Anda di halaman 1dari 11

JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No.

1, (2016) 1-11

ANALISA PENGARUH PRODUCT IMAGE TERHADAP PURCHASE INTENTION DENGAN TRUST


SEBAGAI VARIABEL INTEVENING PADA BLESSCON PT. SUPERIOR PRIMA SUKSES

Sherly Rosalina 1; Hartono Subagio, M.M 1*


Program Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: m36411082@john.petra.ac.id; edwinj@petra.ac.id
*Korespondensi penulis

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari product image terhadap trust yang
berdampak pada purchase intention pada bata ringan Blesscon. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan
menyebarkan kuesioner kepada 100 responden konsumen pengguna Blesscon di wilayah Jawa Timur. Teknik
analisis yang akan digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode analisa jalur (path analysis) dan
partial least square (PLS). Hasil penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari product
image terhadap trust pada Blesscon, ada pengaruh yang signifikan dari trust terhadap purchase intention, dan
ada pengaruh yang signifikan dari product image terhadap purchase intention.

Kata Kunci : product image, trust, purchase intention, B2B.

Abstract : This study aims to analyze the influence of the product image to trust, that impact on purchase
intention on Blesscon. This study will be conducted by distributing questionnaires to 100 Blesscon user
consumer respondents in East Java. The analysis technique used is the technique of quantitative analysis method
path analysis (path analysis) and partial least square (PLS).The research proves that there is a significant
influence of the product image to trust on Blesscon, there was a significant effect of trust to purchase intention,
and there was a significant effect of product image to purchase intention.

Keywords : product image, trust, purchase intention, B2B.

PENDAHULUAN perkembangan bisnis properti terus mengalami


pertumbuhan pesat. Tahun ini diperkirakan
Pertumbuhan bisnis properti di Indonesia terus pertumbuhan pasar properti di kawasan Jawa Timur
mengalami peningkatan setiap tahunnya dan akan akan mencapai 30% (detikfinance.com, 2013).
terus bertumbuh selama beberapa tahun yang akan Seperti dikutip dari keterangan resminya di Jakarta,
mendatang. Pengembang properti optimistis pasar Rabu (25.03.2015), sebuah portal properti global
properti Indonesia akan kembali cerah pada 2015. Lamudi telah membuat daftar lima kota teratas
Meskipun, pada tahun 2014 terjadi perlambatan yamg menjadi tujuan utama bagi investor untuk
akibat situasi politik di Indonesia. Tingginya inflasi membeli properti yang dilihat berdasarkan
dan suku bunga diyakini tidak memberikan dampak pertumbuhan harga, tren pencarian dan kesempatan
pada investasi di sektor properti. ³3URSHUWL PDVLK investasi. Lima kota tersebut yaitu Pekanbaru-Riau,
menjadi instrument investasi yang menggiurkan´ Balikpapan-Kalimantan Timur, Surabaya-Jawa
(SWA.co.id/01/06/2015). Timur, Bandung-Jawa Barat, dan Makassar-
Penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia Sulawesi Selatan. Negara-negara seperti Prancis,
diyakini mampu mendorong masyarakat untuk Jepang, Selandia Baru, Polandia, Amerika Serikat,
membeli rumah sehingga mendorong pertumbuhan dan Singapura telah mengatakan ketertarikannya
bisnis properti (bisnis.liputan6.com/04.20.2015). untuk melakukan investasi di beberapa negara
Tidak hanya penurunan suku bunga saja, tersebut (bisnis.liputan6.com/03.25.2015).
meningkatnya jumlah populasi di Indonesia dan Dengan berkembangnya bisnis properti di
ledakan jumlah bangunan mengubah Indonesia Indonesia khususnya di Jawa Timur, maka hal ini
menjadi salah satu tempat favorit di dunia untuk akan saling berkaitan dengan perkembangan bisnis
investasi saham properti. Hal ini dapat dilihat bahan bangunan di mana bahan bangunan
berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh The merupakan salah satu aspek yang saling
Jakarta Construction, Property & Real Estate Index berhubungan dengan dunia properti. Salah satu
yang menunjukkan lonjakan lebih dari 25 persen bisnis bahan bangunan yang berkembang saat ini
untuk saham properti (kompas.com, 2015). yaitu, pasar batu bata ringan.
Apabila melihat perkembangan bisnis Dari sekian banyak bahan dinding, ternyata
properti di Indonesia maka, Jawa Timur juga salah satu yang paling disukai orang adalah
merupakan salah satu provinsi di mana ³PDVRQU\ ZDOO´ yang menggunakan bata, semen
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

