ABSTRAK
Media tradisional adalah media lokal yang memiliki fungsi sebagai instrumen pemeliharaan identitas
budaya lokal. Namun saat ini keberadaannya semakin terpinggirkan di tengah komunitas pendengarnya.
Peran dan fungsinya semakin terdegradasi. Untuk itu perlu suatu intervensi dalam menguatkan kembali
eksistensinya. Harus ada program aksi dan intervensi dalam mewujudkan hal itu. Salah satunya adalah
dengan mendekonstruksi media ini dari media penyebar mitos dan pemelihara identitas budaya lokal ke
arah media insrumen difusi inovasi.Media tradsisional harus mampu menjadi media general spectacle
dari informasi kontemporer yang bersifat lintas budaya.
Kata kunci: Difusi Inovasi, Revitalisasi, Media Tradsisonal
ABSTRACT
Traditional media is a local media that also has a function as an instrument for local cultural identity
preservation. But nowadays, its existence is marginalized in the middle of its audience. The function and
role are increasingly degraded. Therefore, an intervenstion is needed in order to strenghten its
exsistence. There should be a program of action and intervention in realizing it. One way is to
deconstruct this media from the myths spreading media and custodians of local cultural identity to the
media as an instrument of innovation diffusion. Traditional media should be able to be a general
spectacle of contemporary information that is cross-cultural.
Key words: Innovation Diffusion, Revitalization, Traditional Media
perhatian publik dan dapat menjadi media yang antara hal yang lama (klasik) dengan ide/pesan
ampuh guna melancarkan persuasi hal-hal yang yang modern/kontemporer diperlukan suatu
konstruktif dan edukatif pada masyarakat lokal. kewaspadaan dan sikap kehati-hatian
Keunikan dari media tradisional adalah (Ranganath, 1986).
fleksibilitas media tersebut dalam menyebarkan Masalah-masalah yang dihadapi dalam
ide-ide pembangunan (inovasi). Banyak tampilan penggunaan seni pertunjukkan tradisional yang
media tradisional meskipun sarat dengan diarahkan sebagai bentuk pemberdayaan
informasi yang bercorak hiburan namun dapat khasanah informasi masyarakat adalah upaya
juga di dalamnya membawa pesan-pesan dan ide- untuk tetap menjaga dan melindungi agar media
ide pembangunan/inovasi. Hal ini dapat terjadi tradisional tidak mengalami kerusakan. Untuk
karena media tradisional memiliki potensi untuk itulah maka memadukan eksistensi media
menjalankan fungsinya sebagai media pendidikan tradisional yang memiliki kadar seni yang tinggi
pada khalayaknya. Oleh karenanya maka media dengan pesan-pesan pembangunan yang bersifat
ini dapat dimanfaatkan sebagai instrumen difusi aktual, kontemporer dan modern membutuhkan
informasi pengetahuan modern sekaligus mampu suatu kecanggihan dan dukungan seni yang
dipergunakan sebagai perangkat untuk terencanakan secara serius. Dengan cara ini
mengukuhkan nilai budaya, norma sosial dan maka di satu sisi pesan pembangunan yang
filsafat sosial (Amri Jahi, 1988). ³GLVLVLSNDQ´ GDODP DOXU FHULWD SHUWXQMXNNDQ
Akan tetapi perspektif positif dari eksistensi media tradisional tidak merusak dan
media tradisional ini tidak luput dari aspek mengganggu nilai estetika dari tampilan media
pesimistiknya. Kalangan pengamat komunikasi tradisional tersebut. Sementara pada sisi lain
khsususnya dalam bidang media tradisional pesan-pesan pembangunan tadi dapat
mengingatkan kepada kita bahwasannya tidak tersosialisasikan dan menerpa audiens sehingga
semua media tradisional memiliki diharapkan mampu memberikan kontribusi
keluwesan/kelenturan untuk dimanfaatkan sebagai dalam peningkatan kualitas wawasan dan cara
instrumen difusi informasi pembangunan/inovasi. berpikirnya.
