak mengatakan bahwa yang memberikan roti kepada
Daud adalah Abyatar namun Yesus hendak mengatakan bahwa pada zaman
imam Abyatar yang menggantikan Ahimelek, Daud pernah menerima
pemberian roti kudus dari Ahimelek.
Kasus ini hampir mirip ditemui dalam Matius 27:9 dimana pengutipan
nubuat Zakharia dituliskan oleh Matius dengan nama Yeremia. Ada berbagai
penjelasan terhadap persoalan tersebut namun naskah Peshitta Aramaik
justru tidak menyebutkan keduanya hanya dikatakan dalam bahasa Aramaik
byad nabia (menurut nabi).
13
Op.Cit, Ir. Harold Lolowang, hal 217
14
Op.Cit., Daniel Wallace, Mark 2:26 and the Problem of Abiathar
14 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
BAB III
15
Misquoting Jesus, Kesalahan Penyalinan dalam Perjanjian Baru: Kisah dibalik
Siapa Yang Mengubah Alkitab Dan Apa Alasannya, Jakarta: Gramedia Pustaka
Tama 2006, hal xxiv
16 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Ada lebih dari 5,300 salinan manuskrip dalam bahasa Yunani kuno (MSS)
dan berbagai fragment Kitab Perjanjian Baru Yunani yang tetap bertahan
sampai hari ini. Masih ditambah 10,000 Kitab Vulgata berbahasa Latin dan
lebih dari and 9,300 berbagai versi manuskrip awal dalam bahasa Siriak,
Koptik, Armenian, Gotik dan Etiopik sehingga jumlah keseluruhan ada lebih
dari 24,000 manuskrip Kitab Perjanjian Baru yang masih bertahan. Sedikit
perubahan dan variasi dalam manuskrip tidak berpengaruh satupun pada
doktrin Kekristenan, bahkan tidak mengubah pesan apapun di dalamnya18.
Tertullian menyatakan pada Tahun 150 A.D., bahwa Gereja di Roma telah
menyusun daftar Kitab Perjanjian Baru yang cocok dengan daftar yang kita
miliki sekarang. Kita memiliki 32.000 kutipan dari periode sebelum 325 AD,
dari Irenaeus (182-188 AD), dari Justin Martyr (150 AD), Polycarpus (107
AD), Ignatius (100), Clement (96 AD) dan banyak lagi dari para Bapa Gereja
Abad Kedua dan Ketiga.
16
Mendongkel Yesus Dari Tahtanya: Upaya Mutakhir Untuk Menjungkirbalikkan
Iman Gereja Mengenai Yesus Kristus, Jakarta: Gramedia 2009, hal 54
17
Ibid., hal 55
18
New Testament Ancient Manuscripts, http://biblefacts.org/history/oldtext.html
17 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Kedua kodek ini dipakai sebagai rujukan untuk membuat salinan naskah
Yunani Kitab Perjanjian Baru oleh Brooke F. Wescott (1825-1901) dan
Fenton A. Hort (828-1892) yang kemudian menjadi rujukan terjemahan bagi
RSV, NIV, ASV, GNFTV.
dan Curetonian Syriac yang dituliskan sekitar tahun 170 M (berbeda dengan
Sinaitikus dan Vatikanus yang dituliskan sekitar tahun 300-400-an).