dan pasir. Hal ini dapat kita lihat pada sebagian produk tersebut atau tidak dengan berdasar pada
besar gedung-gedung dan sarana infrastruktur di kesan yang mereka miliki terhadap produk tersebut.
daerah perkotaan yang menggunakan bata sebagai Kepercayaan pada sebuah merek
bahan dasar dinding bangunannya. Kebutuhan memegang peranan penting dalam keputusan
penggunaan bata ini mendorong munculnya pembelian konsumen. Dalam hal ini konsumen
inovasi-inovasi baru dalam pembuatan bata, salah percaya bahwa merek yang mempunyai citra
satunya adalah bata ringan yang juga bisa disebut perusahaan, citra produk, dan citra pemakai yang
beton ringan. positif merupakan suatu jaminan untuk suatu
Bata ringan memiliki massa yang lebih ringan produk. Konsumen akan selalu membeli produk
apabila dibandingkan dengan bata merah untuk memenuhi kebutuhan, akan tetapi produk
konvensional. Bata ringan memiliki kelebihan pada mana yang konsumen beli dan bagaimana
segi kemudahan pelaksanaan, kecepatan konsumen membuat keputusan akan erat
pemasangan, serta kerapihan dalam membangun hubungannya dengan perasaan mereka terhadap
dinding bangunan. Sementara itu, di kota Surabaya citra dari produk yang ditawarkan.
para pengembang properti dan kontraktor sejak Smeltzer (1997) menunjukkan bahwa
lima tahun belakangan ini lebih memilih untuk kepercayaan dipengaruhi oleh identifikasi
menggunakan material batu bata ringan psikologis, gambar, dan reputasi yang dirasakan
dibandingkan dengan menggunakan batu bata antara pemasok dan pembeli. Singh dan
merah atau batako dikarenakan kelebihan- Sirdeshmukh (2000) beranggapan definisi
kelebihan tersebut (surabaya.tribunnews.com, kepercayaan datang sebelum dan setelah transaksi.
09/10/2013). Sehingga, hal tersebut menjadikan Keyakinan antara pihak yang satu terhadap pihak
bata ringan sebagai kebutuhan utama para yang lain akan menimbulkan perilaku interaktif dan
pengembang properti dan kontraktor dan akan memperkuat hubungan dan mempertahankan
menjadikan persaingan di industri bata ringan hubungan tersebut. Perilaku tersebut akan
semakin ketat dan meningkat. meningkatkan lamanya hubungan dengan
Konsumen melihat sebuah merek sebagai memperkuat komitmen di dalam hubungan Pada
bagian yang penting dalam sebuah produk, dan akhirnya, kepercayaan akan menjadi komponen
merek dapat menjadi sebuah nilai tambah dalam yang bernilai untuk menciptakan hubungan yang
produk tersebut (Kotler, 2004, p.285). Merek dapat sukses. Kepercayaan tersebut juga mengurangsi
memberikan nilai, sehingga nilai total produk lebih risiko dalam bermitra dan membangun hubungan
tinggi daripada nilai produk berdasarkan jangka panjang serta meningkatkan komitmen
perhitungan objektif (Aaker, 2003, p.151). Merek dalam berhubungan.
yang sukses memberikan keuntungan kompetitif Citra produk maupun kepercayaan yang
yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan tinggi akan membentuk dan mendorong minat beli
(Fayrence & Lee, 2011). konsumen. Peran minat beli tentu penting bagi
Konsumen membentuk citra produknya kesuksesan setiap perusahaan. Karena minat beli
berdasarkan informasi yang berkaitan dengan yang tinggi akan memberikan dampak pada
produk tersebut. Informasi yang didapat akan pemasukan (income) bagi perusahaan.
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap citra Minat beli sendiri merupakan
dari produk tersebut. Citra diartikan oleh Wu et.al kemungkinan konsumen untuk membeli produk
(2011) sangatlah abstrak, tidak bisa dirasakan dan atau jasa (Dodds et al, 1991). Minat beli diperoleh
dilihat, dan fenomena yang hampir tidak dapat dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang
diukur. Setiap orang bisa melihat citra sebagai membentuk suatu persepsi. Minat pembelian ini
suatu objek yang berbeda-beda tergantung pada menciptakan suatu motivasi yang terus terekam
persepsi yang ada pada dirinya mengenai objek dalam benak konsumen dan menjadi suatu
tersebut, atau sebaliknya citra bisa diterima relatif keinginan yang sangat kuat sehingga pada akhirnya
sama pada setiap anggota masyarakat, ini yang ketika seorang konsumen harus memenuhi
biasa disebut opini publik. kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang
Keller (2003) mengartikan citra produk ada didalam benaknya itu (Deighton et al, 1994).
sebagai sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan
konsumen terhadap suatu produk, yang meliputi pernyataan mental dari konsumen yang
atribut produk tersebut, manfaat bagi konsumen, merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk
serta jaminan. Ketika suatu produk memiliki citra dengan merek tertentu. Hal ini diperlukan pemasar
yang baik di benak konsumen, maka secara maupun ahli ekonomi untuk menggunakannya
simultan hal tersebut akan secara cepat dalam memprediksi perilaku konsumen dimasa
mempengaruhi bagaimana konsumen harus yang akan datang (Howard, 1994).
memberi keputusan terhadap produk tersebut. Setelah melihat Blesscon, maka diketahui
Konsumen akan mampu dengan mudah salah satu pesaing terkuat dari Blesscon adalah
memutuskan apakah konsumen pantas membeli Grand Elephant. Penulis menyebutkan Grand
Elephant sebagai pesaing terkuatnya karena Grand
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

