Anda di halaman 1dari 71

RANCANG BANGUN ALAT PENGADUK VIRGIN COCONUT

OIL (VCO)

HAFIS DIYA ULHAQ

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

RANCANG BANGUN ALAT PENGADUK


VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

HAFIS DIYA ULHAQ


J1B116090

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Jambi untuk Memenuhi
Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa : Hafis Diya Ulhaq
NIM : J1B116090
Jurusan : Teknik Pertanian

Judul Skripsi : Rancang Bangun Alat Pengaduk Virgin Coconut Oil


(VCO)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan dimanapun
juga/atau oleh siapapun.
2. Semua sumber dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima selama penelitian
telah disebutkan dan penyusunan skripsi ini bebas dari plagiarisme.
3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam
proses pengajuan oleh pihak lain atau di dalam skripsi ini terdapat plagiarisme,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai pasal 12 ayat 1 butir g Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No.17 Tahun 2010 tentang Pencegahan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, yakni pembatalan ijazah.

Jambi, Agustus 2021


Penulis

Hafis Diya Ulhaq


J1B116090
RANCANG BANGUN ALAT PENGADUK VIRGIN COCONUT
OIL (VCO)

HAFIS DIYA ULHAQ

J1B116090

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


pada Program Studi Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Menyetujui
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dr. Lavlinesia. M.Si Nurfaijah. S.TP., M.Si.


NIP. 196007211987102001 NIP. 201609112008

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Dr. Fitry Tafzi. S.TP., M.Si.
NIP. 197209031999032004

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rancang Bangun Alat
Pengaduk Virgin Coconut Oil (VCO)”

Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr.Ir. Suandi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.
2. Bapak Dr.Ir.Sahrial, M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
3. Ibu Dr. Fitry Tafzi, S.TP., M.Si, selaku ketua Program Studi Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.
4. Dr. Lavlinesia. M.Si, Nurfaijah S.TP. M. Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Mursalin S.TP., M.Si selaku dosen penguji I yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari banyak kekurangan dalam penulisan proposal skripsi
ini. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga
proposal skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan membantu
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Teknik Pertanian.

Jambi, Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.....................................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian...................................................................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3


2.1 Tanaman Kelapa.......................................................................................................3
2.2 VCO (Virgin Coconut Oil).......................................................................................4
2.3. Metode Pembuatan VCO.........................................................................................6
2.4 Alat Pengaduk (Mixer).............................................................................................8
2.5 Dinamo.....................................................................................................................9
2.6 Rancang Bangun....................................................................................................10

III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................12


3.1. Waktu dan Tempat................................................................................................12
3.2. Alat dan Bahan......................................................................................................12
3.3. Pelaksanaan Penelitian..........................................................................................12
3.4 Diagram Alir Penelitian..........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi buah kelapa.......................................................................................5


2. Kandungan asam lemak VCO............................................................................6
3. Pengaruh kecepatan putar terhadap rendemen........................................................9
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Alat pengaduk mentega......................................................................................12
2. Alat pengaduk VCO...........................................................................................14
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa (Cocos Nucifera) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
berupa pohon berbatang lurus dari famili Palmae. Kelapa mempunyai banyak
manfaat yang beraneka ragam terutama dalam bidang bahan pangan. Daging buah
pada pohon kelapa bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak kelapa murni
(VCO). Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia
dengan total produksi buah kelapa sebesar 14 miliar butir per tahun (APCC, 2018).
Pada tahun 2019, Provinsi jambi memiliki luas area tanaman kelapa sebesar 113.276
ha dengan produksi 105.255 ton (Ditjen perkebunan, 2019).
VCO (Virgin Coconut Oil) merupakan minyak makan yang didapat tanpa
mengubah sifat fisika kimia minyak dengan hanya perlakuan mekanis tanpa
pemakaian panas. VCO memiliki kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah,
berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama
yaitu lebih dari 12 bulan (Sulystio, 2014). VCO memiliki banyak keunggulan
dibidang kesehatan, seperti mencegah diabetes, menjaga kesehatan jantung karena
kaya akan asam laurat dan dibidang kecantikan, seperti mencegah kulit tetap
terhidrasi dan penyembuhan bekas luka (Mariana, dkk. 2009).
Proses untuk menghasilkan VCO adalah dengan cara memarut daging buah
kelapa dan memerasnya sehingga mendapatkan santan (Badan Standarisasi Nasional,
2008). Pembuatan VCO menurut Pontoh, dkk (2008) santan yang diperoleh dari
pemerasan daging buah kelapa tua. Santan yang diperoleh didiamkan dalam wadah
transparan selama 2 jam, hingga terbentuk 2 lapisan yaitu skim dan krim kemudian
airnya dipisahkan dan ambil bagian krimnya untuk diaduk sebentar dan didiamkan
lagi selama 12 jam untuk memisahkan air, protein,dan minyak. Lakukan pengambilan
pada minyak yang telah didapat, kemudian disaring untuk menghasilkan minyak yang
jernih yang tidak memiliki prtotein didalamnya. Proses produksi ini akan memakan
waktu 12 jam.
Menurut Sulystio (2014), pembuatan VCO dapat dilakukan dengan berbagai
metode, antara lain dengan metode pemanasan, pancingan, dan pengadukan
(sentrifugal). Pembuatan VCO dengan metode pemanasan menghasilkan rendemen
yang tinggi, namun minyak yang dihasilkan dari metode pemanasan bewarna kuning,
berbau gosong karena proses oksidasi, menguapkan asam kaprat, dan asam kaproat
(Zhang, 2007). Metode pancingan menurut Sri Hariyani (2006), proses pembuatan
VCO dilakukan dengan cara penambahan VCO ke dalam krim, dan diaduk secara
merata, kemudian diamkan santan yang telah diaduk selama 24 jam. Metode
pancingan ini kurang efisien karena VCO yang dihasilkan sedikit dan proses
pembuatannya lama. Metode pengadukan menghasilkan minyak yang memiliki
kualitas yang baik seperti, minyak bewarna putih jernih, bau kas kelapa, lama
produksi selama 16 jam dengan rendemen yang tinggi (Yanto, 2011).
Metode pengadukan merupakan gerakan putar dari besi poros yang
menggerakkan impeler untuk mengaduk santan, sehingga membuat aliran pada santan
bergejolak yang menyebabkan antar molekul protein di dalam santan mengalami
pergesekan sehingga emulsi pada santan pecah (Cahyana, 2005). VCO yang
dihasilkan dalam proses pengadukan dipengaruhi oleh jenis impeler (Purwanto,
2006). Teknologi yang dimanfaatkan untuk pembuatan VCO dengan cara
pengadukan saat ini masih menggunakan pengaduk dengan kapasitas 1 L atau mixer
yang umumnya dipakai oleh masyarakat, namun untuk skala industri sudah ada
dengan kapasitas 25 L, dengan harga Rp.25.000.000,00 dikarenakan bahan yang
digunakan terbuat dari stainlees steel (Andaro, 2015). Mayoritas masyarakat yang
berkeinginan untuk membuat VCO masih tidak banyak dikarenakan untuk proses
pembuatan menggunakan pengaduk dengan kapasitas 1 L hanya menghasilkan
minyak yang sedikit seperti yang dilakukan oleh dalih (2005), yang menghasilkan
VCO dengan cara pengadukan yaitu sebesar 106,5 ml dengan kapasitas 450 ml krim
santan, sedangkan untuk menggunakan alat pengaduk skala industri memiliki
kapasitas yang sangat besar dan harga yang mahal. Masyarakat saat ini membutuhkan
alat pengaduk dengan proses produksi untuk skala industri rumah tangga, dengan
harga yang tidak terlalu besar sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat unutuk
proses pembuatan VCO.
Pembuatan alat pengaduk santan untuk menghasilkan VCO dengan skala
industri rumah tangga sudah dibuat oleh Putra (2017) pembuatan minyak VCO
menggunakan alat pengaduk santan yang telah dirancang dengan kapasitas 5 kg,
pengadukan selama 30 menit dan menghasilkan VCO sebesar 300 ml. Reniana
(2018), melakukan penelitian tentang pengembangan alat pengaduk VCO, dengan
kapasitas alat sebesar 5 kg, rata-rata kecepatan pengaduk 1873 Rpm. Jenis pengaduk
yang digunakan adalah baling-baling (propeller). Alat pengaduk ini memiliki tabung
pengaduk yang terbuat dari plat stainlees steel yang dilengkapi dengan 6 bafle. Alat
ini dapat ditingkatkan agar menghasilkan rendemen minyak lebih tinggi dengan
pengubahan pada bagian impelernya menjadi turbin, hal ini disampaikan oleh
Purwanto (2008), yang menjelaskan dengan mengaduk tipe turbin menghasilkan
minyak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengaduk lainnya. Tabung pengaduk
dari alat ini dapat diubah dengan bahan yang lebih murah dan transparan sehingga
dapat membantu dalam proses pembuatan VCOnya dengan mengurangi harga dari
alat tersebut (purwanto, 2006).
Berdasarkan penelitian yang diatas saya sebagai peniliti mengambil alat
Reniana sebagai acuan untuk alat pengaduk yang akan dirancang, karena penelitian
yang dilakukan oleh reniana menghasilkan nilai rendemen VCO yang tinggi, oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang” Rancang Bangun
Alat Pengaduk Virgin Coconut Oil (VCO)” yang menghasilkan rendemen yang
tinggi dengan harga yang lebih murah.

