Anda di halaman 1dari 26

Geng Jepang 'Yang Asli': Bosozoku, Siapa Sih Mereka Sebenarnya?

GridOto.com - Pernah dengar istilah  bōsōzoku? Istilah ini mengacu pada arti “violent
running tribe”.

Atau bisa disederhanakan sebagai sebuah “kelompok brutal yang berkendara”.

Yaps! ini adalah istilah untuk menamai geng motor di Jepang yang mulai muncul pada
dekade 1950-an.

Geng ini mayoritas berisikan kelompok remaja dibawah usia 20 tahun, dimana belum
mencapai umur legal untuk naik motor di Jepang.

Seperti geng motor pada umumnya, kelompok ini sebagai pelampiasan hasrat darah
muda yang cenderung masih labil.

Di awal-awal berdirinya kelompok seperti ini menjadi pelampiasan akan ketidakpuasan


terhadap kondisi sosial di masyarakat.

Biasanya mereka akan membawa senjata seperti pedang kayu, tongkat bisbol, dan bom
molotov saat beraksi.

Hal ini digunakan sebagai senjata ketika bertemu dengan geng lawan ataupun
pengguna jalan lain yang mengesalkan bagi mereka.

Geng ini berdiri di kota-kota besar, dan pada tiap kota pun juga memiliki beberapa
kelompok bōsōzoku.
Salah satu yang saat ini masih berdiri dan sangat dikenal oleh kalangan ini adalah
Specter dari kota Tokyo.

Mereka punya ciri khas tersendiri untuk tiap kelompok, namun yang sudah pasti
dikenakan secara umum adalah tokkō-fuku (特攻服).

Tokkō-fuku adalah overcoat yang mereka ambil inspirasinya dari seragam kamikaze


pilot pesawat tempur Jepang di era perang dunia.

Seragam mereka akan diisi oleh nama dan logo geng, ataupun slogan militeristik dan
karakter hewan mitologi.

Atasan tadi biasanya dipadukan dengan celana baggy dan sepatu boots yang setiggi
betis.

Namun beberapa kelompokk Bosozoku juga menggunakan jaket kulit serta celana jins
sebagai seragam khas mereka.

Tak ketinggalan, ikat kepala serta masker bisa dibilang menjadi salah satu seragam
wajib di kalangan ini.

Bōsōzoku  berisikan remaja dari kelas ekonomi menengah ke bawah namun tak


menutup kemungkinan juga diisi oleh pemuda berusia diatas 20 tahun.

Anggotanya pun tidak hanya berisikan laki-laki, namun juga perempuan yang punya
dandanan sama namun lebih feminim.

Biasanya ketika menginjak 30 tahun para anggotanya akan pensiun namun beberapa
masih ikut mengurusi anggota penerusnya.

Setelah pensiun dari bōsōzoku, mantan anggotanya akan kembali ke kehidupan normal


namun juga tak sedikit yang menjadi anggota Yakuza.

Seperti yang dilansir Japantime.co.jp, pada tahun 2011 lalu masih ada sekitar 9.000
anggota aktif bosozoku.

Berdasar data Kepolisian Jepang, geng ini mencapai puncaknya pada tahun 1982 yaitu
dengan anggota sejumlah 42.510 orang.

Walaupun saat ini masih terdapat bōsōzoku, namun kegiatan mereka tidak lah sebrutal
para pendahulunya.
Bisa dibilang kekerasan antar geng maupun penyerangan terhadap pengguna jalan yang
lain nyaris tak terlihat.

Hanya saja kebudayaan mereka seperti rolling dalam jumlah yang sangat besar serta
penggunaan motor yang serampangan masih meresahkan masyarakat.

Berbicara soal bōsōzoku tidak akan lepas dari modifikasi pada motor mereka yang
cukup nyeleneh bagi kita.

Kisah Ken Wakui Dulu Anggota Geng Mirip Tokyo Revengers


Penulis Tokyo Revengers yakni Ken Wakui mengaku pernah jadi anggota geng motor dan
kisahnya diceritakan kembali jadi manga.

