OIL (VCO)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Jambi untuk Memenuhi
Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
J1B116090
SKRIPSI
Menyetujui
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Dr. Fitry Tafzi. S.TP., M.Si.
NIP. 197209031999032004
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rancang Bangun Alat
Pengaduk Virgin Coconut Oil (VCO)”
1. Bapak Prof. Dr.Ir. Suandi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.
2. Bapak Dr.Ir.Sahrial, M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
3. Ibu Dr. Fitry Tafzi, S.TP., M.Si, selaku ketua Program Studi Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.
4. Dr. Lavlinesia. M.Si, Nurfaijah S.TP. M. Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Mursalin S.TP., M.Si selaku dosen penguji I yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari banyak kekurangan dalam penulisan proposal skripsi
ini. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga
proposal skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan membantu
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Teknik Pertanian.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.....................................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian...................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
1. Alat pengaduk mentega......................................................................................12
2. Alat pengaduk VCO...........................................................................................14
I. PENDAHULUAN
II.1.1 Perancangan
Menurut sularso (1980) perancangan adalah Sebuah Proses untuk
mendefinisikan sesuatu yang akan dikerjakan dengan menggunakan teknik yang
bervariasi serta di dalamnya melibatkan deskripsi mengenai arsitektur serta detail
komponen dan juga keterbatasan yang akan dialami dalam proses pengerjaanya.
Perancangan atau desain adalah proses menterjemahkan ide atau kebutuhan
pasar ke informasi detail dimana sebuah produk dapat dibuat. Menurut jenisnya
perancangan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Original design : adalah desain yang baru dan belum pernah ada sebelumnya.
Mencari desain yang original desainer harus berpikir seluas mungkin mengenai
semua penyelesaian yang mungkin dan iya harus memilihnya.
2. Adaptive atau developmental design : adalah mencari perubahan yang lebih baik
dalam performa alat yang dirancang melalui perbaikan prinsip kerja. Desain jenis
ini memungkinkan pengembangan dalam material pembangun alat yang
dirancang.
3. Variant design : merupakan proses perancangan dimana skala dimensi atau detail
dari alat yang dirancang diubah tanpa adanya perubahan fungsi atau metode kerja
alat. (Roozenburg dan Eekels. 1995 dalam Agung nugroho. 2008)
II.2 Pengadukan
Tabel 1. Rata-rata kapasitas kerja efektif dan rendemen VCO yang dihasilkan dari
berbagai perlakuan waktu pengadukan.
Waktu Pengadukan (menit) Kapasitas kerja efektif Rendemen VCO (%)
(liter/jam)
4 72,50 17,78
8 36,25 15,33
12 24,17 16,00
16 18,13 15,11
20 14,50 16,22
Penelitian ini, rata-rata volume santan yang digunakan dalam sekali proses
adalah 4,83 liter. Sedangkan volume tabung pengaduk adalah 7,85 liter dengan daya
tampung optimum adalah 5 liter santan dan rata-rata kecepatan putaran pengaduk
yang digunakan adalah 1873,5 rpm. Hasil pengembangan alat, telah dihasilkan alat
pemisah VCO berpengaduk dengan kinerja dan kontruksi yang sederhana. Dari hasil
pengujian alat, kinerja terbaik diperoleh pada waktu pengadukan 4 menit dengan
kapasitas kerja efektif 72,50 liter santan/jam dan rendemen hasil 17,78 %. Rumus
yang digunakan untuk rendemen dan kapasitas efektif adalah sebagai berikut.
volume VCO(ml )
1. rendemen= ×100 %
volume santan(ml)
volume VCO
2. K efA =
waktu
III. METODOLOGI PENELITIAN
perencanaan
Penentuan dimensi
Pemilihan material:
1. plat besi
2. plat stainless
3. besi siku
Perakitan:
1.penyangga gerinda
2. impeller
3.rangka utama
Tercapai ?
tidak
ya
Uji kemampuan alat pengaduk
VCO
Kapasitas
rendemen organoleptik
efektif alat
selesai
W
KE alat =
t
Keterangan:
A
rendemen= ×100 %
B
Keterangan:
A = Berat minyak VCO yang diperoleh dari hasil ekstraksi (gram)
B = Berat krim yang dipakai (gram)
4.1 Perancangan
4.1.1 Rancangan Fungsional
Alat pengaduk VCO memiliki beberapa komponen utama, yaitu rangka, motor
penggerak (gerinda), dimmer sebagai pengatur kecepatan, dan pengaduk. Setiap
komponen memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain, namun memiliki keterkaitan
setiap komponen dalam pengoperasian alat. Secara keseluruhan alat pengaduk VCO
ini berfungsi untuk memecah emulsi (protein).
