Anda di halaman 1dari 12

JMK, VOL. 15, NO. 2, SEPTEMBER 2013, 141-152 DOI: 10.9744/jmk.15.2.

141-152
ISSN 1411-1438

PETA PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RUMAH TINGGAL


DI SURABAYA

Njo Anastasia
Program Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Surabaya
Email: anas@peter.petra.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan persepsi konsumen terhadap atribut-atribut rumah
tinggal yang diminati, yaitu: lingkungan, lokasi, harga dan fisik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang datanya diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada sejumlah sampel 384 orang di beberapa
perumahan di wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Barat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen
memprioritaskan atribut lingkungan, yaitu: fasilitas umum (air, listrik, telepon) dan fasilitas sosial (pasar,
sarana transportasi, tempat ibadah). Atribut lokasi yang paling diprioritaskan adalah jarak tempuh ke sekolah
dan pasar tradisional.

Kata kunci: Peta persepsi, atribut lingkungan, atribut lokasi, atribut harga, atribut fisik.

Abstract
This study aimed to map consumer perceptions of residential attributes, namely the neighbourhood,
location, price, and physical. The research method was descriptive that data obtained through questionnaires
to sample number of 384 respondents in some residential estate of East and West Surabaya. The results
showed that consumers prioritize neighbourhood attributes of public facilities (water, electricity, telephone)
and social amenities (markets, transportation, places of worship). The most priority of location was the
distance to school and traditional markets.

Keywords: Map perception, neighbourhood attributes, location attributes, price attributes, physical attributes.

PENDAHULUAN Kecenderungan (trend) investasi yang positif


serta kebutuhan pokok setiap orang akanrumah
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia tinggal akan menciptakan peluang bagi pengembang
Wilayah IV, Sarwanto menjabarkan bahwa per- (developer). Pengembang berusaha membangun
tumbuhan ekonomi di Jawa Timur pada Triwulan rumah tinggal dalam areal perumahan dengan
II/2012 mencapai 7,21% lebih tinggi dibandingkan mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu faktor
periode yang sama tahun lalu, bahkan lebih tinggi lingkungan, lokasi, harga dan fisik. Rumah tinggal
daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya yang dibangun pengembang akanselalu disesuaikan
6,40%. Pertumbuhan ini berlanjut pada Triwulan dengan segmen kelas ekonomi, yaitu perumahan
III/2012, yaitu sebesar 7,29% (Prajayanti, 2013). kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah
Menurut Yahya (2012), pertumbuhan properti selaras (Rahardian, 2003). Segmentasi konsumen akan
dengan prediksi nasional yang juga menunjukkan menciptakan stimuli sehingga timbul persepsi pada
pertumbuhan positif dengan rata-rata sebesar 12%- benak konsumen akan produk-produk rumah tinggal
20% sepanjang akhir tahun 2012. Khusus untuk kota yang dikembangkan tersebut.
besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan, per- Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor
tumbuhan sektor properti dapat mencapai di atas yang dipertimbangkan konsumen sebelum membeli
15%. Indikator utama sektor properti adalah Nilai Jual rumah. Lingkungan perumahan yang diaplikasikan
Obyek Pajak (NJOP) harga tanah yang setiap tahun pada umumnya menggunakan model cluster atau
secara rata-rata naik antara 10%-17%, bahkan untuk grid. Gaya atau trend arsitektur menekankan pada
lokasi di jalan utama dapat meningkat 20%. Ber- gaya etnik, gaya mediterania, romawi, atau minimalis.
dasarkan perkembangan tersebut, maka tidak meng- Dengan adanya pembangunan infrastruktur yang
herankan apabila properti merupakan alternatif pilihan lengkap di kawasan perumahan tersebut, diharapkan
berinvestasi yang sangat menarik. penghuni tidak hanya sekadar menikmati rumah
sebagai tempat istirahat, tetapi juga sekaligus dapat