19
Craig A. Evans, Merekayasa Yesus: Membongkar Pemutarbalikkan Injil oleh
Ilmuwan Modern, Yogyakarta: Andi Offset 2005. hal 11
20
Ibid., hal 13
19 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
21
Ibid., hal 18-20
20 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
22
Dokumen-Dokumen Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia 1993, hal 12
21 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
dari kira-kira ribuan yang kita kenal, sangat banyak bagian-bagian dari
salinan papirus dari buku-buku Perjanjian Baru yang waktunya 100-200
tahun lebih dulu lagi”23
23
Ibid., hal 13
24
Op.Cit., Mendongkel Yesus Dari Tahta-Nya: hal 61
22 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
BAB IV
Lebih jauh mengenai perbedaan naskah tersebut dipertajam pada pada Bab
3 sbb: “Dengan berlimpahnya bukti di atas, apa yang bisa kita katakan
tentang jumlah total perbedaan yang diketahui dewasa ini? Para cendekiawan
sedikit berbeda dalam perkiraan mereka-beberapa mengatakan ada 200.000
perbedaan yang diketahui, beberapa mengatakan 300.000 beberapa
mengatakan 400.000 atau lebih banyak lagi! Kita tidak mengetahui angkanya
dengan pasti karena meskipun adanya perkembangan yang mengesankan
dalam teknologi komputer, belum ada seorangpun yang bisa menghitung
semuanya. Mungkin, sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, lebih baik
hal itu diukur dari segi perbandingannya saja. Ada lebih banyak
25
Misquoting Jesus, Kesalahan Penyalinan dalam Perjanjian Baru: Kisah dibalik
Siapa Yang Mengubah Alkitab Dan Apa Alasannya, Jakarta: Gramedia Pustaka
Tama 2006, hal xxiv.,
23 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
1. Perbedaan ejaan
26
Ibid., hal 92
27
Ibid., hal 86
28
Mendongkel Yesus Dari Tahtanya: Upaya Mutakhir Untuk Menjungkirbalikkan
Iman Gereja Mengenai Yesus Kristus, Jakarta: Gramedia 2009, hal 64
24 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Dari hasil penelitian para ahli, mayotitas variasi teks yang ditemui adalah
perbedaan ejaan belaka. Ketika membahas kategori keempat, “Perbedaan
berarti dan masuk akal untuk diikuti”, Darrel L. Bock dan Daniel B. Wallace
memberikan ulasan, ““Singkatnya, kurang dari 1% dari seluruh variasi teks
merupakan perbedaan yang berarti dan masuk akal atau “bisa jalan” dan
perbedaan yang “berarti” itupun bukanlah perbedaan yang sangat signifikan,
melainkan hampir selalu merupakan arti teks yang minor”30
Kedua ahli Kritik Teks Perjanjian Baru tersebut memberikan contoh kasus
Roma 5:1. Ada dua teks yang menuliskan secara berbeda yaitu: “Kami
memiliki damai (echoomen)” atau “Mari kita memiliki damai” (echomen).
Dalam bahasa Yunani, frasa “kami memiliki damai” bernuansa indikatif
sedangkan frasa “mati kita memiliki damai” bernuansa subjunktif. Perbedaan
diantara keduanya hanya dipisahkan oleh kata Yunani “omega” (o panjang)
dan “omicron” (o pendek). Namun apakah kedua pernyataan tersebut
kontradiski dengan ajaran Kitab Suci? Tidak bahkan keduanya bisa jalan.
Jika Paul mengatakan agar orang Kristen memiliki damai (indikatif) maka
Paul berbicara mengenai status orang Kristen dengan Tuhan melalui Mesias.
Namun jika Paul menuliskan agar orang Kristen memiliki damai dengan
Tuhan, maka Paul sedang mendorong pada orang Kristen agar berpegang
pada kebenaran dasar hidup Kristiani dalam keseharian31.
29
Ibid., hal 65
30
Ibid hal 68
31
Ibid., hal 69
25 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
32
DR. Daniel B. Wallace, Th.M., Ph.D., Review ofBart D. Ehrman, Misquoting
Jesus: The Story Behind Who Changed the Bible and Why
http://bible.org/article/review-bart-d-ehrman-imisquoting-jesus-story-behind-who-
changed-bible-and-whyi-san-francisco
33
Ibid.,
26 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Kesebelas varian teks tersebut sama sekali tidak mempengaruhi doktrin dan
sendi-sendi keimanan terhadap keilahian dan kemesiasan Yesus serta ajaran-
ajarannya.