FILM

ZIGI – Ken Wakui  yang menulis manga Tokyo Revengers  mengungkapkan bahwa


dia seorang anggota geng motor di Jepang di awal tahun 2000-an. Bahkan, beberapa
elemen yang ada di Tokyo Revengers tampak mirip dengan geng motor yang Ken Wakui
ikuti kala itu.
Seperti diketahui bahwa manga Tokyo Revengers telah diadaptasi menjadi anime yang
tayang sejak April 2021 dan kerap menduduki trending  YouTube usai diunggah oleh
kanal Muse Indonesia. Tak hanya itu, ada pula film  Tokyo Revengers live action yang
ditayangkan pada 9 Juli 2021 dan telah meraup penghasilan 3,2  miliar yen atau sekitar
Rp416 miliar.
Ken Wakui mengatakan bahwa geng yang ia ikuti dulu sangat menjunjung tinggi
persahabatan. Hal itu juga sama seperti alur cerita  Tokyo Revengers. Yuk ikuti pengakuan
Ken Wakui terkait Tokyo Revengers dan geng yang ia ikuti di awal tahun 2000-an!
Tokyo Revengers Berasal Dari Kisah Ken Wakui

Photo : Pledgetimes.com
Dalam wawancara beberapa waktu lalu, Ken Wakui bercerita bahwa manga  Tokyo
Revengers diangkat dari pengalamannya saat menjadi anggota geng motor di tahun 2000-
an. Awalnya, sang editor ingin cerita tentang berandalan dan Ken Wakui mengaku bahwa
dia juga pernah menjadi anak nakal di masa lalu.
“Titik awal datang dari editor saya, dia ingin membaca cerita
tentang yankee  (berandalan). Ini menarik bagi saya, tetapi saat itu saya tidak tahu
bagaimana cara menginterpretasikan ceritanya. Beginilah cara saya mendapatkan ide
tentang seorang pahlawan yang bepergian melalui waktu, sehingga saya dapat
menggambarkan para yankee dari awal tahun 2000-an, ketika saya adalah salah satunya,”
kata Ken Wakui dikutip Zigi.id dari Pledge Times pada Senin, 16 Agustus 2021.

Ken Wakui melanjutkan bahwa dirinya juga pernah berperilaku buruk di masa lalu
sehingga membuatnya dikeluarkan dari sekolah selama satu bulan. Saat itu, ia bekerja di
sebuah bar khusus wanita di daerah Shinjuku, Tokyo.
Ada Kemiripan Kisah Ken Wakui dan Tokyo Revengers

Photo : Pledgetimes.com
Salah satu hal yang mirip dari kisah Ken Wakui dengan manga  Tokyo Revengers adalah
ketika dia bekerja di bar khusus wanita di daerah Shinjuku. Hal itu sama seperti karakter
Draken, yang hidup di sebuah tempat yang dikelilingi oleh banyak wanita.
Lalu, Ken Wakui juga menjelaskan bahwa gengnya kala itu sangat menjunjung tinggi
persahabatan. Dia menjelaskan bahwa geng yang ia ikuti tersebut memiliki prinsip yang
kuat dan tidak terpengaruh dengan uang. Hal ini jelas sama seperti yang karakter Mikey
sampaikan di beberapa chapter awal Tokyo Revengers.

“Saya ingin berbicara tentang saat geng-geng ini memiliki gaya. Geng dengan prinsip dan
bukan dengan uang, seperti yang terjadi saat ini,” sambung Ken Wakui.

Tak hanya itu, beredar pula foto yang diduga Ken Wakui saat bergabung dengan teman-
teman gengnya. Ken Wakui merupakan anggota geng Black Emperor atau salah satu geng
terbesar pada masanya. Hal ini juga mirip dengan manga  Tokyo Revengers yang beberapa
kali menyebut geng Black Dragon dalam ceritanya.

Lalu, lambang Black Emperor dengan lambang Geng Tokyo Manji pun terlihat serupa.
Simbol manji biasa digunakan di Jepang yang menandai tentang kekuatan dan
kecerdasan. Seragam yang dikenakan oleh Black Emperor dan Tokyo Manji juga
didasarkan pada warna hitam.

Dikabarkan bahwa Black Emperor dikenal sebagai salah satu aktivis terkuat pada
masanya. Terlepas dari itu, manga Tokyo Revengers  karya Ken Wakui telah
memasuki final arc  dan dikabarkan tamat pada akhir 2021. Sementara, anime  Tokyo
Revengers akan memasuki episode 20 pada Minggu, 22 Agustus 2021.
Geng Motor Bosozoku, Tokyo Revengers di Dunia Nyata
Muhamad Fajar Ramadhoni
- 31 Juli 2021, 21:30 WIB

JURNAL GARUT - Anime Tokyo Revengers menjadi sangat populer akhir-akhir ini,


di Jepang sendiri, ada geng motor fenomenal dengan sebutan Bosozoku.