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membuat alat pengaduk VCO (Virgin Coconut Oil) dengan kecepatan pengadukan
sebesar 900 Rpm dan kapasitas 5 kg.
2. Pengujian VCO berdasarkan rancang bangun alat yang telah dibuat.
1.3 Manfaat Penelitian
Semoga alat ini dapat dapat dimanfaatkan oleh masyarakat daerah penghasil
kelapa dengan teknologi yang sederhana dan ekonomis dengan proses produksi untuk
skala industri rumah tangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Rancang Bangun


Rancang bangun adalah penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa
atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam suatu kesatuan yang
utuh dan berfungsi. Perancangan atau rancang merupakan serangkaian prosedur
untuk menterjemahkan hasil analisa dan sebuah sistem ke dalam bahasa
pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponen-komponen
sistem di implementasikan. Pressman (2010), menyebutkan bahwa pembangunan
atau bangun sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun mengganti atau
memperbaiki sistem yang telah ada secara keseluruhan.
Perancangan adalah kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu produk yang
keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat untuk meringankan hidupnya.
Perancangan itu sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan, oleh karena
itu perancangan kemudian disebut sebagai proses perancangan yang mencakup
seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan tersebut. Kegiatan-kegiatan
dalam proses perancangan disebut fase. Proses perancangan teknik adalah spesifikasi,
perumusan konsep, pemilihan konsep, desain detail, dan pabrikasi. Metode rancang
bangun meliputi identifikasi masalah, inventarasisasi ide dan analisis, tahapan
identifikasi masalah dapat dilihat dari persoalan-persoalan apa saja yang akan terjadi
terutama dalam segi teknis, sosial, dan ekonomi (Hurst, 2006).

II.1.1 Perancangan
Menurut sularso (1980) perancangan adalah Sebuah Proses untuk
mendefinisikan sesuatu yang akan dikerjakan dengan menggunakan teknik yang
bervariasi serta di dalamnya melibatkan deskripsi mengenai arsitektur serta detail
komponen dan juga keterbatasan yang akan dialami dalam proses pengerjaanya.
Perancangan atau desain adalah proses menterjemahkan ide atau kebutuhan
pasar ke informasi detail dimana sebuah produk dapat dibuat. Menurut jenisnya
perancangan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Original design : adalah desain yang baru dan belum pernah ada sebelumnya.
Mencari desain yang original desainer harus berpikir seluas mungkin mengenai
semua penyelesaian yang mungkin dan iya harus memilihnya.
2. Adaptive atau developmental design : adalah mencari perubahan yang lebih baik
dalam performa alat yang dirancang melalui perbaikan prinsip kerja. Desain jenis
ini memungkinkan pengembangan dalam material pembangun alat yang
dirancang.
3. Variant design : merupakan proses perancangan dimana skala dimensi atau detail
dari alat yang dirancang diubah tanpa adanya perubahan fungsi atau metode kerja
alat. (Roozenburg dan Eekels. 1995 dalam Agung nugroho. 2008)

II.2 Pengadukan

Menurut Cabe (1993), pengadukan merupakan operasi yang membuat gerakan


dari bahan yang diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak atau
komponennya menyebar (terdispersi).
Tujuan pengadukan:
a. Mencampur dua cairan yang saling melarut
b. Melarutkan padatan dalam cairan
c. Mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung
d. Mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan jacket
pada dinding bejana.
Pemilihan pengaduk menjadi salah satu faktor penting dalam proses
pencampuran yang efektif. Pengaduk jenis baling-baling (propeller) dengan aliran
aksial dan pengaduk jenis turbin yang memiliki aliran radial menjadi pilihan yang
umum dalam pengadukan dan pencampuran.

II.2.1 Jenis-Jenis Pengaduk


Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam
menghasilkan proses dan pencampuran yang efektif. Secara umum, terdapat empat
jenis pengaduk yang biasa digunakan, yaitu:
a. Pengaduk baling-baling
Pengaduk jenis ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750
rpm (revolution per minute) dan digunakan untuk bahan berupa cairan dengan
viskositas rendah. Pengaduk baling-baling yang sering digunakan yaitu marine
propeller, hydrofoil propeller, dan high flow propeller. Bentuk dari pengaduk jenis
ini dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 1. Pengaduk baling-baling


Sumber: Ediamanta (2013)
b. Pengaduk dayung
Pengaduk dayung (Gambar 6), digunakan pada kecepatan rendah diantaranya
20 hingga 200 rpm. Pengaduk jenis ini sebaiknya tidak digunakan untuk bahan
dengan viskositas tinggi seperti padatan. Terdapat beberapa jenis pengaduk dayung
yaitu paddle anchor, paddle flat beam-basic, paddle double-motion, paddle gate,
paddle horseshoe, paddle glassed steel, dan paddle finger.
Gambar 2. Pengaduk dayung berdaun dua
Sumber: Purwanto (2008)
c. Pengaduk turbin
Pengaduk turbin (Gambar 7), dengan daun berbentuk datar memberikan aliran
yang radial. Ada pun beberapa jenis pengaduk turbin adalah sebagai berikut: turbine
disc flat blade, turbine hub mounted curved blade, dan turbine pitched blade.
Pengaduk turbin dengan daun berbentuk miring 450 banyak digunakan untuk bahan
dengan viskositas tinggi/padatan, hal ini karena pengaduk jenis ini menghasilkan
pergerakan fluida yang lebih besar.

Gambar 3. Pengaduk turbin


Sumber: Hurst (2006)
d. Pengaduk Helical-Ribbon
Pengaduk jenis Helical- Ribbon (Gambar 8), memiliki bentuk seperti pita
(ribbon) yang dibentuk dalam sebuah bagian yang bentuknya seperti baling- baling
helicopter dan ditempelkan kepusat sumbu pengaduk (helical). Pengaduk jenis ini
memiliki rpm yang rendah dan digunakan untuk bahan-bahan dengan viskositas
tinggi. Beberapa jenis pengaduk ini yaitu ribbon impeller, double ribbon impeller,
dan helical screw impleller.
Gambar 4. Pengaduk helical ribbon
Sumber: Ediamanta (2013)

2.4 Pemilihan Jenis Pengaduk


Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada setiap
jenis pengaduk adalah :
a. Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah Pa.s
(3000 cP).
b. Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s (100.000
cp).
c. Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa digunakan
untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP).
d. Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas 1000 Pa.s
dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk viskositas lebih dari 2,5
- 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak diperlukan karena hanya terjadi
pusaran kecil.

Sumber: Putra (2017)


Gambar 2.5 Pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang berbeda, (a)
Impeller, (b) Propeller, (c) Paddle dan (d) Helical ribbon

2.5 Tanaman Kelapa


Kelapa termasuk jenis Palmae yang bersel satu (monokotil). Batang tanaman
tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon kelapa dapat
bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal, misalnya akibat
serangan hama tanaman. Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-
tumbuhan, tanaman kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai
berikut (Muhammad dan Joko, 2012) :
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub-Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Penggolongan varietas kelapa pada umunya didasarkan pada perbedaan umur
pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah, serta sifat-sifat khusus
yang lain. Buah kelapa umumnya hanya dimanfaatkan untuk kelapa sayur dan
minyak goreng. Beberapa tempat telah berkembang pula berbagai produk olahan dari
kelapa dan hasil sampingnya, seperti dessicated coconut, nata de coco, serat sabut,
dan arang aktif. Namun, minyak kelapa murni yang memiliki nilai tambah tinggi
justru belum banyak dikembangkan di Indonesia. Minyak kelapa murni terutama
digunakan dalam bidang kesehatan dan kosmetik.
Batang pohon kelapa umumnya berdiri tegak dan tidak bercabang, dan dapat
mencapai 10 - 14 meter lebih. Daunnya berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3-4
meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian. Kelapa yang sudah
besar dan subur dapat menghasilkan 2-10 buah kelapa setiap tangkainya.

2.6 VCO (Virgin Coconut Oil)


Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil atau VCO) merupakan produk
olahan asli Indonesia yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada suhu
rendah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam
minyak tetap dapat dipertahankan (Tanasale, 2013). VCO merupakan bentuk murni
dari minyak kelapa dengan karakteristik tidak berwarna, beraroma kelapa segar dan
bebas dari aroma tengik (APCC, 2018).
Komponen utama dari VCO adalah asam lemak jenuh dan memiliki ikatan
ganda dalam jumlah kecil, VCO relatif tahan terhadap panas, cahaya dan oksigen.
Kandungan paling besar dalam minyak kelapa adalah asam laurat (Hapsari, 2007).