34
Misquoting Jesus -- New Testament Textual Criticism
http://www.allaboutworldview.org/misquoting-jesus.htm
27 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
BAB V
SEBERAPA PENGARUHNYA
Misquoting Jesus, Kesalahan Penyalinan dalam Perjanjian Baru: Kisah dibalik Siapa
Yang Mengubah Alkitab Dan Apa Alasannya, Jakarta: Gramedia Pustaka Tama
2006, hal 43
36
Ibid.,
28 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
37
Ibid.,
38
Ibid., hal 45
29 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Golongan Adopsionis menglaim bahwa Yesus tidak bersifat Ilahi. Dia hanya
manusia biasa yang diadopsi menjadi Anak Tuhan saat peristiwa
pembaptisan. Menurut Ehrman, golongan Antiadopsionis berusaha
mengeliminir pandangan mereka dengan mengubah pernyataan dalam 1
Timotius 3:16. Berikut penjelasannya: “Wettstein memeriksa Kodeks
Alesandrianus, yang sekarang terdapat di British Library, dan menetapkan
bahwa di 1 Tim 3:16, dimana kebanyakan manuskrip yang lebih kemudian
mengatakan bahwa Kristus „adalah (Tuhan)39 yang dibuat nyata dalam
daging‟, manuskrip awal itu sebetulnya mengatakan Kristus „yang dibuat
nyata dalam daging‟. Perbedaanya sangat tipis dalam bahasa Yunani-antara
teta dan omicron, yang bentuknya sangat mirip (QS dan OS). Seorang
penyalin yang lebih kemudian telah mengubah tulisan yang asli, sehingga
bunyinya bukan lagi „yang‟ tetapi „(Tuhan)40 (yang dibuat nyata dalam
daging). Dengan kata lain, korektor yang lebih kemudian itu mengubah
naskah tersebut sedemikian rupa sehingga menandaskan keilahian Kristus.
Yang mengejutkan, koreksi serupa terdapat dalam empat dari manuskrip-
manuskrip awal yang lain dari 1 Timotius, semuanya telah mengalami
pengubahan serupa yang dilakukan para korektornya, sehingga tulisannya
secara gamblang menyebut Yesus sebagai „Tuhan‟41. Tulisan itu akhirnya
termuat dalam sebagian besar manuskrip Byzantium (abad pertengahan)
39
Terjemahan buku Misquoting Jesus dalam bahasa Indonesia menggunakan Allah,
namun karena saya memiliki pemahaman bahwa istilah Ibrani Elohim dan istilah
Yunani Theos serta istilah Inggris God seharusnya diterjemahkan dengan Tuhan dan
bukan Allah, maka saya menggunakan kata Tuhan untuk God, Elohim serta Theos.
40
Ibid.,
41
Ibid.,
30 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
42
Ibid., hal 179
43
Ibid., hal 184-185
31 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
kamu...Lagi pula, harus kita perhatikan bahwa ayat-ayat itu, meskipun sangat
terkenal, tidak mencerminkan pemahaman Lukas sendiri terhadap kematian
Yesus. Bisa dilihat dengan jelas dalam catatan Lukas tentang kematian Yesus-
hal ini awalnya kedengaran aneh-bahwa ia tidak pernah, di bagian manapun
menyiratkan bahwa kematian itu sendirilah yang menghasilkan keselamatan
dari dosa. Tidak ada satu kali pun dalam keseluruhan dari kedua karya Lukas
(Lukas dan Kisah) ada perkataan bahwa kematian Yesus adalah „bagi
kamu‟”44
44
Ibid., hal 190-191
45
Ibid., hal 189
33 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Pemahaman golongan ini terefleksi dalam sejumlah Injil Gnostik seperti Injil
Petrus yang menuliskan teriakan Yesus saat disalibkan, “Kekuatan-Ku,
kekuatan-Ku, Engkau telah meninggalkan Aku!” dan dalam Injil Filipus,
“Tuhan-Ku, Tuhan-Ku, mengapa oh Tuan Engkau meninggalkan Aku?
Karena Dia mengatakan hal ini seaktu disalib, karena disanalah Dia terpisah”.