Dalam anime Tokyo Revengers yang menggambarkan geng motor asal Jepang ini


sangat percis menggambarkan geng motor Bosozoku.

Pertarungan dan berkendara ugal-ugalan yang digambarkan dalam Tokyo


Revengers juga merupakan kegiatan yang sering dilakukan Bosozoku.

Sekilas mengenai Tokyo Revengers adalah seri manga Shonen yang dikarang oleh Ken
Wakui.

Manga Tokyo Revengers ini dimuat berseri dalam majalah Weekly Shonen Magazine


terbitan Kodansha sejak Maret 2017.

Dikarenakan popularitasnya yang terus naik, manga Tokyo Revengers akhirnya dijadikan


sebuah anime.
Kembali dengan geng motor Bosozoku, Bosozoku sendiri merupakan merupakan geng
motor asal Jepang dengan anak-anak muda di dalamnya.

Dalam bahasa Jepang, Bosozoku memiliki arti grup tidak terkendali memakai


kendaraan.

Bosozoku sering memodifikasi kendaraan motor mereka dengan gaya modifikasi yang


khas.

Bosozoku pertama kali dikenal muncul pada tahun 1950-an di Jepang.

Sejak saat itu, tingkat popularitas geng motor Bosozoku semakin naik hingga periode


1980-an dan 1990-an.

Hingga pada puncaknya pada tahun 1982, geng Bosozoku tercatat memiliki hingga


42.510 anggota di dalamnya.

Mangaka Tokyo Revengers, Ken Wakui Ternyata Mantan Anggota Geng Motor Asal
Jepang
Muhamad Fajar Ramadhoni
- 14 Agustus 2021, 18:45 WIB
Mangaka Tokyo Revengers, Ken Wakui Ternyata Mantan Anggota Geng Motor Asal Jepang
/Facebook.com/TokyoManjiGang

JURNAL GARUT - Anime Tokyo Revengers menjadi sangat digemari setelah


penayangannya di Youtube Muse Indonesia selalu trending.

Anime Tokyo Revengers bercerita tentang Takemichi yang mencoba menyelamatkan


kekasihnya dari geng motor Jepang Tokyo Manji (Touman).

Anime Tokyo Revengers ini berawal dari manga Jepang yang ditulis dan digambar


oleh Ken Wakui.

Ken Wakui sendiri merupakan seorang seniman manga asal Jepang yang telah


menerbitkan beberapa judul manga yang di antaranya adalah Tokyo Revengers.

Ken Wakui memulai debut pertamanya sebagai mangaka pada tahun 2005 dengan


manga pertamanya "Shinjuku Host".

Manga Shinjuku Host yang ditulis oleh Ken Wakui diterbitkan di Bessatsu Young


Magazine dibawah perusahaan Kodansha.
Setelah itu, Ken Wakui juga pernah merilis serial animasi lain dengan judul Shinjuku
Swan yang dimulainya di Weekly Young Magazine masih dibawah perusahaan
Kodansha.

Sejak tahun 2015, Ken Wakui lalu pindah ke majalah Weekly Shounen dimana saat ini
dirinya membuat manga Tokyo Revengers.

Dikarenakan kesuksesan manga Tokyo Revengers, cerita tersebut kini dibuat menjadi


serial animasi bergerak Jepang atau Anime.

Namun tidak banyak yang tahu, jika inspirasi cerita Tokyo Revengers berasal dari Ken
Wakui sendiri.

Pada tahun 2000-an, Ken Wakui ternyata merupakan anggota dari geng


motor Jepang dengan nama Black Emperor.

Ken Wakui yang seorang mangaka lalu menuangkan cerita geng motor Jepang kedalam


manga Tokyo Revengers yang hingga saat ini masih berjalan.

Dalam wawancara dengan Le Mande, Ken Wakui bahkan mengaku jika dirinya pernah


dikeluarkan dari sekolah selama satu bulan atas perbuatannya.

Dalam masa pengeluarannya tersebut, Ken Wakui bekerja sebagai pembawa acara bar


wanita di daerah Shinjuku di Tokyo.