Secara keseluruhan alat pengaduk VCO berperan penting dalam setiap proses
pengadukan santan dimana hal itu akan berpengaruh pada rendemen minyak yang
dihasilkan. Pada penelitian ini, alat pengaduk VCO ini dapat menghasilkan VCO
dengan rendemen yang banyak dan memiliki kualitas yang bagus. Kinerja alat yang
diinginkan dapat diperoleh dari bagian-bagian utama alat pengaduk VCO dengan
fungsinya masing-masing. Bagian-bagian alat pengaduk VCO yaitu kerangka utama,
dimmer, motor penggerak (gerinda), dan pengaduk.
1. Kerangka utama
Rangka utama berfungsi sebagai penopang keseluruhan komponen dari alat
yang akan dibuat, serta menahan gaya-gaya yang terjadi akibat transmisi tenaga
selama proses pengadukan santan yang memiliki daya sangat besar saat pengadukan
berlangsung..
2. Motor Penggerak
Motor penggerak merupakan sumber tenaga penggerak utama untuk
pengadukkan pada alat pengaduk VCO dimana motor penggerak ini menggunakan
gerinda sebagai penggeraknya.
3. Dimmer
Dimmer merupa salah alat yang berfungsi untuk menaik dan menurunkan
kecepatan yang terjadi pada saat proses pengadukan.
4. Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk memecah emulsi sehingga lemak terpisah dengan
protein dengan kecepatan yang telah di tentukan.
4.1.2 Rancangan Struktural
Berdasarkan fungsi dari masing-masing komponen, alat pengaduk VCO
memiliki dimensi panjang 41 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 146 cm. Alat pengaduk ini
mempunyai beberapa komponen yaitu terdiri dari rangka utama, pengaduk, gerinda,
dan dimmer. Dimmer diletakkan di samping alat pengaduk sehingga dapat mengatur
kecepatan dari pengaduk. Alat pengaduk yang berfungsi untuk mengaduk santan agar
emulsi dari santan tersebut pecah sehingga minyak dan protein terpisah. Gambar
dimensi alat pengaduk VCO dapat dilihat pada Gambar 2.
4.1.5 Pengaduk
Pengaduk terbuat dari plat stainless steel yang berfungsi untuk mengaduk
santan agar emulsi dari santan tersebut pecah. Menurut Cahyana (2005) pengaduk
dapat menyebabkan emulsi terdispersi atau pecah, saat itulah udara sekitar bertindak
sebagai koagulan atau untuk menarik protein dari minyak dan air. Posisi dari
pengaduk berada diatas tabung pengaduk. Adapun dimensi dari pengaduk santan
tersebut adalah Panjang 10 cm, lebar 10 cm, tinggi 35 cm. Alasan pemilihan plat
stainless steel sebagai bahan pembuatan pengaduk karena tidak mudah berkarat dan
tahan lama sehingga alat yang dibuat juga memiliki ketahanan yang tinggi. Pengaduk
dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Pengaduk
Tabel 6. Rendemen
Pengujian Rendemen (%)
1 0%
2 17,7 %
3 19,2%
Berdasarkan tabel rendemen diatas, dari 3 kali pengujian alat pengaduk VCO
yang memiliki rendemen paling tinggi terdapat pada pengujiana ke-3 yaitu 19,2 %. Pa
da pengujian ke 3 ini tetap menggunakan proses yang sama dengan pengujian ke1 dan
ke-2 namun rendemen yang dimiliki pengujian ke-3 dikarenakan hanya melakukan 1
kali proses penyaringan yang menggunakan 4 tisu yaitu 2 tisu untuk menutup lobang
dari tutup botol dimana 2 tisu itu di lipat 4 kali agar tisunya padat dan dapat menghala
u protein yang ikut pada saat pengambilan minyak agar tidak masuk pada saat penyari
ngan,1 tisu untuk menutup lobang tersebut dan 1 tisu lagi pada saat lobang botol ditut
up dengan tutup botol dengan cara pada saat lobang akan ditutup letakkan 1 tisu terse
but untuk membantu proses penyaringannya sehingga pada pengujian 3 berhasil men
dapatkan 19,2 % rendemen VCO.