141
142 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 141-152

merasakan kenyamanan lingkungan perumahan yang perumahan dan pilihannya, serta aspek mobilitas/
asri dan menawan. (Sanda, 2003). migrasi pada perumahan dengan faktor-faktor moti-
Salah satu perumahan dengan lingkungan yang vasi pada pembelian rumah, pembentukan preferensi
lengkap adalah Perumahan CitraRaya yang di- konsumen serta keputusan pembelian rumah. Dari
kembangkan oleh Ciputra Groupdi Surabaya Barat. perspektif pengembang yang terlibat dalam per-
Kawasan tersebut dibangun dengan konsep saingan pasar properti, mereka akan berusaha untuk
Singapuranya kota Surabaya dengan mengusung menarik minat pembeli dengan melakukan dife-
tema bersih, hijau, dan modern dilengkapi kawasan rensiasi produk berdasarkan lingkungan, lokasi dan
wisata keluarga yang lengkap dan modern, kawasan fisik sehingga berpengaruh pada penentuan harga.
komersial, sekolah dan tempat ibadah, serta padang Dengan kondisi di atas, maka pengembang biasanya
golf berstandar internasional (Cahyono, 2008). Hal akan berusaha memahami karakteristik konsumen
ini juga terjadi pada pengembangan perumahan yang agar produk rumah hunian yang ditawarkan akan
dilakukan oleh perusahaan pengembang lainnya cepat diminati. Berdasarkan penjelasan diatas, maka
seperti Pakuwon Grup, Intiland, dan beberapa per- penelitian ini bertujuan: Mendeskripsikan hubungan
usahaan pengembang lain. pada latar belakang konsumen menurut karaterisktik-
Di sisi lain, pihak konsumen sebelum membeli nya, yaitu sisi demografis (usia, kelompok keluarga),
rumah biasanya juga akan memperhatikan faktor sisi geografidan sisi psikologi; Mendeskripsikan skala
lokasi, terkait dengan kemudahan aksesbilitas untuk prioritas persepsi konsumen terhadap atribut rumah
menjangkau suatu lokasi lain dari tempat tinggal, tinggal yang dikembangkan di Surabaya; Melakukan
seperti tempat kerja, sekolah, pasar, tempat rekreasi pemetaan persepsi konsumen terhadap atribut rumah
maupun tempat ibadah. Jika jangkauan area yang tinggal yang dikembangkan di Surabaya.
hendak dicapai terlalu jauh akan mengakibatkan biaya
operasional setiap bulan menjadi semakin tinggi, LANDASAN TEORI
demikian pula sebaliknya. Akibatnya meskipun harga
rumah yang dibeli terkesan murah, tetapi apabila Perception isthe process by which an individual
lokasinya terlalu jauh maka akan membuat konsumen selects, organizes, and interprets stimuli into a
memiliki tingkat biaya hidup setiap bulan yang tinggi. meaningful and coherent picture of the world
Atribut fisik yang ditawarkan pengembang (Schiffman & Kanuk, 2010). Jika dua orang men-
antara lain terkait dengan rancang bangunan atau dapatkan stimuli dengan kondisi yang sama, maka
layout bangunan, mutu bahan bangunan yang cara setiap orang mengenal, menyeleksi, meng-
digunakan dalam pembuatan rumah tinggal tersebut organisir dan mengintepretasikan stimuli tersebut
termasuk luas tanah dan luas bangunan, serta sangat bergantung pada kebutuhan, nilai dan ekspek-
pemandangan yang ditawarkan. Pengembang akan tasi masing-masing orang tersebut.
berusaha menciptakan atribut fisik sebaik mungkin Menurut Schiffman & Kanuk (2010), persepsi
untuk menarik minat konsumen, tetapi semakin bagus pada hakekatnya merupakan proses psikologis yang
atribut fisik yang ditawarkan maka harga yang kompleks serta melibatkan aspek fisiologis. Proses
ditawarkan pada konsumen juga semakin tinggi. psikologis dimulai dari adanya aktivitas memilih,
Faktor harga menjadi salah satu faktor utama mengorganisasikan dan menginterpretasikan sehingga
konsumen sebelum memutuskan membeli rumah, konsumen mampu memberikan makna atas suatu
sebab terkait dengan cara pembayarannya baik secara obyek. Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli
tunai atau kredit dan besarnya diskon atau hadiah yang mengenai panca indra dan disebut sebagai
yang ditawarkan pengembang (Primananda, 2010). sensasi. Asal stimuli sangat beragam, ada yang
Konsumen akan membandingkan harga rumah- berasal dari luar individu atau dari dalam diri individu.
rumah yang ditawarkan menurut kebutuhan dan Faktor stimuli yang berasal dari luar dapat mem-
kemampuannya. Akan tetapi, saat sebelum melaku- pengaruhi pilihan konsumen, seperti kekontrasan atau
kan pembayaran, konsumen biasanya juga memper- perbedaan yang mencolok, kebaruan, intensitas,
timbangkan cadangan dana untuk biaya lain-lain, besarnya ukuran obyek, gerakan dan pengulangan.
seperti biaya jaminan, biaya provisi, pajakdan notaris. Faktor stimuli tersebut akan menarik perhatian
Sirgy, Grzeskowiak dan Su (2005) dalam teori konsumen sehingga secara perlahan masuk dalam
self-congruitymenjelaskan adanya keterkaitan antara benak atau pikiran konsumen. Faktor stimuli yang
aspek fungsional lingkungan rumah,gambaran berasal dari dalam adalah pengharapan dan motivasi.
tentang penghuni perumahan, kepribadian pembeli Akibatnya akan timbul empat faktor penting dalam
rumah, preferensi konsumen dengan atribut persepsi konsumen, yaitu:
Anastasia: Peta Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Rumah Tinggal di Surabaya 143

a. Selective Exposure berdasarkan segmentasi pasar, yaitu: demografi,


Konsumen cenderung akan memilih tayangan geodemografi, personality traits, gaya hidup (life
atau apa saja yang dilihat dan dirasakannya secara style), nilai dan kepercayaan sosial budaya (Schiffman
selektif. Berbagai informasi yang diingatnya akan & Kanuk, 2010).
mempengaruhi pilihannya. a. Segmentasi demografi: usia, jenis kelamin/gender,
b. Selective Attention status pernikahan, siklus hidup keluarga, pen-
Konsumen cenderung selektif dengan memberi- dapatan, pendidikan dan pekerjaan.
kan perhatian yang tinggi pada kebutuhan yang b. Segmentasi geodemografi: segmentasi yang di-
sesuai dengan konsumen dan memberikan per- sesuaikan dengan keberadaan konsumen dikelom-
hatian yang rendah pada kebutuhan yang tidak pokkan memiliki kesamaan keuangan, selera,
atau belum diperlukan. gaya hidup dan pola konsumsi.
c. Perceptual Defense c. Segmentasi personal traits: risk averse, open
Konsumen secara tidak sadar akan melindungi diri minded, reserved information seekers
dari stimuli yang dianggap membahayakan diri- d. Segmentasi gaya hidup
nya, serta melindungi diri dari hal-hal yang tidak e. Segmentasi sosial budaya: budaya, cross-cultural
sesuai dengan kebutuhan, keyakinan dan nilai- atau global marketing.
nilainya.
d. Perceptual Blocking Salah satu langkah untuk mengukur persepsi
Konsumen akan menahan berbagai stimuli sesuai konsumen adalah melalui pemetaan persepsi
dengan kesadarannya. (perceptual mapping). Teknik tersebut membantu
bagaimana seorang pemasar membedakan produk
Setelah mengalami stimuli, konsumen meng- dan jasa yang dilihat konsumen dalam persaingan
organisasikan stimuli tersebut dengan mengelompok- merek pada satu atau beberapa karakteristik yang
kan, menghubungkan stimuli yang dilihat supaya relevan (Schiffman & Kanuk, 2010). Teknik ini juga
dapat diinterpretasikan sehingga mempunyai makna. berguna untuk memilih sasaran dan memutuskan
Menurut Schiffman & Kanuk (2010), terdapat tiga bagaimana menentukan sasaran yang terpilih
landasan utama pada organisasi persepsi, yaitu: figure (Cravens & Nigel, 2006).
dan ground, grouping, sertaclosure. Pemetaan persepsi menunjukkan posisi barang
a. Gambar dan latar belakang (figure and ground) dan jasa yang dipilih konsumen sesuai dengan yang
Konsumen akan menghubungkan dan mengaitkan dirasakan. Tiap-tiap pilihan menempati tempat
antara gambar dengan latar belakangnya yang khusus, pilihan yang memiliki kesamaan akan saling
terbatas, samar-samar dan secara berkesinam- berdekatan, sedangkan yang memiliki banyak per-
bungan hingga memiliki makna. bedaan akan saling berjauhan (Ratnawati, 2002).
b. Pengelompokan (grouping) Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 1. Peta pesepsi
Konsumen cenderung mengelompokkan obyek dari enam merek produk ditinjau dari dua dimensi,
stimuli yang memiliki kemiripan menjadi satu yaitu wantdan need. Semakin dekat posisi antara dua
kelompok berdasarkan prinsip kedekatan, kesama- merek menunjukkan kemiripan kedua obyek tersebut
an dan berkesinambungan. dan menunjukkan tingginya tingkat persaingan di
c. Penutup (closure) antara keduanya. Sebaliknya semakin jauh posisi
Pada tahap ini, konsumen secara sadar atau tidak antara dua merek semakin rendah tingkat kemiripan
sadar akan mengingat semua informasi yang keduanya, demikian pula dengan tingkat persaingan-
dimiliki agar mampu memberikan makna yang nya.
tepat. Stimuli yang tidak jelas seringkali menyulit-
kan untuk diintepretasikan, bahkan dapat menye- High
babkan kesalahan saat memberikan makna.Usaha Quality
apapun yang dilakukan pemasar tidak akan berarti
Brand A
apabila konsumen tidak dapat mempersepsikan Brand C
secara tepat stimuli dari pemasar. Brand B
Low High
Pada umumnya semua konsumen adalah sama, Quality Quality
Brand E Brand D
sebab mereka memiliki keperluan, keinginan dan
kebutuhan dengan berlandaskan latar belakang, pen-
Brand F
didikan dan pengalaman. Cara bagaimana individu Low
Quality
menanggapi suatu situasi tertentu adalah didasarkan
atas sifat atau ciri-ciri yang dimiliki termasuk
keputusan pembelian produk atau jasa. Terdapat Gambar 1. Consumer Perception Map
sembilan kategori pembagian karakteristik konsumen Sumber: Cravens & Nigel, 2006
144 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 141-152