Selain itu, geng Black emperor tempat dimana Ken Wakui berada didalamnya dahulu
merupakan geng yang cukup kuat di Jepang.

Bendera yang digunakan oleh geng Black Emperor juga hampir sama dengan bendera
yang digunakan geng Touman dengan lambang Swastika didalamnya.

Black emperor bahkan dikenal sering terlibat dengan aksi kekerasan, perampokan, dan
kejahatan yang terorganisir.

Dengan pengalaman yang dimiliki Ken Wakui sebagai mantan anggota geng motor,


maka pantas saja Tokyo Revengers memiliki cerita yang cukup menggambarkan
realitas yang sebenarnya.***
Bagaimana simbol kuno Swastika dibajak menjadi lambang kejahatan dan
bisakah citranya dipulihkan?
24 Agustus 2021

SUMBER GAMBAR,DIGITAL LIGHT SOURCE


Keterangan gambar,
Simbol swastika digambar dengan pigmen di dinding sebuah kuil di Ujjain, India.
Salib sama sisi dengan ujung ditekuk di sudut kanan, seperti lengan yang
berputar atau pola bentuk L, telah menjadi simbol suci dalam agama Hindu,
Jainisme, dan Buddha selama berabad-abad.
Dan tentu saja, swastika (atau hakenkreuz dan salib bengkok yang serupa) juga telah
menjadi simbol kebencian, yang mewujudkan kenangan menyakitkan dan traumatis
terhadap Third Reich. Simbol Nazisme itu dikaitkan dengan genosida dan kebencian
rasial setelah kekejaman Holocaust.
Swastika memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, sejak zaman prasejarah, yang
jauh lebih tua dari hubungannya dengan Nazi Jerman.
Lambang itu adalah tanda kesejahteraan dan umur panjang. Simbol ini ditemukan di
mana-mana, dari makam orang Kristen periode awal, katakombe Roma, Gereja Batu
Lalibela, hingga Katedral Cordoba.
"Motif ini tampaknya pertama kali digunakan di Eurasia, sejak 7.000 tahun yang lalu,
mungkin mewakili pergerakan matahari di langit… sebagai simbol kesejahteraan dalam
masyarakat kuno," begitu penjelasan Holocaust Encyclopedia.
SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES
Keterangan gambar,
Katedral Mezquita di Cordoba, Spanyol, dihiasi dengan simbol-simbol rumit termasuk swastika.
Kata swastika berasal dari akar bahasa Sansekerta su (baik) dan asti (berhasil), yang
berarti kesejahteraan, kemakmuran atau keberuntungan, dan telah digunakan dalam
doa-doa Rig Veda, kitab suci Hindu tertua.
Dalam filsafat Hindu, simbol ini mewakili berbagai hal yang terdiri dalam empat hal, dari
empat yuga atau siklus waktu, empat tujuan atau sasaran hidup, empat tahap
kehidupan, dan empat Veda. Swastika bahkan nama perempuan di beberapa bagian
India.
Sementara dalam agama Buddha, lambang tersebut menandakan langkah kaki
Buddha. Adapun bagi penganut agama Jain, simbol ini berarti guru spiritual.
Di India, ini adalah simbol dewa matahari dengan orientasi searah jarum jam dan
simbol keberuntungan ini dapat dilihat.
Lambang ini sering digambar dengan kunyit di ambang pintu dan pintu toko sebagai
tanda selamat datang, atau pada kendaraan, kitab suci agama, dan kop surat.
Lambang ini ditampilkan pada pernikahan dan acara-acara perayaan lainnya,
digunakan untuk menyucikan rumah baru, saat membuka buku rekening di awal tahun
keuangan, atau memulai usaha baru.
Ajay Chaturvedi, penulis 'Lost Wisdom of the Swastika', mengatakan kepada BBC Culture,
"Swastika adalah kubus empat dimensi yang digunakan dalam Matematika Veda, dan
juga melambangkan seluruh keadaan dalam filsafat India, yaitu keadaan kesadaran
keempat, yang melampaui bangun, tidur, dan bermimpi.
"Hitler menggunakannya dan memberinya citra jahat, digunakan dalam politik, tanpa
pemahaman apa pun tentang artinya dalam filsafat India, di mana setiap simbol selalu
punya latar belakang makna dan arti yang dalam," kata Chaturvedi.
Peradaban lain mengasosiasikan simbol itu dengan tangan terentang, empat musim,
empat arah atau menyebarkan cahaya ke segala arah.
Dalam buku Abad ke-19 'Swastika: Simbol Paling Awal yang Diketahui dan
Migrasinya', Thomas Wilson mendokumentasikan bagaimana swastika ditemukan di
seluruh dunia kuno, dari selimut dan tameng hingga perhiasan.
Beberapa percaya bahwa bentuknya terinspirasi oleh komet kuno. Orang Yunani Kuno
menggunakan motif swastika untuk menghias pot dan vas mereka. Druid dan Celtic
kuno juga menggunakan tanda suci ini, sementara dalam mitologi Nordik, swastika
mewakili palu Thor

