Anda di halaman 1dari 32

TERAPI LINGKUNGAN

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah


Keperawatan Jiwa II

OLEH :

YELVI NADIA WATI


181211465
III B

Dosen Pengampu

Ns. Yola Yolanda, M. Kep

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Terapi Lingkungan” tepat pada
waktu yang telah ditentukan, sebagai tugas perkelompok untuk mata ajar Keperawatan Jiwa
III ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Rr. Dian Tristiana, S.Kep.Ns. M.Kep selaku fasilitator
2. Teman-teman Angkatan 2014 kelas A1 yang telah memberikan motivasi dalam
penyusunan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan asuhan
keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Surabaya, 30 September 2016

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Terapi Lingkungan.....................................................................3
2.2 Tujuan Terapi Lingkungan .....................................................................3
2.3 Karakteristik Terapi Lingkungan.............................................................4
2.4 Bentuk Terapi Lingkungan......................................................................5
2.5 Macam – Macam Terapi Lingkungan......................................................7
2.6 Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan..........................................................8
2.7 Kondisi Pasien Pada Terapi Lingkungan ................................................11
2.8 Komponen Fungsional Terapi Lingkungan............................................12
2.9 Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan...............................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ...............................................................................................15
3.2 Analisa Data.............................................................................................20
3.3 Diagnosa keperawatan.............................................................................21
3.4 Pohon masalah.........................................................................................21
3.5 Rencana tindakan keperawatan................................................................22
3.6 Terapi Lingkungan...................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan ....................................................................................................26
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................28
4.2 Saran........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus
mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan
manusia. Lingkungan dan situasi rumah sakit yang asing serta pengalaman perawatan
yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh yang besar terhadap kemampuan
adaptasi pasien dengan gangguan fisik dan gangguan mental. Ada kecenderungan
lingkungan rumah sakit menjadi stresor bagi pasien. Oleh karena itu perhatian lingkungan
sangat penting.
Perawatan klien pada rumah sakit jiwa dalam jangka waktu yang lama mengkibatkan
klien mengalami penurunan kemampuan berfikir dan bertindak secara mandiri dan
kehilangan hubungan dengan dunia luar, oleh karena itu diperlukan pengembangan
layanan keperawatan psikiatrik salah satunya dengan penerapan terapi lingkungan di
rumah sakit.
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan
modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik
dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi
Hartono, 2011). Menurut (Suliswati, 2005) terapi lingkungan merupakan keadaan
lingkungan yang ditata untuk menunjang proses terapi, baik fisik, mental maupun sosial
agar dapat membantu pemulihan dan pemulihan klien.
Menurut ICN, pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi pergeseran
penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat dan situasi sosial politik Indonesia
yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan,
dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan mental
dalam kehidupan manusia, pada saat ini terjadi peningkatan sekitar 20%.
Menurut Bloom, 60% faktor yang menentukan status kesehatan seseorang adalah
kondisi lingkungannya. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan
multidisipliner. Diperhatikan adanya jenis dan penempatan perabot. Lingkungan yang
terapeutik, menciptakan suasana dimana pasien dapat menyadari dan mengenal diri
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari terapi lingkungan ?
2. Apa tujuan dari terapi lingkungan ?
3. Apa karakteristik dari terapi lingkungan ?
4. Bagaimana bentuk dari lingkungan ?
5. Apa saja macam - macam terapi lingkungan ?
6. Apa saja jenis kegiatan terapi lingkungan ?
7. Bagaimana kondisi pasien pada saat terapi lingkungan ?
8. Apa saja komponen fungsional terapi lingkungan ?
9. Bagaimana peran perawat dalam terapi lingkungan ?
10. Bagaimana terapi lingkungan pada asuhan keperawatan pasien harga diri rendah ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana terapi lingkungan dan
cara untuk menerapkan terapai lingkungan di keperawatan jiwa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi lingkungan
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi lingkungan
3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik terapi lingkungan
4. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk lingkungan
5. Mahasiswa dapat mengetahui macam - macam terapi lingkungan
6. Mahasiswa dapat mengetahui jenis kegiatan terapi lingkungan
7. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi pasien pada saat terapi lingkungan
8. Mahasiswa dapat memahami komponen fungsional terapi lingkungan
9. Mahasiswa dapat mengetahui peran peran perawat dalam terapi lingkungan
10. Mahasiswa dapat mengerti terapi lingkungan pada asuhan keperawatan pasien

1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai terapi lingkungan
2. Mengetahui bagaimana terapi lingkungan pada asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan jiwa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Terapi Lingkungan


Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan
modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik
dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi
Hartono, 2011).
Milieu therapy merujuk pada terapi sosiolingkungan dimana sikap dan tindakan staf
dalam pemberian layanan perawatan pada pasien ditentukan berdasar kebutuhan
emosional dan interpersonal klien (Shives, 2008).