Menurut Amarta, perumahan adalah tempat kantor pemerintahan (Penyempurnaan Kawasan


hunian dari sekelompok keluarga yang hidup bersama Perumahan, 2004).
dalam satu wilayah (2002). Definisi lain menyatakan 2. Lokasi
perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi Lokasi adalah tempat rumah tinggal itu berada.
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan Menurut Kauko (2006), beberapa faktor yang
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana biasanya dipertimbangkan oleh konsumen dalam
lingkungan (Musthofa, 2008). Saat ini pengembang memilih lokasi rumah tinggal meliputi:
dalam membangun perumahan selalu menyediakan a. Aksesbilitas dan kedekatan: jarak ke tempat
prasarana dan sarana lingkungan untuk menarik minat kerja dan jasa (-) dan sistem transportasi umum
pembeli, bahkan mereka saling bersaing dalam (+).
menawarkan fasilitas tersebut. b. Faktor sosial pada lingkungan: status sosial
Oleh karena itu konsumen sebelum mengambil ekonomi (+) dan faktor eksternalitas yang
keputusan dalam pembelian rumah sebaiknya mem- disebabkan gangguan sosial (-) (contoh:
pertimbangkan beberapa faktor yang disampaikan perampokan).
oleh Tjiptono & Afandi (2006), yaitu: c. Infrastruktur pelayanan di dalam lingkungan:
1. Lingkungan ketersediaan layanan publik dan swasta (+).
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di d. Lingkungan yang keras/berwujud yaitu tinggi
sekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, (-) atau rendahnya (+) tingkat kepadatan
benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia bangunan tinggi maupun lingkungan yang
lainnya, serta suasana yang terbentuk karena lembut/tidak berwujud yaitu gaya hidup, pen-
terjadinya interaksi di antara elemen-elemen di citraan positif (+), kebisingan, polusi (-).
alam tersebut (Damanhuri, 2006). Lingkungan e. Perkotaan: citrakota dankebijakan pemerintah
pemukiman merupakan kawasan perumahan Faktor lokasi sangatlah kompleks sebab terkait
dengan skala makro perkotaan dan kebijakan
dengan luas wilayah dan jumlah penduduk
tata ruang yang berhubungan pula dengan
tertentu, yang dilengkapi dengan sistem prasarana,
aspek ekonomi dan sosial budaya dalam
sarana lingkungan, tempat kerja terbatas dengan
pembentukan citra sebuah lokasi. Bila lokasi
penataan ruang yang terencana serta teratur
dipandang sebagai tapak maka terkait secara
sehingga memungkinkan pelayanan dan penge- detil dengan keberadaan kualitas sebuah lahan
lolaan yang optimal. Undang-undang menyatakan di suatu wilayah, kondisi jalan, aksesbilitas ke
perumahan dan pemukiman merupakan satu lahan, kondisi lahan dan faktor lainnya.
kesatuan yang tidak terpisahkan. Perumahan, 3. Atribut Fisik Rumah
lingkungan pemukiman, serta prasarana dan Menurut Guiltinan, Paul & Madden (1997),
sarana pendukungnya diperlukan dalam kawasan atribut produk didefinisikan sebagai represent the
pemukiman untuk memenuhi fungsinya sebagai specific features or physical characteristic that are
kebutuhan dasar manusia, pengembangan kelu- designed into goods or service. Menurut Tjiptono
arga dan mendorong kegiatan ekonomi. Penghuni & Afandi (2006), atribut fisik merupakan unsur
perumahan tidak hanya mengharapkan rumah yang dipandang penting oleh konsumen untuk
yang baik, tetapi juga lingkungan yang aman, dasar pengambilan keputusan pembelian, sebagai
nyaman, menyenangkan, lengkap dengan ber- contoh: bahan bangunan, desain interior, luas
bagai fasilitasnya karena terkait dengan kesan tanah, luas bangunan, kemegahan rumah dan lain
eksklusif sehingga mempengaruhi pandangan sebagainya.
konsumen dalam pemilihan produk properti Atribut fisik meliputi:
(Wurtzebach & Miles, 1994). Menurut Undang- a. Kualitas Fisik
Undang No. 4 tahun 1992 Pasal 1 Ayat 6, sarana Kualitas rumah tinggal secara umum adalah
lingkungan adalah fasilitas penunjang yang mutu bahan yang digunakan saat membangun
lengkap meliputi fasilitas umum dan fasilitas rumah hunian, misalnya batu bata, lantai
sosial, yang berfungsi sebagai penyelenggaraan keramik, kusen kayu meranti pada pintu dan
dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial jendela. Kualitas fisik khusus membutuhkan
dan budaya. Fasilitas berfungsi untuk memenuhi biaya yang relatif mahal karena mutu bahan
kebutuhan pembeli. Fasilitas umum (fasum) yang khusus, seperti kusen kayu jati pada pintu
meliputi jalan, saluran air, listrik, pengelolaan dan jendela.
sampah, lapangan olahraga, ruang terbuka hijau, b. Desain Fisik
sedangkan fasilitas sosial (fasos) meliputi sekolah, Pengaruh ekspresi eksterior bangunan adalah
tempat ibadah, pasar, makam, poliklinik dan bentuk bangunan yang beraneka ragam di
Anastasia: Peta Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Rumah Tinggal di Surabaya 145