Dan perdebatan teologis ini pun mengimbas pada proses penyalinan Kitab
Suci. Contoh kasus yang diangkat adalah dalam Markus 15:34 dan 1
Yohanes 4:2-3. Komentar Ehrman mengenai Markus 15:34 sbb: “Dalam
sebuah manuskrip bahasa Yunani dan beberapa dokumen bahasa Latin,
Yesus dikatakan tidak meneriakkan mengapa Tuhan meninggalkannya sesuai
Mazmur 22, tetapi meneriakkan, “Tuhan-Ku, Tuhan-Ku, mengapa Engkau
mencemoohkan-Ku?”...Lantas, mengapa para penyalin mengubah ayat itu?
Mengingat kegunaanya bagi orang-orang yang membela Kristologi
Separasionis, pertanyaannya sudah terjawab. Para penyalin orthodoks
memastikan agar ayat itu tidak digunakan untuk menentang mereka oleh
musuh-musuh Gnostik mereka. Mereka membuat pengubahan yang penting
dan cocok dengan konteksnya, sehingga alih-alih menelantarkan Yesus,
Tuhan dikatakan mencemooh Dia”46
Sementara frasa “roh yang tidak mengakui Yesus” (1 Yoh 4:3) menurut
Ehrman ditemukan juga frasa yang berbeda dari manuskrip Abad IV yang
merekam proses penyalinan untuk menyanggah pemahaman separasionis
dimana dalam manuskrip tersebut berbunyi, “roh yang melepaskan Yesus”
dikatakan sebagai Anti Mesias. Dan Ehrman menegaskan bahwa frasa dalam
manuskrip Abad IV tersebut merekam proses pengubahan naskah dengan
motivasi teologis dan sekalipun frasa dalam naskah tersebut (roh yang
melepaskan Yesus) dikutip oleh para Bapa Gereja seperti Irenaeus, Klemen
46
Ibid., hal 200
34 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
dan Origen serta muncul dalam salinan Latin Vulgata, namun Ehrman
menganggap itu sebagai salinan yang tidak asli47
Pernyataan mana yang benar antara “hos” (yang) atau “theos” (Tuhan)
dalam 1 Timotius 316 tidak mempengaruhi keilahian Yesus karena masih
47
Ibid., hal 201
48
Mendongkel Yesus Dari Tahtanya: Upaya Mutakhir Untuk Menjungkirbalikkan
Iman Gereja Mengenai Yesus Kristus, Jakarta: Gramedia 2009, hal 72
49
Ibid.,
35 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Perihal Lukas 22:44 yang menuliskan Yesus takut dan keringatnya bertetesan
seperti darah sebagai sebuah ayat tambahan atau bukan toch tidak
mempengaruhi keilahian dan kemanusiaan Yesus sepenuhnya karena toch
masih banyak ayat yang berlimpah yang membuktikan keilahian dan
kemanusiaan Yesus.
Demikian pula kasus Yohanes 1:18 perihal “Anak Tuhan” atau “Tuhan”
sendiri yang menyatakan diri-Nya , tidaklah mempengaruhi keilahian dan
kemanusiaan Yesus. Mengapa? Karena keilahian dan kemanusiaan Yesus
bukan didasarkan pada naskah-naskah Perjanjian Baru belaka melainkan
didasarkan pada naskah-naskah TaNaKh atau yang lazim disebut dengan
Perjanjian Lama. TaNaKh memberikan data yang berlimpah bahwa Mesias
yang akan datang dan dinubuatkan bukan hanya manusia belaka namun
juga bersifat keilahian (Yes 9:5, Mik 5:1, Mzm 2:2, dll). Perjanjian Baru hanya
mengonfirmasi apa yang dinubuatkan dalam bentuk narasi historis dan
teologis. Sekalipun dalam perjalanan sejarah ada tangan-tangan kotor yang
berusaha mempengaruhi penyalinan teks untuk membela kepentingan
teologisnya, namun fakta itu tidak meniadakan fakta yang lebih besar bahwa
Yesus memang Ilahi dan Manusiawi sebagaimana telah dinubuatkan oleh
TaNaKh.