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya
adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

2.2 Tujuan Terapi Lingkungan


Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien gangguan jiwa yang
dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa. (Schultz danVidebek,
1989) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan terapeutik akan memberi
kesempatan untuk berfokus pada pengembangan dalam hal dan kesempatan belajar, agar
klien mampu mengidentifikasi alternatif dan solusi masalah.

Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu:
1. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif.
2. Mengajarkan keterampilan psikososial.

Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan


kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai
orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Menurut Stuart dan
Sundeen tujuan terapi lingkungan antara lain:

1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan


mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri.
2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, dan
5. Mencapai perubahan yang positif

Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku maladaptif, perlu ditekankan


penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan psikososial.
1. Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realitayang lebih baik. Orientasi tersebut
berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat dan situasi.
Sedangkan kesadaran terhadap realita dapat dikuatkan melalui interaksi dan hubungan
dengan orang lain.
2. Asertation
Kemampuan mengekspresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan
mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima
masyarakat.
3. Acupation
Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui
keterampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas dalam bentuk
positif dan disukai klien, misalnya melukis, bermain musik, merangkai bunga dan lain
sebagainya.
4. Recreation
Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan, contoh
menebak kata, senam dan jalan-jalan.

2.3 Karakteristik Terapi Lingkungan


Agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal dan sesuai
harapan maka diperlukan lingkungan bersifat terapeutik untuk mendorong terjadinya
proses penyembuhan maupun rehabilitasi yang paripurna. Lingkungan tersebut harus
memiliki karakteristik, antara lain:

1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan


2. Pasien merasa nyaman dan senang atau tidak merasa takut dengan lingkungan
3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi
4. Lingkungan rumah sakit yang bersih
5. Menciptakan lingkungan yang aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien
6. Personal dari lingkungan rumah sakit menghargai pasien sebagai individu yang
memiliki hak, dan kebutuhan serta menerima perilaku pasien sebagai respons adanya
stress
7. Lingkungan yang dapat mengurangi larangan dan memberikan kesempatan pada
pasien menentukan pilihan dan membentuk perilaku baru.

Beberapa stratetegi yang dapat diterapkan pada milieu terapi agar tercapai tujuannya
menurut (Minde et al,2006) adalah :
1. Pengurangan dominasi : keluarga memberikan kebebasan pasien untuk memilih,
mengungkapkan perasan dan menjadi dirinya sendiri agar pasien merasa bahwa dia
juga mempunyai otonomi sendiri
2. Komunikasi yang terbuka antara perawat, pasien, keluarga maupun lingkungan sosial
pasien sehingga tercipta interaksi sosial yang baik
3. Interaksi terstruktur yaitu selalu dimulai dari tahapan-tahapan awal pengkajian sampai
dengan evaluasi
4. Fokus dengan kegiatan yang ingin dilakukan oleh pasien
5. Jika klien harus dirawat di rumah sakit maka diharapkan lingkungan tempat mereka
dirawat sama dengan lingkungan mereka sehari-hari
Adaptasi lingkungan, setelah keluar dari rumah sakit pasien akan menemukan
lingkungan yang baru sehingga diharapkan dari pihak yang akan menerima pasien
kembali yaitu keluarga dan masyarakat dapat menerima dan memperlakukan pasien sama
seperti manusia normal lainnya dan tidak menganggap bahwa pasien dengan gangguan
jiwa tidak layak kembali bersosialisasi dan tidak mungkin untuk sembuh.
2.4 Bentuk Lingkungan
A. Lingkungan Fisik
Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan bagian
eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi :
1. Bentuk dan struktur bangunan.
2. Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.
Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:

1. Lingkungan fisik yang tetap


Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal.
Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung
sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa
masyarakat. Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat
sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat
membantu memelihara hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan
kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari
kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah
tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan
ryang makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk
memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental,
merangsang memori dan mencegah disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi
aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya
rapat ruangan.
2. Lingkungan fisik semi tetap
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan
dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta
menjaga privasi pasien.
3. Lingkungan fisik tidak tetap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi
oleh sosial budaya.
B. Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan
pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi
terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan
dalam berinteraksi dengan pasien:
1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah
tingkah laku pasien.
2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku
partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota
kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan
adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.
2.5 Macam - Macam Terapi Lingkungan
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan
diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik.