2.6.1 Kandungan VCO


Kandungan utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam
lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat.
VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat. Keduanya
merupakan asam lemak rantai (Medium Chain Fatty Acid / MCFA). VCO
mengandung asam laurat dan MCTs lainnya dengan persentase yang lebih tinggi dari
minyak kelapa biasa (Wardani, 2007). VCO mengandung 92% lemak jenuh, 6%
lemak mono tidak jenuh dan 2% lemak poli tidak jenuh. Komposisi kandungan asam
lemak VCO dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan asam lemak VCO
Asam lemak Persentase (%)
C 6:0 – Asam Kaproat 0.4-0.6
C 8:0 – Asam Kaprilat 5.0-10.0
C 10:0 – Asam Kaprat 4.5 -8.0
C 12:0 – Asam Laurat 43.0-53.0
C 14:0 – Asam Miristat 16.0-21.0
C 16:0 – Asam Paamitat 7.5-10.0
C 18:0 – Asam Stearat 2.0-4.0
C 18:1 – Asam Oleat 5.0-10.0
C 18:2 – Asam linoleat 1.0-2.5
C 18:3 – C 24:1 <0.5
Sumber: Fatwatun, et al., (2013)

Kandungan antioksidan di dalam VCO pun sangat tinggi seperti α- tokoferol


dan polifenol. Kandungan tokoferol (0,5 mg/100 g minyak kelapa murni) dapat
bersifat sebagai antioksidan dan dapat mengurangi tekanan oksidatif (suatu keadaan
dimana tingkat oksigen reaktif intermediat (reactive oxygen intermediate/ROI) yang
toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen) yang diakibatkan oleh paparan sinar
UV. Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas
tubuh (Dayrit, 2011). Secara umum, proses produksi yang menerapkan penggunaan
panas dapat menurunkan kadar α-tokoferol dan polifenol sekitar 25%.

Virgin Coconut Oil (VCO) mempunyai banyak manfaat, selain berfungsi


untuk menggoreng makanan, Virgin Coconut Oil (VCO) juga berperan membantu
mencegah penyakit jantung, kanker, diabetes, memperbaiki pencernaan,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah infeksi virus HIV, dan SARS. VCO
juga dapat dimanfaatkan sebagai pelembab rambut dan kulit, sebagai basis minyak
untuk berbagai produk kosmetik dan perawatan kulit, sebagai minyak pembawa untuk
aromaterapi dan massage oil (Bawalan dan Chapman, 2006).

2.7 Metode Pembuatan VCO


Buah kelapa tua varietas dalam (berumur 11-12 bulan) dikeluarkan sabut dan
tempurung nya. Kemudian testa nya (bagian yang berwarna coklat) dikeluarkan
dengan sikat agar tidak mempengaruhi warna santan. Daging kelapa bersih diparut
dengan mesin pemarut kelapa. Krim yang diperoleh dari pendiaman selama beberapa
jam akan menghasilkan 2 lapisan yaitu kanil (krim) dan scim (air) lalu pisahkan krim
dari air. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan beberapa metode pengolahan
VCO. Adapun beberapa metode pembuata VCO (Virgin Coconut Oil) adalah sebagai
berikut:
1. Metode fermentasi
Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga
dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya terlibat dalam
fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Santan yang diperoleh dimasukkan ke
dalam wadah dan didiamkan selama 1 jam sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu krim
santan pada bagian atas dan air pada bagian bawah. Kemudian krim santan
difermentasi dengan menambah ragi tempe dengan perbandingan 5:1 (5 bagian krim
santan dan 1 bagian ragi tempe). Fermentasi selesai ditandai dengan terbentuknya 3
lapisan yaitu lapisan minyak paling atas, lapisan tengah berupa protein dan lapisan
paling bawah berupa air. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan kertas saring
(Cahyono dan Untari, 2009). Proses fermentasi dalam pembuatan minyak kelapa
murni atau virgin coconut oil (VCO) yaitu mikroba dari ragi tempe dalam emulsi
menghasilkan enzim, antara lain enzim protease. Enzim protease ini memutus rantai-
rantai peptida dari protein berat molekul tinggi menjadi molekul-molekul sederhana
dan akhirnya menjadi peptida-peptida dan asam amino yang tidak berperan lagi
sebagai emulgator dalam santan kelapa sehingga antara minyak dan air memisah.
Nilai pH tertentu akan dicapai titik isoeletrik dari protein. Protein akan menggumpal
sehingga mudah dipisahkan dari minyak (Cahyono dan Untari, 2009).
2. Pemanasan Bertahap
Cara pembuatan dengan metode ini sama dengan cara pembuatan dengan cara
tradisional, yang berbeda terletak pada suhu pemanasan. Dimana, pada pemanasan
bertahap suhu yang digunakan sekitar 60⁰C-75⁰C. Bila suhu mendekati angka 75⁰C
matikan api dan bila suhu mendekati angka 60⁰C nyalakan lagi api (Purwanto, 2006).
3. Metode Pengadukan
Pengolahan VCO dengan metode pengadukan dengan menggunakan mixer.
Menurut Arniah dkk, (2007) adalah sebagai berikut: Daging buah kelapa tua dicuci
dan diparut dengan mesin parut. Hasil parutan ditambahkan air sebanyak (1:1), lalu
diperas sampai menjadi santan. Santan kelapa didiamkan selama 3 jam dalam wadah
transparan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah krim dan lapisan bawah
adalah air. Lapisan krim diambil dan lapisan air dibuang, selanjutnya lapisan krim
dimasukkan kedalam wadah lalu di mixer. Krim diaduk dengan kecepatan 503 RPM
selama 30 menit. Krim diendapkan selama 12 jam sampai terbentuk tiga lapisan
yaitu, lapisan VCO (atas), blondo (tengah) dan air (bawah). Lapisan VCO dipisahkan
dan disaring menggunakan kertas saring dan di masukkan ke botol penyimpanan.
Pengadukan pada emulsi minyak dalam air bertujuan untuk mengganggu
kestabilan emulsi agar minyak keluar. Secara umum, emulsi dapat dibagi menjadi dua
yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Sifat emulsi air dalam
minyak stabil sedangkan sifat emulsi minyak dalam air tidak stabil (Nour, 2009)
4. Cara Pengasaman
Cara ini tidak memerlukan pemanasan sehingga minyak yang dihasilkan
bening, tidak cepat tengik, dan daya simpannya sekitar 10 tahun. Diamkan santan
sampai terbentuk krim dan skim. Buang bagian skim kemudian tambahkan beberapa
ml asam cuka ke dalam krim santan. Ambil kertas lakmus, celupkan kedalam
campuran santan-cuka, kemudian di cek pHnya. Jika kurang dari 4,3 maka,
tambahkan lagi asam cuka. Jika lebih dari 4,3 maka, tambahkan lagi air. Jika pH
sudah cocok diamkan campuran tersebut selama 10 jam hingga terbentuk minyak,
blondo, dan air. Buang bagian air dan ambil bagian minyak kemudian lakukan
penyaringan (Susanto, 2012) .
5. Pancingan
Santan didiamkan sampai terbentuk krim dan air. Krim tersebut dicampur
dengan minyak pancingan dengan perbandingan 1:3 sambil terus diaduk hingga rata,
lalu diamkan 7-8 jam sampai terbentuk minyak, blondo dan air. Ambil VCO dengan
sendok. (wardani, 2007).

2.8 Pengembangan Alat Pemisah Virgin Coconut Oil (VCO) Berpengaduk


(Reniana, 2018)
Penelitian ini menjelaskan tentang pengembangan alat pengaduk VCO, dimana
yang dikembangkan yaitu pengembangan dalam hal modifikasi bagian fungsional
berupa baffle dan impeller. Pengaduk yang digunakan adalah impeller tipe propeller
yang dirancang menyilang dan berlawanan arah. Sedangkan baffle yang digunakan
sebanyak 6 buah yang terpasang pada dinding tabung pengaduk yang berukuran 4 cm.
Secara umum kontruksi alat yang dihasilkan terbagi menjadi 4 bagian utama yaitu
rangka utama, tabung pengaduk (terpasang baffle), sumber penggerak/motor listrik
(hand drill), dan pengaduk.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yang terbagi menjadi 2
tahap yaitu pembuatan prototipe alat pemisah VCO berpengaduk dan pengujian
kinerjanya.
a. Pembuatan prototipe alat pemisah VCO tipe pengaduk
Bagian fungsional (procces system) dari alat pemisah VCO ini adalah bagian
pengaduk dan baffle. Fungsi dari bagian ini adalah untuk mengaduk santan dengan
putaran tinggi menghasilkan aliran turbulen sehingga minyak dapat terpisah dari
santan (protein dan air). Putaran atau gerakan sentrifugasi dari pengaduk dengan
kecepatan optimal 1500 rpm menyebabkan emulsi terdispersi atau pecah (Cahyana,
2005). Santan adalah merupakan emulsi minyak dan air yang terikat oleh protein.
Pengaduk yang dibuat merupakan impeler jenis propeller yang dirancang sedemikian
rupa menggunakan 2 buah propeller dengan posisi berlawanan. Baffle dibuat
sebanyak 6 buah dengan tujuan untuk meningkatkan pola aliran turbulen bahan.
Bagian struktural dari alat ini adalah rangka (frame), sistem transmisi daya berupa
poros yang tersambung langsung dengan sumber tenaga penggerak/motor listrik.