36 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
BAB VI
RUJUKAN EHRMAN
Misquoting Jesus, Kesalahan Penyalinan dalam Perjanjian Baru: Kisah dibalik Siapa
Yang Mengubah Alkitab Dan Apa Alasannya, Jakarta: Gramedia Pustaka Tama
2006, hal 132
51
Ibid., hal 133
37 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Naskah Netral yang dirujuk oleh Westscoot dan Hort adalah Kodeks Sinaituk
dan Vatikanus. Ehrman memberikan penilaian mengenai kedua kodeks
tersebut sbb: “Dua manuskrip Naskah Netral yang paling terkemuka, menurut
Westscoot dan Hort adalah Kodeks Sinaiticus (yang ditemukan oleh
Tischendorf) dan terlebih lagi, Kodeks Vatikanus, yang ditemukan di
perpustakaan Vatikan. Kedua manuskrip itu adalah yang tertua yang dimiliki
oleh Westscoot dan Hort, dan menurut penilaian mereka, kedua manuskrip
itu jauh lebih unggul daripada manuskrip lain mana pun, karena keduanya
merupakan Naskah Netral”52
Dan selanjutnya pada Bab V bukunya, kedua kodeks yang berasal dari Abad
IV ini mendominasi kajian kritis Ehrman untuk membuktikan bahwa
manuskrip ini memuat teks Perjanjian Baru yang paling awal karena berbeda
dengan naskah-naskah Perjanjian Baru yang banyak beredar dan
diterjemahkan dalam banyak bahasa.
52
Ibid., hal 136-137
38 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Istilah Textus Receptus semula dipergunakan oleh Elzevirs pada Tahun 1633
atas penerbitan Kitab Suci bahasa Yunani yang dia lakukan. Dalam kata
pendahuluan yang ditulis oleh Daniel Heinsus disebutkan, “Textum ergo
habes, nunc ab omnibus receptum” (sehingga –para pembaca- sekarang
memiliki teks yang dapat diterima oleh semua). Ketika Desidarius Erasmus
menerbitkan Kitab Suci Latin dari manuskrip Yunani pada Tahun 1516,
terjemahan tersebut pun dinamai dengan Textus Receptus. Dan kelak hasil
karya Erasmus ini pun menjadi rujukan penerjemahan Kitab King James
Version pada Tahun 1611 untuk menghormati Raja James I.
Dalam Bab III buku Ehrman kita mengetahui bahwa sejak Johanes
Gutenberg (1400-1468) menemukan mesin cetak, maka salinan Kitab Suci
mulai dicetak. Karya cetak pertama adalah Vulgata (edisi bahasa Latin).
Kemudian disusul naskah Perjanjian Baru dalam bentuk polyglot (bersisian
dalam 3 bahasa: Ibrani, Latin, Yunani) yang dikerjakan Kardinal Ximenes de
Cisneros (1437-1517) dengan merekrut Diego Lopez de Zuniga (Stunica) dan
diresmikan namanya dengan sebutan Poliglot Complutum. Edisi Kitab Suci
ini dicetak Tahun 1514 namun baru diterbitkan Tahun 1522 karena
menunggu persetujuan Paus Leo X.
dimana ada enam ayat terakhir dalam Kitab Wahyu yang hilang dari naskah
pinjaman tersebut.
53
Ibid., hal 81
40 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Dengan merujuk pada Kodeks Bezae, Ehrman lebih memilih bahwa frasa
aslinya adalah “Dan Dia menjadi marah”54. Dalam kasus Lukas 22:43-44,
Ehrman meragukan isi kalimat yang menggambarkan penderitaan Yesus
dengan mengeluarkan keringat darah padahal seluruh gambaran Lukas
dalam seluruh pasal tersebut menggambarkan Yesus yang tenang. Mengapa
tiba-tiba ada kalimat yang berbeda dalam ayat 43-44 yang berbeda dengan
konteks keseluruhan perikop. Kecurigaan Ehrman didukung dengan
manuskrip yang lebih tua yang tidak menuliskan dua ayat tersebut
sebagaimana dia katakan, “Satu-satunya pengecualian adalah kisah tentang
„keringat darah‟ Yesus, suatu kisah yang tidak ada di manuskrip-manuskrip
tertua dan terbaik”55. Mengenai Ibrani 2:8-9, Ehrman meragukan otentisitas
frasa, “dengan kebaikkan hati Tuhan” (Yun: Charity Theou) dalam bagian
ayat yang mengatakan,”Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat
sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang
oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat,
supaya oleh kasih karunia (Tuhan) Ia mengalami maut bagi semua manusia”.
