Anda di halaman 1dari 12

REVITALISASI MEDIA TRADISIONAL SEBAGAI INSTRUMEN

DIFUSI INOVASI DI PEDESAAN


Revitalisation of Traditional Media as Instrument
Diffusion Innovation in Rural
Budi Sayoga 1*
1
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada
*
Budisayoga@gmail.com
(Diterima:22 Maret 2013, disetujui: 3 Mei 2013)

ABSTRAK
Media tradisional adalah media lokal yang memiliki fungsi sebagai instrumen pemeliharaan identitas
budaya lokal. Namun saat ini keberadaannya semakin terpinggirkan di tengah komunitas pendengarnya.
Peran dan fungsinya semakin terdegradasi. Untuk itu perlu suatu intervensi dalam menguatkan kembali
eksistensinya. Harus ada program aksi dan intervensi dalam mewujudkan hal itu. Salah satunya adalah
dengan mendekonstruksi media ini dari media penyebar mitos dan pemelihara identitas budaya lokal ke
arah media insrumen difusi inovasi.Media tradsisional harus mampu menjadi media general spectacle
dari informasi kontemporer yang bersifat lintas budaya.
Kata kunci: Difusi Inovasi, Revitalisasi, Media Tradsisonal

ABSTRACT
Traditional media is a local media that also has a function as an instrument for local cultural identity
preservation. But nowadays, its existence is marginalized in the middle of its audience. The function and
role are increasingly degraded. Therefore, an intervenstion is needed in order to strenghten its
exsistence. There should be a program of action and intervention in realizing it. One way is to
deconstruct this media from the myths spreading media and custodians of local cultural identity to the
media as an instrument of innovation diffusion. Traditional media should be able to be a general
spectacle of contemporary information that is cross-cultural.
Key words: Innovation Diffusion, Revitalization, Traditional Media

PENDAHULUAN sudah lama digunakan di suatu wilayah budaya


Di tengah gencarnya arus informasi lewat sebelum kebudayaannya tersentuh oleh teknologi
media elektronika yang semakin tidak produktif, modern. Sampai saat ini masih banyak
bangsa Indonesia membutuhkan media alternatif masyarakat yang memanfaatkan keberadaannya
sebagai penyeimbangnya. Media alternatif ini untuk berbagai kepentingan. Bentuk media
diharapkan mampu menyediakan informasi yang tradisional yang paling cocok untuk
paling sesuai dengan kondisi dan karakteristik menyampaikan informasi pembangunan adalah
masyarakat lokal. Salah satu media yang cukup yang ada unsur verbalnya (wicara) misalnya
representatif sebagai alternatif dalam pembacaan pantun, gurindam, puisi rakyat,
menyadiakan kebutuhan informasi yang bernilai kesenian Madihin pada masyarakat Banjarmasin,
edukatif dan konstruktif adalah media tradisional. pagelaran wayang kulit, pertunjukkan teater
Media ini memiliki sejumlah kelebihan dalam rakyat (Ketoprak, ludruk) dan lain-lain.
penyajian informasi yang tidak dimiliki media Media ini memiliki kekuatan yang tidak
massa modern. terdapat pada media massa modern.
Telah kita ketahui bersama bahwa media Keistimewaan media ini diantaranya adalah
tradisional adalah instrumen komunikasi yang karena model penyajian, substansi pesan, bahasa
68
dan gaya bahasanya serta olah seninya sesuai sebagian besar masyarakat besar yang
dengan sistem komunikasi dan karakteristik dilontarkan merupakan hal yang cukup
budaya masyarakat lokal. Di samping itu media signifikan dalam menambah wawasan dan
tersebut memiliki daya tarik yang tinggi karena pengetahuan mereka.bagi masyarakat lokal,
telah tumbuh dan berakar kuat di tengah eksistensi media ini dapat dijadikan sebagai
masyarakatnya. Sebagai instrumen yang dapat gudang informasi, catatan sejarah, instrumen
diposisikan sebagai agen pembaharuan baik dalam untuk menyatakan pikiran dan perasaan,
bidang sosial, politik, ekonomi, kependudukan, pendapat umum, kritik sosial, dan lain-lain.
pertanian, kesehatan, lingkungan hidup dan Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
sebagainya, media itu saat ini masih dapat keberadaan media ini semakin terpinggirkan oleh
diharapkan peran aktifnya. Hal itu disebabkan desakan informasi lewat media massa modern.
karena sifatnya yang community oriented. Pesan Agar eksistensinya dapat dikembalikan dan
yang disampaikannya dimaksudkan untuk menjadi peran sosialnya bisa dioptimalkan lagi maka
bagian dari pengalaman hidup masyarakat lokal. perlu dilakukan revitalisasi. Penguatan kembali
Informasi yang disosialisasikan adalah merupakan fungsi media tradisional adalah suatu hal yang
bagian hidup dari masyarakat penerimanya dan harus dilakukan. Peningkatan fungsi dan peran
bukan suatu hal yang dipaksakan dari atas media ini diharapkan dapat menambal lubang
(Pemerintah) (Astrid S. Susanto, 1985). besar hilangnya sumber informasi yang mendidik
Daya pengaruh media tradisional sebagai bagi rakyat. Upaya revitalisasi agar atmosfir
alat komunikasi sosial adalah karena adanya unsur pertunjukkan semakin memikat dan atraktif,
homofilitas. Tingkat homofilitas yang tinggi ini seyogyanya tidak hanya dilakukan pada aspek
akan mempengaruhi cara penyampaian pesan dan substansi cerita, teknik dan cara penyajian,
isi pesannya yang luwes untuk disesuaikan dengan metode drama turkhi, manajemen
kondisi lokal dan memudahkan publik mengakses pengelolaannya, dan lain-lain. Untuk
informasi itu. Dengan adanya kesamaa-kesamaan menyesuaikan dengan konsisi masyarakat yang
tersebut maka akan terbangun situasi yang relatif semakin kritis maka perlu peningkatan kapasitas
akrab. Batasan jarak antara komunikator dan intelegensi dari para pekerja seni media ini.
komunikan seakan-akan bisa dihilangkan. Akan Peningkatan kualitas wawasan dan kadar
tercipta kedekatan emosional antara publik lokal intelegensi pekerja seninya akan semakin
dan pekerja seni. Kondisi ini berdampak pada menambah kredibiltas media ini di mata rakyat.
tingkat atensi yang tinggi publik lokal atas Sebagai media penyalur aspirasi publik
informasi yang dilontarkan. Pada situasi itulah dan sarana dalam proses difusi inovasi maka para
maka penetrasi inovasi terhadap audiens akan pekerja seni media tradisional perlu dipersiapkan
relatif mudah dilakukan. agar memiliki derajat pemahaman yang tinggi
Oleh karenanya media tradisional adalah atas inovasi yang didesiminasikan. Dengan cara
sarana yang cukup penting dalam mencerdaskan ini maka diharapkan media tradisional dapat
masyarakat lokal. Di tengah derasnya arus kembali diperhitungkan keberadaannya.
informasi yang kurang sehat saat ini, bagi Penampilannya mampu merebut kembali