lingkungan sekitarnya. Jadi komposisi dan yang dirasakan, bagian pasar, volume penjualan
bentuk eksterior terhadap lingkungannya akan dan keuntungan yang diinginkan serta tanggapan
menimbulkan lingkungan baik atau buruk pembelian maupun pesaing terhadap harga
bahkan merusak lingkungan sekitarnya ter- tersebut. Terkait dengan penentuan harga rumah
gantung pada ukuran-ukuran, proporsi, ke- yang ditawarkan, maka akan menjadi pertim-
serasian bentuk yang dibuat dan faktor-faktor bangan tersendiri bagi konsumen dalam mem-
lainnya. bandingkan antara harga rumah yang satu dengan
Tiga faktor penting yang harus dipenuhi di dalam harga rumah lainnya. Pembelian yang terjadi
bangunan adalah kekuatan, kegunaan dan ke- merupakan keputusan terbaik yang dibuat oleh
indahan. Untuk mewujudkan bentuk bangunan konsumen di antara berbagai harga yang di-
yang baik, ada empat faktor yang harus dipenuhi, tawarkan oleh pengembang. Konsumen dapat
yaitu estetika, struktur, kulit dan perlengkapan memilih cara pembayaran dengan beberapa
bangunan. Bentuk dan desain bangunan akan metode sebagai berikut:
mempengaruhi harga jual rumah. Semakin sulit a. Tunai adalah konsumen membayar harga
dan membutuhkan keterampilan yang tinggi serta rumah sesuai harga jual rumah seluruhnya,
desain bangunan yang mengikuti trend seperti sehingga di kemudian hari konsumen tidak
model mediterania, model minimalis, atau model lagi memiliki tanggungan terhadap biaya
tropical akan menciptakan harga jual yang tinggi. kepemilikan rumah yang dibeli dari pihak
Akan tetapi, properti dikatakan menarik apabila pengembang.
bentuk dan tampak luarnya sesuai dengan b. Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Setiap
permintaan pasar. pengembang menawarkan jenis KPR yang
4. Harga berbeda-beda sebagai cara pembayarannya,
Hargaadalah jumlah uang yang ditukarkan untuk antara lain: KPR-BTN, KPR-Bank Swasta,
memperoleh suatu produk (Ferrinadewa & KPR-Pengembang (In-House).
Darmawan, 2004). Masing-masing konsumen me-
miliki sensitivitas yang berbeda pada harga yang Sirgy, Grzeskowiak & Su (2005) menemukan
ditawarkan.Kualitas barang atau jasa turut me- pada penelitian Varvoglis & Sirgy (1984) serta Sirgy
nentukan tinggi atau rendahnya harga yang & Johar (1985 a,b) bahwa pandangan tradisional
ditawarkan (Cummins, 1991). Dalam metode tentang persepsi konsumen menurut teori fungsional
pemasaran, penetapan harga suatu produk atau harmoni adalah evaluasi psikologis konsumen
jasa didasarkan atas posisi yang diinginkan dalam terhadap rumah tinggal didasarkan pada perbandingan
pasar, mencerminkan citra dan manfaatnya, nilai aspek utilitarian rumah denganfitur yang ideal.

Gambar 2. Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Rumah Tinggal


Sumber: Tjiptono & Affandi, 2006: p.76.
146 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 141-152

= 1,96 . 0,5 (1  0,5) 


Demikian pula yang ditemukan pada penelitian 2

Howell dan Frese (1983), Luger (1996) dan Vale 0,05 2


(1998) yang memberikan contoh, pembeli rumah = 384,16
akan mempertimbangkan kualitas rumah,kisaran = 384 Rumah
harga, kedekatan tempat tinggal ke area komersial, Keterangan:
adanya fasilitas sosial, maupun pengaturan pembiaya- Z = Nilai yang diperoleh dari tabel Z pada tingkat
an untuk pembelianrumah. Persepsi tersebut dipe- keyakinan tertentu (level of confidence untuk
ngaruhi secara positifoleh fungsional harmoni, penelitian sosial biasanya 95% atau 99%)
artinya, semakin besar perbandingan antara fitur p = Proporsi
utilitarian yang dirasakan (contoh: kualitas rumah, E = Error of estimate. Kesalahan yang dapat
denah rumah, biaya pembelian rumah dan biaya ditoleransi dalam level of confidence
pemeliharaan) dengan fitur yang diinginkan oleh tertentu ( X -  )
pembeli rumah, maka semakin besar pembeli
termotivasi untuk membeli rumah tersebut. Definisi operasional penelitian adalah:
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan a. Persepsi konsumen ialah penilaian dan pilihan
difokuskan untuk mengetahui persepsi konsumen konsumen tentang atribut-atribut rumah tinggal
yang diminati dan dipilih sesuai dengan karak-
terhadap atribut rumah tinggal yaitu atribut
teristik konsumen menurut faktor demografi (usia,
lingkungan, lokasi, fisik, dan harga serta pemetaan
jenis kelamin, status pernikahan, penghasilan per
persepsi. Persepsi yang berbeda-beda terutama di-
bulan, pendidikan, pekerjaan), geodemografi
latarbelakangi oleh faktor demografi, geodemografi,
(jumlah rumah yang dimiliki, waktu-periode
personality traitsdan gaya hidup (life style).
pembelian rumah, pengguna-status rumah) dan
personal traits (motivasi-niat pembelian rumah).
METODE PENELITIAN b. Atribut rumah tinggal ialah atribut yang terkait
dengan rumah tinggal yang diminati, meliputi
Jenis penelitian yang digunakan adalah pene- atribut lingkungan (tersedianya fasilitas umum dan
litian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk fasilitas sosial), atribut lokasi (waktu tempuh),
mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atribut fisik (model rumah yang disukai, luas tanah
maupun lebih (independen) tanpa membuat per- yang dimiliki, luas bangunan yang dimiliki,
bandingan atau menghubungkan antara variabel yang fasilitas eksterior dan interior yang diminati) dan
satu dengan yang lain (Sugiyono, 2006). Penelitian ini atribut harga (luas tanah yang akan dibeli, jumlah
mendeskripsikan persepsi konsumen terhadap atribut- lantai, jumlah kamar tidur dana eksterior dan dana
atribut rumah tinggal (lingkungan, lokasi, atribut fisik interior).
dan harga) sesuai dengan faktor demografi, geo-
demografi, personality traits, gaya hidup (life style). Data diolah dengan menggunakan SPSS 17.00
Populasi adalah kumpulan menyeluruh suatu melalui teknik analisis data tabulasi silang dan analisis
obyek yang merupakan perhatian peneliti. Obyek Chi Square untuk mendeskripsikan secara ringkas
peneliti dapat berupa makhluk hidup, benda, sistem, segmentasi konsumen dengan atribut-atribut rumah
prosedur dan lain-lain. Sampel adalah bagian dari tinggal serta melihat keeratan hubungan kedua faktor
populasi yang representatif untuk diteliti (Kountur, tersebut. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan
2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh penghuni nilai probabilitas dan menggunakan tingkat signi-
rumah tinggal pada perumahan di Surabaya Barat dan fikansi pada (α) = 0,05, yaitu:
Surabaya Timur. Teknik penarikan sampel meng- H0 : P > α : Tidak ada hubungan yang signifikan
gunakan convenience sampling, yaitu setiap anggota antara dua variabel
dari populasi diambil sebagai sampel dengan kriteria H1 : P < α : Ada hubungan yang signifikan antara dua
adalah penghuni yang dapat ditemui pada saat variabel
penyebaran kuesioner. Besaran sampel menunjukkan
banyaknya anggota yang mewakili populasi, yang Persepsi konsumen terhadap atribut rumah
selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan standar tinggal dipetakan dengan menggunakan Microsoft
deviasi yang diharapkan, kesalahan estimasi yang Excel. Masing-masing variabel atribut rumah tinggal
diharapkan dan jenis penelitian. Penentuan besaran pada masing-masing perumahan di Surabaya Barat
sampel yang diteliti menggunakan rumus: dan Surabaya Timur dicari nilai rata-ratanya
n = Z . p 21  p 
2 kemudian ditentukan besaran bobotnya berdasarkan
(1) nilai rata-rata yang telah dihitung sebelumnya.
E
Anastasia: Peta Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Rumah Tinggal di Surabaya 147