Dengan merujuk dua manuskrip lain yang berbeda yang mengatakan,
“dengan terpisah dari Tuhan” (Yun: Choris Theou), Ehrman memiliki frasa
ini yang diklaim lebih asli. Dan Ehrman pun berusaha membuktikan dengan
manuskrip yang tersedia pada Abad X yang menuliskan hal sama dan
pernyataan-pernyataan Origen, Ambrose dan Yerome56.
54
Ibid., hal 148
55
Ibid., hal 160
56
Ibid., hal 163
41 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Burgon dan Miller dalam bukunya The Traditional Text of the Holy Gospels
menuliskan, “"The Peshitto in our days is found in use amongst the
Nestorians, who have always kept it, by the Monophysites on the plains of
Syria, the Christians of St. Thomas in Malabar, and by the Maronites, on the
mountain terraces of Lebanon”57 (Peshitto di zaman kita ditemukan diantara
57
Battle of the Bibles
http://www.sundaylaw.net/studies/truelife/versions/biblebattle.htm
42 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
58
Ibid.,
59
Ir. Harold Lolowang, M.Sc, Menyibak Kontroversi Dugaan Ketidakaslian Alkitab:
Apologetika Terhadap The Misquoting Jesus, Yogyakarta: Andi Offset, 2009: Hal 84-
85
43 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Saya akan membahas keberadaan dan nilai signifikan Peshitta dalam tulisan
tersendiri dan menjadi bagian dari pembahasan atas tulisan Ehrman. Saya
sepakat bahwa Peshitta sebagai kitab Perjanjian Baru berbahasa Aramaik
yang lengkap justru luput dari kajian Ehrman padahal dari kitab ini banyak
perspektif baru kita dapatkan yang tidak kita temui saat membaca naskah
Perjanjian Baru Yunani.
Kedua, para penyalin dan penerjemah kitab suci seperti Yerome, Erasmus,
Luther, John Gurgon bahkan Fenton J.A. Hort mengakui bahwa Lucian yang
hidup antara tahun 250-312 di Syria adalah editor dari naskah yang kelak
disebut dengan Textus Receptus atau Received Text. Lucian mengumpulkan
kitab suci dari Kejadian hingga Wahyu secara rapih dan teratur60
Demikian pula frasa, “di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan
ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi” 1 Yoh
5:7), naskah Alexandrian tidak memuatnya namun Bapa gereja seperti
Tertulianus mengutipnya dalam buku Apology, Against Praxeas (200 Ms),
Cyprianus dari Kartago dalam bukunya On The Lapsed, On the Novatians
(250 Ms), demikian pula Priskila dalam bukunya Corpus Scriptorum
Ecclesiasticorum Latinorum, Academia Litterarum Vindobonensis mengutip
ayat tersebut. Bahkan Athanasius dalam bukunya De Incarnatione (300 Ms)
60
Op.Cit., Batle of the Bibles
61
Ibid.,
44 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
62
David. W. Daniels, Bible Version: Your Questions Answered
http://www.chick.com/ask/articles/1john57.asp?FROM=biblecenter
63
Ibid., 102
45 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
1. Kodek Sinaitikus ditulis oleh tiga orang yang berbeda dan telah
dikoreksi oleh beberapa orang. H.J.M. Milne dan T.C. Skeat dari the
British Museum, telah menyatakan fakta tersebut dalam buku Scribes
and Correctors of Codex Sinaiticus, London, 1938. David Brown
dalam bukunya The Great Uncials menyatakan pengakuan
Tischendorf bahwa ada 14.800 koreksi dalam manuskrip tersebut. Dr.