Simbol Swastika Pada Bendera Nazi, Bagaimana Sejarah dan Artinya?


National Geographic Indonesia - Senin, 17 Desember 2018 | 18:27 WIB

en.wikipedia.org
Simbol swastika pada bendera Nazi.

Simbol yang paling terkenal dari masa Reich Ketiga, masa Adolf


Hitler adalah swastika. Simbol ini tertera pada bendera merah dan berada dalam
lingkaran putih.

Ketiga warna dalam swastika yaitu merah, putih, dan hitam diambil dari warna
dasar bendera Jerman, yang pertama kali dipakai sebagai lambang dari kekaisaran
Jerman pada tahun 1897. Sekalipun sering diasosiasikan dengan rezim Nazi,
simbol swastika telah eksis jauh sebelumnya di dunia.

Ia berasal dari bahasa Sansekerta, svastika, yang artinya "kondusif untuk kebaikan


atau kesejahteraan". Lambang seperti ini telah ditemukan pada keramik yang
berasal dari empat abad Sebelum Masehi di Persia atau Iran, kemudian di Troy
Yunani, Tibet, dan Jepang.

Baca Juga : Sejarah Onrust, Pulau yang Tak Pernah Beristirahat di Zaman VOC

Orang Indian Amerika Utara seperti Suku Navajo juga mengenal lambang ini, yang
dapat ditemukan pada pola kerajinan manik-manik mereka. Orang Hindu di India
banyak menggunakan simbol ini untuk menandai pintu, kitab, dan persembahan.
Mereka membedakan antara swastika yang berputar searah jarum jam dan
sebaliknya. Swastika yang putarannya searah jarum jam dianggap sebagai lambang
gerakan matahari, yang di belahan bumi bagian utara nampak bergerak dari timur
ke selatan, kemudian ke barat.

Sedangkan yang sebaliknya, lebih untuk melambangkan malam hari, Betara Kali
yang menakutkan, serta untuk praktik sihir. Pada swastika Jerman Nazi, arah
geraknya seperti pada jarum dan simbol yang sering disebut hakenkruez, salib yang
berkait.

Baca Juga : Begini Cara Korea Utara Mendoktrin Anak-anak untuk Memuja Kim Jong
Un

Adalah seorang penyair dan ideolog nasionalistik Jerman bernama Guide von List
yang pada tahun 1910 menyarankan pemakaian swastika untuk organisasi gerakan
anti-Yahudi.

Ketika Adolf Hitler membentuk Partai Sosialis Nasional (Nazi) tahun 1919-1920,


simbol rasial Jerman ini pun diadopsinya. Dan setelah Nazi berkuasa, simbol yang
sama diresmikan sebagai bendera nasional Jerman pada 15 September 1935.

Sekalipun berasal dari bahasa Sanskerta, Nazi mau menggunakanya karena bahasa


tersebut, menurut teori yang mereka anut, adalah termasuk dalam kelompok
bahasa Indo-Eropa, bahkan merupakan yang tertua.

Kelompok bahasa ini, menurut ahli bahasa dari Jerman pada ke-19, Friedrich Max
Muller, "memiliki sifat ke-Arya-an", sehingga Hitler dan Nazi punya alasan kuat
mengadopsinya.
Disangka Lambang Nazi, Jepang Hapuskan Swastika dari Kuil Buddha

Lambang swastika yang dipersepsikan sebagai simbol Nazi dihapuskan dari Kuil Buddha,
Jepang. | via: Keren Cu/Corbis

Fimela.com, Jakarta Jadi salah satu destinasi impian di Asia, Jepang goda pelancong dunia


dengan berbagai pesona yang mungkin tak akan didapatkan di belahan dunia lain. Tempat di
mana panorama alam memukau berpadu serasi dengan kearifan budaya lokal ini memberi warna
lain akan eksotisme daratan Asia.