Revitalisasi Media Tradisioanl sebagai Insrumen... (Sayoga)


69

perhatian publik dan dapat menjadi media yang antara hal yang lama (klasik) dengan ide/pesan
ampuh guna melancarkan persuasi hal-hal yang yang modern/kontemporer diperlukan suatu
konstruktif dan edukatif pada masyarakat lokal. kewaspadaan dan sikap kehati-hatian
Keunikan dari media tradisional adalah (Ranganath, 1986).
fleksibilitas media tersebut dalam menyebarkan Masalah-masalah yang dihadapi dalam
ide-ide pembangunan (inovasi). Banyak tampilan penggunaan seni pertunjukkan tradisional yang
media tradisional meskipun sarat dengan diarahkan sebagai bentuk pemberdayaan
informasi yang bercorak hiburan namun dapat khasanah informasi masyarakat adalah upaya
juga di dalamnya membawa pesan-pesan dan ide- untuk tetap menjaga dan melindungi agar media
ide pembangunan/inovasi. Hal ini dapat terjadi tradisional tidak mengalami kerusakan. Untuk
karena media tradisional memiliki potensi untuk itulah maka memadukan eksistensi media
menjalankan fungsinya sebagai media pendidikan tradisional yang memiliki kadar seni yang tinggi
pada khalayaknya. Oleh karenanya maka media dengan pesan-pesan pembangunan yang bersifat
ini dapat dimanfaatkan sebagai instrumen difusi aktual, kontemporer dan modern membutuhkan
informasi pengetahuan modern sekaligus mampu suatu kecanggihan dan dukungan seni yang
dipergunakan sebagai perangkat untuk terencanakan secara serius. Dengan cara ini
mengukuhkan nilai budaya, norma sosial dan maka di satu sisi pesan pembangunan yang
filsafat sosial (Amri Jahi, 1988). ³GLVLVLSNDQ´ GDODP DOXU FHULWD SHUWXQMXNNDQ
Akan tetapi perspektif positif dari eksistensi media tradisional tidak merusak dan
media tradisional ini tidak luput dari aspek mengganggu nilai estetika dari tampilan media
pesimistiknya. Kalangan pengamat komunikasi tradisional tersebut. Sementara pada sisi lain
khsususnya dalam bidang media tradisional pesan-pesan pembangunan tadi dapat
mengingatkan kepada kita bahwasannya tidak tersosialisasikan dan menerpa audiens sehingga
semua media tradisional memiliki diharapkan mampu memberikan kontribusi
keluwesan/kelenturan untuk dimanfaatkan sebagai dalam peningkatan kualitas wawasan dan cara
instrumen difusi informasi pembangunan/inovasi. berpikirnya.
Karena upaya mengkolaborasikan dan
memadupadankan antara paradigma yang lama KAJIAN TEORITIS
dan yang baru tidak semudah yang dibayangkan Media tradisional adalah suatu bentuk
dan tidak selalu menghasilkan tampilan yang media lokal dalam suatu komunitas budaya.
bagus, atraktif, menarik dan komunikatif. Keberadaan media ini sudah lama dimanfaatkan
Kolaborasi antara ide-ide yang lama (pesan klasik oleh komunitas budaya tersebut untuk menjalin
dalam media tradisional) dengan ide-ide baru interaksi dan komunikasi di antara anggota
(inovasi) bisa jadi bukannya membuat tampilan komunitas itu sebelum kehadiran media massa
lebih elok dan komunikatif, tetapi yang terjadi modern. Media ini masih menggunakan alat
justru sebaliknya, yaitu tampilan menjadi rusak, tradisional yang ada dan tersedia di dalam
tidak menarik dan tidak diminati oleh audiens- komunitas itu. Oleh karenanya tampilan media
nya. Untuk itulah dalam hal memadupadankan tradisional mengedepankan hal-hal yang ada dan