Karena upaya mengkolaborasikan dan
memadupadankan antara paradigma yang lama KAJIAN TEORITIS
dan yang baru tidak semudah yang dibayangkan Media tradisional adalah suatu bentuk
dan tidak selalu menghasilkan tampilan yang media lokal dalam suatu komunitas budaya.
bagus, atraktif, menarik dan komunikatif. Keberadaan media ini sudah lama dimanfaatkan
Kolaborasi antara ide-ide yang lama (pesan klasik oleh komunitas budaya tersebut untuk menjalin
dalam media tradisional) dengan ide-ide baru interaksi dan komunikasi di antara anggota
(inovasi) bisa jadi bukannya membuat tampilan komunitas itu sebelum kehadiran media massa
lebih elok dan komunikatif, tetapi yang terjadi modern. Media ini masih menggunakan alat
justru sebaliknya, yaitu tampilan menjadi rusak, tradisional yang ada dan tersedia di dalam
tidak menarik dan tidak diminati oleh audiens- komunitas itu. Oleh karenanya tampilan media
nya. Untuk itulah dalam hal memadupadankan tradisional mengedepankan hal-hal yang ada dan
modern. Media ini secara komparatif murah. Ia memiliki kedekatan komunikasi dengan
tidak perlu import karena milik komunitas. Di masyarakat setempat. Dari segi komunikasi,
samping itu media ini tidak akan menimbulkan penyampaian pesan-pesan pembaharuan apabila
ancaman kolonialisme kebudayaan dan dominasi dilakukan dengan menggunakan simbil-simbol
ideologi asing. Terlebih lagi kredibilitasnya lebih yang dikenal dan digandrungi masyarakat jelas
besar karena Ia mempertunjukkan kebolehan dapat diharapkan akan memiliki daya vibrasi
orang-orang setempat dan membawa pesan-pesan yang tinggi. Ini berarti bahwa pesan yang
lokal yang tidak berasal dari pemerintah pusat. disampaikan itu mudah diserap dan
Media rakyat ini bersifat egaliter, sehingga dapat diinterpresatikan hingga mampu menghasilkan
menyalurkan pesan-pesan kerakyatan dengan efek segera (vibral) (Abdul Muis, 1994).
lebih baik daripada media massa modern. Lebih dari itu karena media tradisional ini
Berbicara mengenai pemanfaatan media berasal dan berakar pada budaya lokal maka
tradisional sebagai piranti dalam proses difusi antara media tradisional sebagai sumber dan
inovasi di era modern seperti saat ini ada dua hal media pada satu pihak dengan warga masyarakat
positif yang harus digarisbawahi. Yang pertama, pendukungnya sebagai khalayak sasaran (target
bahwa pengembangan dan pemanfaatan media audiens) pada pihak lain terdapat derajt
tradisional adalah bagian yang esensial dari homophili yang tinggi. Homophili di sini
bentuk proteksi terhadap media ini dari hempasan dimaksudkan sebagai tingkat kesamaan dalam
media massa modern yang kian mengakar beberapa hal seperti nilai, kepercayaan,
keberadaaannya di masyarakat. Kedua, sebagai pendidikan dan status sosial antara aktor media
media yang berasal dari, oleh, dan untuk tradisional (sebagai komunikator) dan
masyarakat lokal maka keberadaan media masyarakat penontonnya (Sebagai
tradisional adalah sarana yang memiliki akar pada komunikannya). Tingkat homophilitas yang
kebudayaan lokal. Oleh karenanya maka media tinggi antara komunikator dan komunikan ini
tradisional mempunyai kedekatan-kedekatan mempengaruhi pula cara penyampaian pesan dan
komunikasi dengan khalayak sasaran setempat. isi pesan yang dilontarkan pada audiens. Karena
Dengan demikian maka kesenian tradisional dapat latar belakang pendidikan, budaya dan
diharapkan sebagai salah satu medium komunikasi kepercayaan yang relatif sama antara
yang relatif memiliki kapasitas tinggi untuk komunikator dan komunikan maka pesan-pesan
digunakan sebagai sumber dan saluran yang disampaikan itu mudah disesuaikan dengan
penyampaian pesan-pesan pembaharuan atau kondisi khalayak.