Pembobotan yang ditemukan dikalikan kembali terkait segmentasi demografi (jenis kelamin, usia,
dengan nilai rata-rata masing-masing variabel pada status pernikahan, pendidikan). Tabel tersebut me-
masing-masing perumahan untuk menentukan nilai nunjukkan bahwa mayoritas responden adalah pria
rata-rata tertimbang secara keseluruhan. Hasilnya dengan bidang pekerjaan wiraswasta, berusia 33-45
akan menentukan peta persepsi konsumen tersebut. tahun dan mayoritas berstatus sudah menikah dengan
pendidikan dibawah S1 (setara diploma).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 2 menunjukkan bahwa 64% responden
adalah pria dengan penghasilan lebih dari Rp 10 juta–
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel yang Rp 20 juta yang berusia 33-45 tahun. Mayoritas
telah disebutkan pada rumus (1), maka kuesioner responden sudah menikah dengan latar belakang
disebarkan kepada 400 responden selama dua pendidikan yang berbeda-beda dan dimasukkan
minggu.Akan tetapi, hanya 384 kuesioner yang kategori lain-lain, yaitu setara tingkat diploma.
lengkap jawabannya untuk dimasukkan dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa responden pria
pengolahan data. Kuesioner dibagikan kepada para yang berusia 33-45 tahun dan 83% di antaranya sudah
penghuni yang bertempat tinggal di perumahan memiliki rumah sendiri dengan status milik sendiri.
Surabaya Timur dan Surabaya Barat. Dari 384 Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat
kuesioner, ada sebanyak 17 responden yang tidak secara signifikan antara usia dan status pernikahan
berminat dengan rencana pembelian rumah berikut- konsumen dengan status kepemilikan rumah karena
nya, sehingga mereka tidak menjawab pertanyaan nilai probabilitas lebih kecil daripada tingkat signi-
selanjutnya. Tabel 1 menunjukkan sebaran informasi fikansi (0,002 dan 0,029 < 0,05).

Tabel 1. Latar Belakang Responden Ditinjau dari Pekerjaan


Keterangan Pekerjaan Total
Wiraswasta Pegawai Swasta Lainnya
Pria 277 55 12 344
Jenis kelamin
Wanita 34 4 2 40
17 - 25 tahun 9 0 0 9
26 - 32 tahun 34 3 2 39
Usia
33 - 45 tahun 232 49 8 289
> 45 tahun 36 7 4 47
Belum menikah 5 2 0 7
Status Menikah 302 55 13 370
Duda/ Janda 4 2 1 7
< SMU 11 0 2 13
SMU 47 7 0 54
PendidikanTerakhir
S1 27 15 2 44
Lain-lain 226 37 10 273

Tabel 2. Latar Belakang Responden Ditinjau dari Penghasilan Per Bulan


Keterangan Penghasilan per bulan Total
< 1,2 juta - 10 juta >10 juta - 20 juta > 20 juta
Pria 129 205 10 344
Jenis kelamin
Wanita 16 21 3 40
17 - 25 tahun 3 6 0 9
26 - 32 tahun 23 15 1 39
Usia
33 - 45 tahun 97 185 7 289
> 45 tahun 22 20 5 47
Belum menikah 3 4 0 7
Status Menikah 137 221 12 370
Duda/ Janda 5 1 1 7
< SMU 3 8 2 13
SMU 15 35 4 54
PendidikanTerakhir
S1 22 21 1 44
Lain-lain 105 162 6 273
148 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 141-152

Tabel 3. Hubungan Demografi Responden dengan Status Kepemilikan Rumah


Status Rumah Total Asymp. Sig.
Keterangan
Sewa Milik Sendiri Milik Orang Tua (2-sided)
Jenis kelamin Pria 14 271 59 344 .240
Wanita 4 30 6 40
Usia 17 - 25 tahun 0 5 4 9
26 - 32 tahun 3 25 11 39
.002
33 - 45 tahun 9 239 41 289
> 45 tahun 6 32 9 47
Status Belum menikah 0 3 4 7
Menikah 17 294 59 370 .029
Duda/Janda 1 4 2 7
Pendidikan
< SMU 2 9 2 13
Terakhir
SMU 4 41 9 54 .103
S1 1 30 13 44
Lain-lain 11 221 41 273