F.H.A. Scrivener, penulis buku A Full Collation of the Codex
Sinaiticus pada tahun 1864 mengatakan, “Kodek tersebut ditutupi
dengan berbagai perubahan dari sebuah karakter koreksi yang nyata
dan dilakukan sekurangnya oleh sepuluh korektor yang berbeda.
Beberapa dari mereka menyebar secara sistematis di setiap halaman
atau membatasi untuk memisahkan bagian-bagian manuskrip.
64
Codex Sinaiticus
http://www.1611kingjamesbible.com/codex_sinaiticus.html/
65
Ibid.,
46 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
2. DR. David Brown dalam buku The Great Unicals menyatakan bahwa
dirinya mempertanyakan nilai dari kesaksian besar manuskrip yang
telah ditulis ulang, diubah serta ditambahi lebih dari 10 Abad
67
Ibid.,
68
Codex Sinaiticus: It Is Old But Is It The Best?
http://www.deanburgonsociety.org/CriticalTexts/sinaiticus.htm
48 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
mungkin saja berusia tua namun yang pasti kodeks ini rusak. Namun
demikian Kodeks Sinaitikus adalah salah satu dari dua manuskrip kunci yang
menjadi dasar bagi terjemahan Kitab Suci modern). Yang dimaksudkan
dengan terjemahan modern adalah selain King James Version seperti
Contemporary English Version (CEV), Revised Standard Version (RSV),
Today English Version (TEV), New International Version (NIV), dll.
Tokoh-tokoh Evanggelikal (Injili) yang berada dalam posisi ini seperti Prof.
Ben Witherington70, Prof. Daniel Wallace71, Prof Craig Evans72, Prof. Darel
69
Op.Cit., Menyibak Kontroversi Dugaan Ketidakaslian Alkitab: Apologetika
Terhadap The Misquoting Jesus, Hal 106
70
Ben Witherington III adalah sarjana Injili di bidang Kitab Suci dan Profesor di
bidang Studi Perjanjian Baru dan Profesor Pernafsiran Perjanjian Baru di Asbury
Theological Seminary, Wilmore, Kentucky serta penulis berbagai buku Teologi
http://en.wikipedia.org/wiki/Ben_Witherington_III
49 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
71
Daniel Baird Wallace adalah Professor Studi Perjanjian Baru di Dallas Theological
Seminary dan pendiri the Center of the Study of NT Manuscripts serta penulis
berbagai buku Teologi
http://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_B._Wallace
72
Craig Evans adalah Profesor Perjanjian Baru dan Direktur program sarjana di
Acadia Divinity College, Wolfville, Nova Scotia serta penulis berbagai buku Teologi.
http://en.wikipedia.org/wiki/Craig_A._Evans
73
Darrell L. Bock sarjana dan Profesor Perjanjian Baru di Dallas Theological
Seminary, Texas serta berbagai penulis buku Teologi
http://en.wikipedia.org/wiki/Darrell_Bock
74
http://bible.org/article/review-bart-d-ehrman-imisquoting-jesus-story-behind-who-
changed-bible-and-whyi-san-francisco
50 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Original Text: Are They Identical? Beliau membeberkan fakta bahwa Textus
Receptus memiliki perbedaan dengan Majority Text sebanyak 2000
perbedaan sementara jika diperbandingkan dengan terjemahan modern
lainnya seperti RSV, NIV< TEV dll diperoleh 6.500 perbedaan 75. Perbedaan
ini untuk membuktikan bahwa Textus Receptus bukan Majority Text.
Kesimpulan senada disampaikan Michael D. Marlowe sbb: “The idea that the
majority of existing Greek manuscripts (i.e. the numerous medieval copies)
somehow represent the original text better than any of the oldest manuscripts
known to us is an idea that is very hard to defend intellectually” 76(Gagasan
bahwa mayoritas naskah Yunani yang masih ada [sejumlah salinan dari Abad
Pertengahan] mewakili naskah asli yang lebih baik dibandingkan manuskrip-
manuskrip yang tertua yang kita kenal, bagaimanapun juga merupakan
sebuh gagasan yang sukar untuk dipertahankan secara intelektual).