pembanguan (James Peacock, 1998). Secara toritis kelancaran proses difusi
Ada beberapa dugaan teoritis yang inovasi di samping menuntut adanya derajat
mendorong perlu dimanfaatkannya media homophili khususnya dalam hal yang
kesenian tradisional dalam proses difusi inovasi. menyangkut aspek latar belakang sosial budaya,
Diantaranya adalah fakta faktual bahwasannya juga menuntut adanya derajat heterophili
media tradisional berakar pada kebudayaan (perbedaan) khususnya dalam hal pengetahuan
setempat. Dengan demikian maka ia lebih dan keterampilan mengenai ide-ide baru yang
4. Jumlah penonton yang terbatas sehingga proses budaya-budaya yang datang dari luar (Kanti
difusi inovasi hanya dapat mengkover audiens Waluyo, 1986).
yang terbatas itu, bandingkan dengan luas
cakupan area dai media massa modern. PEMBAHASAN
5. Ada beberapa media tradisional yang terikat Sebagai instrumen diseminasi informasi di
dengan nilai adat, nilai etika, nilai estetika dan pedesaan yang diharapkan berdampak pada
kepercayaan lokal secara ketat. Akibatnya sulit terjadinya pemberdayaan masyarakat di segala
untuk menyisipkan pesan-pesan pembangunan bidang, posisi media tradisional sangat strategis.
(inovasi di dalamnya). Media ini terikat aturan Kemampuan media ini menyerap aspirasi,
main/pertunjukkan (pakem)yang telah harapan dan keinginan masyarakat untuk
digariskan oleh sistem adat budaya lokal, kemudian diolah dan dikemas dalam bagian
sehingga tidak dapat setiap saat dimanfaatkan narasi cerita tidak perlu diragukan lagi. Dalam
sebagai media difusi inovasi (Lap. Survey. sajian pertunjukkan media tradisional di samping
UGM, 1985). cerita inti (folklore) yang ditampilkan, seorang
Pada masa silam media ini pernah menjadi sutradaa dengan luwes dapat menyelipkan pesan-
perangkat komunikasi sosial yang penting. Saat pesan pembangunan (inovasi) tanpa mengurangi
ini penampilan media tradisional dalam kondisi makna cerita. Fleksibilitas itulah merupakan
yang relatif surut. Adapun faktor-faktor penyebab keistimewaan dari media ini. Pada satu sisi
surutnya eksistensi media tradisional diantaranya media ini adalah merupakan instrumen
adalah: penguatan identitas budaya, adat, tradisi, norma
1. Munculnya media massa dan media modern lokal suatu komunitas. Tapi pada sisi lain media
lainnya dalam skala yang masif, sehingga ini bisa menjadi sarana hiburan (spectacle) yang
keberadaan media ini meminggirkan ruang memikat. Sinergi sebagai instrumen penguat
gerak media tradisional di pedesaan. adat/tradisi lokal dan sebagai media hiburan
2. Penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa (spectacle) inilah yang menjadikan mdia
asing dalam banyak keluarga khususnya di tradisional dapat dijadikan sarana untuk
perkotaan. Implikasinya penggunaan dan memproteksi warga masyarakat lokal dari
pemahaman akan makna bahasa daerah/lokal terjangan arus informasi global yang dapat
khususnya di kalangan remaja menjadi mengikis kebanggaan pada identitas budaya
menurun. Banyak anak-anak remaja yang aslinya.