Gambar 1. Rancangan prototipe alat pemisah VCO


tipe pengadukan (1. Motor penggerak, 2. Poros pengaduk, 3. Tabung pengaduk, 4.
Baffle, 5. Impeller 6. Saluran pengeluran, dan 7. Rangka)
b. Pengujian Kinerja Alat
Pengujian dilakukan dengan menggunakan santan kelapa kental yang diperoleh
dari daging buah kelapa tua. Santan diperoleh dengan cara memarut daging buah
kelapa menggunakan alat parut kelapa mekanis dan diperas secara manual dengan
perbandingan air 1:2 (santan diperoleh dari 5 kg kelapa parut). Santan yang diperoleh
didiamkan selama 30 menit untuk memisahkan santan kental dengan air. Kemudian
santan kental yang diperoleh diukur volumenya dan dimasukkan kedalam tabung
pemisah VCO dan diaduk dengan kecepatan penuh dengan waktu sesuai perlakuan.
Perlakuan dilakukan terhadap waktu pengadukan yaitu 4, 8, 12, 16 dan 20 menit.
Selama pengadukan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 150 ml sesuai
perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Kemudian sampel
ditempatkan kedalam wadah pengendapan dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah
proses inkubasi, minyak disaring menggunakan kertas saring.
Tahapan pengujian kinerja yang sudah dilakukan pada penelitian ini meliputi
kapasitas kerja efektif dan rendemen VCO yang dihasilkan. Kapasitas kerja efektif
merupakan perbandingan antara kapasitas daya tampung santan persatuan waktu
kerja. Rendemen VCO merupakan persentese VCO yang dihasilkan dari masing-
masing perlakuan yang dilakukan. Tabel 1. menunjukkan hasil pengujian alat
pemisah VCO untuk variabel kapasitas kerja efektif dan rendemen VCO dari berbagai
perlakuan waktu pengadukan.

Tabel 1. Rata-rata kapasitas kerja efektif dan rendemen VCO yang dihasilkan dari
berbagai perlakuan waktu pengadukan.
Waktu Pengadukan (menit) Kapasitas kerja efektif Rendemen VCO (%)
(liter/jam)
4 72,50 17,78
8 36,25 15,33
12 24,17 16,00
16 18,13 15,11
20 14,50 16,22

Penelitian ini, rata-rata volume santan yang digunakan dalam sekali proses
adalah 4,83 liter. Sedangkan volume tabung pengaduk adalah 7,85 liter dengan daya
tampung optimum adalah 5 liter santan dan rata-rata kecepatan putaran pengaduk
yang digunakan adalah 1873,5 rpm. Hasil pengembangan alat, telah dihasilkan alat
pemisah VCO berpengaduk dengan kinerja dan kontruksi yang sederhana. Dari hasil
pengujian alat, kinerja terbaik diperoleh pada waktu pengadukan 4 menit dengan
kapasitas kerja efektif 72,50 liter santan/jam dan rendemen hasil 17,78 %. Rumus
yang digunakan untuk rendemen dan kapasitas efektif adalah sebagai berikut.

volume VCO(ml )
1. rendemen= ×100 %
volume santan(ml)
volume VCO
2. K efA =
waktu
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Pembuatan dan pengujian alat dilakukan pada bulan januari sampai dengan juni
2021 di Workshop Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Jambi.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam perancangan yaitu satu unit Personal Computer
(PC) dengan Software AutoCAD untuk proses pembuatan gambar teknik alat yang
dibuat. Tahap pembuatan prototype memerlukan alat-alat seperti: mesin bor, gerinda
potong, gergaji besi, las listrik, meteran, tang, kunci pas, gerinda, obeng bunga dan
peralatan bengkel lainnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plat
besi dengan ketebalan 3 mm, plat stainless steel dengan ketebalan 3 mm, pipa
stainlees steel dengan tebal 0,8 mm dengan panjang 50 cm, gerinda turner dengan
daya 300 watt, baut dan mur, galon dengan kapasitas 10 kg, besi siku dengan tebal 3
mm dengan ukuran 4 x 4 cm, dan santan 5 kg yang akan digunakan untuk pengujian
alat.

3.3 Metodologi Penelitian


Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap perancangan, tahap
pembuatan alat, dan tahap pengujian alat.
3.3.1 Metode Perancangan
Perancangan alat pengaduk VCO mengacu kepada alat pengaduk santan yang
dirancang oleh Reniana (2018) dengan modifikasi tabung pengaduk, impeller, dan
kecepatan pengaduk (rpm).
a. Alat pengaduk VCO (Reniana, 2018)
Alat pengaduk yang dirancang oleh Reniana (2018) dapat dilihat pada Gambar
1.
Gambar 1. Alat pengaduk VCO (reniana, 2018)
Bahan yang digunakan untuk pembuatan alat pengaduk ini yaitu plat stainless
dengan ketebalan 2 mm, as stainless berdiameter 1 cm, besi siku 4 x 4 cm, dan motor
listrik (Hand Drill Kenmaster 600 watt). Alat ini memiliki kapasitas sebesar 7,85
liter, dan kapasitas optimum dari alat pengaduk ini yaitu 5 liter, sedangkan santa yang
digunakan pada proses ini yaitu 4,83 liter yang diaduk dengan kecepatan rata- rata
sebesar 1873,5. Alat ini juga memiliki Baffle sebanyak 6 buah dengan lebar 4 cm
yang terbuat dari staienss steel.
b. Rancangan alat pengaduk
Alat yang akan dibuat memiliki kapasitas 5 kg, impeler yang digunakan adalat
turbin dengan 4 daun sesuai dengan penjelasan Purwanto (2006), menjelaskan
pembuatan pengaduk turbin harus 30 atau 50% dari diameter tabung. Wadah
pengaduk yang digunakan adalah galon yang memiliki diameter 24 cm dengan tinggi
32 cm dengan kapasitas 10 kg. Alat ini juga dilengkapi dimmer untuk mengurangi
kecepatan dari motor listrik. Alat pengaduk dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Rancangan alat pengaduk VCO

3.3.2 Pelaksanaan penelitian


Pelaksanaa penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap perancangan,
tahap pembuatan alat dan tahap pengujian alat.
1. Tahap perancangan
Langkah pertama yang harus dilakukan pada tahap pertama yaitu membuat
desain alat pengaduk santan dengan kapasitas 5 kg menggunakan Personal Computer
(PC) dengan Software AutoCAD untuk proses pembuatan gambar teknik alat yang
akan dibuat dan menentukan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan alat
pengaduk santan dimana bahan yang akan digunakan yaitu plat besi, baut dan mur,
besi siku, gerinda, plat steinsteel, dimmer, dinamo, dan gallon yang akan dijadikan
sebagai wadah pengaduk.
2. Tahap pembuatan alat
Alat pengaduk VCO (Virgin Coconut Oil)) dengan menggunakan motor
gerinda. Alat pada penelitian ini memiliki beberapa komponen utama yaitu rangka
dasar, penyangga gerinda, galon, alat gerinda dan impeller. Langkah pertama pada
tahap pembuatan alat yaitu penyiapan alat dan bahan, kemudian perancangan alat
menggunakan aplikasi AutoCAD 2007. Perancangan alat dimaksudkan supaya
memudahkan dalam pembuatan alat. Pembuatan alat sesuai rancangan dimulai dari
rangka dasar, pengaduknya yang akan dipasang pada alat gerinda, dan penyangga
untuk menahan gerinda.
3. Tahap Pengujian Alat
Setelah alat pengaduk krim selesai di buat, maka langkah selajutnya yaitu
pengujian alat. Adapun langkah-langkah dari pengujian alat ini yaitu :
1. Masukkan santan 5 kg kedalam alat pengaduk dengan kecepatan 1000 Rpm dalam
waktu 10 menit.
2. Setelah diaduk selama 10 menit santan akan didiamkan selama 3 jam. Setelah 3
jam santan akan membentuk 2 lapisan yaitu kanal (krim) dan skim (air), maka
ambil air dan sisakan krim.
3. Krim yang didapat dilakukan pengadukan kembali selama 10 menit dengan
kecepatan yang sama.
4. Setelah diaduk maka diamkan krim tersebut selama 12 jam, setelah didiamkan
selama 12 jam maka krim akan membentuk 3 lapisan yaitu lapisan ke-1 air, lapisan
ke-2 blondo, dan lapisan ke-3 yaitu minyak, setelah 3 lapisan terbentuk maka
langsung ambil minyak menggunakan sendok sedangkan yang lapisan yang lain
langsung di buang atau pada lapisan ke 2 yaitu blondo dapat diolah lagi dengan
cara pemanasan hingga menghasilkan minyak yang berwarna kuning.
3.3.3 Proses Perancangan
Perancangan alat pengaduk VCO diawali dengan pembuatan sketsa atau gamba
r dari alat yang dirancang. Perancangan alat pengaduk VCO dirancang dalam bentuk
rancangan fungsional dan rancangan struktural. Berikut ini adalah diagram alir pada p
enelitian rancang bangun alat pengaduk VCO yang dapat dilihat pada Gambar 1.
mulai