Sudah jadi rahasia umum, Jepang memang terkenal akan keelokan kuil-kuil Buddha yang
tersebar hingga ke sudut negeri. Baru-baru ini, kabar akan 'pemugaran' Kuil Buddha tersebut
hangat di perbincangan publik dunia. Bukan renovasi biasa, namun menghilangkan salah satu
pelengkapnya, yakni lambang swastika.
Lambang swastika di Kuil Buddha Hasedera, Kamakura, Jepang. | via: Victor Korchenko/All
Canada Photos/Corbis

Bagi beberapa orang, swastika selalu lekat dengan rezim Nazi. Padahal, lambang kuno Sanskerta
itu sudah diadaptasi ke bangunan religius jauh sebelum Nazi mengklaimnya. Telegraph memuat,
pihak pemerintah Jepang akhirnya mengumumkan rencana untuk mengganti swastika dengan
gambar kovensional berupa pagoda tiga berjenjang.

Memberitahu Telegraph,  ahli komunikasi dari Universitas Hokkaido Bunkyo, Makoto


Watanabe, menuturkan, Jepang sudah menggunakan simbol itu selama beribu-ribu tahun
sebelum akhirnya tersemat pada bendera nazi. Namun, penghapusan ini bersifat positif demi
menghindari kesalahpahaman terhadap makna swastika yang sebenarnya.
Swastika jadi lambang untuk menunjukkan Kuil Buddha di Jepang. | via: Keith Hamm
Lambang yang akan menggantikan swastika. | via: Daily Mail
Selain tertera di bangunan, swastika pun sempat digunakan sebagai penunjuk lokasi Kuil Buddha
di Jepang pada lembaran peta. Di Jepang sendiri, karakter yang dikenal sebagai manji itu biasa
digunakan untuk merepresentasi 10.000 klan keluarga sejak abad pertengahan.
Tokyo Revengers Sensor Beberapa Adegan, Ini Kata Muse Indonesia

Tokyo Revengers jadi salah satu anime yang paling ditunggu fans Indonesia, namun
sebagian besar fans-nya kelihatan tak bisa menikmati anime ini sepenuh hati karena
masalah sensor.

Tokyo Revengers menceritakan perjuangan Takemichi yang pergi ke masa lalu dan


menyusup ke dalam kelompok geng Tokyo Manjikai. Tujuannya adalah agar ia bisa
menyelamatkan taksirannya yang kelak akan dibunuh oleh anggota Tokyo Manjikai di
masa depan.

Masalah sensor pada anime Tokyo Revengers ini mulai muncul saat kelompok Tokyo
Manjikai muncul. Ada beberapa adegan yang menampilkan sensor cahaya, adegan
yang di-zoom, hingga ada pemotongan adegan.

Usut punya usut, ternyata sensor tersebut diakibatkan kemunculan simbol manji pada


seragam anggota Tokyo Manjikai. Simbol manji ini adalah simbol yang sama dengan
simbol swastika yang sakral dalam budaya Hindu.

Sekilas, simbol swastika mirip dengan swastika yang digunakan Nazi Jerman saat


Perang Dunia 2. Tapi jika diperhatikan lebih seksama, terdapat perbedaan yang cukup
signifikan antara keduanya.

Biar begitu, perbedaan yang sangat subtil itu tetap bisa salah diartikan sehingga
simbol manji/swastika Hindu bisa dianggap sama seperti simbol swastika Nazi.
Tokyo Revengers dapat sensor di Indonesia dan luar negeri

yo
utube.com/Muse Indonesia
Dalam live stream yang diadakan Muse Indonesia selaku distributor anime Tokyo
Revengers di Indonesia, mereka mengkonfirmasikan bahwa sensor anime Tokyo
Revengers diterapkan ke versi luar negeri termasuk Indonesia. Daem selaku staf media
sosial Muse Indonesia menyebut sensor berasal dari pihak Jepang dan bukan mereka.

“Muse Indonesia, meskipun bukan di (negara) barat, kita termasuk


(pasar) overseas atau luar negeri. Semua streaming services di luar Jepang dapat
videonya disensor dari Jepang sendiri,” jelas Daem.