sudah tidak terlalu paham/mengerti makna Isi pesan yang cenderung menggali
dan konteks penggunaan bahasa lokal/daerah. kebiasaan-kebiasaan atau norma lokal dan adalah
3. Semakin surutnya minat generasi muda untuk merupakan refleksi dari realitas kondisi sosial,
mewarisi, mempelajari dan melestarikan ekonomi, budaya lokal dikemas secara simbolis
media tradisional ini secara serius dan intens. menjadi jalinan cerita yang atraktif, memikat,
4. Berubahnya selera dan gaya hidup dan dan menghibur. Secara psikologis hal ini akan
remaja sehingga mereka lebih berminat pada menyebabkan terjadinya ikatan kelompok yang
semakin rekat (kohesif). Rakyat menganggap
kemurnian dan kesakralan dari tampilan media berfungsi sebagai alat penyampai pesan yang
lokal itu. Jadi media tradisional ini sangat selektif bersifat pragmatis, kepentingan sesaat dan tidak
dan ketat di dalam menseleksi ide-ide memiliki fungsi seperti media tradisional. Media
pembangunan yang akan disisipkan dalam alur massa modern tidak dimaksudkan untuk menjadi
cerita agar tidak mengerosi originalitas eksistensi identitas budaya rakyat seperti apa yang ada dan
media lokal tersebut. melekat pada pertunjukkan wayang kulit.
Sifat media tradisional yang sangat Pertunjukkan wayang kulit disamping
bercorak egaliter, bersifat ready for use, karena menampilkan ide cerita untuk hiburan, tetapi di
setiap saat dapat ditampilkan tanpa membutuhkan dalamnya sarat dengan makna-mana filosofis
properti yang mahal dan properti itu sudah sebagai satu identitas budaya jawa. Demikian
disiapkan sebelumnya (masing-masing kelompok pentingnya media tradisional bagi suatu
media tradisional memilikinya), membuat media komunitas. Untuk itu gerakan revitalisasi sangat
ini akan mampu menampilkan pesan secara kreatif dibutuhkan. Gerakan ini harus bersifat kontinyu,
tanpa dibebani dengan tuntutan teknis, artistik, terencana, terorganisir, profesional, dan
dan sistem pementasan yang kompleks oleh melibatkan staekholder secara serius.
audiensnya. Sehingga media ini akan mampu %HUGDVDUNDQ NRQVHS ³starting from
menampilkan pesan-pesannya tanpa ada people´ SHQ\HEDUan informasi di pedesaan akan
munculnya rasa kecewa dari audiensnya karena berjalan lebih efektif bila menggunakan media
tampilan racikan tata panggung yang sederhana yang dimiliki dan ada unsur kedekatan dengan
mengiringi muatan cerita yang disajikan. publik. Media ini dapat dipergunakan sebagai
Keuntungan dari kondisi ini mengakibatkan media sarana penggugah perhatian masyarakat terhadap
tradisional mampu menampilkan pesan secara isu-isu tertentu dan memfasilitasi proses berbagi
berulang-ulang tanpa direcoki oleh penyediaan padangan/pengalaman/pengetahuan. Badan
dan persiapan teknis dan tata panggung yang kebudayaan internasional UNESCO memelopori
mahal dan sulit pengadaannya (Budi Sayoga, kemungkian untuk memanfaatkan kembali
2008). keberadaa media tradisional sebagai
Ciri dari setiap media tradisional adalah alat/instrumen motivator pada publik agar lebih
adanya unsur partisipasi warga melalui produktif dalam bekerja dengan tuujuan akhir
keterlibatan fisik maupun psikis. Media ini yaitu masyarakat akan lebih berkembang dalam
mampu menjangkau populasi di luar jangkauan sektor sosial, ekonomi dan kultural. Di samping
pengaruh media massa modern dan diharapkan itu East West Center Communication Institute
khalayak itu aktif beraprtisipasi dalam setiap (satu pusat kajian akademik fenomena
proses komunikasi yang ditampilkan media lokal. komunikasi secara komprehensif) di Hawaii
Media tradisional tidak hanya sebagai objek melakukan seminar dan kajian kritis tentang
hiburan (spectacle) dalam fungsi pragmatis untuk eksistensi media tradisional di negara-negara
kepentingan sesaat, tapi dimaksudkan untuk berkembang. Hasil seminar merekomendasikan
memelihara keberadaan dan identitas suatu bahwa strategi komunikasi modern di negara-
masyarakat. Kalau media massa modern hanya negara berkembang akan mengalami kerugian
Sebab kalau tidak maka akan menjadikan media UCAPAN TERIMA KASIH
tradisional dengan segala karakteristiknya Ucapan terima kasih disampaikan kepada
kehilaangan ciri aslinya dan menyublim menjadi Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi yang telah
media kreasi baru atau media kontemporer yang memberikan batuan dana untuk kelancaran
jauh dari sentuhan dan muatan budaya dan penelitian melalui Hibah Penelitian Kerjasama
kearifan lokal, hal ini tentu saja tidak dikehendaki. Antar Perguruan Tinggi (PEKERTI) Tahun
2013.