perencanaan

Penentuan dimensi

Pemilihan material:
1. plat besi
2. plat stainless
3. besi siku

Perakitan:
1.penyangga gerinda
2. impeller
3.rangka utama

Tercapai ?
tidak
ya
Uji kemampuan alat pengaduk
VCO

Kapasitas
rendemen organoleptik
efektif alat

selesai

Gambar 1. Diagram alir penelitian


3.4. Pengukuran Parameter
Tahap pengujian alat dilakukan dengan uji fungsional dan uji kinerja, untuk
mengetahui apakah alat tersebut berfungsi dengan baik dan uji kinerja dilakukan
untuk mendapatkan data dari kinerja alat tersebut. Pengujian dilakukan sebanyak 3
kali pengulangan dengan menggunakan 5 kg santan. Beberapa parameter pengujiaan
VCO adalah sebagai berikut:
3.4.1 Kapasitas Efektif (Lubis, 2008)
Kapasitas efektif alat dapat dilakukan dengan cara membagi berat santan (gra
m) dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk (menit) atau kapasitas efektif alat
dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

W
KE alat =
t

Keterangan:

W = berat santan setelah di aduk (gram)


t = lama pengadukan (detik)
3.4.2 Rendemen (Lubis, 2008)
Pengukuran rendemen dilakukan untuk mengetahui perbandingan jumlah
minyak yang dihasilkan dari ekstraksi santan kelapa. Semakin tinggi nilai rendemen
yang dihasilkan menandakan jumlah VCO semakin banyak. Pengukuran rendemen
dilakukan setelah proses pembuatan VCO selesai dan dilakukan pengukuran setiap
sampel. Rumus rendemen adalah sebagai berikut :

A
rendemen= ×100 %
B

Keterangan:
A = Berat minyak VCO yang diperoleh dari hasil ekstraksi (gram)
B = Berat krim yang dipakai (gram)

3.4.3 Organoleptik (Setyaningsih dkk, 2010)


Uji organoleptik pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui kesukaan
terhadap aroma VCO. Uji organoleptik yang digunakan menggunakan metode
hedonik terhadap atribut aroma, warna dan penerimaan keseluruhan VCO. Panelis
yang digunakan 25 orang Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jambi,
skala untuk uji hedonik dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 4. Skala uji hidonik


Skor Parameter
Aroma Warna
1 Sangat tengik Kuning tidak jernih
2 Tengik Kuning jernih
3 Agak tengik Agak kuning
4 Agak khas kelapa Putih kurang jernih
5 Khas kelapa Putih jernih

Skala uji hedonik penerimaan keseluruhan dapat diihat pada Tabel 9.


Tabel 5. Skala Uji Hedonik Penerimaan Keseluruhan
Skor Penerimaan keseluruhan
1 Sangat tidak suka
2 Tidak suka
3 Agak suka
4 Suka
5 Sangat suka
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perancangan
4.1.1 Rancangan Fungsional
Alat pengaduk VCO memiliki beberapa komponen utama, yaitu rangka, motor
penggerak (gerinda), dimmer sebagai pengatur kecepatan, dan pengaduk. Setiap
komponen memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain, namun memiliki keterkaitan
setiap komponen dalam pengoperasian alat. Secara keseluruhan alat pengaduk VCO
ini berfungsi untuk memecah emulsi (protein).
Secara keseluruhan alat pengaduk VCO berperan penting dalam setiap proses
pengadukan santan dimana hal itu akan berpengaruh pada rendemen minyak yang
dihasilkan. Pada penelitian ini, alat pengaduk VCO ini dapat menghasilkan VCO
dengan rendemen yang banyak dan memiliki kualitas yang bagus. Kinerja alat yang
diinginkan dapat diperoleh dari bagian-bagian utama alat pengaduk VCO dengan
fungsinya masing-masing. Bagian-bagian alat pengaduk VCO yaitu kerangka utama,
dimmer, motor penggerak (gerinda), dan pengaduk.
1. Kerangka utama
Rangka utama berfungsi sebagai penopang keseluruhan komponen dari alat
yang akan dibuat, serta menahan gaya-gaya yang terjadi akibat transmisi tenaga
selama proses pengadukan santan yang memiliki daya sangat besar saat pengadukan
berlangsung..
2. Motor Penggerak
Motor penggerak merupakan sumber tenaga penggerak utama untuk
pengadukkan pada alat pengaduk VCO dimana motor penggerak ini menggunakan
gerinda sebagai penggeraknya.
3. Dimmer
Dimmer merupa salah alat yang berfungsi untuk menaik dan menurunkan
kecepatan yang terjadi pada saat proses pengadukan.
4. Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk memecah emulsi sehingga lemak terpisah dengan
protein dengan kecepatan yang telah di tentukan.
4.1.2 Rancangan Struktural
Berdasarkan fungsi dari masing-masing komponen, alat pengaduk VCO
memiliki dimensi panjang 41 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 146 cm. Alat pengaduk ini
mempunyai beberapa komponen yaitu terdiri dari rangka utama, pengaduk, gerinda,
dan dimmer. Dimmer diletakkan di samping alat pengaduk sehingga dapat mengatur
kecepatan dari pengaduk. Alat pengaduk yang berfungsi untuk mengaduk santan agar
emulsi dari santan tersebut pecah sehingga minyak dan protein terpisah. Gambar
dimensi alat pengaduk VCO dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Dimensi alat pengaduk VCO


4.1.3 Kerangka Utama
Kerangka alat pengaduk VCO terbuat dari plat besi dan besi siku. Plat besi dan
besi siku dipilih sebagai kerangka utama karena memiliki sifat fisik yang kuat, murah
dan muda dalam penanganannya. Kerangka penyangga dari alat pengaduk ini
menggunakan besi siku untuk bagian bawah kerangka dengan ukuran panjang 7,5 cm,
lebar 0,3 cm, dan tinggi 52 cm. Kerangka penyangga untuk bagian atas,
menggunakan besi siku juga sebanyak 2 buah dengan panjang 7,4 cm,
lebar 0,3 cm, dan tinggi 92 cm. Berdasarkan dimensi tersebut, kerangka utama telah
mampu menahan tekanan dan beban komponen. Kerangka utama pengaduk VCO
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gamabar 4. Kerangka utama alat pengaduk VCO

4.1.4 Penyangga Gerinda


Pembuatan penyangga gerinda dengan besi siku dengan panjang 38 cm dan le
bar 12 cm dimana letak penyangga gerinda berada diatas alas tempat tabung pengadu
k. Setelah selesai pembuatan penyangga, lalu pasang gerinda dipenyangga dengan po
sisi vertical dan ditambah dengan penyangga yang berada di badan gerinda supaya m
eredam getaran dari gerinda tersebut pada saat digunakan. Letakan secara vertical
dilakukan agar bisa melakukan pemasangan pada pengaduknya. Penyangga gerinda d
apat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penyangga gerinda

4.1.5 Pengaduk
Pengaduk terbuat dari plat stainless steel yang berfungsi untuk mengaduk
santan agar emulsi dari santan tersebut pecah. Menurut Cahyana (2005) pengaduk
dapat menyebabkan emulsi terdispersi atau pecah, saat itulah udara sekitar bertindak
sebagai koagulan atau untuk menarik protein dari minyak dan air. Posisi dari
pengaduk berada diatas tabung pengaduk. Adapun dimensi dari pengaduk santan
tersebut adalah Panjang 10 cm, lebar 10 cm, tinggi 35 cm. Alasan pemilihan plat
stainless steel sebagai bahan pembuatan pengaduk karena tidak mudah berkarat dan
tahan lama sehingga alat yang dibuat juga memiliki ketahanan yang tinggi. Pengaduk
dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Pengaduk