Elephant memiliki pangsa pasar yang cukup besar 1. Apakah product image berpengaruh
dan luas di kalangan masyarakat dan setara dengan terhadap trust produk Blesscon ?
Blesscon. 2. Apakah trust berpengaruh terhadap
Blesscon adalah salah satu brand bata purchase intention produk Blesscon ?
ringan yang dibentuk oleh PT. Superior Prima 3. Apakah product image berpengaruh
Sukses yang memiliki penjualan tertinggi di terhadapt purchase intention produk
Surabaya jika dibandingkan pesaingnya. Setiap Blesscon ?
bulannya, PT. Superior Prima Sukses terus
memproduksi bata ringan Blesscon dalam jumlah KAJIAN PUSTAKA
yang melebihi kapasitas yang seharusnya dan
memiliki pelanggan yang meluas hampir di seluruh Marketing
pelosok nasional. Berdasarkan survey yang
dilakukan pihak perusahaan, dalam sepak Marketing adalah proses mengidentifikasi
terjangnya di industri bata ringan ini telah mampu dan memenuhi manusia dengan kebutuhan
mencetak penjualan tertinggi dibanding pesaing- sosialnya. Salah satu definisi tersingkat dari
pesaing lainnya di Surabaya seperti, Grand marketing DGDODK ³PHPHQXKL NHEXWXKDQ GHQJDQ
Elephant, Focon, Citicon, dan Bricon. Hal tersebut PHQGDSDW ODED´ .RWOHU S 'HILQLVL
diakui pula oleh beberapa pesaingnya bahwa marketing oleh The American Marketing
Blesscon menjadikan mereka pesaing yang cukup Association adalah aktivitas, seperangkat institusi,
kuat. Meskipun Blesscon baru terbentuk selama 3 dan proses menciptakan, mengkomunikasikan,
tahun silam, Blesscon mampu menciptakan mengirimkan, dan bertukar penawaran yang
kesuksesan bagi PT. Superior Prima Sukses. Ini mempunyai nilai bagi customer, klien, partner,
menjadikan Blesscon menjadi salah satu pesaing maupun masyarakat pada umumnya (American
kuat di industri batu bata ringan. Berdasarkan Marketing Association, 2014).
penjelasan diatas, maka penulis akan meneliti
Blesscon dibanding Grand Elephant dikarenakan Dalam Kotler (2012), salah satu konsep
kemampuan Blesscon yang baru berdiri namun penting dalam marketing adalah needs, wants dan
mampu mampu membutikan efisiensienya di dunia demands. Kebutuhan (needs) adalah tuntutan dasar
perindustrian bata ringan. manusia seperti udara makanan, dan pakaian.
Blesscon memiliki pelanggan yang hampir Kebutuhan ini dapat menjadi keinginan (wants)
meluas di seluruh pelosok nasional. Tetapi, ketika kebutuhan tersebut diarahkan pada objek
Blesscon ingin terus berupaya meningkatkan yang lebih spesifik lagi, misalnya seseorang yang
jumlah konsumennya dalam artiannya ingin menginginkan untuk makan nasi goreng dimana
menarik pelanggan-pelanggan baru. Karena seperti sebenarnya kebutuhan dasarnya hanyalah nasi.
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jumlah Sedangkan permintaan (demand) adalah keinginan
pesaing di pasar batu bata ringan yang semakin untuk produk tertentu yang disertai dengan daya
meluas menyebabkan para pesaing berlomba-lomba beli.
untuk merebut hati pelanggan. Blesscon juga
Business to Business (B2B)
berupaya meningkatkan minat beli konsumen
supaya konsumen terus melakukan pembelian Business to Business atau B2B menurut Kumar
terhadap Blesscon. Blesscon menyadari tidak dan Reinartz (2012) adalah bentuk hubungan
mudah untuk mendorong minat beli dari setiap dengan perusahaan di sisi pemasok dan perusahaan
konsumen karena setiap konsumen diyakini bisnis lain di sisi pelanggan. Perusahaan bisnis ini
memiliki kesan masing-masing mengenai dapat merupakan pedagang tunggal, perusahaan,
bagaimana suatu produk di benak mereka. Karena atau lembaga. Pasar B2B meliputi transaksi dalam
seperti yang disebutkan oleh Davies et al (2003), jumlah yang besar dan biasanya lebih kompleks
bahwa citra yang positif adalah salah satu kunci (Davis, Golicic, dan Marquardt, 2012) Sedangkan
untuk keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. B2B Marketing adalah proses manajemen yang
Maka dari itu peneliti ingin meneliti untuk bertanggung jawab atas fasilitasi pertukaran antara
mengetahui pengaruh citra produk (product image), produsen barang dan jasa dan pelanggan organisasi
dan kepercayaan (trust) terhadap minat beli mereka (Brassington dan Pettitt, 2006). Perbedaan
(purchase intention) pada perusahaan bata ringan antara pasar B2C dan B2B bukan pada produknya,
Blesscon Surabaya. Penulis berharap penelitian ini produk dasar dari B2C dan B2B memiliki
dapat memberikan gambaran lebih baik mengenai spesifikasi yang identik namun cara penjualan dan
peran dari citra produk dan kepercayaan terhadap pembeliannya yang berbeda. Hubungan B2C
minat beli. sendiri dapat diartikan sebagai sebuah hubungan
Berdasarkan fenomena diatas dapat bisnis antara pemasok di satu sisi dan konsumen di
disimpulkan beberapa masalah penelitian sebagai sisi yang lain.
berikut:
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

Brand perusahaan atau produk/jasa memiliki image baik


di mata masyarakat, tentu akan meningkatkan
Menurut Etzel, Walker dan Stanton perusahaan ke posisi yang lebih baik di pasar,
(1999:242) merek adalah: ³6HEXDK QDPD \DQJ keunggulan bersaing yang bertahan, dan dapat
ditujukan untuk mengidentiikasikan suatu produk meningkatkan market share atau performa
dari seseorang atau sekelompok penjual dan perusahaan (Park, Jaworski, & MacInnis, 1986).
membedakannya dari produk-SURGXN SHVDLQJ³
0HQXUXW $DNHU ³ 0HUHN DGDODK Menurut Aaker dan Biel (1993), citra
nama atau symbol yang bersifat membedakan merek (brand image) memiliki 3 komponen yaitu:
(seperti Logo, cap atau kemasan) dengan maksud a. Citra perusahaan (corporate image)
untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari adalah sekumpulan asosiasi yang
seorang penjual atau sebuah kelompok penjual dipersepsikan konsumen terhadap
tertentu dengan demikian membedakannya dengan perusahaan yang membuat suatu produk
barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh para atau jasa. Dalam penelitian ini, citra
SHVDLQJ³ pembuat meliputi: popularitas,
kredibilitas, serta jaringan perusahaan.
Image b. Citra konsumen (user image) adalah
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
Menurut Sutojo (2004), citra adalah konsumen terhadap pemakai yang
pancaran atau reproduksi jati diri dari atau bentuk menggunakan suatu barang atau jasa.
orang-perorangan, benda atau organisasi. Meliputi: gaya hidup dan status
Simamora (2002) mengatakan bahwa citra sosialnya.
adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka c. Citra produk (product image) adalah
panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk konsumen terhadap suatu produk.
akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk Meliputi: atribut produk tersebut,
harus jelas dan memiliki keunggulan bila manfaat bagi konsumen, penggunaannya
dibandingkan dengan pesaingnya. serta jaminan.
Menurut Sutojo (2004), citra perusahaan
yang baik dan kuat mempunyai manfaat-manfaat Trust
sebagai berikut:
1. Daya saing jangka menengah dan panjang 0HQXUXW 'DUVRQR ³NHSHUFD\DDQ DGDODK
yang mantap (mid and long term suatu kesediaan individu untuk menggantungkan
sustainable competitive position). dirinya pada pihak lain yang terlibat dalam
2. Menjadi perisai selama masa krisis (an pertukaran karena individu mempunyai keyakinan
insurance for adverse times). kepada pihak lain. Sementara itu, Mowen dan
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal 0LQRU PHQ\DWDNDQ EDKZD ³NHSHUFD\DDQ
(attracting the best executives). merupakan semua pengetahuan yang dimiliki
4. Meningkatkan efektifitas strategi konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat
pemasaran (increasing the effectiveness of tentang objek, atribut, dan manfaatnya. John Eagen
marketing instrument). (2004, p.155) juga menyatakan bahwa kepercayaan
5. Peningkatan operasional (cost saving). juga merupakan psychological outcome dari suatu
hubungan.
Brand Image McKnight et al (2002) menyatakan bahwa
ada dua dimensi kepercayaan konsumen, yaitu:
Brand image diartikan oleh Roberts (2004) 1. Trusting Belief
sebagai persepsi dan perasaan konsumen terhadap Trusting belief adalah sejauh mana
sebuah merek. Sejalan dengan Roberts (2004), seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang
Keller (1993) mengartikan brand image sebagai lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah
sebuah persepsi mengenai sebuah merek yang ada persepsi pihak yang percaya (konsumen) terhadap
di dalam ingatan konsumen. pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang
Menurut Hsieh, Pan, and Setiono (2004), mana penjual memiliki karakteristik yang akan
brand image yang sukses memungkinkan menguntungkan konsumen. McKnight et al (2002)
konsumen untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan menyatakan bahwa ada tiga elemen yang
yang perusahaan penuhi, serta dapat membedakan membangun trusting belief, yaitu benevolence,
perusahaan dari pesaing-pesaing. Ditambahkan integrity, competence.
pula brand image yang positif tidak hanya 2. Trusting Intention
meningkatkan kemampuan bersaing tetapi juga Trusting intention adalah suatu hal yang
mendorong konsumen untuk membeli kembali disengaja dimana seseorang siap bergantung pada
(Porter & Claycomb, 1997). Selain itu apabila orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. Hipotesa