Tabel 4.Hubungan Demografi Responden dengan Jumlah Rumah Tinggal


Jumlah Rumah yang Dimiliki Asymp. Sig.
Total
Tidak ada 1 2 ≥3 (2-sided)
Pria 18 283 41 2 344
Jenis kelamin .199
Wanita 0 36 3 1 40
17 - 25 tahun 2 7 0 0 9
26 - 32 tahun 10 24 5 0 39
Usia .000
33 - 45 tahun 4 248 34 3 289
> 45 tahun 2 40 5 0 47
Belum menikah 0 7 0 0 7
Status Menikah 17 307 43 3 370 .804
Duda/Janda 1 5 1 0 7
< SMU 0 8 5 0 13
SMU 3 42 9 0 54
PendidikanTerakhir .019
S1 5 33 6 0 44
Lain-lain 10 236 24 3 273

Tabel 5.Hubungan Demografi Responden dengan Niat Beli Rumah


Niat Beli Rumah
Keterangan Total Asymp. Sig.(2-sided)
Ya Tidak
Pria 328 16 344
Jenis kelamin .531
Wanita 39 1 40
2-3 tahun 32 0 32
Rencana Beli 3-4 tahun 127 0 127 -
> 4 tahun 208 0 208

Tabel 4 menunjukkan bahwa 86% responden karena nilai probabilitas lebih besar daripada tingkat
pria telah memiliki rumah (1 unit) untuk tempat signifikansi (0,531 > 0,05).
tinggal dan terdapat hubungan yang signifikan antara Tabel 6 menunjukkan bahwa 52% responden
usia dan pendidikan dengan jumlah rumah yang pria lebih menyukai daerah Surabaya Barat daripada
dimiliki. Surabaya Timur (41%). Responden memiliki rumah
Tabel 5 menunjukkan bahwa 95% responden dengan luas bangunan (LB) dan luas tanah (LT)
pria berniat membeli rumah lagi. Sebanyak 60% antara 151-200 m² dan berencana untuk membeli lagi
responden merencanakan untuk membeli rumah rumah yang luasnya sama dengan kepemilikan saat
empat tahun lagi. Akan tetapi, variabel niat beli ini. Rumah yang diinginkan 2 (dua) lantai, model
dengan demografi dan rencana beli tidak rumah tropis di daerah Perumahan Citra Raya dengan
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan fasilitas pendukung taman.
Anastasia: Peta Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Rumah Tinggal di Surabaya 149

Tabel 6. Latar Belakang Demografi dengan Atribut Rumah Tinggal


Jenis Kelamin
Keterangan Total
Pria Wanita
Daerah yang Disukai Sby Utara 2 0 2
Sby Timur 134 15 149
Sby Barat 192 24 216
Ukuran Lahanyang dimiliki < 150 m² 40 10 50
151 – 200 m² 219 19 238
201 – 400 m² 69 10 79
Ukuran Bangunanyang dimiliki < 150 m² 30 4 34
151 – 200 m² 226 26 252
201 – 400 m² 72 9 81
Ukuran Lahan yang diminati < 150 m² 4 0 4
151 – 200 m² 249 27 276
201 – 400 m² 75 12 87
Ukuran Bangunan diminati < 150 m² 153 21 174
151 – 200 m² 165 17 182
201 – 400 m² 10 1 11
Jml lantai rumah yang diinginkan 1 tingkat 2 0 2
2 tingkat 251 25 276
3 tingkat 75 14 89
Model Rumah Mediteran 42 10 52
Tropis 161 20 181
Minimalis 60 5 65
Eropa 65 4 69
Perumahan yang Disukai Citraland 137 19 156
Pakuwon Indah 57 6 63
Pakuwon City 109 12 121
Galaxy Bumi Permai 21 2 23
Kertajaya Indah 2 0 2
Sutorejo 2 0 2
Fasilitas Pendukung Kolam Renang 49 5 54
Taman 244 25 269
Carport 21 6 27
Kanopi 14 3 17

Tabel 7. Hubungan Penghasilan dengan Dana Renovasi


Penghasilan per Bulan Asymp. Sig.
Keterangan Total
≥ 1,2 – 10 juta ≥ 10 – 20 juta 20 ≥juta (2-sided)
Jml kamar tidur 3 kamar 5 1 0 6
4 kamar 38 53 4 95 .182
> 4 kamar 101 159 6 266
Dana eksterior < 4 juta 6 4 0 10
4-7 juta 101 148 1 250
.001
> 7-10 juta 19 31 6 56
> 10 juta 18 30 3 51
Dana interior < 4 juta 4 10 0 14
4-7 juta 98 126 1 225
.000
> 7-10 juta 13 36 7 56
> 10 juta 29 41 2 72

Tabel 7 menunjukkan bahwa mayoritas respon- dan eksterior berhubungan secara signifikan dengan
den menginginkan jumlah kamar lebih dari empat, penghasilan per bulan. Hal ini dapat dilihat pada nilai
meskipun hubungan kedua variabel tidak signifikan, probabilitas 0,001 dan 0,000 yang lebih kecil daripada
sedangkan kebutuhan dana untuk renovasi interior tingkat signifikansi 0,05. Responden bersedia
150 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 141-152