1. Model terapi moral


Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta bisa dilakukan dengan
pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan
individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat
yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya,
karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruknya yang
diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah
yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperan melawan
penyalahgunaan narkoba.
2. Model terapi sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap
obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial. Tujuan dari model
terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku
sosail yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu
narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan sosial termasuk tindakan kriminal.
Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba
yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan. Prakteknya dapat
dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok.
3. Model terapi psikologis
Model ini diadabtasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa
perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena
terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau
melepas beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan
emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat
dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan.
Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling
pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun terapi pribadi.
4. Model terapi budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi seumur
hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga
seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan
kebudayaan tertentu”. Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan
narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua
permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini
banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para
pecandu narkoba tersebut. . (Videbeck, 2008)

2.6 Jenis Kegiatan Dari Terapi Lingkungan


1. Terapi Rekreasi
Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, bertujuan
agar pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan juga
mengembangkan kemampuan hubungan social. Contohnya, kegiatan yang banyak
mengeluarkan seperti bulu tangkis, berenang, basket, dan lain-lain diberikan kepada
pasien dengan tingkatan umur remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak
mengeluarkan tenaga seperti bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat
diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur dewasa (orangtua).
2. Terapi Kreasi Seni
Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama dengan orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan dengan bakat dan minat,
beberapa diantaranya adalah :
a. Dance therapy/menari;
Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh
dengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan pasien.
identifikasi tarian kesukaan pasien yang biasanya dilakukan sebelum masuk
rumah sakit.
b. Terapi music
Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan kepada para pasien dalam mengekspresikan perasaannya seperti
kesepian, sedih, dan bahagia. Bahkan terapi musik ini dapat merelaksasikan
otot-otot dan meningkatkan kuantitas hormon endorfin dalam tubuh

Gambar : Terapi Musik


c. Terapi menggambar/melukis
Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada pasien
untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain
itu terapi ini juga dapat membantu menurunkan keteganggan dan pasien dapat
memusatkan pikiran pada kegiatan.
d. Literatur/biblio therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan
merupakan cara untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan norma
yang ada. Kegiatan dalam terapi ini dapat berupa membaca seperti novel,
buku-buku, majalah, dan kemudian bahan bacaan didiskusikan bersama oleh
para pasien. milieu terapi jenis ini juga akan meningkatkan keterikatan dengan
peer grup, sehingga dapat meningkatkan pula kemampuan pasien berinteraksi.

3. Pet therapy
Pet therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
melakukan hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka merasa
kesepian, dan menyendiri. Terapi menggunakan sarana binatang yang dapat
memberikan respon menyenangkan kepada pasien dan sering kali digunakan pada
pasien anak dengan autistic. Binatang yang digunakan adalah juga binatang yang
sudah familiar dengan pasien serta pasien mengetahui bagaimana cara merawat
binatang peliharaan dengan benar. hal ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab dan kasih sayang dalam memelihara binatang. Sehingga diharapkan dengan
binatang yang dititipkan tersebut pasien dapat mengambil keputusan terutama apa

yang harus dilakukan untuk binatang peliharaannya tersebut.


Gambar : Pet Therapy
4. Plant therapy
Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan membantu
pasien membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu dengan yang lain. Objek
yang digunakan dalam terapi ini adalah tanaman/tumbuhan. Senada dengan pet

teraphy hanya obyek yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan, dapat menjadi


alternatif bagi pasien yang mungkin takut atau mempunyai alergi terhadap binatang.
Namum pada prinsipnya sama harapannya dapat menumbukan rasa tanggung jawab
dan kasih sayang. (Towsend, 2010).

2.7 Kondisi Pasien Khusus Pada Terapi Lingkungan


Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri (suicide) :
A. Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruangan aman dan nyaman
2. Terhindar dari alat-alat yang dapat mencederai diri.
3. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan
terkunci
4. Ruangan harus di lantai satu dan mudah dipantau
5. Tata ruangan menarik; menempelkan poster yang cerah warna dinding cerah,
ada bacaan yang ringan, lucu dan memotifasi hidup
6. Warna dinding cerah
7. Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup
8. Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi
9. Ada lemari khusus untuk barang-barang pribadi pasien
B. Lingkungan sosial:
1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering
mungkin.
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau
kegiatan medis lainnya.
3. Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
6. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
7. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan
pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
Pasien dengan amuk :
a. Lingkungan Fisik:
1) Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.
2) Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur
antara yang kuat dengan yang lemah.
3) Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
4) Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan
pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.
b. Lingkungan Psikososial:
1) Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
2) Observasi pasien tiap 15 menit.
3)  Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
4) Penuhi kebutuhan fisik pasien.
5) Libatkan keluarga.