KESIMPULAN
Sebagai instumen komunikasi di tingkat
lokal, media tradisional memiliki fungsi dan posisi DAFTAR PUSTAKA
yang strategis. Media ini memiliki kekuatan yang
Association of Official Analytical Chemist 1995,
tidak dimiliki media massa modern. Disamping Official Method of AOAC International.
Sixteenth Editon, 4th Revision,Volume II.
karena faktor isi pesannya dan cara penyajiannya
Association of Official Analytical
yang berorientasi pada dinamika kehidupan Chemist, Maryland.
komunitas, juga karena media ini telah tumbuh Atchibri, OA, Kouakou, TH Brou, KD, Kouadio,
YJ, Gnakri, D 2010, µEvaluation of
dan berakar kuat di tengah masyarakatnya.
bioactive components in seeds of
Kondisi ini berdampak pada tingkat atensi yang Phaseolus vulgaris L. (fabaceae) cultivated
LQ &{WH G¶,YRLUH¶ Journal of Applied
tinggi publik lokal terhadap informasi yang
Biosciences, 31: 1928 ± 1934.
dilontarkan. Pada posisi inilah maka desiminasi
Belitz, HD and Grosch, W 1999, Food
inovasi terhadap audiens pada tingkat lokal relatif Chemistry, 2ed. Spinger-Verlaag-Berlin-
Heidelberg, Germany.
mudah dilakukan.
Cui, SW. 2005. Food Carbohydrates: Chemistry,
Namun tidak dapat terbantahkan Physical Properties and Application. CRC
bahwasannya posisi media tradisional saat ini Press, USA
berada pada sistuasi yang memprihatinkan dan Faraj, A and Vasanthan, T 2004, µSoybean
Isoflavones: Effects of Processing and
terpinggirkan. Gencarnya arus budaya asing yang Health Benefits¶ Food Rev. Int., 20, p.51±
merebak lewat media massa modern mengancam 75.
eksistensi media tradisional. Dominasi informasi Faridi H, Faubion JM 1986, µDough Rheology:
Its Benefits to Cereal Chemists¶. in: Faridi
budaya luar melalui media massa modern kian H, Faubion JM (eds) Fundamentals of
mengerosi daya pikat dan daya saing media itu. Dough Rheology. American Association of
Cereal Chemists, Minnesota: 1-9.
Kondisi ini kalau dibiarkan belarut-larut tidak
Jisha, S and Padmaja, G 2011, µWhey Protein
menutup kemungkinan akan menjadikan media Concentrate Fortified Baked Goods from
tradisional semakin terdegradasi fungsi dan Cassava-Based Composite Flours:
Nutritional and Functional Properties¶
perannya di tengah masyarakat untuk kemudian Food Bioprocess Technol (2011) 4: 92±
hilang dan musnah eksistensinya. 101
Untuk itu perlu adanya intervensi dan Konvacs, G 2008, Ancient cereal as a source of
healthy organic food. <http://www.
program aksi dalam rangka mengembalikan growseed.org/Kovac.pdf> Diakses pada 1
kredibilitas dan potensi media tradisional. Januari 2012.
Eksistensi media tradisional harus dibangkitkan