mengeluarkan dana sebesar Rp 4 juta-Rp 7 juta untuk Tabel 10. Waktu Tempuh
renovasi eksterior (68%) dan renovasi interior (61%). Waktu Tempuh Menuju Mean
Sebelum memutuskan pembelian rumah, Menuju perkantoran 6.52
responden melakukan penyusunan prioritas variabel Menuju pusat perbelanjaan 5.94
fasilitas dari yang paling penting, yaitu dengan Menuju sarana transportasi 5.94
melihat nilai mean terbesaryang meliputi air, listrik, Menuju kantor polisi 5.89
telepon, pengelolaan sampah, lapangan olah raga dan Menuju poliklinik 3.63
ruang terbuka hijau seperti pada Tabel 8. Hal ini Menuju club house 3.52
menunjukkan bahwa responden lebih mempertim- Menuju pasar tradisional 2.32
bangkan tersedianya utilitas utama dalam perumahan Menuju sekolah 2.25
dibandingkan fasilitas lainnya, seperti ruang terbuka
hijau untuk daerah resapan untuk mengurangi banjir
di wilayah tertentu. Hal tersebut kemungkinan di-
sebabkan adanya beberapa perumahan di Surabaya
yang memang belum memiliki fasilitas utama, yaitu
air, listrik dan telepon terutama perumahan-perumah-
an di Surabaya Barat.
Tabel 9 menunjukkan persepsi konsumen
tentang fasilitas sosial yang seharusnya disediakan
oleh pengembang dalam perumahan untuk penghuni
yang ditunjukkan dengan nilai mean terbesar sampai
nilai mean terkecil, yaitu pengembang perlu menye-
diakan pasar, sarana transportasi, tempat ibadah,
perkantoran, sekolah, sarana rekreasi, rumah sakit,
Gambar 3. Persepsi Konsumen Berdasarkan Atribut
makam dan club house. Apabila fasilitas tersebut
Fasilitas Umum
tidak dapat disediakan di dalam perumahan, setidak-
nya berjarak tidak terlalu jauh dari lokasi perumahan.
Tabel 10 menunjukkan skala prioritas konsumen
Dengan kata lain, letak fasilitas tersebut relatif cukup
dalam memilih rumah tinggal berdasarkan waktu
dekat dengan lokasi perumahan dan ada kemungkin-
tempuh dari rumah tinggal menuju lokasi lainnya
an disediakan oleh pengembang perumahan lain di
sekitar perumahan yang diminati konsumen. Fasilitas dimulai dari waktu tempuh yang paling pendek
sosial ini juga menjadi salah satu program pemasaran sampai waktu tempuh yang paling lama, yaitu waktu
bagi pengembang untuk menarik minat konsumen yang dibutuhkan konsumen dari rumah tinggal
melakukan pembelian pada perumahan-perumahan menuju sekolah, kemudian ke pasar tradisional, club
yang diminati. house, poliklinik, kantor polisi, sarana transportasi
terdekat, pusat perbelanjaan, serta yang terakhir waktu
Tabel 8. Fasilitas Umum tempuh menuju perkantoran. Hal tersebut dapat
Fasilitas Umum Mean diartikan bahwa kegiatan rutin penghuni sangat terkait
Air 4.30 dengan kebutuhan pendidikan dan pangan untuk
Listrik 4.10 anak-anak serta penghuni lainnya termasuk juga
Telepon 3.93 kebutuhan kesehatan dan keamanan di saat genting.
Pengelolaan sampah 3.34 Waktu yang dibutuhkan ke tempat kerja bukan
Lapangan olah raga 3.17 menjadi pertimbangan utama.
Ruang terbuka hijau 2.15 Gambar 3 menunjukkan pemetaan persepsi
Tabel 9. Fasilitas Sosial konsumen terhadap atribut rumah tinggal yang
disediakan pengembang di wilayah Surabaya Timur
Fasilitas Sosial Mean dan Surabaya Barat. Pemetaan yang dilakukan
Pasar 6.82
Sarana transportasi 6.53
meliputi atribut fasilitas umum, fasilitas sosial, desain
Tempat ibadah 6.34 arsitektur dan waktu tempuh.
Perkantoran 5.42 Gambar 3 menunjukkan bahwa konsumen
Sekolah 5.19 mempersepsikan perumahan di Surabaya Timur,
Sarana rekreasi 4.37 yaitu Pakuwon City menduduki posisi paling tinggi
Rumah sakit 3.65 dibandingkan perumahan lainnya dalam hal penye-
Makam 3.52 diaan fasilitas umum seperti air, telepon, listrik,
Club house 3.15
pengelolaan sampah, lapangan olah raga dan ruang
Anastasia: Peta Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Rumah Tinggal di Surabaya 151

terbuka hijau. Posisi terendah untuk indikator fasilitas


umum adalah Galaxi Bumi Permai dan Sutorejo
Prima. Perumahan Citra Raya memiliki posisi lebih
tinggi dibanding Pakuwon Indah untuk kelompok
daerah perumahan yang diminati di Surabaya Barat.
Gambar 4 menunjukkan bahwa konsumen
mempersepsikan Perumahan Kertajaya Indah meng-
ungguli Pakuwon City dalam penyediaan fasilitas
sosial seperti sekolah, tempat ibadah, pasar, makam,
rumah sakit, club house, perkantoran, sarana trans-
portasi dan sarana rekreasi. Akan tetapi, fasilitas
tersebut belum semuanya tersedia dengan lengkap
karena ada beberapa fasilitas yang masih sedang Gambar 6. Persepsi Konsumen Berdasarkan Waktu
dibangun. Galaxy Bumi Permai dan Sutorejo Prima Tempuh
menepati posisi paling rendah dalam persepsi
konsumenkarena kedua perumahan tersebut Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa Perumahan
terkendala dengan luas pengembangan perumahan Kertajaya Indah di Surabaya Timur menempati posisi
sehingga sangat minim fasilitas sosial. Untuk wilayah terendah dibanding Perumahan Pakuwon City,
Surabaya Barat, Citra Raya memiliki posisi lebih Galaxy Bumi Permai dan Sutorejo Prima dalam hal
tinggi dibanding Pakuwon Indah. waktu tempuh dari rumah tinggal menuju lokasi
Pada Gambar 5 ditunjukkan bahwa konsumen lainnya. Untuk wilayah Surabaya Barat, Citra Raya
mempersepsikan Perumahan Pakuwon City men- menempati posisi di bawah Pakuwon Indah. Hal ini
duduki posisi paling tinggi dibandingkan perumahan berarti letak Perumahan Kertajaya Indah dan Citra
lainnya untuk faktor desain arsitektur, baik secara Raya memiliki waktu tempuh tercepat menuju lokasi
desain eksterior maupun desain interior. lain (pasar, sekolah, poliklinik, pusat perbelanjaan dan
lain-lain). Perumahan Kertajaya Indah memiliki
lokasi yang strategis karena merupakan perumahan
pertama di wilayah Surabaya Timur yang dibangun
dengan jalan yang lebar, dilalui transportasi umum,
serta dekat dengan beberapa sekolah, pasar dan kantor
pemerintahan. Perumahan Citra Raya memiliki
keunggulan karena menyediakan fasilitas umum dan
fasilitas sosial yang cukup lengkap di dalam
lingkungan perumahan itu sendiri. Hal ini terkait
dengan rencana awal pembangunan perumahan
tersebut untuk menjadi kota mandiri.