Menurut Daem, langkah ini diambil pihak Jepang karena mereka takut simbol manji bisa
menimbulkan kontroversi di luar negeri. “Makanya untuk layanan streaming di luar
Jepang seperti Muse, Crunchyroll, Funimation, pokoknya semua yang nayangin Tokyo
Revengers di luar negeri dapatnya video kayak gini,” tambahnya.

Baik Daem dan pihak Muse Indonesia paham akan konteks lambang manji tersebut dan
bahkan menimbang kalau lambang swastika Nazi tak punya signifikansi di kalangan
masyarakat Indonesia. “Kita bisa kasih edukasi kalau lambang itu sebenarnya punya
makna yang bagus,” lanjut Daem.

“Kami sedang usahakan ke Jepang, kita lagi kontak mereka kalau kita pengen tayangin
yang nggak disensor. Karena lambang itu nggak ada apa-apanya di Indonesia,”  tutup
Daem. “Antara disetujui atau tidak, itu perihal lain. Ditunggu ya.”
Trending di YouTube Indonesia, Ini Fakta Anime Tokyo Revengers

Anime Tokyo Revengers yang baru saja tayang di Indonesia dengan cepat menjadi
trending! Yuk kita intip fakta anime Tokyo Revengers!
Bosozoku, Geng Motor Liar di Jepang Ramaikan Jalanan Menjelang Pergantian Tahun
Selasa, 31 Desember 2019 11:19 WIB

lihat foto

Foto Kurumanonews

Deretan motor Bosozoku, geng motor liar di Jepang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang


TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Bosozoku, kelompok anak muda Jepang yang sering
menggunakan sepeda motor dengan modifikasi kha, geng motor liar, dipastikan
malam nanti menjelang awal tahun dan di awal tahun 2020 akan ke luar
meramaikan jalan raya.
"Polisi sudah siap dengan pasukan antisipasi geng motor liar tersebut antara lain
dengan mobil polisi GT-R yang dikerahkan oleh antara lain Polisi Perfektur Tochigi,"
ungkap sumber Tribunnews.com, Selasa (31/12/2019).
Penampilan pertama dari geng motor ini muncul pada 1950-an.
Popularitas mereka naik pada periode 1980-an dan 1990-an, dan memuncak
dengan 42.510 anggota pada tahun 1982.
Namun, jumlah mereka menurun secara drastis pada tahun 2000-an dengan
jumlah di bawah 7.297 anggota pada tahun 2012.

De
retan motor Bosozoku, geng motor liar di Jepang (Foto Kurumanonews)

"Para anak muda itu memang sengaja ingin merusak suasana dengan jalan zig zag,
membunyikan klakson kencang berulang kali terus menerus, suara motor yang
meraum-raum, ingin membuktikan dirinya sebagai raja jalanan, sehingga
melakukan hal itu di jalan raya secara berkelompok," tambahnya.
Mereka umumnya belum beradaptasi dengan sekolah atau tempat kerja, dan
mencari kesenangan dari perilaku menyimpang antisosial tanpa menemukan
tujuan di masyarakat umum.
Mereka sedang berusaha mengungkap keberadaannya, mencari jati dirinya sendiri.
Mereka juga ingin memamerkan kekuatan mereka dengan melakukan kekerasan
mengemudi di tempat-tempat di mana banyak orang mengunjungi Hatsumode
(perayaan hari pertama dalam tahun baru) dan ingin membuat orang merasa tidak
nyaman dan tidak senang dengan mengemudi dengan suara keras.

Editor: Dewi Agustina


Pada tahun 2018 tercatat yang terendah mencapai 5.028 anggota.
"Tiga puluh tahun yang lalu, ketika ada banyak Bosozoku, polisi mengumpulkan
informasi tentang pertemuan di lokasi mereka dengan menyamar. Itu adalah satu-
satunya cara untuk mengumpulkan data mereka," ujar seorang mantan pejabat
polisi yang terlibat dalam perkelahian geng.
Setelah mengetahui target tujuan dan waktunya, di saat beraksi itu disergap
mendadak, menangkap mereka semua.
Selain malam ini saat matahari terbit pertama, kalangan Bosozoku juga banyak
berakhir seperti saat perayaan Halloween dan Natal.
"Yang penting kalau menemukan mereka baiknya mengalah, menghindar, jangan
menanggapi mereka kalau tak mau dapat masalah. Segera laporkan telepon polisi
apabila melihat kelompok Bosozoku tersebut," ungkapnya.
"Sebaiknya mendiamkan mereka, nantinya juga lewat dan menjauh sendirinya
setelah geng motor liar melewati suatu tempat untuk unjuk kekuatan, serta segera
telepon polisi," pesannya.
Bagi penggemar Jepang dapat ikut diskusi dan info terakhir dari WAG
Pecinta Jepang. Email nama lengkap dan nomor whatsapp ke: info@jepang.com
Modifikasi ala Bosozoku dan Cerita Kelam di Belakangnya