Pengujian ke-2 mendapat nilai rendemen lebih rendah dibandingkan dengan p
engujian ke-3 hal ini dikarenakan pada saat pengujian ke-2 ini mengalami kendala pa
da saat ingin memisahkan air, minyak, dan blondo. Langkah pertama yang dilakukan
pada saat itu adalah memisahkan protein yang berada diatas minyak menggunakan se
ndok, setelah protein terpisah, masukkan selang kecil yang berdiameter 1cm dengan P
anjang 150 cm namun setelah pemisahan tersebut dilakukan ternyata masih ada air ya
ng tersisa didalam wadah pengaduk (galon) yang menyebabkan pada saat pemisahan
minyak yang menggunakan tisu sebagai alat penyaringnya tidak dapat menahan air ya
ng ikut disaring sehingga pada saat penyaringan selesai ternyata ada air yang berada d
ibawah botol yang digunakan untuk menyaring sehingga dilakukan sampai 4 kali pen
yaringan yang menyebabkan banyak kehilangan minyak pada saat penyaringan namu
n dipenyaringan ke 3 air tetap ikut pada saat penyaringan sehingga di penyaringan ter
akhir saya tidak mengambil minyak bagian bawah yang tercampur dengan air sehingg
a minyak yang terbuang sangat banyak sehingga hanya mendapatkan 17,7 %.
Pengujian ke-1 tidak menghasilkan minyak hal ini dikarenakan santan yang di
beli pada saat pengujian ternyata santan yang sudah diperas dan didiamkan selama le
bih dari 30 menit sehingga santan tersebut diolah tidak akan menghasilkan minyak w
alaupun menggunakan metode yang lain, karena santan yang sudah didiamkan kurang
lebih 30 menit dapat menyebabkan protein yang melakukan kontak fisik dengan bakte
ri sehingga terjadi penggumpalan (romualdus, 2019). Pengujian ke-2 dan ke-3 santan
yang dibeli tetap pada tempat yang sama namun santan yang dibeli baru di kupas dari
kulitnya langsung di parut dan diperas menggunakan alat pemeras. Santan yang berat
nya mencapai 5 kg ini didapat dari 1:1 dengan air dimana kelapa yang diperlukan han
ya 15 buah yang hanya dapat 2.5 liter santan murni sehingga pada saat pemerasan dic
ampur dengan 2.5 liter air bersih pada saat pemerasan.
B. Kapasitas Efektif Alat
Hasil kapasitas efektif alat berdasarkan persamaan Lubis (2008), yang
digunakan, diperoleh dari berat bahan yang telah diolah dibagi waktu yang
dibutuhkan untuk mengolahnya. Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas
alat selama pengoperasian tiap satuan waktu (Silaban dkk., 2017). Kapasitas efektif
alat didapat dengan 3 kali pengulangan pengadukan yang dilakukan menggunakan
alat pengaduk VCO. Kapasitas alat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kecepatan pengaduk, daya yang tersedia dan jenis bahan yang digunakan. Kapasitas
efektif alat dapat dilihat pada table.
Tabel 7. Kapasitas efektif alat
Pengujian Kapasitas efektif alat (gram/menit)
1 0 gram/menit
2 0,88 gram/menit
3 1 gram/menit
Nilai kapasitas efektif alat dapat dilihat pada table diatas bahwasanya
kapasitas efektif alat terbesar pada pengujian ke-3 yaitu 1 gram/menit. Kecepatan
putar pengaduk yang digunakan pada saat pengujian yaitu 880 Rpm dengan lama
pengadukannya yaitu 10 menit yang menghasilkan VCO sebesar 900 gram. Hal ini
sesuai dengan pendapat Iswan dkk (2016), yang menyatakan bahwa semakin besar
kecepatan rpm maka kapasitas efektif alat akan semakin besar, dan sebaliknya
semakin rendah kecepatan rpm maka kapasitas efektif alat akan semakin kecil.
Kapasitas efektif alat juga dipengaruhi oleh lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk pemecahan emulsi santan pada proses pengadukkan. Kecepatan
mempengaruhi penguapan dan cepat lambatnya penyatuan bahan-bahan dalam
pembuatan produk (Lubis, 2008). Kapasitas efektif alat yang didapat pada proses
pembuatan VCO selama 15 jam yaitu 0,94 gram/menit.
C. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan pengujian yang didasarkan pada penginderaan
diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis dimana kesadaran akan sifat-sifat
benda karena adanya rangsangan yang diterima dari benda tersebut. Uji organoleptik
yang dilakukan yaitu uji mutu hedonik yang merupakan penilaian terhadap suatu
produk yang lebih spesifik dari produk yang dihasilkan yang terdiri atas (warna dan
aroma) serta uji hedonik yaitu penerimaan keseluruhan. Uji hedonik merupakan
pengujian yang digunakan hanya untuk mengukur tingkat kesukaan panelis terhadap
suatu produk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui skor setiap parameter yang
dihasilkan dari masing-masing panelis yang terdiri atas 25 orang panelis
(Setyaningsih et al., 2010). Data uji mutu hedonik dan penerimaan keseluruhan VCO
menggunakan berbagai metode pengolahan disajikan pada Lampiran dan nilai rata-
ratanya serta analisis ragam disajikan pada Tabel
Tabel 8. Analisis ragam organoleptik
Pengujian Parameter mutu VCO Analisis hedonik
warna Aroma Penerimaan keseluruhan
1 - - -
2 4,72 4,50 4,20
3 4,45 4,52 4,12
Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut uji DNMRT.
Skor * 5: putih jernih, 4: putih kurang jernih, 3: agak kuning, 2: kuning jernih, 1: kuning tdk jernih
Skor ** 5: khas kelapa, 4: agak khas kelapa, 3: agak tengik, 2: tengik, 1: sangat tengik
Skor *** 5: sangat suka, 4: suka, 3: agak suka, 2: tidak suka, 1: sangat tidak suka
1. Warna
Warna merupakan atribut bahan yang sangat berperan penting dalam produk
pangan. Selain untuk menarik konsumen secara organoleptik, warna juga dapat
digunakan sebagai indikator kualitas dan kandungan gizi dari produk yang dihasilkan.
Skor pengujian warna secara kasat mata yang dilakukan oleh panelis itu terdiri dari 1-
5. Semakin besar nilai yang diberikan maka semakin putih jernih produk yang
dihasilkan. Warna uji mutu hedonik pada VCO menggunakan alat pengaduk VCO
yaitu berkisar 4,45 – 4,72 warna tidak berpengaruh nyata. Nilai rata-rata warna mutu
hedonik tertinggi didapat pada pengujian ke-2 yaitu 4,72 dengan keterangan (Putih
agak keruh) dan terendah pada pengujian ke-3 yaitu sebesar 4,45 dengan keterangan
(putih agak keruh) Warna VCO masih memenuhi standar yang ditetapkan pada SNI
7381:2008 dengan persyaratan tidak berwarna hingga kuning pucat, hampir sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisna dan Purnama (2010), yaitu pengolahan
VCO dengan metode pengadukan dan enzimatis
Menurut Purnamawati (2017), warna VCO yang berwarna kekuningan dapat
disebabkan karena pada saat fermentasi adanya aktifitas bakteri pada krim kelapa
yaitu reaksi browning. Warna ini merupakan reaksi dari senyawa karonil (berasal dari
pemecahan peroksida) dengan asam amino dari protein dan terjadi terutama pada
suhu tinggi atau adanya mekanis yang menyebakan panas.
2. Aroma
Aroma VCO yang diperoleh dari metode pengadukan berkisar antara 4,50 – 4,52.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin suka panelis terhadap produk yang
dihasilan. Nilai terendah didapat pada pengujian ke-2 yaitu sebesar 4,50 (agak khas
kelapa) dan nilai tertinggi didapat pada pengujian ke-3 yaitu sebesar 4,52 (Agak khas
kelapa) aroma VCO tidak berpegaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa aroma VCO
memenuhi standar yang ditetapkan pada SNI 7381:2008 dengan persyaratan aroma
VCO harus berbau normal yaitu khas minyak kelapa segar dan tidak berbau tengik.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati (2017), pembuatan VCO
dengan berbagai metode pengolahan yaitu metode enzimatis dan pengadukan
menghasilkan aroma VCO khas kelapa. Metode pengolahan yang digunakan tidak
meningkatkan nilai asam lemak bebas yang dapat menyebabkan aroma tengik pada
minyak kelapa sehingga dapat dihasilkan kualitas aroma VCO yang wangi minyak
kelapa segar. Perbedaan utama VCO dengan minyak kelapa komersial adalah aroma
harum,VCO berbau harum kelapanya khas dan tidak tengik sementara minyak kelapa
komersial tidak mempunyai sifat yang khas akibat adanya proses pemanasan dan
pemurnian (Endahwati,2011).
3. Penerimaan Keseluruhan
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel menunjukkan bahwa pembuatan VCO
dengan metode pengadukan tidak berpengaruh nyata pada penerimaan keseluruhan
VCO. Nilai rata-rata penerimaan keseluruhan berkisar 4,12 – 4,20 (suka). Nilai
terendah terdapat pada pengujian 2 yaitu 4,12 dan nilai tertinggi didapat pada
pengujian 3 yaitu sebesar 4,20 berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa hasil yang
diikuti variabel yang sama menunjukkan bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda
nyata yaitu terdapat pada pengujian ke-2 dan pengujian ke-3 diikuti dengan variabel
yang sama. Untuk uji hedonik penerimaan keseluruhan hasil terbaik dari pembuatan
VCO yaitu didapat pengujian ke-2 dengan warna putih agak keruh serta aroma khas
kelapa disukai panelis. Sesuai SNI 7381:2008 persyaratan mutu VCO yaitu (warna)
tidak berwarna hingga kuning, (aroma) khas kelapa segar tidak tengik.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Perancang alat pengaduk VCO (Virgin Coconut Oil) menggunakan aplikasi
autoCAD 2007 dengan ukuran yang telah ditentukan. Alat pengaduk VCO yang telah
jadi dilengkapi dengan, kerangka utama yang terbuat dari (besi siku, plat besi, dan
besi hollow), pengaduk, pengatur kecepatan (dimmer), dan gerinda sebagai motor
penggerak
2. Alat pengaduk VCO memiliki kecepatan putar maksimum yaitu 880 Rpm jika
kecepatan lebih dari 880 Rpm makan dapat menyebabkan getaran yang sangat kuat
yang dapat mengganggu proses pengadukan. Alat pengaduk ini memiliki nilai
kapasitas efektif alat sebesar 0,89 gram/menit dan 1 gram/menit dengan nilai
rendemen sebesar 17,7 % dan 19,2 % yang memiliki warna putih agak keruh dan
memiliki aroma khas kelapa.
5.2 Saran
Berdasarkan pengujian alat pengaduk VCO yang telah dilakukan, dapat
disarankan untuk memodifikasi rangka bagian atas, mengganti gerinda dengan
dinamo mesin cuci yang memiliki ketahanan yang kuat untuk menahan beban, dan
mengganti galon yang lebih besar dengan kapasitas melebihi 10 kg agar mendapatkan
VCO lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
APCC. 2018. APCC Standards for Virgin Coconut Oil. Diunduh dari:
www.apccsec.org/document. Dilihat tanggal 30 juli 2021.
Andaro. 2015. Mesin pembuatan VCO. Diunduh dari: www.andaromesin.org/mesin-
pembuat-vco/ document. Dilihat pada tanggal 04 September 2021.
Bregas, Sembodo, Ardiena N, Nur Erika LM. 2010. Pengaruh kecepatan putar
pengaduk proses pemecahan emulsi santan buah kelapa menjadi Virgin
Coconut Oil (VCO). Journal of Equilibrium 9(1): 17-22.
Budiman A. 2009. Metode sentrifugasi untuk pemisah biodiesel dalam proses
pencucian. Journal of Industrial Research 3(3):173-178.
Cahyana D. 2005. Virgin Coconut Oil: Putaran Pemecah Minyak. Trubus: Edisi 427
Juni 2005 XXXVI.
Cahyono dan Untari, L. (2009). Proses pembuatan virgin coconut oil dengan
fermentasi menggunakan starter ragi tempe. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Dali A., dan Simbiti, L. C. 2015.Pengaruh kecepatan putar pengadukan dan waktu
pendiaman terhadap rendemen dan kualitas minyak kelapa murni (VCO).
Journal of Al-Kimia 3(1): 48-58.
Dayrit, F.M. 2011. Quality characteristic of virgin coconut oil. Philippine Journal
of Science 130(1): 143-155.
Direktorat Jendral Perkebunan. (2019). Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2016
Kelapa. Depatemen Pertanian. Jakarta.
Edahwati, L. 2011. Aplikasi Penggunaan Enzim Papain dan Bromelin Terhadap
Perolehan VCO. UPN Press. Yogyakarta. Hal. 67.
Hapsari, N. 2007. Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode
Sentrifugasi. Jurnal Teknologi Pangan 4(2): 341-249
Hurst, K. 2006. Prinsip-Prinsip Perancangan Teknik. Erlangga. Jakarta.
Iswan, A., Saipul, BD., dan Sumono. 2016. Uji rpm pada alat parutan kelapa kering
(desiccated coconut). Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian 4(2): 224-230.
Lubis, H. 2008. Uji Rpm Alat Pengaduk untuk Pembuatan Dodol. Skripsi. USU.
Medan.
Mariana, A. M, Chen Man, Y.B, Nazimah, S.A.H, Amin, I, 2009. Antioxidant
activity and phenolic acids of virgin coconut oil . Journal of food sciences and
Nutrition 6(1): 114-123.
McCabe, W.L., Smith, J.C. and Harriott, P. 1993. Unit Operations of Chemical
Engineering. McGraw-Hill. New York. p. 154
Muhammad, M. A. N dan Joko M. 2012. VCO production from fresh old coconut
bunch by circulating and pumping method. Journal of renewable Energy
Development 1(1): 28-31
Pontoh J, Surbakti M, Papilaya M. 2008. Kualitas virgin coconut oil dari beberapa
metode pembuatan. Jurnal Chemistry Progress 1(1): 60-65
Purnamawati, A. 2017. Pengaruh metode pembuatan virgin coconut oil (VCO) dan
varietas kelapa terhadap karakteristik virgin coconut oil (VCO). Disertasi.
Universitas Pasundan. Bandung.
Purwanto. 2006. Aplikasi metode pengadukan pada proses pembuatan virgin coconut
oil. Makalah Seminar Nasional Teknik Kimia Teknologi Adhi Tama Surabaya
(ITATS): 1-7
Purwanto. 2008. Pengaruh desain impeller, baffle, dan kecepatan putar pada proses
isolasi minyak kelapa murni dengan metode pengadukan. ITATS. Yogyakarta
Putra, A. 2017. Rancang bangun pengaduk santan menghasilkan minyak VCO.
Skripsi. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
Pressman, R. S. 2010. Software Engineering: a Practitioners approach. McGraw-
Hill. New York. p. 68.
Reniana. 2018. Pengembangan alat pemisah minyak kelapa murni/ virgin coconut oil
(VCO) berpengaduk. Jurnal Teknologi Pertanian 1(1): 1-6
Romualdus. 2019. Studi pembuatan minyak kelapa (cocos nucifera linneaus) virgin
coconut oil (VCO). Skripsi. Universitas Bosowa. Makassar.
Silaban R. 2017. Pembuatan virgin coconut oil (VCO) melalui kombinasi teknik
fermentasi dan enzimatis menggunakan ekstrak nenas. Jurnal pendidikan
kimia 1(1): 1-8.
Setyaningsih, D., Apryantono, A., dan Sari, M.P. 2010. Analisis sensori untuk
industri pangan. IPB Press. Bogor.
LAMPIRAN
Nama :
Produk : Virgin Coconut Oil (VCO)
Tanggal :
Kriteria : Warna dan aroma
Instruksi : Berilah tanda (√) sesuai kriteria yang sesuai dengan kriteria penilaian
pada kolom yang tersedia.
Skor Penilaian Warna
5 Putih jernih
4 Putih keruh
3 Agak kuning
2 Kuning jernih
5 Khas kelapa
3 Agak tengik
2 Tengik
1 Sangat tengik
Lampiran 12. Kuisoner Uji Hedonik VCO
Nama :
Produk : Virgin Coconut Oil (VCO)
Tanggal :
Kriteria : Penerimaan Keseluruhan
Instruksi : Berilah tanda (√) sesuai kriteria yang sesuai dengan kriteria penilaian
pada kolom yang tersedia
Skor Penilaian Aroma
5 Sangat suka
4 suka
3 Agak suka
2 Tidak suka
gram W
KE alat ( )=
menit t
Keterangan:
a. Rendemen
Pengujian Rendemen (%)
1 0%
2 16 %
3 18%
A
rendemen= ×100 %
B
Keterangan:
A = Berat minyak VCO yang diperoleh dari hasil ekstraksi (gram)
B = Berat krim yang dipakai (gram)
1. Pengujian 1
Volume VCO yang dihasilkan = 0 gram
Berat krim = 5000 gram
Rendemen =0%
2. Pengujian 2
Volume VCO yang dihasilkan = 800 gram
Berat krim = 5000 gram
Rendemen = 16 %
3. Pengujian 3
Volume VCO yang dihasilkan = 900 gram
Berat krim = 5000 gram
Rendemen = 18 %
DOKUMENTASI
Air atau kanil yang telah dipisah Blondo bagian atas yang telah dipisah
menggunakan selang menggunakan sendok
Penyaringan minyak Dimmer