2.8 Komponen Fungsional Terapi Lingkungan


A. Containment
Fungsi : mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa.
Tujuan : memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan percaya
Bentuk terapi : isolasi dan pengikatan.
Aktifitas : memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada diri sendiri dan
orang lain.
B. Support
  Fungsi : membantu pasien merasa aman dan nyaman serta mengurangi kecemasan.
Tujuan : meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien.
Bentuk terapi : penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian perhatian dengan sikap
empati edukasi.
Aktifitas : meningaktkan hubungan dan interaksi.
C. Struktur
Fungsi : membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi adaptif.
Tujuan : meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan konsekuensinya, serta
meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas yang terstruktur.
Bentuk terapi : terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi occupation.
Aktifitas : menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien.
D. Involvement
Fungsi : mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan kompromi dan
konfrontasi untuk meningkatkan keterlibatan sosial.
Tujuan : menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam lingkungan sosial dan
interaksi serta mengembangkan keterampilan.
  Bentuk terapi : terapi kelompok.
Aktifitas : melakukan aktifitas kelompok.
E. Validation
Fungsi : membantu pasien mengambangakan kapasitas kedekatan yang lebih besar
dan menyatu identitasnya.
Tujuan : membantu pasien memahami dan menerima keunikan dirinya serta
mendorong integrasi antara perasaan senang dan tidak senang.
Bentuk terapi : Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi.
Aktifitas : bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien dan memberi
reinforcemen.

2.9 Peran Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan


Perawat merupakan fasilitator dalam kegiatan tersebut. (Copel,2007) mengatakan adapun
peran perawat dalam milieu terapi adalah :
1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman.
Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab,
menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan
pasien dan keluarga. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda
atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien
atau perawat. Menciptakan suasana yang nyaman di lingkungan tempat pasien akan
kembali. Mengkondisikan bahwa lingkungan yang akan di tinggali pasien telah
kondusif

2. Penyelenggaraan proses sosialisasi


Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain,
sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain. Mendorong pasien
untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai
dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Melalui sosialisasi pasien belajar
tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai
dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang. Perawat juga membantu
menghilangkan stigma negatif di masyarakat tentang gangguan jiwa, sehingga tercipta
suasana masyarakat yang stabil
3. Sebagai teknis perawatan,
fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, mengamati efek
obat dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut. Mengevaluasi dan mengontrol
keadaan pasien setelah keluar dari rumah sakit dan memotivasi untuk melakukan
kegiatan yang disukai serta dengan tetap melanjutkan interaksinya dengan masyarakat
4. Sebagai leader atau pengelola.
Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang
mendukung penyembuhan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar, dan
memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat mileu terapi adalah
1. Berkomunikasi dengan jujur
2. Mempunyai rasa empati
3. Hangat dan mendukung tanpa keterikatan yang berelbihan
4. Dapat memecahkan masalah secara mandiri
5. Melihat kontribusi pasien dalam kegiatan yang mereka pilih
6. Mudah beradaptasi untuk berubah
7. Dapat bertindak sebagai pemimpin atau pengikut sesuai dengan situasi
8. Menerima konflik dan konfrontasi sebagai bagian dari perawatan
9. Dapat mencari umpan balik tenang kemauan dan kemampuan pasien
10. Mempecayai pasien dapat berubah dan hidup sesuai fungsinya (Kaiser and Roberts,
2013)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH
KASUS :
Sudah 3 tahun berjalan Ny. T bekerja di sebuah perusahaan swasta, namun tiba – tiba ada
PHK di tempat perusahaan itu dan Ny. T juga mengalami phk tersebut. Semenjak di phk
Ny. T sempat melamar ke berbagai perusahaan namun ditolak. Sudah 1 tahun Ny. T
belum juga mendapatkan pekerjaan, sehingga membuatnya bingung karena tidak tahu
harus bekerja apa lagi terlebih di usianya yang menjelang tua dan dia juga belum
menikah, dan sekarang keseharian Ny. T hanya mengurung diri di kamar, karena dia malu
sudah lama tidak bekerja dan iri melihat saudaranya dengan mudah memiliki barang yang
dia inginkan dengan uang mereka sendiri. Selama mengurung diri Ny. T terkadang
berbicara sendiri seolah – olah dia sedang mengobrol dengan teman kerjanya dan sering
juga mengamuk, memecah barang-barang perabotan rumah, membakar kasur dan surat-
surat serta tertawa sendiri. Melihat hal tersebut ibu Ny. T kemudian membawanya ke
Rumah Sakit Jiwa.
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 September 2016 pukul 10.00 WIB di Ruang
Kresno.
A. Identitas
a. Identitas Pasien :
Nama : Ny. T
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Suku / bangsa : Jawa, Indonesia
Status perkawinan : Belum kawin
No. RM : 074151
Diagnosa Medis : Skizofrenia Katatonik
Tanggal masuk : 10 Juli 2016
Tanggal pengkajian : 28 September 2016
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Surabaya
Hubungan dengan pasien : ibu kandung
B. Alasan Masuk
Mengamuk, memecah barang-barang perabotan rumah, membakar kasur dan surat-
surat serta tertawa sendiri.
C. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Klien tidak pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu
2. Pengobatan sebelumnya : Klien tidak pernah melakukan pengobatan sebelumnya.
3. Masalah penganiayaan : Klien tidak mengalami aniaya fisik, aniaya seksual,
penolakan dan kekerasan dalam rumah tangga.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti pasien.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Pengalaman masa lalu klien yang
tidak menyenangkan adalah di phk dari pekerjaannya Masalah keperawatan : berduka
disfungsional
D. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt BB : 46 kg
N : 80 x/mnt TB : 165 cm
E. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :

: laki-laki

: Perempuan
: Klien

- Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini


- Pola asuh : klien merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya dan
pengambil keputusan dalam keluarga adalah ibunya.
2. Konsep diri
a) Citra tubuh : klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
b) Identitas : klien adalah anak perempuan dan anak ke 2 dari 3 bersaudara.
Klien tidak senang karena klien merasa orang tuanya pilih kasih.
c) Peran : klien merasa tidak berguna karena sudah lama tidak bekerja.
d) Ideal diri : klien ingin bekerja yang nyaman dan menginginkan semua seperti
yang dimiliki saudaranya.
e) Harga diri : klien malu karena tidak bekerja serta tidak memiliki apa yang
dimiliki saudaranya, klien iri terhadap saudaranya.

Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a) Orang terdekat : ibunya, kakak laki-lakinya, dan adik laki lakinya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Sejak 6 bulan terakhir klien kurang bersosialisasi dalam kelompok masyarakat
di daerahnya dan tidak pernah keluar rumah, klien mengaku malu ketika
bertemu orang – orang selalu di tanya sedang bekerja dimana.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien terus – menerus di dalam rumah dan merasa malu untuk keluar rumah
dan ketika di tanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena tidak
bisa memulai pembicaraan. Klien selama ini hanya diam Klien hanya bicara
dengan orang lain di saat ada keperluan dengan dirinya.

Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri

4. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien adalah seseorang yang beragama Islam.
2) Kegiatan ibadah : Klien jarang menjalankan ibadah.
F. Status Mental
1) Penampilan :
Pakaian klien rapi, sisir rambut rapi dan kondisi badan tidak bau.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
2) Pembicaraan .
Nada bicara dan suara pasien pelan, komunikasi non verbal dan verbal (jika
“ya” cuma mengangguk-angguk, jika “tidak” Cuma menggeleng) dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi verbal.
3) Aktivitas motorik
Klien kelihatan lesu dan pasif dalam melakukan aktivitas motorik. Semua
ADL diarahkan.
Masalah keperawatan : Intoleransi aktivitas.
4) Alam perasaan
Sikap klien malu, sedih dan putus asa terhadap kondisinya yang tidak bekerja
seperti saudaranya.
Masalah keperawatan : harga diri rendah.
5) Afek
Afek klien datar, tidak bicara dan berinteraksi jika tidak ada yang mengajak
bicara.
Masalah keperawatan :kerusakan interaksi sosial.
6) Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien kurang atau jarang menatap lawan
bicara. Jika menatap hanya sekilas lalu menunduk dan melihat sekitarnya saat
diajak bicara.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
7) Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara atau bayangan-
bayangan yang menyuruh klien melakukan sesuatu perbuatan.
Masalah keperawatan : tidak ada
8) Isi pikir
Isi pikir klien realistis dan tidak mengalami gangguan isi pikir.
Masalah keperawatan : tidak ada
9) Proses pikir
Klien menjawab pertanyaan berbelit-belit walaupun pada akhirnya sampai
pada jawaban sebenarnya.
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir.