Trusting intention didasarkan pada kepercayaan
H1: Terdapat pengaruh antara product image
kognitif seseorang kepada orang lain. McKnight et
terhadap trust
al (2002) menyatakan bahwa ada dua elemen yang
H2: Terdapat pengaruh antara trust terhadap
membangun trusting intention yaitu willingness to
purchase intention
depend dan subjective probability of depending.
H3: Terdapat pengaruh antara product image
terhadap purchase intention
Perilaku Konsumen
METODE PENELITIAN
Menurut Kotler dan Keller (2009:166),
perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana Jenis Penelitian
individu, kelompok, dan organisasi memilih,
membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, Jenis penelitian yang akan digunakan
jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kebutuhan dan keinginan mereka. kausal. Dalam penelitian ini, penulis akan
Studi perilaku konsumen terpusat pada menggunakan metode kuantitatif dengan metode
cara individu mengambil keputusan untuk survey kuesioner terstruktur yang diberikan kepada
memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia sampel dari sebuah populasi dan didesain untuk
(waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang memperoleh informasi yang spesifik dari
yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini responden (Malhotra, 2004).
mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka
membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka Populasi dan Sampel
membeli, seberapa sering mereka membeli, dan
seberapa sering mereka menggunakannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
konsumen pengguna Blesscon yang berdomisili di
Purchase Intention wilayah Jawa Timur. Sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah konsumen pria dan wanita
Purchase intention menurut Assael (1998) dengan usia minimal 17 tahun. Dengan intensitas
merupakan kecenderungan konsumen untuk pembelian setidaknya satu kali dalam satu tahun
membeli suatu merek atau mengambil tindakan terakhir. Sampel dalam penelitian ini adalah 100
yang berhubungan dengan pembelian yang diukur responden.
dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan
pembelian. Teknik Pengambilan Sampel
Busler (2000), mengukur purchase
intention melalui 3 dimensi yaitu : Teknik pengambilan sampel yang
1. Likely digunakan dalam penelitian ini adalah non-
Rencana pembelian konsumen terhadap probability sampling, dimana setiap unsur dalam
suatu produk. populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang
2. Definitely Would yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Siregar,
Mengacu kepada kepastian konsumen 2014).
dalam suatu produk. Selain itu, karena keterbatasan waktu serta
3. Probable tenaga maka penelitian ini menggunakan
Mengacu pada kemungkinan konsumen judgmental sampling yaitu bentuk sampling
dalam membeli suatu produk. convenience yang di dalamnya elemen populasi
dipilih berdasarkan judgement peneliti. Peneliti,
Kerangka Konseptual dengan judgement dan pertimbangannya, memilih
elemen-elemen yang akan dimasukkan ke dalam
sampel, karena peneliti meyakini bahwa elemen-
elemen tersebut mewakili atau memang sesuai
H1
Trust H2 dengan populasi yang sedang diteliti. Penelitian ini
Purchase
dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih dua
Product
Image Intention minggu.
H3
Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional yang digunakan


Gambar 1. Kerangka Konseptual dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel, yaitu:

Product Image (X1)


JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

Variabel Eksogen (X1) yaitu Product Y2.1.1 Konsumen merencanakan pembelian


Image. Product Image didefinisikan sebagai kesan, pada produk Blesscon dalam waktu dekat.
impressi, perasaan atau persepsi publik mengenai Y2.1.2 Konsumen berminat untuk melakukan
suatu produk yang dimiliki oleh suatu perusahaan. pembelian pada produk Blesscon.
Product Image diukur melalui pernyataan yang
terdiri dari : Y2.2 Definitely Would mengacu kepada kepastian
X1.1 Kesan harga yang terjangkau/ekonomis pembelian konsumen terhadap produk Blesscon.
X1.2 Blesscon adalah bata ringan yang Dimensi dapat diukur melalui indikator :
menghemat biaya pemakaian. Y2.2.1 Blesscon merupakan tujuan utama
X1.3 Blesscon merupakan produk bata ringan konsumen dalam berbelanja bata ringan.
yang berkualitas. Y2.2.2 Banyaknya pesaing tidak membuat
X1.4 Blesscon memiliki bentuk yang presisi. konsumen beralih dari Blesscon.
X1.5 Blesscon adalah produk yang ramah
lingkungan. Y2.3 Probable mengacu pada kemungkinan
X1.6 Blesscon mudah dalam pemakaian. konsumen untuk membeli Blesscon. Dimensi dapat
X1.7 Blesscon adalah produk yang aman diukur melalui indikator :
digunakan. Y2.3.1 Konsumen merencanakan akan
X1.8 Blesscon dibuat dengan teknologi yang membeli Blesscon di masa yang akan datang.
canggih.
Teknik Analisa Data
Trust (Y1)
Trust adalah kepercayaan yang dibangun Peneliti menggunakan analisis PLS-SEM yang
oleh perusahaan yang dijanjikan kepada konsumen. diterapkan didalam penelitian ini, yang tahap-
Dimensi dari trust adalah sebagai berikut : tahap-nya adalah:
Y1.1 Trusting Belief
Adalah sejauh mana konsumen percaya dan 1. Dilakukan tahap evaluasi reliability yang
yakin terhadap bata ringan Blesscon. Dimensi terbagi menjadi dua tahap, yaitu evaluasi
ini dapat diukur melalui indikator: indicator reliability, dan evaluasi internal
Y1.1.1 Blesscon memberikan pelayanan yang consistency reliability.
baik. 2. Kemudian dilakukan evaluasi validitas
Y1.1.2 Blesscon bersikap jujur. data dengan menggunakan convergent
Y1.1.3 Blesscon dapat memenuhi keinginan validity dan discriminant validity.
dan kebutuhan konsumen. 3. Dilakukan uji path coefficient dan
coefficient of determination.
Y1.2 Trusting intention
Adalah hal dimana seseorang siap dalam ANALISA DAN PEMBAHASAN
sebuah situasi terburuk dari bata ringan
Blesscon. Dimensi ini dapat diukur melalui Outer Model
indikator:
Y1.2.1 Bersedia melakukan transaksi Convergent Validity
dengan Blesscon.
Y1.2.2 Bersedia menerima saran atau Tabel 1. Uji Convergent Validity
masukkan dari Blesscon. Variabel AVE Keterangan
Y1.2.3 Bersedia memberikan informasi Product Image 0.703 Valid
pribadi kepada Blesscon. Purchase
Y1.2.4 Bersedia menerima resiko dari Intention 0.800 Valid
Blesscon. Trust 0.811 Valid

Purchase Intention (Y2) Untuk memeriksa nilai convergent


Adalah minat beli dari konsumen melalui daya validity, di-perlukan evaluasi Average Variance
ketertarikan dan melakukan pembelian pada produk Extracted (AVE) setiap variabel laten. Nilai AVE
bata ringan Blesscon. Dimensi dari purchase harus lebih besar dari angka 0,5 untuk dapat
intention adalah sebagai berikut: memastikan bahwa tiap variabel memiliki
x Likely parameter convergent validity yang layak
x Definitely Would digunakan. Tabel 1 mendemonstrasikan bahwa
x Probable keseluruhan variabel yang digunakan pada
Y2.1 Likely adalah rencana pembelian konsumen penelitian ini memiliki convergent validity yang
pada produk Blesscon. Dimensi ini dapat diukur layak.
melalui indikator :
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

Discriminant Validity Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai path


coefficient masing-masing variabel adalah sebagi
Tabel 2. Uji Discriminant Validity berikut:
1. Path coefficient antara Product Image terhadap
Product Purchase Trust sebesar 0,704.
Image Intention Trust 2. Path coefficient antara Trust terhadap Purchase
Product Image 0.839 Intenton sebesar 0,793.
Purchase 3. Path coefficient antara Product Image terhadap
Intention 0.742 0.895 Purchase Intention sebesar 0,183.
Trust 0.704 0.822 0.901

Melalui tabel 2 dapat dilihat bahwa akar Pada analisa path coefficient ini telah
pangkat AVE variabel product image, trust, dan dibuktikan bahwa trust merupakan variabel
purchase intention memiliki hasil yang valid. intervening dimana memperkuat hubungan antara
Melalui hasil tersebut dilihat juga hubungan antar product image dan purchase intention.
variable yang sebagian besar bersifat valid. Pada hubungan product image terhadap
purchase intention secara langsung memiliki path
Composite Reliability coefficient bernilai 0.183. Lalu ketika hubungan
tersebut melalui variabel trust terlebuh dahulu,
Tabel 3. Uji Internal Consistency Reliable yaitu product image ± trust ± purchase intention,
makan nilai dari path coefficient meningkat
Composite menjadi 0.558 (=0.704 x 0.793). Sehingga hal ini
Variabel Reliability Keterangan merupakan bukti bahwa trust sebagai variabel
Product Image 0.950 Reliable intervening memperkuat hubungan antara product
Purchase 0.952 image terhadap purchase intention.
Intention Reliable Selain itu, dapat dilihat pula bahwa
keseluruhan variabel dalam model ini memiliki
Trust 0.968 Reliable
path coefficient dengan angka yang positif. Artinya,
jika semakin besar nilai path coefficient pada satu
Tabel 3 menunjukkan bahwa keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen,
variabel laten dalam penelitian memiliki nilai maka semakin kuat juga pengaruh antara variabel
composite reliability diatas 0,6, sehingga dapat independen terhadap variabel dependen tersebut.
disimpulkan bahwa keseluruhan variabel memiliki
level internal consistency reliability yang tinggi. T-Statistics dan Uji Hipotesis

Path Coefficient dan R-Square Nilai T-statistics diperoleh dari prosedur


Evaluasi path coefficient digunakan untuk bootstrapping, yang digunakan untuk menarik
menunjukkan seberapa kuat efek atau pengaruh kesimpulan pada uji hipotesis. Nilai T-statistics
variabel independen kepada variabel dependen. dengan level signifikansi 5% menjelaskan
Sedangkan coefficient determination digunakan bahwa inner model akan signifikan jika nilai T-
untuk mengukur seberapa banyak variabel endogen statistics lebih besar dari 1,96.
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Didalam
penelitian, nilai R2 diatas 0,75 keatas dikategorikan
Original Sample Standard T- P
substansial, 0,50 ± 0,75 artinya sedang, dan 0,25 ± Sample Mean Error Statistic Value
0,50 artinya lemah. Product
0.183 0.184 0.074 2.473 0.00
Image:Trust
Trust:Purchase
0.704 0.716 0.062 11.352 0.00
Intention
Product
Image:Purchase
0.793 0.793 0.067 11.828 0.00
Intention