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 13 Nomor 1, Juni 2013, hal 67 - 78


70
tersedia di dalam kehidupannya sehari-hari. Unsur Media tradisional sering disebut sebagai bentuk
media verbal (lisan), gerak/isyarat (non-verbal), folklore (Nurudin, 2004). Ditinjau dari
alat pengingat (mnemonic device) dan alat-alat aktualitasnya ada seni tradisional seperti wayang
bunyi-bunyian adalah seperangkat instrumen yang purwo, wayang golek, ludruk, ketoprak, dan
dipergunakan dalam setiap penampilannya. sebagainya. Saat ini media tradisional telah
Bentuk-bentuk media tradisional yang ada dan mengalami transformasi dengan media modern.
hidup dalam tradisi seni masyarakat lokal di Dengan kata lain Ia tidak lagi dimunculkan
Indonesia diantaranya adalah folklore, cerita prosa secara apa adanya, melainkan sudah masuk ke
rakyat (mite, legenda, dongeng), ungkapan rakyat media televisi dengan segala penyesuaiannya.
(peribahasa, pepatah, pemeo, dan lain-lain), puisi Fungsi pesan yang teraktulaisasikan
rakyat, nyanyian rakyat, teater rakyat, dan alat-alat melalui media tradisional adalah sebagai berikut:
bunyi-bunyian (James Dananjaya, 1985). 1. Sebagai sistem proyeksi: Folklore menjadi
Manfred (1988), mendefinisikan media proyeksi angan-angan atau impian rakyat
rakyat sebagai media yang bertumpu pada jelata atau sebagai alat pemuasan impian
landasan yang lebih luas daripada kebutuhan dan (waste fulfilment) masyarakat yang
kepentingan semu khalayaknya. Media rakyat termanifestasikan dalam bentuk dongeng.
adalah adaptasi media untuk digunakan oleh 2. Sebagai penguat adat.
masyarakat yang bersangkutan, apapun tujuannya 3. Sebagai alat pendidik.
dan ditetapkan oleh masyarakat itu. Media ini 4. Sebagai alat paksaan dan pengendali sosial
adalah media yang memberi kesempatan kepada agar norma-normas masyarakat dipatuhi
warga masyarakat untuk memperoleh informasi, (Dundes Alan, 2005).
pendidikan, hiburan bila mereka menginginkan Sifat kerakyatan bentuk media tradisinal
kesempatan itu. Media ini adalah media yang ini menunjukkan bahwa Ia berakar pada
menampung partisipasi masyarakat sebagai kebudayaan rakyat yang hidup di lingkungannya.
perencana, pemroduksi sekaligus pelaksana. Pertunjukkan-pertunjukkan semacam ini
Media ini adalah sarana bagi masyarakat untuk biasanya sangat komunikatif, sehingga mudah
mengemukakan sesuatu. Jadi media tradisional dipahami oleh masyarakat pedesaan. Dalam
adalah media yang dikembangkan dan dikelola penyajiannya pertunjukkan ini biasanya diiringi
oleh orang-orang yang mempunyai nilai-nilai dan oleh musik daerah setempat (Amrijahi, 1988).
cita-cita atau kehendak yang sama di sebuah Media tradisional ini akrab dengan khalayaknya,
wilayah yang segi geografisnya kecil dan terbatas. kaya akan variasi, dengan segera tersedia dan
Media tradisional dikenal juga sebagai biaya rendah. Ia disenangi baik pria ataupun
media rakyat. Dalam pengertiannya yang lebih wanita dari berbagai kelompok umur. Secara
sempit media ini sering juga disebut sebagai tradisional media ini dikenal sebagai pembawa
kesenian rakyat. Membicarakan media tradisional tema. Disamping itu, ia memiliki potensi yang
tidak bisa dipisahkan dari seni tradisional, yakni besar bagi komunikasi persuasif, komunkasi
suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita- tatap muka, dan umpan balik segera dan
cerita rakyat dengan memakai media tradisional. dipercaya mampu untuk membawa pesan-pesan

Revitalisasi Media Tradisioanl sebagai Insrumen... (Sayoga)