4.2 Prinsip Kerja Alat


Adapun prinsip kerja alat pengaduk VCO yaitu memasukkan pengaduk
kedalam galon yang sudah berisi dengan santan yang memiliki volume 5 kg, setelah
itu sambungkan pengaduk dengan gerinda menggunakan kunci inggris dan kunci pas
no 12. Kunci pas no 12 berfungsi untuk menguatkan antara pengaduk dengan
gerindaagar pada saat pengadukan tidak lepas atau longgar. Selanjutnya,
menyambungkan colokan gerinda ke dimmer 1 lobang dimana fungsi dari dimmer ini
untuk mengatur kecepatan dari alat pengaduk tersebut. Kecepatan yang dipakai
adalah 900 Rpm namun jika kecepatan lebih dari 900 Rpm dapat menyebabkan
getaran yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan alat dapat bergerak hanya
dengan getaran yang diberikan. Setelah itu, mencolokkan kabel dimmer ke colokon
listrik dimana alat pengaduk akan berputar perlahan sampai dengan kecepatan
konstan dengan posisi pengatur kecepatan dimmer terletak pada kecepatan
minimumnya. Apabila kecepatannya sudah konstan tambah kecepatan pengaduk
sampai batas maksimumnya yaitu pada saat alat tidak mengalami getaran yang tinggi
yang dapat menggerakkan alat tersebut yang dapat mengganggu proses pengadukan.
Kecepatan rata-rata dari alat ini yaitu 900 Rpm kecepatan maksimum yang
didapat untuk proses pengadukan. Jika kecepatannya melebihi 900 Rpm maka getaran
yang dihasilkan sangat tinggi. Kecepatan 900 Rpm ini akan membantu dalam proses
pengadukan ini dilakukan selama 10 menit dengan 2 kali pengadukan dimana
pengadukan pertama dilakukan untuk mendapatkan krimnya dan pengadukan kedua
untuk memisahkan minyaknya dari blondo dan air. Setelah minyak terpisah maka
lakukan penyaringan menggunakan tisu atau kapas agar sisa blondo yang terbawak
pada saat pemisahan minyak dapat tersaring sehingga minyak yang dihasilkan sangat
jernih.

4.3 Uji Kinerja Alat


Pengujian alat pengaduk ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi alat terhada
p pengadukan VCO. Parameter yang digunakan untuk menganalisa efisiensi alat yaitu
rendemen, kapasitas efektif alat, dan warna. Berdasarkan dari parameter tersebut apa
kah dengan adanya rancang bangun alat pengaduk VCO ini lebih efisien dari pada ma
nual yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara manual.
A. Rendemen
Rendemen merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan tingkat
keberhasilan dalam pembuatan VCO, sehingga semakin tinggi nilai rendemen yang
didapatkan semakin menambah tingkat keberhasilan pembuatan VCO. Menurut Lubis
(2008), rendemen dihitung untuk mengetahui persentase kehilangan berat dari bahan-
bahan selama proses pembuatan produk. Data rendemen VCO menggunakan metode
pengadukan disajikan pada Lampiran dan nilai rata-ratanya serta analisis ragam
disajikan pada Tabel .

Tabel 6. Rendemen
Pengujian Rendemen (%)
1 0%
2 17,7 %
3 19,2%

Berdasarkan tabel rendemen diatas, dari 3 kali pengujian alat pengaduk VCO
yang memiliki rendemen paling tinggi terdapat pada pengujiana ke-3 yaitu 19,2 %. Pa
da pengujian ke 3 ini tetap menggunakan proses yang sama dengan pengujian ke1 dan
ke-2 namun rendemen yang dimiliki pengujian ke-3 dikarenakan hanya melakukan 1
kali proses penyaringan yang menggunakan 4 tisu yaitu 2 tisu untuk menutup lobang
dari tutup botol dimana 2 tisu itu di lipat 4 kali agar tisunya padat dan dapat menghala
u protein yang ikut pada saat pengambilan minyak agar tidak masuk pada saat penyari
ngan,1 tisu untuk menutup lobang tersebut dan 1 tisu lagi pada saat lobang botol ditut
up dengan tutup botol dengan cara pada saat lobang akan ditutup letakkan 1 tisu terse
but untuk membantu proses penyaringannya sehingga pada pengujian 3 berhasil men
dapatkan 19,2 % rendemen VCO.
Pengujian ke-2 mendapat nilai rendemen lebih rendah dibandingkan dengan p
engujian ke-3 hal ini dikarenakan pada saat pengujian ke-2 ini mengalami kendala pa
da saat ingin memisahkan air, minyak, dan blondo. Langkah pertama yang dilakukan
pada saat itu adalah memisahkan protein yang berada diatas minyak menggunakan se
ndok, setelah protein terpisah, masukkan selang kecil yang berdiameter 1cm dengan P
anjang 150 cm namun setelah pemisahan tersebut dilakukan ternyata masih ada air ya
ng tersisa didalam wadah pengaduk (galon) yang menyebabkan pada saat pemisahan
minyak yang menggunakan tisu sebagai alat penyaringnya tidak dapat menahan air ya
ng ikut disaring sehingga pada saat penyaringan selesai ternyata ada air yang berada d
ibawah botol yang digunakan untuk menyaring sehingga dilakukan sampai 4 kali pen
yaringan yang menyebabkan banyak kehilangan minyak pada saat penyaringan namu
n dipenyaringan ke 3 air tetap ikut pada saat penyaringan sehingga di penyaringan ter
akhir saya tidak mengambil minyak bagian bawah yang tercampur dengan air sehingg
a minyak yang terbuang sangat banyak sehingga hanya mendapatkan 17,7 %.
Pengujian ke-1 tidak menghasilkan minyak hal ini dikarenakan santan yang di
beli pada saat pengujian ternyata santan yang sudah diperas dan didiamkan selama le
bih dari 30 menit sehingga santan tersebut diolah tidak akan menghasilkan minyak w
alaupun menggunakan metode yang lain, karena santan yang sudah didiamkan kurang
lebih 30 menit dapat menyebabkan protein yang melakukan kontak fisik dengan bakte
ri sehingga terjadi penggumpalan (romualdus, 2019). Pengujian ke-2 dan ke-3 santan
yang dibeli tetap pada tempat yang sama namun santan yang dibeli baru di kupas dari
kulitnya langsung di parut dan diperas menggunakan alat pemeras. Santan yang berat
nya mencapai 5 kg ini didapat dari 1:1 dengan air dimana kelapa yang diperlukan han
ya 15 buah yang hanya dapat 2.5 liter santan murni sehingga pada saat pemerasan dic
ampur dengan 2.5 liter air bersih pada saat pemerasan.
B. Kapasitas Efektif Alat
Hasil kapasitas efektif alat berdasarkan persamaan Lubis (2008), yang
digunakan, diperoleh dari berat bahan yang telah diolah dibagi waktu yang
dibutuhkan untuk mengolahnya. Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas
alat selama pengoperasian tiap satuan waktu (Silaban dkk., 2017). Kapasitas efektif
alat didapat dengan 3 kali pengulangan pengadukan yang dilakukan menggunakan
alat pengaduk VCO. Kapasitas alat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kecepatan pengaduk, daya yang tersedia dan jenis bahan yang digunakan. Kapasitas
efektif alat dapat dilihat pada table.
Tabel 7. Kapasitas efektif alat
Pengujian Kapasitas efektif alat (gram/menit)
1 0 gram/menit
2 0,88 gram/menit
3 1 gram/menit

Nilai kapasitas efektif alat dapat dilihat pada table diatas bahwasanya
kapasitas efektif alat terbesar pada pengujian ke-3 yaitu 1 gram/menit. Kecepatan
putar pengaduk yang digunakan pada saat pengujian yaitu 880 Rpm dengan lama
pengadukannya yaitu 10 menit yang menghasilkan VCO sebesar 900 gram. Hal ini
sesuai dengan pendapat Iswan dkk (2016), yang menyatakan bahwa semakin besar
kecepatan rpm maka kapasitas efektif alat akan semakin besar, dan sebaliknya
semakin rendah kecepatan rpm maka kapasitas efektif alat akan semakin kecil.