OTOSIA.COM - "Persetan meskipun jumlah mereka 50-100 orang. Tak ada pilihan lain
selain tetap berkelahi melawan mereka, sekalipun kamu sendirian. Kamu harus
mempertahankan reputasi yang ada, yang sudah dibangun oleh para pendahulu untuk
kita," demikian pesan seorang anggota geng motor bosozoku.

Entah beruntung atau tidak, Jepang sebagai rumah dari Sony, JVC, dan Panasonic
sudah umum memiliki kamera perekam sehingga momen-momen geng motor era 1970-
1980-an seperti di atas bisa terekam dan tetap menjadi catatan untuk sekadar tahu apa
itu bosozoku.

Bosozoku mencuri perhatian karena mobil dan motor mereka yang begitu genit
sekaligus pongah. Motor-motor punya sepakbor belakang yang dibuat naik, pelat motor
dibikin penyok, handle bar panjang, lalu jok custom yang dibuat komikal dengan buntut
menjulang. Mobil-mobilnya punya punya sayap yang gila-gilaan.
Bibir bumper suka-suka dibikin super-panjang, ban gendut seperti ngotot mau keluar,
hingga knalpot dengan tinggi 2-3 meter. Entah bagaimana menautkan gaya mobil-motor
ini dengan kegilaan geng-gengnya pada saat itu. Namun, nama bosozoku tersurat
sebagai gabungan dari sekian kata yang secara general berarti "bergerak di luar
kontrol" dengan kata "sha" yang juga berarti kendaraan.

Kalau tahu Mods dan Rocker di Inggris, maka subkultur bosozoku punya ritme yang
mirip. Vespa-Lambretta Mods dipasangi lampu-lampu krom sebagai kritik kesetaraan
untuk memperoleh kemewahan para borjuis pemakai Rolls-Royce, sementara Rockers
dengan maskulinitas, motor laki-laki, dan kebrutalan, pada masanya.

"Perkelahian karena perebutan teritori adalah sesuatu yang biasa zaman itu. Apa arti
bosozoku? Apa ya. Gila-gilaan, mungkin. Ini seperti hukum alam. Mengikuti hukum
alam. Yang kuat yang bertahan," kata Kazuhiro Hazuki pimpinan ke-21 geng bosozoku
bernama Narashino Specter yang antara lain datang dari daerah Matsudo dan
Ichikawa.
Lawannya pada saat itu, menurut penuturannya kepada pembuat dokumentar Vice,
adalah Black Emperor, dari kawasan Chiba. Specter sendiri berarti "hantu". Pasalnya,
para sesepuh mereka dulu kerap memukul orang lalu menghilang, ibarat hantu katanya.

Kegilaan itu melibatkan senjata yang khas. Bawa-bawa stik bisbol. Tak luput pula,
selalu membekali diri dengan pisau karena takut diculik geng lawan. "Ini tidak sepert di
komik, antar geng kumpul, lalu antar pimpinan berkelahi satu lawan satu. Beda. Ini
ketika semua berkumpul di jalan, suasananya mencekam. Kalau ada masalah, bisa
1.000-2.000 rider penuh di jalanan. Mereka rata-rata anak usia 16-17 tahun,"
sambungnya.

"Polisi coba tangkap, kami berjalan perlahan untuk menghalang-halangi," tambahnya


lagi. Pisau menjadi bekal karena ada kode khusus untuk menunjukkan kemenangan
ketika bisa menculik anggota lawan. "Kalau diculik, jaket kami akan diambil. Pimpinanku
pernah ambil jaket lawan, lalu diikatkan di pergelangan kakinya. Sementara itu, sandera
diseret dengan kendaraan. Orang itu diseret sampai mati. Dunia bosozoku saat itu
mengerikan," kenangnya.

Anda mungkin juga menyukai