71

modern. Media ini secara komparatif murah. Ia memiliki kedekatan komunikasi dengan
tidak perlu import karena milik komunitas. Di masyarakat setempat. Dari segi komunikasi,
samping itu media ini tidak akan menimbulkan penyampaian pesan-pesan pembaharuan apabila
ancaman kolonialisme kebudayaan dan dominasi dilakukan dengan menggunakan simbil-simbol
ideologi asing. Terlebih lagi kredibilitasnya lebih yang dikenal dan digandrungi masyarakat jelas
besar karena Ia mempertunjukkan kebolehan dapat diharapkan akan memiliki daya vibrasi
orang-orang setempat dan membawa pesan-pesan yang tinggi. Ini berarti bahwa pesan yang
lokal yang tidak berasal dari pemerintah pusat. disampaikan itu mudah diserap dan
Media rakyat ini bersifat egaliter, sehingga dapat diinterpresatikan hingga mampu menghasilkan
menyalurkan pesan-pesan kerakyatan dengan efek segera (vibral) (Abdul Muis, 1994).
lebih baik daripada media massa modern. Lebih dari itu karena media tradisional ini
Berbicara mengenai pemanfaatan media berasal dan berakar pada budaya lokal maka
tradisional sebagai piranti dalam proses difusi antara media tradisional sebagai sumber dan
inovasi di era modern seperti saat ini ada dua hal media pada satu pihak dengan warga masyarakat
positif yang harus digarisbawahi. Yang pertama, pendukungnya sebagai khalayak sasaran (target
bahwa pengembangan dan pemanfaatan media audiens) pada pihak lain terdapat derajt
tradisional adalah bagian yang esensial dari homophili yang tinggi. Homophili di sini
bentuk proteksi terhadap media ini dari hempasan dimaksudkan sebagai tingkat kesamaan dalam
media massa modern yang kian mengakar beberapa hal seperti nilai, kepercayaan,
keberadaaannya di masyarakat. Kedua, sebagai pendidikan dan status sosial antara aktor media
media yang berasal dari, oleh, dan untuk tradisional (sebagai komunikator) dan
masyarakat lokal maka keberadaan media masyarakat penontonnya (Sebagai
tradisional adalah sarana yang memiliki akar pada komunikannya). Tingkat homophilitas yang
kebudayaan lokal. Oleh karenanya maka media tinggi antara komunikator dan komunikan ini
tradisional mempunyai kedekatan-kedekatan mempengaruhi pula cara penyampaian pesan dan
komunikasi dengan khalayak sasaran setempat. isi pesan yang dilontarkan pada audiens. Karena
Dengan demikian maka kesenian tradisional dapat latar belakang pendidikan, budaya dan
diharapkan sebagai salah satu medium komunikasi kepercayaan yang relatif sama antara
yang relatif memiliki kapasitas tinggi untuk komunikator dan komunikan maka pesan-pesan
digunakan sebagai sumber dan saluran yang disampaikan itu mudah disesuaikan dengan
penyampaian pesan-pesan pembaharuan atau kondisi khalayak.
pembanguan (James Peacock, 1998). Secara toritis kelancaran proses difusi
Ada beberapa dugaan teoritis yang inovasi di samping menuntut adanya derajat
mendorong perlu dimanfaatkannya media homophili khususnya dalam hal yang
kesenian tradisional dalam proses difusi inovasi. menyangkut aspek latar belakang sosial budaya,
Diantaranya adalah fakta faktual bahwasannya juga menuntut adanya derajat heterophili
media tradisional berakar pada kebudayaan (perbedaan) khususnya dalam hal pengetahuan
setempat. Dengan demikian maka ia lebih dan keterampilan mengenai ide-ide baru yang

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 13 Nomor 1, Juni 2013, hal 67 - 78


72
disebarkan. Dengan demikian apabila para dapat diselipkan pesan-pesan pembangunan
komunikator (pemain) media tradisional tanpa merusak nilai dan norma yang berlaku.
mempunyai pengetahuan yang lebih atau diberi 3. Mempunyai derajat homophili yang tinggi.
bekal pengetahuan sehingga pengetahuan mereka Yaitu derajat kesamaan dalam sifat (atribut)
mengenai sesuatu hal yang akan dikomunikasikan seperti kepercayaan, nilai, pendidikan, status
secara rata-rata melebihi atau di atas tingkat sosial, dan sebagainya.apabila komunikator
pengetahuan rata-rata kebanyakan khalayak dan audiens berada dalam keadaan homophili
penontonnya akan semakin meningkatkan maka komunikasi yang terjadi akan efektif.
kredibilitasnya. Lebih lanjut lagi kredibilitas ini Hal ini disebabkan tumbuhnya kepercayaan
merupakan salah satu kondisi yang dibutuhkan yang tinggi dari audiens pada media
guna melancarkan persuasi. tradisional itu.
Sebagai media yang memiliki potensi 4. Tidak pernah membosankan karena masing-
sebagai instrumen difusi inovasi, media masing media tradisional memiliki daya tarik
tradisional sebagai mana halnya media massa dan estetika yang tinggi di mata audiensnya.
modern juga mempunyai karakteristik. Yang 5. Mampu memadupadankan antara tema cerita
dimaksudkan dengan karakteritik di sini adalah yang berangkat dari akar budaya lokal dengan
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki media ini pesan-pesan pembangunan yang bercorak
sebagai suatu media komunikasi. Adapun inovatif dan mengarah pada modernisasi.
kelebihan atau kekuatan media tradisional Di samping kekuatan yang dimiliki
diantaranya adalah: media tradisional seperti terpapar di atas, media
1. Tingkat kredibilitas dan popularitas yang ini juga memiliki sejumlah kelemahan,
cukup tinggi, terutama di kalangan masyarakat diantaranya adalah:
yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini 1. Sering terjadi distorsi pada pesan inovasi
disebabkan karena keterbatasan tingkat yang disampaikan oleh media ini. Hal ini
ekonomi yang rendah tersebut menyebabkan disebabkan media pertunjukkan rakyat
akses mereka ke media massa modern yang dituntut untuk menonjolkan faktor hiburan,
relatif mahal harganya menjadi rendah. Di sehingga pesan harus dikemas dalam bentuk
samping iu tingkat pendidikan yang juga relatif humor atau dialog. Sehingga bisa jadi proses
rendah maka implikasinya adalah sebagian difusi inovasi jadi terkesan kurang serius dan
masyarakat memiliki kesulitan dalam tentunya kurang komprehensif penjelasan atas
mencerna dan menyerap sustnsi pesan melalui inovasi tersebut.
media massa modern. 2. Melalui media tradisional akan mengalami
2. Media tradisional lebih memperhatikan nilai kesulitan dalam hal penjelasan teknis tentang
dan norma yang berlaku di daerah setempat suatu inovasi.
dengan mengetengahkan tema cerita yang 3. Media tradisional tidak dapat dipentaskan
bersumber pada kebudayaan setempat. Namun secara kontinyu, hal ini disebabkan karena
pada sisi lian dalam tampilan mdia tradisional pertunjukkan media tradisional membutuhkan
persiapan, dana dan sarana.