Kapasitas efektif alat juga dipengaruhi oleh lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk pemecahan emulsi santan pada proses pengadukkan. Kecepatan
mempengaruhi penguapan dan cepat lambatnya penyatuan bahan-bahan dalam
pembuatan produk (Lubis, 2008). Kapasitas efektif alat yang didapat pada proses
pembuatan VCO selama 15 jam yaitu 0,94 gram/menit.
C. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan pengujian yang didasarkan pada penginderaan
diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis dimana kesadaran akan sifat-sifat
benda karena adanya rangsangan yang diterima dari benda tersebut. Uji organoleptik
yang dilakukan yaitu uji mutu hedonik yang merupakan penilaian terhadap suatu
produk yang lebih spesifik dari produk yang dihasilkan yang terdiri atas (warna dan
aroma) serta uji hedonik yaitu penerimaan keseluruhan. Uji hedonik merupakan
pengujian yang digunakan hanya untuk mengukur tingkat kesukaan panelis terhadap
suatu produk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui skor setiap parameter yang
dihasilkan dari masing-masing panelis yang terdiri atas 25 orang panelis
(Setyaningsih et al., 2010). Data uji mutu hedonik dan penerimaan keseluruhan VCO
menggunakan berbagai metode pengolahan disajikan pada Lampiran dan nilai rata-
ratanya serta analisis ragam disajikan pada Tabel
Tabel 8. Analisis ragam organoleptik
Pengujian Parameter mutu VCO Analisis hedonik
warna Aroma Penerimaan keseluruhan
1 - - -
2 4,72 4,50 4,20
3 4,45 4,52 4,12
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut uji DNMRT.
Skor * 5: putih jernih, 4: putih kurang jernih, 3: agak kuning, 2: kuning jernih, 1: kuning tdk jernih
Skor ** 5: khas kelapa, 4: agak khas kelapa, 3: agak tengik, 2: tengik, 1: sangat tengik
Skor *** 5: sangat suka, 4: suka, 3: agak suka, 2: tidak suka, 1: sangat tidak suka

1. Warna
Warna merupakan atribut bahan yang sangat berperan penting dalam produk
pangan. Selain untuk menarik konsumen secara organoleptik, warna juga dapat
digunakan sebagai indikator kualitas dan kandungan gizi dari produk yang dihasilkan.
Skor pengujian warna secara kasat mata yang dilakukan oleh panelis itu terdiri dari 1-
5. Semakin besar nilai yang diberikan maka semakin putih jernih produk yang
dihasilkan. Warna uji mutu hedonik pada VCO menggunakan alat pengaduk VCO
yaitu berkisar 4,45 – 4,72 warna tidak berpengaruh nyata. Nilai rata-rata warna mutu
hedonik tertinggi didapat pada pengujian ke-2 yaitu 4,72 dengan keterangan (Putih
agak keruh) dan terendah pada pengujian ke-3 yaitu sebesar 4,45 dengan keterangan
(putih agak keruh) Warna VCO masih memenuhi standar yang ditetapkan pada SNI
7381:2008 dengan persyaratan tidak berwarna hingga kuning pucat, hampir sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisna dan Purnama (2010), yaitu pengolahan
VCO dengan metode pengadukan dan enzimatis
Menurut Purnamawati (2017), warna VCO yang berwarna kekuningan dapat
disebabkan karena pada saat fermentasi adanya aktifitas bakteri pada krim kelapa
yaitu reaksi browning. Warna ini merupakan reaksi dari senyawa karonil (berasal dari
pemecahan peroksida) dengan asam amino dari protein dan terjadi terutama pada
suhu tinggi atau adanya mekanis yang menyebakan panas.
2. Aroma
Aroma VCO yang diperoleh dari metode pengadukan berkisar antara 4,50 – 4,52.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin suka panelis terhadap produk yang
dihasilan. Nilai terendah didapat pada pengujian ke-2 yaitu sebesar 4,50 (agak khas
kelapa) dan nilai tertinggi didapat pada pengujian ke-3 yaitu sebesar 4,52 (Agak khas
kelapa) aroma VCO tidak berpegaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa aroma VCO
memenuhi standar yang ditetapkan pada SNI 7381:2008 dengan persyaratan aroma
VCO harus berbau normal yaitu khas minyak kelapa segar dan tidak berbau tengik.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati (2017), pembuatan VCO
dengan berbagai metode pengolahan yaitu metode enzimatis dan pengadukan
menghasilkan aroma VCO khas kelapa. Metode pengolahan yang digunakan tidak
meningkatkan nilai asam lemak bebas yang dapat menyebabkan aroma tengik pada
minyak kelapa sehingga dapat dihasilkan kualitas aroma VCO yang wangi minyak
kelapa segar. Perbedaan utama VCO dengan minyak kelapa komersial adalah aroma
harum,VCO berbau harum kelapanya khas dan tidak tengik sementara minyak kelapa
komersial tidak mempunyai sifat yang khas akibat adanya proses pemanasan dan
pemurnian (Endahwati,2011).
3. Penerimaan Keseluruhan
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel menunjukkan bahwa pembuatan VCO
dengan metode pengadukan tidak berpengaruh nyata pada penerimaan keseluruhan
VCO. Nilai rata-rata penerimaan keseluruhan berkisar 4,12 – 4,20 (suka). Nilai
terendah terdapat pada pengujian 2 yaitu 4,12 dan nilai tertinggi didapat pada
pengujian 3 yaitu sebesar 4,20 berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa hasil yang
diikuti variabel yang sama menunjukkan bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda
nyata yaitu terdapat pada pengujian ke-2 dan pengujian ke-3 diikuti dengan variabel
yang sama. Untuk uji hedonik penerimaan keseluruhan hasil terbaik dari pembuatan
VCO yaitu didapat pengujian ke-2 dengan warna putih agak keruh serta aroma khas
kelapa disukai panelis. Sesuai SNI 7381:2008 persyaratan mutu VCO yaitu (warna)
tidak berwarna hingga kuning, (aroma) khas kelapa segar tidak tengik.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Perancang alat pengaduk VCO (Virgin Coconut Oil) menggunakan aplikasi
autoCAD 2007 dengan ukuran yang telah ditentukan. Alat pengaduk VCO yang telah
jadi dilengkapi dengan, kerangka utama yang terbuat dari (besi siku, plat besi, dan
besi hollow), pengaduk, pengatur kecepatan (dimmer), dan gerinda sebagai motor
penggerak
2. Alat pengaduk VCO memiliki kecepatan putar maksimum yaitu 880 Rpm jika
kecepatan lebih dari 880 Rpm makan dapat menyebabkan getaran yang sangat kuat
yang dapat mengganggu proses pengadukan. Alat pengaduk ini memiliki nilai
kapasitas efektif alat sebesar 0,89 gram/menit dan 1 gram/menit dengan nilai
rendemen sebesar 17,7 % dan 19,2 % yang memiliki warna putih agak keruh dan
memiliki aroma khas kelapa.

5.2 Saran
Berdasarkan pengujian alat pengaduk VCO yang telah dilakukan, dapat
disarankan untuk memodifikasi rangka bagian atas, mengganti gerinda dengan
dinamo mesin cuci yang memiliki ketahanan yang kuat untuk menahan beban, dan
mengganti galon yang lebih besar dengan kapasitas melebihi 10 kg agar mendapatkan
VCO lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

APCC. 2018. APCC Standards for Virgin Coconut Oil. Diunduh dari:
www.apccsec.org/document. Dilihat tanggal 30 juli 2021.
Andaro. 2015. Mesin pembuatan VCO. Diunduh dari: www.andaromesin.org/mesin-
pembuat-vco/ document. Dilihat pada tanggal 04 September 2021.

Arniah D, Harimu L, Simbiti C.L.M. 2007. Pengaruh kecepatan putar pengadukan


dan waktu pendiaman terhadap rendemen dan kualitas minyak kelapa murni
(VCO). Jurnal Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Halu Oleo Kendari 3(1):
48-58.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 73812008: Syarat mutu minyak kelapa
virgin coconut oil (VCO). Jakarta (ID). Badan Standarisasi Nasional.
Bawalan, D. D. dan K. R. Chapman, 2006. Virgin coconut oil: production manual
for micro- and village-scale processing. Food analysis. Food and Agriculture
Organization of the United Nations. Bangkok.

Bregas, Sembodo, Ardiena N, Nur Erika LM. 2010. Pengaruh kecepatan putar
pengaduk proses pemecahan emulsi santan buah kelapa menjadi Virgin
Coconut Oil (VCO). Journal of Equilibrium 9(1): 17-22.
Budiman A. 2009. Metode sentrifugasi untuk pemisah biodiesel dalam proses
pencucian. Journal of Industrial Research 3(3):173-178.
Cahyana D. 2005. Virgin Coconut Oil: Putaran Pemecah Minyak. Trubus: Edisi 427
Juni 2005 XXXVI.

Cahyono dan Untari, L. (2009). Proses pembuatan virgin coconut oil dengan
fermentasi menggunakan starter ragi tempe. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Dali A., dan Simbiti, L. C. 2015.Pengaruh kecepatan putar pengadukan dan waktu
pendiaman terhadap rendemen dan kualitas minyak kelapa murni (VCO).
Journal of Al-Kimia 3(1): 48-58.
Dayrit, F.M. 2011. Quality characteristic of virgin coconut oil. Philippine Journal
of Science 130(1): 143-155.
Direktorat Jendral Perkebunan. (2019). Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2016
Kelapa. Depatemen Pertanian. Jakarta.
Edahwati, L. 2011. Aplikasi Penggunaan Enzim Papain dan Bromelin Terhadap
Perolehan VCO. UPN Press. Yogyakarta. Hal. 67.
Hapsari, N. 2007. Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode
Sentrifugasi. Jurnal Teknologi Pangan 4(2): 341-249
Hurst, K. 2006. Prinsip-Prinsip Perancangan Teknik. Erlangga. Jakarta.
Iswan, A., Saipul, BD., dan Sumono. 2016. Uji rpm pada alat parutan kelapa kering
(desiccated coconut). Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian 4(2): 224-230.

Lubis, H. 2008. Uji Rpm Alat Pengaduk untuk Pembuatan Dodol. Skripsi. USU.
Medan.
Mariana, A. M, Chen Man, Y.B, Nazimah, S.A.H, Amin, I, 2009. Antioxidant
activity and phenolic acids of virgin coconut oil . Journal of food sciences and
Nutrition 6(1): 114-123.

McCabe, W.L., Smith, J.C. and Harriott, P. 1993. Unit Operations of Chemical
Engineering. McGraw-Hill. New York. p. 154
Muhammad, M. A. N dan Joko M. 2012. VCO production from fresh old coconut
bunch by circulating and pumping method. Journal of renewable Energy
Development 1(1): 28-31

Nour, A.H. 2009. Demulsification of virgin coconut oil by centrifugation method: A


fasibility study. International Journal of Chemical Technology 1(2): 59-64.

Pontoh J, Surbakti M, Papilaya M. 2008. Kualitas virgin coconut oil dari beberapa
metode pembuatan. Jurnal Chemistry Progress 1(1): 60-65
Purnamawati, A. 2017. Pengaruh metode pembuatan virgin coconut oil (VCO) dan
varietas kelapa terhadap karakteristik virgin coconut oil (VCO). Disertasi.
Universitas Pasundan. Bandung.
Purwanto. 2006. Aplikasi metode pengadukan pada proses pembuatan virgin coconut
oil. Makalah Seminar Nasional Teknik Kimia Teknologi Adhi Tama Surabaya
(ITATS): 1-7
Purwanto. 2008. Pengaruh desain impeller, baffle, dan kecepatan putar pada proses
isolasi minyak kelapa murni dengan metode pengadukan. ITATS. Yogyakarta
Putra, A. 2017. Rancang bangun pengaduk santan menghasilkan minyak VCO.
Skripsi. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
Pressman, R. S. 2010. Software Engineering: a Practitioners approach. McGraw-
Hill. New York. p. 68.
Reniana. 2018. Pengembangan alat pemisah minyak kelapa murni/ virgin coconut oil
(VCO) berpengaduk. Jurnal Teknologi Pertanian 1(1): 1-6

Romualdus. 2019. Studi pembuatan minyak kelapa (cocos nucifera linneaus) virgin
coconut oil (VCO). Skripsi. Universitas Bosowa. Makassar.
Silaban R. 2017. Pembuatan virgin coconut oil (VCO) melalui kombinasi teknik
fermentasi dan enzimatis menggunakan ekstrak nenas. Jurnal pendidikan
kimia 1(1): 1-8.
Setyaningsih, D., Apryantono, A., dan Sari, M.P. 2010. Analisis sensori untuk
industri pangan. IPB Press. Bogor.

Sularso. 1980. Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin. PT Pradnya


Paramita. Jakarta.
Susanto, T. 2012. Kajian metode pengasaman dalam proses produksi minyak kelapa
ditinjau dari mutu produk dan komposisi asam amino blondo. Jurnal Dinamika
Penelitian Industri 23(2): 124-130.
Tanasale, M. L. P. 2013. Aplikasi ragi tape terhadap rendemen dan mutu VCO.
Journal of Ekosains 2(1): 47-52.
Wardani, I.E. 2007. Uji kualitas vco berdasarkan cara pembuatan dari proses
pengadukan tanpa pemancingan dan proses pengadukan dengan pemancingan.
Skripsi. UNS. Semarang.
Yanto, 2011. Teknologi pembuatan virgin coconut oil (VCO) dengan metode
sentrifugasi. Jurnal Teknologi Pertanian 18(2): 71-78
Zhang, S.B. 2007. Downstream processor aqueous enzymatic extraction of rapeseed
oil and Protein hydrolysates. JAOCS 84(7): 693-700

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat pengaduk VCO


Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.
Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Tampak Depan
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 2. Gambar tampak belakang alat pengaduk VCO

Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.


Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Tampak Belakang
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 3. Gambar tampak bawah alat pengaduk VCO

Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.

Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090


Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Tampak Bawah
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 4. Gambar tampak atas alat pengaduk VCO
Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.
Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Tampak Atas
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 5. Gambar tampak kiri alat pengaduk VCO

Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.


Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Tampak Kiri
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 6. Gambar isometri tampak kiri alat pengaduk VCO

Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.


Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Isometri Tampak Kiri
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 7. Gambar pengaduk

Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.


Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Pengaduk
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 8. Gambar penyangga gerinda

Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.


Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Penyangga gerinda
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 8. Gambar dimmer

Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.


Alat Pengaduk VCO
Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
Dimmer tampak depan
Teknik Pertanian
Universitas Jambi

Lampiran 9. Gambar 2D tampak depan alat pengaduk VCO


Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.
Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
2D alat pengaduk tampak
Teknik Pertanian depan
Universitas Jambi
Lampiran 10. Gambar 2D tampak depan pengaduk

Skala: 1:10 Digambar : Hafis Diya U.


Alat Pengaduk VCO Satuan centimeter (cm) NIM : J1B116090
Tanggal Juni 2021 Diperiksa :
2D pengaduk tampak depan
Teknik Pertanian
Universitas Jambi
Lampiran 11. Kuisoner uji mutu hedonik VCO

Nama :
Produk : Virgin Coconut Oil (VCO)
Tanggal :
Kriteria : Warna dan aroma
Instruksi : Berilah tanda (√) sesuai kriteria yang sesuai dengan kriteria penilaian
pada kolom yang tersedia.
Skor Penilaian Warna

5 Putih jernih

4 Putih keruh

3 Agak kuning

2 Kuning jernih

1 Kuning tidak jernih

Skor Penilaian Aroma

5 Khas kelapa

4 Agak khas kelapa

3 Agak tengik

2 Tengik

1 Sangat tengik
Lampiran 12. Kuisoner Uji Hedonik VCO

Nama :
Produk : Virgin Coconut Oil (VCO)
Tanggal :
Kriteria : Penerimaan Keseluruhan
Instruksi : Berilah tanda (√) sesuai kriteria yang sesuai dengan kriteria penilaian
pada kolom yang tersedia
Skor Penilaian Aroma

5 Sangat suka

4 suka

3 Agak suka

2 Tidak suka

1 Sangat tidak suka


Lampiran 13. Kapasitas Efektif Alat

a. kapasitas efektif alat


Pengujian Kapasitas efektif alat (gram/menit)
1 0 gram/menit
2 0,88 gram/menit
3 1 gram/menit

b. perhitungan kapasitas efektif alat

gram W
KE alat ( )=
menit t

Keterangan:

W = berat santan setelah di aduk (gram)


t = lama pengadukan (menit)
1. Pengujian 1
Volume VCO yang dihasilkan = 0 gram
Waktu yang dibutuhkan = 900 menit
KEA = 0 gram/menit
2. Pengujian 2
Volume VCO yang dihasilkan = 800 gram
Waktu yang dibutuhkan = 900 menit
KEA = 0,88 gram/menit
3. Pengujian 3
Volume VCO yang dihasilkan = 900 gram
Waktu yang dibutuhkan = 900 menit
KEA = 1 gram/menit

Lampiran 14. Rendemen

a. Rendemen
Pengujian Rendemen (%)
1 0%
2 16 %
3 18%

b. perhitungan kapasitas efektif alat

A
rendemen= ×100 %
B

Keterangan:
A = Berat minyak VCO yang diperoleh dari hasil ekstraksi (gram)
B = Berat krim yang dipakai (gram)
1. Pengujian 1
Volume VCO yang dihasilkan = 0 gram
Berat krim = 5000 gram
Rendemen =0%
2. Pengujian 2
Volume VCO yang dihasilkan = 800 gram
Berat krim = 5000 gram
Rendemen = 16 %
3. Pengujian 3
Volume VCO yang dihasilkan = 900 gram
Berat krim = 5000 gram
Rendemen = 18 %

DOKUMENTASI

Santan Pengadukan santan


Santan setelah diaduk Terbentuk 2 lapisan krim dan air

Pemisahan air dengan krim Pengadukan santan ke2 (krim)


Santan yang telah didiamkan selama 12 Pemisahan blondo bagian atas
jam menggunakan sendok

Air atau kanil yang telah dipisah Blondo bagian atas yang telah dipisah
menggunakan selang menggunakan sendok
Penyaringan minyak Dimmer

Pengukuran kecepatan putar Meteran


menggunakan dimmer
Hasil minyak pengujian 1 Hasil minyak pengujian 2

Anda mungkin juga menyukai