Tabel 4. T-Statistics

Pada tabel 4 dapat diartikan bahwa nilai


original sample (O) adalah nilai path coefficient
yang menunjukkan kekuatan pengaruh dari satu
latent variable ke satu latent variable lainnya.
Gambar 2. Path Coefficient dan R-Square Sedangkan nilai pada kolom sample mean (M)
menunjukkan nilai tengah dari path coefficient.
Sedangkan Pvalues dan standarderror (STDERR),
menunjukkan nilai simpang dan error pada sampel
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

mean. Nilai T statistics untuk melihat nilai T hitung sebagian besar responden mengungkapkan bahwa
yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis. mereka percaya dan yakin bahwa Blesscon adalah
produk yang berkualitas dan tidak mengecewakan.
T-statistics pada pengaruh product image Trust terhadap Purchase Intention
terhadap purchase intention menunjukkan angka Berdasarkan hasil penelitian yang
2.473>1,96, artinya product image berpengaruh dilakukan dapat diketahui bahwa trust mempunyai
signifikan terhadap purchase intention. T-statistics pengaruh yang signifikan terhadap purchase
pada pengaruh product image terhadap trust intention.
menunjukkan angka 11.352>1,96, artinya product Trust merupakan hal yang hanya bisa
image berpengaruh signifikan terhadap trust. T- dibangun secara bertahap oleh perusahaan agar
statistics pada pengaruh trust terhadap purchase mereka memiliki tempat tersendiri di hati
intention menunjukkan angka 11.828>1,96, artinya konsumen. Jika trust sudah tercipta antara
trust berpengaruh signifikan terhadap purchase konsumen dengan perusahaan, maka konsumen
intention. Berikut ini adalah hasil penarikan relatif akan merasa memiliki hubungan khusus
kesimpulan dari uji hipotesis. terhadap perusahaan tersebut dan itulah yang
diinginkan oleh perusahaan untuk memunculkan
Tabel 5. Uji Hipotesis minat beli. Konsumen percaya terhadap merek
karena adanya perasaan aman yang dihasilkan dari
interaksinya terhadap merek dan kepercayaan ini
Hipotesis Keterangan T-statistics akan makin berpengaruh langsung terhadap
Terdapat pengaruh signifikan
pembelian konsumen pada produk yang sama
H1 dari product image terhadap 2.473
dimasa yang akan datang (Aaker dan Lasser dalam
trust
Delagado-Ballester dkk.,2003:11). Menurut
Terdapat pengaruh signifikan penelitian yang dilakukan oleh Lianda (2009:70),
H2 dari trust terhadap purchase 11.352 dimana hasil penelitian menunjukkan trust
intention berperan dalam keputusan pembelian yang
Terdapat pengaruh signifikan dilakukan konsumen. Penelitian Chaudhuri dan
H3 dari product image terhadap 11.828 Holbrook (2001:91) juga membuktikan bahwa
purchase intention yang dipercaya yang akan sering dibeli oleh
konsumen.
Pembahasan Blesscon begitu menyadari bahwa
Product Image terhadap Trust tidaklah mudah membangun kepercayaan yang ada
Berdasarkan hasil penelitian yang dalam setiap diri konsumen. Dalam rangka
dilakukan dapat diketahui bahwa product image membangun kepercayaan dalam setiap
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konsumennya, Blesscon selalu berupaya untuk
trust. senantiasa bersikap sepenuh hati dalam melayani
Atribut produk yang memiliki keunggulan konsumennya. Blesscon selalu meningkatkan
dan citra yang baik akan lebih mudah diingat dan pelayanan yang diberikan dengan tidak pernah
lebih mudah diterima konsumen dibandingkan mengecewakan konsumennya dengan menerima
dengan atribut produk yang tidak memiliki dan memperbaiki setiap keluhan dan kesalahan
keunggulan dan citra yang baik di benak yang terjadi. Mulai dari proses produksi hingga
konsumen. Hal tersebut sesuai dengan teori sampai ke tangan konsumen, Blesscon berusaha
Simamora (2001, p. 167) yang menyatakan bahwa, untuk selalu memberi kepuasan tersendiri bagi
atribut produk adalah segala sesuatu yang melekat konsumen agar dapat meningkatkan kepercayaan
pada produk dan menjadi bagian dari produk itu konsumen terhadap Blesscon dan kemudian secara
sendiri. Atribut produk bisa digunakan sebagai langsung konsumen akan berminat membeli
sebuah keunggulan pada sebuah produk, sehingga produknya.
dapat meningkatkan kepercayaan konsumen
terhadap suatu produk. Product Image terhadap Purchase
Blesscon menggunakan teknologi- Intention
teknologi terbaru dan canggih dalam setiap proses Berdasarkan penelitian yang dilakukan
produksinya Tidak hanya itu, Blesscon juga menyatakan bahwa product image mempunyai
menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan pengaruh yang signifikan terhadap purchase
untuk menghasilkan produk yang aman digunakan. intention.
Setiap produk yang dihasilkan telah melalui proses Brand image mengandung tiga komponen
tes uji bersertifikat sehingga tidak perlu diragukan variabel, yaitu variabel corporate image, user
lagi kualitasnya. Keunggulan lain yang dimiliki image, dan product image. Sekumpulan komponen
Blesscon terletak pada harga dan ketepatan ini akan menjadi dasar dalam mempengaruhi minat
pelayanan yang diberikan. Hal tersebut terbukti beli konsumen. Citra produk merupakan
melalui hasil penelitian yang menyatakan bahwa sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