10) Tingkat kesadaran


Kesadaran klien baik, tidak ada gangguan orientasi terhadap waktu, tempat
dan orang.
Masalah keperawatan : tidak ada.
11) Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dan jangka
pendek. Klien masih ingat penyebab dia masuk RSJ karena klien mengamuk
dan membanting barang-barang serta membakar kasur dan surat-surat.
Masalah keperawatan : tidak ada.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat dikaji tingkat konsentrasi cukup baik, klien bisa berhitung berurutan dari
1 sampai dengan 10, dan dapat berhitung mundur dengan baik mulai dari
angka 10 sampai dengan 1.
Masalah keperawatan : tidak ada.
13) Kemampuan penilaian
Klien mengalami gangguan penilaian ringan dan tidak dapat mengambil
keputusan sendiri.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir.
14) Insight (tilikan)
Klien mengatakan kalau dirinya tidak sakit jiwa dan menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan kondisi seperti ini.
G. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan : Pasien belum mampu menyiapkan makanan dan membersihkan alat-alat
makan,
2. BAK/ BAB : Pasien tidaak mampu mengontrol untuk BAK/BAB ditempat wc.
3. Mandi : Pasien masih membutuhkan bantuan untuk mandi
4. Berpakaian : Pasien masih membutuhkan bantuan untuk berpakaian, menyisir
rambut.
5. Istirahat tidur : Pasien mengatakan istirahat tidurnya kurang nyenyak, pasien
istirahat siang hari 1 jam, malam 6-7 jam.
6. Penggunaan obat : Pasien minum obat sesuai petunjuk dokter (frekuensi, jenis,
dosis, waktu, dan cara pemberiaan) secara rutin dengan bimbingan perawat.
7. Mekanisme koping : Pasien mengatakan apabila pasien mempunyai masalah,
pasien sering memendamnya (tidak mau menceritakan pada orang lain) dan saat
dilakukan pengkajian klien tampak menyendiri
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
8. Masalah psikososial dan lingkungan : Selama di Rumah Sakit pasien tidak
mempunyai masalah dalam hubungan sesama pasien.
9. Pengetahuan : Pasien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit jiwa dan
kurang bisa menggunakan kopingnya.
H. Terapi
a. Therapi per oral : Clozapine 2 x 50 mg
b. Therapi ECT : 6 kali selama 2 minggu
c. Rehabilitasi
d. Rawat inap

3.2 ANALISA DATA

NO. DATA MASALAH


1 DO: Klien sering berpaling dalam interaksi, Harga Diri Rendah.
kontak mata kurang, pembicaraan berbelit-
belit, suara pelan, pandangan menunduk,
klien bicara jika ada yang mengajak bicara.

DS: klien malu karena tidak bekerja


serta tidak memiliki apa yang
dimiliki saudaranya, klien iri
terhadap saudaranya
2. DO: Klien kesulitan dalam berkomunikasi Isolasi Sosial : Menarik Diri
dengan teman.
- Klien tidak bisa memulai pembicaraan.
- Kontak mata klien kurang saat
berkomunikasi

DS: - Klien mengatakan lebih suka


menyendiri
- Klien mengatakan sulit bila
memulai pembicaraan
3 DO: - Klien merasa tidak berguna Peran diri tidak efektif
karena sudah lama tidak
bekerja.

DS: - Klien mengatakan dirinya


sudah lama tidak bekerja

3.3 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. Isolasi sosial : menarik diri
C. Peran diri tidak efektif.
3.4 POHON MASALAH

3.5 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Tanggal Dianosa Tujuan Tindakan Keperawatan


keperawatan
1 28 – 09 - 2016 Harga Diri TUM :
Rendah Klien tidak terjadi
gangguan konsep diri
: harga diri rendah
atau klien akan
meningkat harga
dirinya setelah
dilakukan 6 kali
pertemuan.

TUK :
1 Klien dapat a) Bina hubungan saling percaya :
membina hubungan salam terapeutik, perkenalan diri,
saling percaya jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat
dan topik pembicaraan).
b) Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
c) Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien.
d) Katakan kepada klien bahwa
dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong
dirinya sendiri.
TUK
2 Klien dapat a) Klien dapat menilai kemampuan
mengidentifikasi yang dapat diskusikan
kemampuan dan kemampuan dan aspek positif yang
aspek positif yang dimiliki.
dimiliki b) Hindarkan memberi penilaian
negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang
realistis.
c) Klien dapat menilai kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki.
TUK
3.Klien dapat menilai a) Diskusikan kemampuan dan
kemampuan yang aspek positif yang dimiliki
dapat digunakan. b) Diskusikan pula kemampuan
yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah

TUK a) Rencanakan bersama klien


4. Klien dapat aktivitas yang dapat dilakukan
menetapkan atau setiap hari sesuai kemampuan
merencanakan b) Tingkatkan kegiatan sesuai
kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
dengan kemampuan c) Beri contoh cara pelaksanaan
yang dimiliki kegiatan yang boleh klien
lakukan
2. 28 – 09 - 2016 Isolasi sosial : TUM :
Menarik diri klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain

TUK :
1.Klien dapat Klien dapat membina hubungan
membina hubungan saling percaya : Bina hubungan
saling percaya saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi
teurapetik.
a) Sapa klien dengan nama baik
verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan diri bengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
TUK :
2.Klien dapat 1) Kaji pengetahuan klien
menyebutkan 2) Beri kesempatan kepada klien
penyebab menarik untuk mengungkapkan perasaan
diri yang menyebabkan klien tidak mau
bergaul.
3) Berikan pujian terhadap
kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
TUK :
3.Klien dapat 1) Kaji pengetahuan klien tentang
menyebutkan keuntungan memiliki teman
keuntungan 2) Beri kesempatan kepada klien
beinteraksi dengan untuk berinteraksi dengan orang
orang lain dan lain
kerugian tidak 3) Diskusikan dengan klien tentang
berinteraksi dengan keuntungan berhubungan dengan
orang lain. orang lain
4) Beri penguatan positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
5) Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak berinteraksi
dengan orang lain
6) Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak
berinteraksi dengan orang lain
7) Diskusikan dengan klien tentang
kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
8) Beri penguatan positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain

3.6 TERAPI LINGKUNGAN


a. Lingkungan secara psikologis
1. Menciptakan ruangan yang nyaman bagi klien dan ruangan tersebut harus mudah
untuk di pantau dan letaknya strategis
2. Dalam ruangan yang klien tinggal hanya terdapat barang – barang yang
dibutuhkan klien dan terhindar dari barang tajam yang dapat melukai klien.
3. Tata ruang di dalamnya di tempelkan poster atau gambar yang klien suka, misal
poster doraemon, cat dinding ruangan berwarna biru muda.
4. Di dalam ruangan juga di beri bahan bacaan untuk klien seperti buku cerita atau
dongeng tidak lupa juga ada dvd dan kaset film komedi yang bisa membuat klien
tertawa.
b. Lingkungan sosial
1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa klien sesering
mungkin.
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau
kegiatan medis lainnya.
3. Meningkatkan harga diri klien.
4. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
5. Membantu klien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
6. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan klien
sendiri terlalu lama di ruangannya.
c. Jenis kegiatan terapi lingkungan
1. Terapi rekreasi : mengajak klien untuk bermain bulu tangkis atau bisa melakukan
aktifitas olahraga lainnya yang di sukai klien di taman atau area sekitar rumah
sakit, agar klien bisa melatih interaksi sosialnya dan bisa melibatkan keluarga
dalam proses asuhan keperawatan.
2. Terapi musik : ketika klien sendiri atau berada dalam ruangannya bisa di putarkan
musik gembira yang bisa membuat klien menari kecil, agar klien tidak murung
dan bisa membuat hati senang.
3. Terapi menggambar atau melukis : terapi ini bisa di lakukan bersamaan dengan
terapi rekreasi, atau saat klien berada di sekitar taman rumah sakit tentu banyak
pemandangan luar yang bisa di lihat dan di gambar. Bekali klien dengan buku
gambar dan pensil, lalu klien bisa menggambar apa yang mereka liat ketika
bertamasya. Atau bisa juga dengan memberikan buku yang sudah ada gambar di
dalamnya sehingga klien hanya mewarnai saja.
4. Literatur therapy : berikan beberapa buku di dalam ruangan klien supaya ketika di
dalam ruangan klien bisa mengisi waktunya dengan membaca, lebih bagus lagi
apabila buku tersebut termasuk buku yang di sukai oleh klien, atau penulis yang di
sukai klien.
BAB IV
PEMBAHASAN
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi
dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif
terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Pada bab
tentang asuhan keparawatan, kelompok menggunakan konsep Milieu therapy yang
merujuk pada terapi sosiolingkungan dimana sikap dan tindakan staf dalam pemberian
layanan perawatan pada pasien ditentukan berdasar kebutuhan emosional dan
interpersonal klien (Shives, 2008).
Tujuan terapi Milieu menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah
a. Meningkatkan pengalaman positif pasien gangguan mental/psikologis.
b. Membantu individu dalam meningkatkan harga diri.
c. Meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
d. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat dan mencapai perubahan kesehatan yang
positif/optimal.
Karakteristik terapi lingkungan disesuaikan dengan masalah kejiwaan yang
dialami oleh klien. Pada asuhan keperawatan di bab sebelumnya, kami mengangkat
kasus harga diri rendah. Tujuan terapi lingkungan untuk kasus tersebut sebagai upaya
untuk membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan. Terapi lingkungan yang
diberikan berfokus pada pengembangan harga diri dan berhubungan dengan orang
lain, membantu belajar mempercayai orang lain sehingga klien dapat mempersiapkan
diri untuk kembali ke masyarakat.
Menciptakan ruangan yang aman dan nyaman bagi klien memiliki tujuan agar
klien merasa betah berada pada ruangan tersebut. Hindarkan benda-benda tajam untuk
menghindari upaya bunuh diri pada klien. Sediakan barang-barang yang dibutuhkan
oleh klien, berikan suasana ruangan menyenangkan dengan cat ruangan berwarna
cerah dan bahan bacaan atau tontonan yang menarik sehingga dapat meningkatkan
aktivitas klien.
Mendiskusikan masalah klien dengan perawat secara rutin dan bertahap
diharapkan dapat meningkatkan harga diri klien sehingga klien dapat melakukan
interaksi dengan perawat atau petugas yang lain. Menyertakan keluarga dalam proses
asuhan keperawatan juga dapat dilakukan agar pasien tidak merasakan kesepian, dan
dapat meningkatkan hubungan sosial klien secara bertahap.
Terapi kegiatan yang diberikan kepada klien diharapkan dapat menambah
aktivitas dan meningkatkan interaksi social klien dengan orang disekitarnya.
Memberikan music berirama bahagia dan menyenangkan diharapkan dapat
memberikan rasa senang pada klien. Ada beberapa jenis terapi lingkungan yang bisa
diberikan kepada klien dengan kasus harga diri rendah, yaitu :

1. Terapi rekreasi

Menurut kelompok kami, terapi rekreasi dapat mengajak klien untuk bermain bulu
tangkis atau bisa melakukan aktifitas olahraga lainnya yang di sukai klien di taman atau
area sekitar rumah sakit, agar klien bisa melatih interaksi sosialnya dan bisa juga
melibatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan. Klien juga dapat melatih diri
untuk lebih terbuka dan mampu mengutarakan apa yang selama ini klien rasakan. Terapi
rekreasi juga dapat memberikan rasa fresh pikiran klien sehingga klien dapat merasa
beban klien sedikit terangkat.

2. Terapi musik

Menurut kelompok kami, terapi musik juda dapat memberikan kesempatan kepada klien
dalam mengekspresikan perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia. Musik klasik
atau musik jazz bisa kita berikan untuk memberikan suasana hati klien menjadi tenang,
nyaman dan bisa memberi kesenangan bagi klien dan memberikan ketenang fikiran bagi
klien, atau mungkin klien juga bisa mendengarkan musik diiringi dengan tarian kecil hal
ini bisa digunakan sebagai bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh dengan
tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan klien.

3. Terapi melukis

Menurut kelompok kami, terapi melukis dapat memberikan kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain itu terapi ini juga
dapat membantu menurunkan ketegangan dan klien dapat memusatkan pikiran pada
kegiatan.

4. Literatur therapy
Menurut kelompok kami, literatur therapy juga dapat memberikan kesempatan klien
untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya dengan melalui
membaca buku yang sesuai dengan keadaan klien saat ini, atau klien dapat membaca
buku yang klien suka dengan orang-orang disekitar klien seperti perawat atau teman
teman klien, keluarga klien sehingga klien bisa sharing tentang buku yang meraka baca
dan melatih klien untuk bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.

BAB V

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi
dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif
terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Menurut
(Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu: Membatasi
gangguan dan perilaku maladaptif dan mengajarkan keterampilan psikososial.
Jenis jenis dari kegiatan terapi lingkungan adalah terapi rekreasi, terapi kreasi
seperti dance therapy, terapi musik, terapi menggambar, literatur therapi, ada juga pet
therapy dan plant therapy.
Disini peran perawat juga dibutuhkan untuk terapi lingkungan anatar lain
sebagai teknis perawatan, sebagai leader atau pengelola, sebagai pencipta lingkungan
yang aman dan nyaman, dan juga sebagi penyelenggara proses sosialisasi

4.2 SARAN
Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat
menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal
pengetahuan dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi
terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.edisi 2. EGC. Jakarta
Departemen Sosial RI. 1992. Pedoman Operasional Rehabilitasi Sosial Bagi Penderita
Cacat Mental. Temanggung: PRPCM. 27 September 2016 pukul 13:50
e-journal digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6173
e-journal.uajy.ac.id/153/3/2TA12720.pdf. 2012 ” Pusat Penyembuhan Penyakit Jiwa dan
Gangguan Kejiwaan di Yogyakarta”. oleh NJL Gaol. 24 September 2016. Pukul 09.50
Kaiser, A. P., & Roberts, M. Y. 2013. Parent Implemented Enhanced Milieu Teaching With
Preschool Children Who Have Intellectual Disabilities. Journal of Speech, Language and
Hearing Research, 56, 295-309
Minde R, Haynes E, Rodenberg M. 2006. The ward milieu and its effect on the behavior of
psychogenic patients. Candn jnl of psy. 35(2)
Muslim, AT. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Bandung: FK
UNPAD
Purwaningsih, Wahyu, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika
press
Stuart, G. W, and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C.2010.Diagnosis Keperawatan Psikiatri.EGC.Jakarta
Videbeck, Sheila.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC .Jakarta
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : PT Refika Aditama,

Anda mungkin juga menyukai