Gambar 4. Persepsi Konsumen Berdasarkan Atribut KESIMPULAN DAN SARAN


Fasilitas Sosial
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Mayoritas responden adalah pria yang sudah menikah
dengan bidang pekerjaan wiraswasta, berusia 33
tahun-45 tahun, dengan tingkat pendidikan di bawah
S1 (setara diploma). Responden berpenghasilan lebih
dari Rp10 juta–Rp 20 juta dan sudah memiliki rumah
sendiri. 96% responden berniat membeli rumah lagi
pada periode 4 tahun lagi. Rumah yang diinginkan
bertipe dua jumlah dengan model rumah tropis seperti
di perumahan Citra Raya serta memiliki fasilitas
pendukung taman sehingga menimbulkan suasana
asri pada lingkungan perumahan tersebut.
Gambar 5. Persepsi Konsumen Berdasarkan Desain Fasilitas umum seperti air, listrik dan telepon
Arsitektur dan fasilitas sosial seperti sekolah, pasar dan sarana
152 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 141-152

transportasi merupakan prioritas utama. Pertimbangan Ferrinadewa & Darmawan. 2004. Konsep Marketing
lain konsumen adalah waktu tempuh tercepat yang Mix. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
dibutuhkan konsumen dari rumah tinggal menuju Guiltinan, J. P., Paul & Madden, T.J. 1997. Marketing
lokasi lain seperti ke sekolah dan pasar tradisional. Management: Strategies and Programs. 6th
Peta persepsi konsumen terhadap perumahan di edition, New York: McGraw-Hill
wilayah Surabaya Timur menunjukkan bahwa Kauko, T. 2006. What Makes a Location Attractive
Perumahan Pakuwon City memiliki keunggulan pada for the Housing Consumer? Preliminary
atribut lingkungan yaitu fasilitas umum dan atribut Findings from Metropolitan Helsinki and
fisik yaitu desain arsitektur dibanding Perumahan Randstad Holland Using the Analytical
Kertajaya Indah, Galaxi Bumi Permai dan Sutorejo Hierarchy Process. Journal of Housing and the
Indah. Di wilayah Surabaya Barat, Perumahan Citra Built Environment. 21. 159–176.
Raya memiliki keunggulan pada atribut lingkungan
Kountur, R. 2007. Metodologi Penelitian untuk
untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial, serta atribut
Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit
fisik khususnya desain arsitektur apabila dibanding-
kan dengan Perumahan Pakuwon Indah. Akan tetapi, PPM.
Perumahan Kertajaya Indah di Surabaya Timur dan Musthofa, B. 2008. Kamus Kependudukan. Yogya-
Citra Raya di Surabaya Barat menempati posisi waktu karta: Panji Pustaka.
tempuh tercepat untuk menuju lokasi lain. Prajayanti, A. 2013. BI Optimis Pertumbuhan Eko-
Sehubungan dengan adanya beberapa kesimpul- nomi Jatim Meningkat. (www.centroone.com/
an di atas, selanjutnya dapat diberikan beberapa saran news/2012/08/4v/bi-optimis-pertumbuhaneko-
sebagai berikut: Pengembang sebaiknya memiliki nomijatim-meningkat/, diakses 15 Januari 2013)
kerjasama dengan PLN, PDAM dan perusahaan Primananda, A. 2010. Faktor-Faktor yang Mem-
telekomunikasi untuk menyediakan fasilitas umum pengaruhi Konsumen dalam Membeli Rumah
karena fasilitas tersebut sangat dibutuhkan oleh (Studi Kasus di Perumahan Bukit Semarang
konsumen yang akan membeli rumah. Pengembang Baru, Semarang). Universitas Diponegoro
sebaiknya menjalin kerjasama dengan pihak lain http://eprints.undip.ac.id/23081/1/Skripsi_PDF.p
apabila tidak mampu menyediakan sendiri fasilitas df.
sosial, seperti pasar dan sekolah. Pengembang sebaik- Properti Indonesia. Pebruari 2004. Penyempurnaan
nya bekerjasama dengan pihak lain atau penghuni Kawasan Perumahan.
untuk menciptakan ruang terbuka hijau (RTH) agar Rahardian. 2003. Manajemen Bisnis Properti. Jakarta:
tercipta keseimbangan alam sehingga lingkungan Bumi Aksara.
menjadi asri dan nyaman. Ratnawati. 2002. Penyempurnaan Kawasan Peru-
mahan. Majalah Properti Indonesia. p. 37.
Ucapan Terima Kasih
Sanda, A. 2003. Perkembangan Perumahan
Saya sampaikan kepada Pralistya dan Meiranti RealEstate”. Kompas, p. 9.
yang telah membantu menyebarkan kuesioner untuk Schiffman, L. G. & Kanuk, L. L. 2010.Consumer
menyusun karya tulis ini. Behavior. 10th ed. Upper Saddle River, New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
DAFTAR REFERENSI Sirgy, M.J., Grzeskowiak, S. & Su, C. 2005.
Explaining Housing Preference and Choice: The
Amarta. 2002. Perumahan. Jakarta: PT. Gramedia. Role of Self-congruity and Functional Congruity.
Cahyono. 2008.Bisnis Properti Tahun Depan Dipre- Journal of Housing and the Built Environment.
diksi Naik Pesat, (www.ciputra.com/ciputra 20. 329–347.
cetak/0604/13/Properti/2573835.htm, diakses Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
5 Mei 2008)
CV Alfabeta
Cravens, D.W. & Nigel, F.P. 2006. Strategic
Tjiptono & Afandi. 2006. Konsep Strategi Pemasar-
Marketing. 8th edition. New York: Mc Graw Hill
Inc. an. Yogyakarta: BPFE–UGM.
Cummins, J. 1991. Promosi Penjualan.Alih bahasa Wurtzebach & Miles. 1994. Interior Desain.Sidney:
Heryanto G. Cetakan Pertama. Jakarta: Bina Harper Collins Publishers.
Rupa Aksara. Yahya, K. 2012. Permintaan Hunian di Kota Besar
Damanhuri, E. 2006. Jurnal Infrastruktur dan Terus Meningkat. Ekonomi Makro, Koran
Lingkungan Binaan: Air, Sanitasi dan Udara Jakarta Digital Edition (http://koranjakarta.com/
Bersih Kebutuhan Dasar dalam Lingkungan index.php/detail/view01/99448, diakses 31
Pemukiman. 2(2): 1-4 Agustus 2012).

Anda mungkin juga menyukai