terhadap produk atau jasa tertentu. Apabila produk konsumen mengenai objek suatu produk.
ingin memiliki citra yang baik dibenak setiap Jadi semakin product image tersebut kuat,
konsumen maka penting bagi setiap produk harus maka keunggulan dan karakteristik dari
mampu memiliki atribut produk yang inovatif agar Blesscon akan melekat di diri konsumen
mampu menarik minat beli konsumen. Ketika yang menyebabkan ia akan memilih
konsumen memiliki minat untuk membeli, maka Blesscon dibandingkan pilihan bata ringan
hal tersebut akan memberi keuntungan bagi lainnya, karena ia telah merasa pilihan
perusahaan, berupa laba. tersebut tepat.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian dan pembahasan di atas,


dapat ditarik sebuah benang merah bahwa citra
Kesimpulan produk (product image) dan kepercayaan (trust)
merupakan variabel yang berpengaruh dalam
Melihat dari penelitian dari Pengaruh menciptakan sebuah minat beli (purchase
Product Image terhadap Purchase Intention dengan intention).
Trust sebagai variabel intervening (Studi bata
ringan Blesscon PT. Superior Prima Sukses), Saran
peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut:
Melihat dari hasil penelitian dan
a. Product image berpengaruh terhadap pembahasan di atas, peneliti mengajukan beberapa
Trust dapat dilihat dari table t-statistik saran sebagai berikut:
2.473>1,96. Pada saat seorang konsumen
memiliki product image yang positif a. Untuk PT. Superior Prima Sukses
terhadap Blesscon, ia akan memilih terhadap Blesscon
Blesscon pada saat ia sedang mencari dan
membutuhkan bata ringan. Hal ini karena Meningkatkan Product Image
didalam benak konsumen tersebut telah dari Blesscon karena Product Image
tertanam bahwa Blesscon merupakan bata berpengaruh terhadap Trust dan Purchase
ringan yang berkualitas. Jadi semakin Intention dari Blesscon dengan
product image tersebut kuat, maka meningkatkan indikator-indikator dari
keunggulan dan karakteristik dari Product Image. Sehingga semakin tinggi
Blesscon akan melekat di diri konsumen Product Image, semakin tinggi pula
yang menyebabkan ia akan percaya dan tingkat Trust.
yakin bahwa Blesscon mampu memenuhi
kebutuhan mereka dan tidak akan Implementasi yang bisa
mengecewakan mereka. dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
melakukan perbaikan dan penyempurnaan
b. Trust berpengaruh terhadap Purchase dari segi kualitas produk yang dihasilkan.
intention dapat dilihat dari table t-statistik Hal ini supaya produk yang dihasilkan
11.352>1,96. Kepercayaan merupakan hal lebih terstandarisasi serta mengurangi
yang hanya bisa dibangun secara bertahap keraguan ataupun ketidakpastian
oleh perusahaan agar mereka memiliki konsumen terhadap Blesscon.
tempat tersendiri di hati konsumen. Jika
kepercayaan sudah tercipta antara Meningkatkan Trust dari
konsumen dengan perusahaan, maka Blesscon karena Trust berpengaruh dan
konsumen relatif akan merasa memiliki memperkuat hubungan antara Product
hubungan khusus terhadap perusahaan Image terhadap Purchase Intention.
tersebut dan itulah yang diinginkan oleh Sehingga semakin tinggi Trust, maka
perusahaan untuk memunculkan minat semakin tinggi Product Image dan
beli. Purchase Intention.

Implementasi yang bisa


a. Product image berpengaruh terhadap dilakukan perusahaan adalah dengan
Purchase intention dapat dilihat dari table meningkatkan kualitas layanan yang
t-statistik 11.828>1,96. Product image diberikan melebihi harapan konsumen.
yang meningkatkan Purchase intention Perusahaan harus mampu menerima
diindikasikan melalui kepercayaan berbagai keluhan dan masukan yang
konsumen akan suatu merek produk yang datang dari konsumen. Tidak hanya
mampu menarik perhatian konsumen. menerima saja, namun perusahaan harus
Definisi singkat citra produk adalah dengan sigap mampu mengatasi setiap
sebuah kesan yang tertanam dalam diri permasalahan yang timbul dengan
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

konsumen agar tidak mengurangi rasa [3] American Marketing Association. (2014).
kepercayaan yang sudah terbentuk dengan About Marketing. Retrived 17 September
konsumen. 2014.
[https://www.ama.org/AboutAMA/Pages/Defi
Meningkatkan Product Image nition-of-Marketing.aspx.]
dari Blesscon karena Product Image
berpengaruh dan memperkuat hubungan [4] Assael, H. (1998). Customer Behavior and
dengan meningkatkan indikator-indikator Marketing Action (6thed). New York:
yang ada pada Product Image. Sehingga International Tjomson Publishing.
semakin tinggi Product Image, maka
semakin tinggi Purchase Intention. [5] Bank Indonesia. (Juli, 2015). Tinjauan
Kebijakan Moneter.
Implementasi yang bisa [http://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakanmo
dilakukan perusahaan untuk memperkuat neter/tinjuan/Documents/Tinjauan%20Kebija
Product Image yaitu salah satunya dengan kan%20Moneter%20JJuli%202015.pdf]
melakukan stabilisasi harga karena
banyaknya pemain bata ringan saat ini [6] Brassington, F and Pettitt, S. (2006).
menyebabkan banyak pesaing bata ringan Principles of Marketing.
lebih fokus dalam hal strategi penerapan
harga. Konsumen cenderung membeli [7] Busler. (2000). The Match-Up Hypothesis:
produk dengan harga yang lebih ekonomis Physical Attractiveness, Expertise and The
dan terjangkau. Oleh sebab itu, hal ini Role of Fit On Brand Attitude, Purchase
dilakukan supaya konsumen lebih Intention and Brand Belief. Journal of
memiliki niat beli yang tinggi untuk Advertising. Vol. 29.
jangkau waktu dekat maupun masa yang
akan datang ketika melihat Blesscon [8] Darsono, I.I. (2008). Hubungan Perceived
memiliki harga yang lebih ekonomis dan Service Quality dan Loyalitas: Peran Trust
terjangkau apabila dibandingkan dengan dan Satisfaction sebagai mediator. The 2nd
pesaing lainnya. National Conference UKWM. Surabaya.

b. Untuk Peneliti Selanjutnya [9] Davis, D., Golicic, S and Marquardt, A.