75
http://bible.org/article/majority-text-and-original-text-are-they-identical
76
What About Majority Text,
http://www.bible-researcher.com/majority.html
77
Error in the Greek Text Behind Modern Translation? The Cases of Matthew 1:7
and Luke 23:45
http://bible.org/article/errors-greek-text-behind-modern-translations-cases-matthew-
17-10-and-luke-2345
51 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
tidak dikenal pada zaman rasul-rasul dan kita tidak bisa memastikan begitu
saja bahwa naskah Textus Receptus dan Bizantin adalah mewakili salinan
yang asli. Bahkan pernyataan Bapa Gereja pun tidak bisa serta merta dipakai
sebagai bukti bahwa mereka mengutip salinan Kitab Suci Textus Receptus78.
Dalam artikelnya yang lain dengan judul Inspiration, Preservation and New
Testament Textual Criticsm, Wallace mengajak untuk memperlakukan semua
naskah yang tersedia sebagai data yang bermanfaat bagi Kritik Teks dan
jangan sampai penelitian terhadap Textus Receptus dipengaruhi oleh sikap
apriori teologi tertentu seperti naskah Textus Receptus tidak bisa salah dll.
Karena bagi Wallace, Textus Receptus pun memiliki sejumlah persoalan teks
yang sama dengan naskah Vatikanus dan Sinaitikus79
78
Ibid.,
79
http://bible.org/article/inspiration-preservation-and-new-testament-textual-criticism
80
Westcott & Hort vs. Textus Receptus: Which is Superior?
http://www.bible-researcher.com/kutilek1.html
52 | C r a c k i n g M i s q u o t i n g J e s u s
Bart Ehrman adalah salah satu dari sekian banyak teolog yang memiliki
keyakinan demikian dan bukunya yang berjudul Misquoting Jesus telah
mewakili pandangannya yang menolak sama sekali validitas Manuskrip
Bizantin yang menjadi landasan bagi Textus Receptus.
Sikap yang ditempuh para ahli seperti Daniel Wallace, Ben Witherington,
Craig Evans dll merupakan sikap proporsional yang baik untuk dijadikan
rujukan. Tanpa berprasangka negatif terhadap manuskrip Alexandria (Kodek
Sinaitikus dan Vatikanus) kita selayaknya menempatkan manuskrip ini
sebagai bagian dari analisis dan kajian kritik teks Kitab Suci. Dengan tidak
menganggap sepi argumentasi-argumentasi dan kajian yang dilakukan oleh
kelompok yang menolak validitas Kodek Sinaitikus dan Vatikanus, kita tetap
memberikan ruang bagi kedua kodek tersebut untuk dipertimbangkan dalam
penilaian kritis kita.
Vatikanus yang dianggap lebih tua usianya sekalipun banyak ayat-ayat yang
tidak tercantum dan berkontradiksi dengan Kodek Bizantin.
Jika Ehrman menganggap sejumlah ayat yang dia analisis dari manuskrip
Alexandria (Kodek Sinaitikus dan Vatikanus) seperti Yohanes 7:53-8:11,
Markus 16:9-20, 1 Yohanes 5:7-8., Markus 1:41, Lukas 22:43-44, Ibrani 2:8-
9 mempengaruhi doktrin Kristen, sikap berbeda ditunjukkan oleh Daniel
Wallace, Craig Evand, Ben Witherington, Darrel Bock. Mereka justru tidak
melihat bahwa ayat-ayat tersebut berpengaruh terhadap doktrin utama
Kristen. Bahkan ayat-ayat tersebut tidak berpengaruh pula terhadap status
keilahian Yesus.
Email: nafyah_min@yahoo.com
No Kontak: 0817463816
Blog:
teguhhindarto.blogspot.com
historyandlegacy-kebumen.blogspot.com
bet-midrash.blogspot.com