Revitalisasi Media Tradisioanl sebagai Insrumen... (Sayoga)


73

4. Jumlah penonton yang terbatas sehingga proses budaya-budaya yang datang dari luar (Kanti
difusi inovasi hanya dapat mengkover audiens Waluyo, 1986).
yang terbatas itu, bandingkan dengan luas
cakupan area dai media massa modern. PEMBAHASAN
5. Ada beberapa media tradisional yang terikat Sebagai instrumen diseminasi informasi di
dengan nilai adat, nilai etika, nilai estetika dan pedesaan yang diharapkan berdampak pada
kepercayaan lokal secara ketat. Akibatnya sulit terjadinya pemberdayaan masyarakat di segala
untuk menyisipkan pesan-pesan pembangunan bidang, posisi media tradisional sangat strategis.
(inovasi di dalamnya). Media ini terikat aturan Kemampuan media ini menyerap aspirasi,
main/pertunjukkan (pakem)yang telah harapan dan keinginan masyarakat untuk
digariskan oleh sistem adat budaya lokal, kemudian diolah dan dikemas dalam bagian
sehingga tidak dapat setiap saat dimanfaatkan narasi cerita tidak perlu diragukan lagi. Dalam
sebagai media difusi inovasi (Lap. Survey. sajian pertunjukkan media tradisional di samping
UGM, 1985). cerita inti (folklore) yang ditampilkan, seorang
Pada masa silam media ini pernah menjadi sutradaa dengan luwes dapat menyelipkan pesan-
perangkat komunikasi sosial yang penting. Saat pesan pembangunan (inovasi) tanpa mengurangi
ini penampilan media tradisional dalam kondisi makna cerita. Fleksibilitas itulah merupakan
yang relatif surut. Adapun faktor-faktor penyebab keistimewaan dari media ini. Pada satu sisi
surutnya eksistensi media tradisional diantaranya media ini adalah merupakan instrumen
adalah: penguatan identitas budaya, adat, tradisi, norma
1. Munculnya media massa dan media modern lokal suatu komunitas. Tapi pada sisi lain media
lainnya dalam skala yang masif, sehingga ini bisa menjadi sarana hiburan (spectacle) yang
keberadaan media ini meminggirkan ruang memikat. Sinergi sebagai instrumen penguat
gerak media tradisional di pedesaan. adat/tradisi lokal dan sebagai media hiburan
2. Penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa (spectacle) inilah yang menjadikan mdia
asing dalam banyak keluarga khususnya di tradisional dapat dijadikan sarana untuk
perkotaan. Implikasinya penggunaan dan memproteksi warga masyarakat lokal dari
pemahaman akan makna bahasa daerah/lokal terjangan arus informasi global yang dapat
khususnya di kalangan remaja menjadi mengikis kebanggaan pada identitas budaya
menurun. Banyak anak-anak remaja yang aslinya.
sudah tidak terlalu paham/mengerti makna Isi pesan yang cenderung menggali
dan konteks penggunaan bahasa lokal/daerah. kebiasaan-kebiasaan atau norma lokal dan adalah
3. Semakin surutnya minat generasi muda untuk merupakan refleksi dari realitas kondisi sosial,
mewarisi, mempelajari dan melestarikan ekonomi, budaya lokal dikemas secara simbolis
media tradisional ini secara serius dan intens. menjadi jalinan cerita yang atraktif, memikat,
4. Berubahnya selera dan gaya hidup dan dan menghibur. Secara psikologis hal ini akan
remaja sehingga mereka lebih berminat pada menyebabkan terjadinya ikatan kelompok yang
semakin rekat (kohesif). Rakyat menganggap

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 13 Nomor 1, Juni 2013, hal 67 - 78


74
bahwa mdia tradisional dapat memotret kondisi disampaikan secara luas, mendalam dan merasuk
dan problema riil, dapat mengartikulasikan ke pemikiran penontonnya.
aspirasinya sekaligus mampu mengkritisi kinerja Isi pesan yang berakar dari budaya lokal di
elit lokal serta menjadi media resolusi konflik. mana substansinya berasal dari folklore setempat,
Dalam komunikasi tradisional isi lebih tidak menutup kemungkinan untuk disisipi
banyak ditujukan pada kelompok dan bukan informasi tentang ide/gagasan/inovasi atau ide-
individu. Hal ini tepat dan memudahkan ide pembaharuan seperti perlindungan HAM,
penerimaan pesan secara bersama/serempak pada demokratisasi, pelestarian lingkungan hidup,
anggota suatu komunitas. Karena apabila budaya hidup sehat, tertib lalu lintas, taat hukum,
kelompok sudah sepakat meenrima suatu dan lain-lain. Penyisipan pesan itu dapat
pesan/inovasi, maka hal itu akan mempengaruhi dilakukan secara luwes dalam alur cerita folklore
keputusan individu. Hal itu disebabkan karena tersebut. Yang penting cara pengemasannya
dalam komunitas tradisional individu cenderung tidak membosankan, menggurui dan merusak
conform pada lingkungannya. Dalam kaitan alur cerita/mendominasi. Penyampaian
dengan hal ini maka sebagai medium komunikasi ide/gagasan inovasi tadi dapat dilakukan juga
kesenian tradisional memiliki ciri khas yaitu dengan modifikasi cerita folklore (kalau dalam
berbentuk teateral (jawa: Sampakkan). Dalam pementasan media tradisional wayang kulit di
setiap pementasan aQWDUD ³DNWRU´ GDQ SHQRQWRQ -DZD GLNHQDO VHEDJDL ³&DUDQJDQ´ \DLWX UHNDDQ
tejadi komunikasi dua arah (saling cerita baru dalam kemasan cerita wayang kulit
bersahut/merespon/memberi feedback). Hal ini yang diadaptasikan dengan kondisi kekinian
dimungkinkan karena dalam media tradisional ada tanpa mengurangi makna substantif dan pakem
prinsip bahwa penonton adalah bagian dari pentas pertunjukkan).
itu sendiri (Nuning Wahyuniati, 1985). 'HUDMDW NHPDPSXDQ PHPXDW ³SHVDQ
Dalam kondisi teateral ini (saling WLWLSDQ´ DQWDUD VDWX MHQLV PHGLD WUDGLVLRQDO
merespon) maka pemain media tradisional akan dengan media tradisional yang lain berbeda.
dengan cepat mengetahui tanggapan/reaksi dari Fleksibilitas media tradisional dalam
komunikannya (feedback audiens-nya). Pesan menyampaikan ide-ide kontemporer sebagai
yang disukai akan direspon dengan tepuk tangan LQIRUPDVL VLVLSDQ GLVHEXW VHEDJDL ³WLQJNDW
atau suasana tercekam akibat suatu adegan yang NHWHUEXNDDQ´ PHGLD ORNDO WHUKDGDS LGH JDJDVDQ
dramatis. Sebaliknya, adegan yang jelek dan tidak pembaharuan. Ada media tradisional yang
diterima akan mengundang reaksi negatif seperti mempunyai tingkat keterbukaan yang tinggi,
cemoohan, celetukan atau reaksi-reaksi spontan artinya media lokal ini tidak kuatir untuk terusik
negatif lainnya. Dengan cepatnya umpan balik bobot cerita dan pakem pertunjukannya
DXGLHQV LQL GDSDW GLEDFD GLNHWDKXL ROHK ³DNWRU´ manakala menyisipkan pesan-pesan
media tradisional, maka pemain media tradisional pembangunan. Tetapi ada pula media lokal yang
dapat mengontrol dan mengembangkan hanya terbatas memasukkan pesan-pesan
permainannya. Sehingga pesan yang inovatifnya, karena khawatir kalau terlalu banyak
disampaikannya (khususnya inovasi) dapat lebih akan dapat mengerosi dam medekonstuksi

Revitalisasi Media Tradisioanl sebagai Insrumen... (Sayoga)


75

kemurnian dan kesakralan dari tampilan media berfungsi sebagai alat penyampai pesan yang
lokal itu. Jadi media tradisional ini sangat selektif bersifat pragmatis, kepentingan sesaat dan tidak
dan ketat di dalam menseleksi ide-ide memiliki fungsi seperti media tradisional. Media
pembangunan yang akan disisipkan dalam alur massa modern tidak dimaksudkan untuk menjadi
cerita agar tidak mengerosi originalitas eksistensi identitas budaya rakyat seperti apa yang ada dan
media lokal tersebut. melekat pada pertunjukkan wayang kulit.
Sifat media tradisional yang sangat Pertunjukkan wayang kulit disamping
bercorak egaliter, bersifat ready for use, karena menampilkan ide cerita untuk hiburan, tetapi di
setiap saat dapat ditampilkan tanpa membutuhkan dalamnya sarat dengan makna-mana filosofis
properti yang mahal dan properti itu sudah sebagai satu identitas budaya jawa. Demikian
disiapkan sebelumnya (masing-masing kelompok pentingnya media tradisional bagi suatu
media tradisional memilikinya), membuat media komunitas. Untuk itu gerakan revitalisasi sangat
ini akan mampu menampilkan pesan secara kreatif dibutuhkan. Gerakan ini harus bersifat kontinyu,
tanpa dibebani dengan tuntutan teknis, artistik, terencana, terorganisir, profesional, dan
dan sistem pementasan yang kompleks oleh melibatkan staekholder secara serius.
audiensnya. Sehingga media ini akan mampu %HUGDVDUNDQ NRQVHS ³starting from
menampilkan pesan-pesannya tanpa ada people´ SHQ\HEDUan informasi di pedesaan akan
munculnya rasa kecewa dari audiensnya karena berjalan lebih efektif bila menggunakan media
tampilan racikan tata panggung yang sederhana yang dimiliki dan ada unsur kedekatan dengan
mengiringi muatan cerita yang disajikan. publik. Media ini dapat dipergunakan sebagai
Keuntungan dari kondisi ini mengakibatkan media sarana penggugah perhatian masyarakat terhadap
tradisional mampu menampilkan pesan secara isu-isu tertentu dan memfasilitasi proses berbagi
berulang-ulang tanpa direcoki oleh penyediaan padangan/pengalaman/pengetahuan. Badan
dan persiapan teknis dan tata panggung yang kebudayaan internasional UNESCO memelopori
mahal dan sulit pengadaannya (Budi Sayoga, kemungkian untuk memanfaatkan kembali
2008). keberadaa media tradisional sebagai
Ciri dari setiap media tradisional adalah alat/instrumen motivator pada publik agar lebih
adanya unsur partisipasi warga melalui produktif dalam bekerja dengan tuujuan akhir
keterlibatan fisik maupun psikis. Media ini yaitu masyarakat akan lebih berkembang dalam
mampu menjangkau populasi di luar jangkauan sektor sosial, ekonomi dan kultural. Di samping
pengaruh media massa modern dan diharapkan itu East West Center Communication Institute
khalayak itu aktif beraprtisipasi dalam setiap (satu pusat kajian akademik fenomena
proses komunikasi yang ditampilkan media lokal. komunikasi secara komprehensif) di Hawaii
Media tradisional tidak hanya sebagai objek melakukan seminar dan kajian kritis tentang
hiburan (spectacle) dalam fungsi pragmatis untuk eksistensi media tradisional di negara-negara
kepentingan sesaat, tapi dimaksudkan untuk berkembang. Hasil seminar merekomendasikan
memelihara keberadaan dan identitas suatu bahwa strategi komunikasi modern di negara-
masyarakat. Kalau media massa modern hanya negara berkembang akan mengalami kerugian

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 13 Nomor 1, Juni 2013, hal 67 - 78


76
besar jika tidak memanfaatkan dukungan oleh yang lebih dominan, maka akan mengurangi
media tradisional (Open Manfred, 1998). signifikansi media ini manakala dijadikan
Untuk memfungsikan media tradisional instumen pendukung proses difusi inovasi.
dalam konteks lintas budaya secara praktis dapat Strategi untuk menjadikan agar media
dilakukan salah satunya dengan memodifikasi tradisional dapat secara efektif sebagai instrumen
secara substansial media ini. Substansi media difusi inovasi (spectacle dan informasi
tradisional dilakukan upaya transformatif dari kontemporer) lintas budaya maka isi pesan harus
spectacle menjadi media informasi inovasi. Media difokuskan pada arah yang lebih luas (tidak
tradisional dalam format aslinya hanya relevan semata-mata pada komunitas budaya
secara eksklusif bagi masyarakat budaya pendukungnya). Agar hal ini dapat direalisasikan
pendukungnya, sehingga ketika media ini hendak maka perlu intervensi kreatif dari para
dijadikan sebagai nstrumen penyebar informasi stakeholder-nya. Upaya yang artistik, cermat dan
kontemporer (misal inovasi) maka media inovatif untuk mentransformasikan media
tradisional haUXV ³VXGDK WLGDN ODJL VHEDJDL PHGLD tradisional menjadi media general spectacle
sumber mitos budaya tertentu, sebab kalau media harus terus digali dan direalisasikan, supaya
tradisional masih dalam bentuk aslinya yaitu keberadaan media ini dapat dimanfaatkan secara
sebagai sarana penyebar mitos dan isi pesannya optimal.
masih dimaksudkan untuk memelihara keberadaan Media tradisional yang diformat menjadi
dan identitas suatu komunitas budaya tertentu, media general spectacle bukannya menyebabkan
maka media tradisional hanya relevan secara media ini akan mengalami degradasi fungsi dan
ekslusif bagi masyarakat budaya pendukungnya. kualitas. Hal ini disebabkan karena originalitas
Oleh karena itu perubahan substansi dan orientasi wujud aslinya masih tetap nampak dan keaslian
media tradisional dari semula media penyebar budayanya masih tetap terjaga. Tetapi pada sisi
mitos dan media hiburan ke media informasi harus lain media ini akan memiliki fungsi yang lebih
dilakukan, apabila media tradisional akan banyak dan bermafaat bagi pemberdayaan
dimanfaatkan sebagai instrumen difusi masyarakat. Media tradisional akan dapat
inovasi/informasi atau informasi lintas budaya. menjadi alat diseminasi inovasi dan pencerahan
Dekonstruksi media tradisional dari media khasanah intelektualitas publik yang tidak
penyebar mitos dan pemelihara identitas budaya eksklusif, yakni informasinya dapat diterima oleh
yang lebih bercorak spectacle ke arah media publik di luar komunitas pendukungnya.
instrumen difusi inovasi/informasi harus Implikasi dari proses transformasi media
dilakukan secara bijaksana. Sebab sulit untuk tradisional dari semula bercorak eksklusif
mensinergikan dua fungsi komunikasi (hiburan menjadi inklusif akan menjadikan substansi isi
dan penyebaran inovasi) secara berimbang. Jika pesan media ini dapat diakses dan dinikmati oleh
terlalu dijejali muatan pesan informasi/inovasi, khalayak dalam jumlah yang lebih besar dan
maka media tradisional akan kehilangan KHWHURJHQ VHUWD ³coverage area´ \DQJ OHELK OXDV
originalitasnya (khsusunya bagi audiens Namun demikian proses dekonstruksi media
pendukungnya). Namun jika porsi hiburannya tradisional harus dilakukan dengan hati-hati.

Revitalisasi Media Tradisioanl sebagai Insrumen... (Sayoga)


77

Sebab kalau tidak maka akan menjadikan media UCAPAN TERIMA KASIH
tradisional dengan segala karakteristiknya Ucapan terima kasih disampaikan kepada
kehilaangan ciri aslinya dan menyublim menjadi Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi yang telah
media kreasi baru atau media kontemporer yang memberikan batuan dana untuk kelancaran
jauh dari sentuhan dan muatan budaya dan penelitian melalui Hibah Penelitian Kerjasama
kearifan lokal, hal ini tentu saja tidak dikehendaki. Antar Perguruan Tinggi (PEKERTI) Tahun
2013.
KESIMPULAN
Sebagai instumen komunikasi di tingkat
lokal, media tradisional memiliki fungsi dan posisi DAFTAR PUSTAKA
yang strategis. Media ini memiliki kekuatan yang
Association of Official Analytical Chemist 1995,
tidak dimiliki media massa modern. Disamping Official Method of AOAC International.
Sixteenth Editon, 4th Revision,Volume II.
karena faktor isi pesannya dan cara penyajiannya
Association of Official Analytical
yang berorientasi pada dinamika kehidupan Chemist, Maryland.
komunitas, juga karena media ini telah tumbuh Atchibri, OA, Kouakou, TH Brou, KD, Kouadio,
YJ, Gnakri, D 2010, µEvaluation of
dan berakar kuat di tengah masyarakatnya.
bioactive components in seeds of
Kondisi ini berdampak pada tingkat atensi yang Phaseolus vulgaris L. (fabaceae) cultivated
LQ &{WH G¶,YRLUH¶ Journal of Applied
tinggi publik lokal terhadap informasi yang
Biosciences, 31: 1928 ± 1934.
dilontarkan. Pada posisi inilah maka desiminasi
Belitz, HD and Grosch, W 1999, Food
inovasi terhadap audiens pada tingkat lokal relatif Chemistry, 2ed. Spinger-Verlaag-Berlin-
Heidelberg, Germany.
mudah dilakukan.
Cui, SW. 2005. Food Carbohydrates: Chemistry,
Namun tidak dapat terbantahkan Physical Properties and Application. CRC
bahwasannya posisi media tradisional saat ini Press, USA
berada pada sistuasi yang memprihatinkan dan Faraj, A and Vasanthan, T 2004, µSoybean
Isoflavones: Effects of Processing and
terpinggirkan. Gencarnya arus budaya asing yang Health Benefits¶ Food Rev. Int., 20, p.51±
merebak lewat media massa modern mengancam 75.
eksistensi media tradisional. Dominasi informasi Faridi H, Faubion JM 1986, µDough Rheology:
Its Benefits to Cereal Chemists¶. in: Faridi
budaya luar melalui media massa modern kian H, Faubion JM (eds) Fundamentals of
mengerosi daya pikat dan daya saing media itu. Dough Rheology. American Association of
Cereal Chemists, Minnesota: 1-9.
Kondisi ini kalau dibiarkan belarut-larut tidak
Jisha, S and Padmaja, G 2011, µWhey Protein
menutup kemungkinan akan menjadikan media Concentrate Fortified Baked Goods from
tradisional semakin terdegradasi fungsi dan Cassava-Based Composite Flours:
Nutritional and Functional Properties¶
perannya di tengah masyarakat untuk kemudian Food Bioprocess Technol (2011) 4: 92±
hilang dan musnah eksistensinya. 101
Untuk itu perlu adanya intervensi dan Konvacs, G 2008, Ancient cereal as a source of
healthy organic food. <http://www.
program aksi dalam rangka mengembalikan growseed.org/Kovac.pdf> Diakses pada 1
kredibilitas dan potensi media tradisional. Januari 2012.
Eksistensi media tradisional harus dibangkitkan

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 13 Nomor 1, Juni 2013, hal 67 - 78


78
Lee CC and Lin SD 2008, µEffect of GABA Tea
on Quality Characteristics of Chiffon
Cake¶. Cereal Chem. 2008; 85: 31±38.
Pasha I, Rashid, S, Anjum, FM, Sultan, MT, Mir
M, Qayyum, N and Saeed, FF 2011, Quality
Evaluation of Wheat-Mungbean Flour
Blends and Their Utilization in Baked
Products. Asian Network for Scientific
Information
Meilgaard, M, Civille, GV, dan Carr, BT 1999,
Sensory Evaluation Techniques, CRC Press,
Boca Raton.
Pomeranz, Y 1991. Functional properties of food
nd
components, 2 ed. Academic Press, New
York, pp.27-28,
Singh M, Liu SX, Vaughn SF 2012. µEffect of
corn bran as dietary fiber addition on
baking and sensory quality¶ Biocatalysis
and Agricultural Biotechnology, 2012; 1:
348±352.
Singh, N, Sandhu, KS, dan Kaur, M 2005,
µPhysicochemical Properties Including
Granular Morphology, Amylose Content,
Swelling and Solubility, Thermal and
Pasting Properties of Starches From
Normal, Waxy, High Amylose and Sugary
Corn¶. Progress in Food Biopolymer
Research 1, 44±54.
Steel R, Torrie J, Dickey D 1997, Principles and
Procedures of Statistics: A Biometrical
Approach, 3rd ed., McGraw Hill Book Co.,
New York, USA.
Wilderjans E, Pareyt, B, Goesaert, H, Brijs, K,
Delcour, DA 2008, µThe Role of Gluten on
A Pound Cake System: A Model Approach
Based on Gluten±Starch Blends¶ Food
Chem. 2008; 110: 909±915.
Yu S, Ying M, Wen SD 2009, Impact of Amylose
Content on Starch Retrogradation and
Texture of Cooked Milled Rice During
Storage. J. Cereal Sci. 2009; 50: 139±144.

Revitalisasi Media Tradisioanl sebagai Insrumen... (Sayoga)

Anda mungkin juga menyukai