(2012). Business to Business Marketing
Peneliti selanjutnya dapat menambahkan Management: Strategies, Cases, and
variabel bebas (X) diluar variabel bebas yang Solutions. Emerald Group Publishing.
digunakan dalam penelitian ini. Hal ini karena
dimungkinkan ada variabel lain selain product [10] Deighton, John., Caroline M. Heinderson and
image, trust atau purchase intention terhadap Scott A. Neslin. (February, 1992). TheEffect
sebuah penelitian. of Advertising on Brand Switching and Repeat
Purchasin., Journal of Marketing Research,
Vol XXXI.

[11] Detikfinance.com. (02/21/2013). Pasar


Properti di Jawa Timur Meleset, Harga Tanah
DAFTAR REFERENSI Terus Naik.

[1] Aaker, David. A and Alexander L. Biel. [12] Dodds, B.2., Monroe, K.B and Grewal, D.
(1993). Brand Equity & Advertising: (1991). Effect of Price, Brand, and Store
$GYHUWLVLQJ¶V 5ROH LQ %XLOGLQJ 6WURQJ %UDQGV Information on Buyers Product Evaluation.
New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Journal of Marketing Research, 28(3), pp.99-
Inc. 116.

[2] Aaker, David. A and Erich. (2002). Brand [13] Eagen, John. (2004). Relationship Marketing
Leadership. Edisi Berilustrasi. Penerbit: Free (2nd ed). Prentice Hall: Financial Times.
Press.
[14] Howard, J.A. (1994). Buying Behavior in
Marketing Strategy (2nded). New Jersey:
Prentice Hall.

[15] Hsieh, M.H., Pan, S.L and Setiono, R.(2004).


Product-, Corporate, and Country-image
dimensionsand Purchase Behavior: A
Multicountry Analysis. Journal of The
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 1, (2016) 1-11

Academy of Marketing Science, 32(3), pp. [28] Park, C.W., Jaworski, B.J dan MacInnis, D.J.
251-270. (1986). Strategic Brand Concept-Image
Management. Journal of Marketing, 50(4),
[16] Keller, K.L. (2003). Strategic Brand pp. 134-145.
Management: Building, Measuring, and
Managing Brand Equity. New Jersey: Prentice [29] Porter, S.S and Claycomb, C. (1997). The
Hall. Influence of Brand Recognition on Retail
Store Image. The Journal of Product and
[17] Kompas.com. (05/02/2015). Meleset dari Brand Management, 6, pp. 373-384.
Target, Pertumbuhan Ekonomi RI 2011 2014
hanya 5.02 persen. [30] Roberts, K. (2004). Lovemarks: The Future
Beyond Brands (1sted). New York:
[18] Kotler, Philip and Kevin Lane Keller.(2009). Powerhouse Books.
Manajemen Pemasaran (13thed), Jilid 1.
Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. [31] Simamora. (2001). Memenangkan Pasar
dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel.
[19] Kotler, Philip and Keller, K.L. (2012). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Marketing Management (14thed). New Jersey:
Prentice Hall. [32] Simamora, Bilson. (2002). Aura Merek.
Jakarta: Gramedia.
[20] Kumar, V dan Reinartz, W. (2012). Customer
Relationship Management: Concept, Strategy, [33] Singh, J and Sirdeshmukh, D. (2000).
and Tools. Exploring The Effect of Consumers
Satisfaction and Loyalty Judgements. Journal
[21] Lianda, Filza. (2009). Pengaruh Kepuasan dan of Academy of Marketing Science, 28(9), pp.
Kepercayaan Mahasiswi Departemen 7-21.
Manajemen Fakultas Ekonomi USU Terhadap
Keputusan Pembelian Ulang Sampo Sunsilk. [34] Siregar, S. (2014). Statistik Parameter Untuk
Thesis S1. Universitas Sumatera Utara, Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Medan.
[35] Smeltzer, L.R. (1997). The Meaning and
[22] Liputan 6.(04/20/2015). Kembali Bergairah, Origin of Trust in Buyer-Supplier
Properti Indonesia Jadi Incaran Investor Relationships. International Journal of
Asing. Purchasing and Materials Management,
[http://bisnis.liputan6.com/read/2216645/kem 33(1), pp. 40-8.
bali-bergairah-properti-indonesia-jadi-
incaran-investor-asing]. [36] Surya Online. (2013). Mahal tapi Kontraktor
Menikmati.
[23] Liputan 6. (03/25/2015). Mau Investasi, Beli [htt[://surabaya.tribunnews.com/2013/10/09/m
Properti di 5 Kota ini. ahal-tapi-kontraktor-menikmati]
[http://bisnis.liputan6.com/read/2196555/mau-
investasi-beli-properti-di-5-kota-ini] [37] Sutojo, Siswanto. (2004). Membangun Citra
Perusahaan. Jakarta: Damar Media Pustaka.
[24] Malhotra, N.K. (2004). Marketing Research:
An Applied Orientation. New Jersey: Pearson [38] Wu, Paul, C.S., Gary Yeong-Yuh Yeh,
Education Inc. ChiehRu Hsiao. (2011). The Effect of Store
Image and Service Quality on Brand Image
[25] Martin, A. Lia. (01/16/2015). Natalia Sunaidi: and Purchase Intention for Private Label
Investasi Properti di 2015 Lebih Brands, Australasian Marketing Journal, Vol
Menggiurkan. 19 Issue 1, pp. 30-39.
[http://swa/co.id/portofolio/investasi-properti-
di2015-lebih-menggiurkan].

[26] McKnight., et al. (2002). The Impact of Initial


Consumer Trust on Intention to Transact With
a Website. A Trusting Building Model, Jurnal
Sistem Strategi Informasi 11.

[27] Mowen, John. C and Minor, M. (2002).


Perilaku Konsumen.(Lina Salim, Trans).
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai