Anda di halaman 1dari 27

Grafik Barber Johnson

7 April 2011 m taufik harahap rekam medis

Tulisan ini secara sederhana sudah lama saya sajikan


di http://www.facebook.com/medicalrecord

Dalam statistik rumah sakit dikenal 4 indikator utama yang umum dikenal seperti :

BOR   = Bed Occupancy Rate

LOS    = Average Lenght Of Stay


BTO    = Bed Turn Over

TOI      = Turn Over Interval

Keempat indikator tersebut dapat disajikan dalam satu grafik yang dikenal dengan
nama Grafik Barber-Johnson.

Grafik Barber-Johnson secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi
pengelolaan RS dan perkembangannya dari waktu ke waktu, sementara efisiensi dapat
dilihat dari sudut mutu pelayanan medis dan dari sudut ekonomi (pendayagunaan
sarana)

Grafik Barber-Johnson terdiri dari garis datarnya garis TOI, garis tegaknya LOS, Garis
BOR yang ditarik dari titik (0,0), garis BTO yang sejajar dan daerah yang efisien
dibatasi TOI = 1 dan TOI = 3 serta garis BOR 75%.

Pada gambar diatas terlihat ada garis BOR 50%, 70%, 80% dan 90% serta garis BTO
30, 20, 15 dan 12,5. Garis tersebut digunakan sebagai garis awal dan bisa ditambah
atau dirubah nilainya sesuaikan dengan kondisi masing-masing RS.

BOR adalah persentase pemakaian TT (Tempat Tidur) Rumah Sakit (%), dimana Hari
Perawatan adalah jumlah TT yang terpakai setiap harinya dalam 1 Tahun, sedangkan
365 adalah jumlah hari dalam 1 Tahun dan jumlah TT adalah jumlah Tempat Tidur
yang tersedia untuk Rawat Inap di Rumah Sakit.

LOS adalah rata-rata lama dirawat seorang pasien (hari), dimana Pasien Keluar adalah
jumlah seluruh pasien pulang dari RS.
Catatan : dalam sistem statistik yang lain ada yang menggunakan Lama Rawatan
bukan Hari Perawatan dalam menghitung LOS, tapi disini saya tegaskan Grafik Barber-
Johnson tidak ada menggunakan Lama Dirawat.

BTO adalah jumlah pemakaian TT dalam 1 Tahun (kali).

TOI adalah rata-rata hari dimana TT tidak terisi (hari).

Menggambar Grafik Barber Johnson


secara mudah
Langkah 1

Menggambar  Garis TOI dan LOS

Gambar garis datar untuk TOI dan garis tegak untuk LOS

Menggambar Garis BOR 50%, 70%, 80% dan 90%

BOR 50%
Pada BOR 50%, Hari Perawatan = 50 dan (Jumlah TT x 365) = 100

Pada Garis 50% didapat persamaan garisnya LOS = TOI

Jika LOS = 5, maka TOI = 5, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang
memotong titik LOS dan TOI tersebut.

BOR 70%

Pada BOR 70%, Hari Perawatan = 70 dan (Jumlah TT x 365) = 100

Pada Garis 50% didapat persamaan garisnya LOS = TOI

Jika LOS = 5, maka TOI = 5, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang memotong
titik LOS dan TOI tersebut.

BOR 70%

Pada BOR 70%, Hari Perawatan = 70 dan (Jumlah TT x 365) = 100


Pada Garis 70% didapat persamaan garisnya 3 LOS = 7 TOI

Jika LOS = 7, maka TOI = 3, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang memotong
titik LOS dan TOI tersebut.

BOR 80%

Pada BOR 80%, Hari Perawatan = 80 dan (Jumlah TT x 365) = 100

Pada Garis 80% didapat persamaan garisnya LOS = 4 TOI


Jika LOS = 8, maka TOI = 2, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang memotong
titik LOS dan TOI tersebut.

BOR 90%

Pada BOR 90%, Hari Perawatan = 90 dan (Jumlah TT x 365) = 100

Pada Garis 90% didapat persamaan garisnya LOS = 9 TOI

Jika LOS = 9, maka TOI = 1, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang memotong
titik LOS dan TOI tersebut.
Langkah 3

Menggambar garis BTO 30, 20, 15 dan 12,5

Pertama kita pecahkan rumus TOI

Sementara Rumus BTO adalah

BTO = 30, dapat kita terjemahkan dengan Pasien Keluar = 30 dan Jumlah TT = 1

Pada garis BTO = 30, didapat persamaan garis TOI + LOS = 12 1/6

Jika TOI = 12 1/6 maka LOS = 0 dan jika LOS = 12 1/6 maka TOI = 0

Kemudian tariklah garis yang menghubungkan kedua titik tersebut

BTO = 20, dapat kita terjemahkan dengan Pasien Keluar = 20 dan Jumlah TT = 1

Pada garis BTO = 20, didapat persamaan garis TOI + LOS = 18 ¼

Jika TOI = 18 ¼ maka LOS = 0 dan jika LOS = 18 ¼ maka TOI = 0

Kemudian tariklah garis yang menghubungkan kedua titik tersebut


BTO = 15, dapat kita terjemahkan dengan Pasien Keluar = 15 dan Jumlah TT = 1

Pada garis BTO = 15, didapat persamaan garis TOI + LOS = 24 1/3

Jika TOI = 24 1/3 maka LOS = 0 dan jika LOS = 24 1/3 maka TOI = 0

Kemudian tariklah garis yang menghubungkan kedua titik tersebut

BTO = 12,5 dapat kita terjemahkan dengan Pasien Keluar = 12,5 dan Jumlah TT = 1

Pada garis BTO = 12,5 ; didapat persamaan garis TOI + LOS = 29 1/5

Jika TOI = 29 1/5 maka LOS = 0 dan jika LOS = 29 1/5 maka TOI = 0

Kemudian tariklah garis yang menghubungkan kedua titik tersebut.

Langkah 4
Menggambar daerah yang efisien.

Daerah yang efisien dibatasi garis TOI = 1 dan TOI = 3 serta garis BOR 75%

Selesailah sudah gambar dasar dari Grafik Barber Johnson. Selanjutnya kita tinggal
meletakkan posisi RS cukup dengan nilai TOI dan LOS.

Pada gambar dibawah adalah posisi LOS = 12 dan TOI = 3 dengan BOR = 80%. Titik
tersebut berada dalam daerah yang efisien.
Tapi keadaan tersebut walaupun efisien menurut Grafik Barber Johnson, masih menyisakan
tanda tanya dimana Lenght Of Stay masih terlalu tinggi yaitu 12 hari.

 tunggu tulisan selanjutnya tentang analisis grafik barber johnson……..


Analisis Grafik Barber Johnson
20 April 2016 m taufik harahap rekam medis

Sekali lagi saya tekankan disini bahwa Grafik Barber Johnson adalah hanya salah satu
dari sekian banyak indikator untuk menilai suatu Rumah Sakit. Pada tulisan
sebelumnya (Grafik Barber Johnson) sudah dijelaskan bahwa grafik ini hanya
menggunakan empat komponen, yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO, sehingga tidak
menggambarkan banyak hal seperti Banyak Pasien Masuk/Keluar, Pasien Pulang Atas
Permintaan, Pasien Meninggal, Jumlah Tempat Tidur dan sebagainya.

Kasus 1.

Pada Gambar jelas terlihat bahwa posisi sudah pada daerah yang efisien, dimana BOR
80%, TOI 3 hari dan LOS 12 hari. Makna dari LOS 12 adalah rata-rata lama dirawat
pasien adalah 12 hari ????.

Kasus 2.

Suatu Rumah Sakit mengalami peningkatan tingkat huniannya, ini ditandai dengan
pergerakan posisi RS yang mendekati daerah yang efisien, misal dari 60% menjadi
70%. Secara umum orang akan bilang baik, tapi kalau ditelusuri lebih lanjut belum
tentu.

Kenaikan BOR bisa dilakukan dengan mengurangi jumlah tempat tidur, jika kondisinya
seperti ini apakah baik.
Atau jika jumlah tempat tidur tetap dan hari perawatan meningkat berarti BOR naik,
tapi belum tentu dalam pendapatan RS. Karena bisa saja sebelumnya tingkat hunian
yang tinggi itu dikelas atas (kelas I dan diatasnya) pada saat BOR 60%, tetapi pada
saat BOR 70% yang tinggi adalah kelas 3 ???

Kasus 3.

Grafik ini juga tidak bisa berlaku untuk rumah sakit secara keseluruhan. Bagaimana kita
menggambarkannya untuk rumah sakit jiwa yang lama rawatnya panjang dan lama ???
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
DAN BAYI SERTA PENINGKATAN
KESEHATAN IBU DAN BAYI – SNARS
2018
23 Februari 2018 m taufik harahap Program Nasional

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit


Program Nasional
SASARAN I:
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI
SERTA PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
SASARAN, STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, SERTA ELEMEN
PENILAIAN
Maksud dan Tujuan Standar 1, Standar 1.1 dan Standar 1.2

Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu hamil dan
melahirkan, maka proses antenatal care, persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam
sistem terpadu di tingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan neonatal regional
merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam
bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan
Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas. Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan
bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang
sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga-tenaga kesehatan yang sesuai


kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal. Rumah sakit dalam melaksanakan
program PONEK sesuai dengan pedoman PONEK yang berlaku, dengan langkah-langkah
pelaksanaan sebagai berikut:

 melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna.
 mengembangkan kebijakan dan SPO pelayanan sesuai dengan standar meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi.
 meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan
neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan (PONEK 24 jam)
 meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam pelaksanaan
IMD dan pemberian ASI Eksklusif
 meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya.
 meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode Kangguru (PMK) pada
BBLR.
 melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB 10 langkah
menyusui dan peningkatan kesehatan ibu
 ada regulasi rumah sakit yang menjamin pelaksanaan PONEK 24 jam, meliputi pula
pelaksanaan rumah sakit sayang ibu dan bayi, pelayanan ASI eksklusif (termasuk IMD),
pelayanan metode kangguru, dan SPO Pelayanan Kedokteran untuk pelayanan PONEK (lihat
juga PAP 3.1)
 dalam rencana strategis (Renstra), rencana kerja anggaran (RKA) rumah sakit, termasuk
upaya peningkatan pelayanan PONEK 24 jam tersedia ruang pelayanan yang memenuhi
persyaratan untuk PONEK antara lain rawat gabung dan pembentukan tim PONEK
 tim PONEK mempunyai program kerja dan bukti pelaksanaannya
 terselenggara pelatihan untuk meningkatan kemampuan pelayanan PONEK 24 jam,
termasuk stabilisasi sebelum dipindahkan
 pelaksanaan rujukan sesuai peraturan perundangan
 pelaporan dan analisis meliputi :
 angka keterlambatan operasi operasi section caesaria (SC) ( > 30 menit)
 angka keterlambatan penyediaan darah ( > 60 menit)
 angka kematian ibu dan bayi
 kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi baru lahir

Standar 1

Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam di rumah sakit beserta monitoring dan
evaluasinya.

Elemen Penilaian

 Ada regulasi rumah sakit tentang pelaksanaan PONEK 24 jam di rumah sakit dan ada
rencana kegiatan PONEK dalam perencanaan rumah sakit. (R)

 Ada bukti keterlibatan pimpinan rumah sakit di dalam menyusun kegiatan PONEK.
(D,W)

 Ada bukti upaya peningkatan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi
pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan (PONEK 24 Jam).
(D,W)
 Ada bukti pelaksanaan rujukan dalam rangka PONEK (lihat juga ARK.5). (D,W)

 Ada bukti pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi program rumah sakit sayang ibu
dan bayi (RSSIB). (D,W)

 Ada bukti pelaporan dan analisis yang meliputi 1 sampai dengan 4 di maksud dan
tujuan. (D,W)

Standar 1.1

Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk penyelenggaraan pelayanan PONEK.

Elemen Penilaian

 Ada bukti terbentuknya tim PONEK dan program kerjanya. (R)

 Ada bukti pelatihan pelayanan PONEK. (D,W)

 Ada bukti pelaksanaan program tim PONEK. (D,W)

 Tersedia ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan untuk PONEK. (D,O,W)

Standar 1.2

Rumah sakit melaksanakan pelayanan rawat gabung, mendorong pemberian ASI ekslusif,
melaksanakan edukasi dan perawatan metode kangguru pada bayi berat badan lahir rendah
(BBLR).

Elemen Penilaian Standar 1.2

 Terlaksananya rawat gabung. (O,W)

 Ada bukti RS melaksanakan IMD dan mendorong pemberian ASI Ekslusif. (O,W)

 Ada bukti pelaksanaan edukasi dan perawatan metode kangguru (PMK) pada bayi berat
badan lahir rendah (BBLR). (D,O,W)
Alur Rekam Medis
19 September 2017 m taufik harahap rekam medis

Alur Rekam Medis


Alur Rekam Medis Rawat Jalan
1. Pasien mendaftar ke Tempat Pendaftaran Rawat Jalan
2. Apabila Pasien Baru, pasien mengisi formulir pendaftaran pasien baru yang telah
dlsediakan, kemudian petugas pendaftaran menginput identitas sosial pasien, membuat
kartu berobat untuk diberikan kepada pasien baru yang harus dibawa apabila pasien
tersebut berobat ulang dan menyiapkan berkas rekam medis pasien baru.
3. Apabila Pasien Lama (pasien yang pernah berobat sebelumnya), pasien
menyerahkan kartu pasien (kartu berobat) kepada petugas di Tempat Pendaftaran
Rawat Jalan, kemudian petugas menginput antara Iain Nama Pasien, Nomor Rekam
Medis, Poliklinik yang dituju dan keluhan yang di alami, selanjutnya petugas akan
menyiapkan berkas Rekam Medis pasien lama tersebut (apablla pasien Iupa mambawa
kartu berobat maka berkas Rekam Medis pasien lama dapat dlcari dari KIUP atau data
base pasien.
4. Berkas Rakam Medis Pasien dikirimkan ke poliklinik oleh petugas Rekam Medis
yang telah diberi kewenangan untuk membawa berkas Rekam Medis.
5. Petugas poliklinik mencatat pada buku register pasien rawat jalan poliklinik
antara Iain : tanggal kunjungan, nama pasien, nomor rekam medis, jenis kunjungan,
tindakan/pelayanan yang diberikan, dsb.
6. Dokter pemeriksa mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis,
terapi yang ada relavansinya dangan penyakitnya pada Rekam Medis
7. Petugas dipoliklinik (perawat/bidan) membuat laporan harian pasien rawat jalan.
8. Setelah pemberian pelayanan kesehatan di poliklinik selesai dilaksanakan,
petugas poliklinik mengirimkan seluruh berkas Rekam Medis pasien rawat jalan berikut
rekapitulasi harian pasien rawat jalan, ke Instalasi Rekam Medis paling Iambat 1 jam
sebelum berakhir jam kerja.
9. Petugas Instalasi Rekam Medis memeriksa kelengkapan pengisian Rekam Medis
dan   untuk yang belum lengkap segera diupayakan kelengkapannya.
10. Petugas instalasi rekam medis mengolah rekam medis yang sudah Iengkap.
11. Petugas instalasi rekam medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan, untuk
membuat Iaporan dan statistik rumah sakit.
12. Berkas Rekam Medis pasien disimpan berdasarkan nomor rekam medisnya
(apabila menganut sistem desantralisasi) rekam medis pasien rawat jalan di simpan
secara terpisah pada tempat penerimaan pasien rawat jalan.

Alur Rekam Medis Pasien Rawat Inap


1. Setiap pasien yang membawa surat permintaan rawat inap dari dokter poliklinik.
Instalasi gawat darurat, menghubungi tempat penerimaan pasien rawat inap, sedang
pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya terlebih dahulu diperiksa oleh dokter
rumah sakit bersangkutan.
2. Apabila tempat tidur di ruang rawat inap yang dimaksud masih tersedia petugas
menerima pasien mencatat dalam buku register penerimaan pasien rawat inap : Nama,
Nomor RM, Identitas dan Data sosial Iainnya. Serta menyiapkan/mengisi data Identitas
Pasien pada Lembaran masuk (RM).
3. Untuk rumah sakit yang telah menggunakan sistem komputerisasi, pada saat
pasien mendaftar untuk dirawat petugas Iangsung mengentri data-data pasien meliputi
nomor rekam medis, no registrasi, no kamar perawatan dan data-data penunjang
Iainnya.
4. Petugas penerimaan pasien rawat inap mengirimkan berkas rekam medis
bersama-sama dengan pasiennya ke ruang rawat inap yang dimaksud.
5. Pasien diterima oleh petugas di ruang rawat inap dan dicatat pada buku register.
6. Dokter yang bertugas mencatat tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan
fisik, terapi serta semua tindakan yang diberikan kepada pasien pada Iembaran-
Iembaran rekam medis dan menanda tanganinya.
7. Perawat/Bidan mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan
perawatan yang mereka berikan kepada pasien ke dalam catatan Perawat/Bidan dan
membubuhkan tanda tangannya, serta mengisi lembaran grafik tentang suhu, nadi, dan
pernapasan seorang pasien.
8. Selama di ruang rawat inap, perawat / bidan menambah lembaran-Iembaran
rekam medis sesuai dengan pelayanan kebutuhan pelayanan yang diberikan kapada
pasien.
9. Perawat /Bidan berkewajiban membuat sensus harian yang memberikan
gambaran mutasi pasien mulai jam 00.00 sampai dengan jam 24.00.
10. Petugas ruangan memeriksa kelengkapan berkas rekam medis pasien, sebelum
diserahkan ke Instalasi Rekam Medis.
11. Setelah pasien kaluar dari rumah sakit. berkas rekam medis pasien segera
dikembalikan ke Instalasi rekam medis paling Iambat 24 Jam setelah pasien keluar,
secara Iangkap dan benar.
12. Petugas instalasi rekam medis mengolah berkas rekam medis yang sudah
Iengkap, melewati proses-proses pengkodean, analisa hingga penyimpanan kembali
berkas rekam medis yang kemudian diperoleh data hasil pengolahan yang dalam
bentuk Iaporan statistik rumah sakit.
13. Petugas instalasi rekam medis membuat rekapitulasi sensus harian setiap akhir
bulan untuk bahan Iaporan rumah sakit.
14. Instalasi rekam medis menyimpan berkas·berkas rekam medis pasien menurut
nomor RM nya (apabila menganut sistem sentralisasi, berkas rekam medis pasien rawat
jalan dan pasien rawat inap untuk tiap-tiap pasien disatukan).
15. Petugas instalasi rekam medis mengeluarkan barkas rekam medis, apabila ada
permintaan baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau keperluan Iain.
16. Setiap permintaan rekam medis harus menggunakan formulir peminjaman rekam
medis.
17. Formulir peminjaman rekam medis dibuat rangkap 3 (tiga), satu copy ditempel
pada rekam medis, satu copy diletakkan pada rak penyimpanan sebagai tanda keluar,
dan satu copy sebagai arsip yang meminta.
18. Berkas Rekam Medis yang dipinjam terlebih dahulu dicatat pada buku ekspedisi,
yang meliputi No. Rekam Medis, Nama Pasien, Nama Petugas Rekam Medis yang
mengambilkan, Ruangan Peminjam, Nama Jelas Peminjam, Tanggal Pinjam, Tanggal
Kembali, Tanda Tangan Peminjam, Nama Petugas Rakam Medis yang mengecak
kembalinya Rekam Medis yang dipinjam.
19. Apabila berkas rekam medis yang dipinjam sudah kembali, dan sudah dicek ke
dalam buku ekspedisi peminjaman Rekam Medis maka catatan Rekam Medis yang
dipinjam yang ditulis didalam buku ekspedisi dicoret dan ditulis nama jelas serta ditanda
tangani oleh petugas yang mengkoreksi Rekam Medis kembali, dan formulir
peminjaman Rekam Medis tersebut dibuat.

17125
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM
MEDIK (MIRM 9)
20 Maret 2018 m taufik harahap Manajemen Informasi dan Rekam Medik (MIRM)

Standar Nasional Akreditasi Rumah


Sakit
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK
(MIRM 9)
Setiap pasien memiliki rekam medis yang formatnya selalu diperbaharui (terkini).

Maksud dan Tujuan MIRM 9

Setiap pasien memiliki berkas rekam medis, baik dalam bentuk kertas maupun
elektronik yang merupakan sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan
perkembangan pasien sehingga menjadi media komunikasi yang penting. Oleh karena
itu, berkas rekam medis dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan dan
secara periodik. Agar informasi ini berguna dan mendukung asuhan pasien secara
berkelanjutan maka rekam medis harus tersedia selama asuhan pasien rawat inap,
rawat jalan, dan setiap saat dibutuhkan, serta dijaga untuk selalu mencatat
perkembangan pasien terkini.

Catatan medis, keperawatan, dan catatan profesional pemberi asuhan lainnya tersedia
untuk semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan kepada pasien terkait.
Rumah sakit mempunyai regulasi yang menetapkan tenaga kesehatan yang mempunyai
akses ke berkas rekam medis pasien untuk menjamin kerahasiaan informasi pasien.
Sebagai contoh, pasien rawat jalan yang memerlukan riwayat sebelumnya di rawat inap
atau sebaliknya.

Elemen Penilaian MIRM 9

 Terdapat regulasi yang menetapkan tenaga kesehatan yang mempunyai hak


akses pada berkas rekam medis. (R)
 Berkas rekam medis tersedia bagi semua profesional pemberi asuhan (PPA)
sesuai dengan regulasi rumah sakit. (D,O) (lihat juga AP 1)
 Terdapat bukti bahwa form rekam medis dievaluasi dan diperbaharui (terkini)
sesuai dengan kebutuhan dan secara periodik. (D,O,W)
 Rekam medis pasien terisi dengan lengkap dan dengan tulisan yang dapat
dibaca. (D,O)
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM
MEDIK (MIRM 9)
20 Maret 2018 m taufik harahap Manajemen Informasi dan Rekam Medik (MIRM)

Standar Nasional Akreditasi Rumah


Sakit
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK
(MIRM 9)
Setiap pasien memiliki rekam medis yang formatnya selalu diperbaharui (terkini).

Maksud dan Tujuan MIRM 9

Setiap pasien memiliki berkas rekam medis, baik dalam bentuk kertas maupun
elektronik yang merupakan sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan
perkembangan pasien sehingga menjadi media komunikasi yang penting. Oleh karena
itu, berkas rekam medis dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan dan
secara periodik. Agar informasi ini berguna dan mendukung asuhan pasien secara
berkelanjutan maka rekam medis harus tersedia selama asuhan pasien rawat inap,
rawat jalan, dan setiap saat dibutuhkan, serta dijaga untuk selalu mencatat
perkembangan pasien terkini.

Catatan medis, keperawatan, dan catatan profesional pemberi asuhan lainnya tersedia
untuk semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan kepada pasien terkait.
Rumah sakit mempunyai regulasi yang menetapkan tenaga kesehatan yang mempunyai
akses ke berkas rekam medis pasien untuk menjamin kerahasiaan informasi pasien.
Sebagai contoh, pasien rawat jalan yang memerlukan riwayat sebelumnya di rawat inap
atau sebaliknya.

Elemen Penilaian MIRM 9

 Terdapat regulasi yang menetapkan tenaga kesehatan yang mempunyai hak


akses pada berkas rekam medis. (R)
 Berkas rekam medis tersedia bagi semua profesional pemberi asuhan (PPA)
sesuai dengan regulasi rumah sakit. (D,O) (lihat juga AP 1)
 Terdapat bukti bahwa form rekam medis dievaluasi dan diperbaharui (terkini)
sesuai dengan kebutuhan dan secara periodik. (D,O,W)
 Rekam medis pasien terisi dengan lengkap dan dengan tulisan yang dapat
dibaca. (D,O)
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM
MEDIK (MIRM 8)
19 Maret 2018 m taufik harahap Manajemen Informasi dan Rekam Medik (MIRM)

Standar Nasional Akreditasi Rumah


Sakit
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK
(MIRM 8)
Rumah sakit menyelenggarakan pengelolaan rekam medis terkait asuhan pasien sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Maksud dan Tujuan MIRM 8

Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai sejak saat
pasien diterima rumah sakit, dilakukan pencatatan data medis, selama pasien mendapat
asuhan medis, keperawatan, dan profesional pemberi asuhan lainnya. Kegiatan
dilanjutkan dengan penanganan rekam medis yang meliputi penyimpanan dan
penggunaan untuk kepentingan isendiri atau kepentingan lainnya. Rumah sakit
menetapkan organisasi yang mengelola sistem rekam medis yang tepat, benar, bernilai,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Informasi kesehatan baik kertas maupun elektronik
harus dijaga keamanan dan kerahasiaannya sehingga harus disimpan sesuai dengan
peraturan dan perundangan. Untuk informasi kesehatan elektronik harus dijamin
keamanan dan kerahasiaan dalam 3 (tiga) tempat, yaitu server di dalam rumah sakit,
salinan (backup) data rutin, dan data virtual (cloud).

Elemen Penilaian MIRM 8

 Terdapat unit kerja yang mengelola rekam medis yang memiliki regulasi dan
program untuk mengelola rekam medis sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan. (R)
 Organisasi pengelola rekam medis dipimpin tenaga rekam medis yang memiliki
kompetensi dan kewenangan mengelola rekam medis sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan. (D, W)
 Tersedia tempat penyimpanan rekam medis yang menjamin keamanan dan
kerahasiaan rekam medis. (D,O,W
Pembuatan Program Grafik Barber Johnson di
Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan Tahun
2010

View/Open
 Reference (210.3Kb)
 Chapter III-VII (1.043Mb)
 Chapter II (508.9Kb)
 Chapter I (224.5Kb)
 Abstract (211.8Kb)
 Cover (272.3Kb)
Date
2011-04-12
Author
Hasibuan, Salmia
Metadata
Show full item record
Grafik Barber Johnson merupakan salah satu indikator penilaian rumah sakit yang dilakukan
dengan perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR), Length of Stay (LOS), Turn Over Interval
(TOI) dan Bed turn Over (BTO). Pada Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan dilakukan
pembuatan program grafik Barber Johnson dengan menggunakan Microsoft Excel. Perhitungan
BOR, LOS, TOI dan BTO dengan menginput data jumlah tempat tidur tersedia, jumlah tempat
tidur terpakai dan jumlah pasien pulang. Tujuan pembuatan Program Grafik Barber Johnson
adalah untuk memudahkan petugas dalam membuat laporan rumah sakit . Pelaksanaan
perancangan dan realisasi program Grafik Barber Johnson dilakukan dengan menggunakan
model spiral. Model tersebut memiliki enam wilayah tugas yaitu komunikasi pelanggan,
perencanaan, Analisis Resiko, konstruksi, peluncuran, dan evaluasi. Hasil dari pembuatan
program ini adalah grafik Barber Johnson bulanan, triwulan, semester dan tahunan Rumah Sakit
Umum Mitra Sejati. Dengan adanya program grafik Barber Johnson ini diharapkan dapat
mempermudah pembuatan laporan rumah sakit terutama dalam pembuatan Grafik Barber
Johnson.
 
Barber Johnson’s Graph is one indicator of hospital assessments conducted by the calculation of
Bed Occupancy Rate (BOR), Length of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI) and Bed Turn
Over (BTO). At the Mitra Sejati General Hospital in Medan, it was made program of Barber
Johnson Graphic by using Microsoft Excel. The calculation of BOR, LOS, TOI & BTO is done
by inputing data of the number of beds available, the number of beds used and the number of
patients go home. The purpose of making Barber Johnson Graph Program using a computer is to
facilitate staff in making the report of hospital report. Implementation of the design and
realization of the program Barber Johnson graph is done by using a spiral model. The model has
six task regions namely the task of customer communication, planning, risk analysis,
construction, release, and evaluation. The results of this program are the monthly, quarter,
semester, and annually Barber Jhonson’s graph in Mitra Sejati general hospital. In the presence
of this program it is expected it can be ease of make the hospital report, especially in the making
of Barber Johnson Graph.
 Barber–Johnson diagram
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to navigationJump to search
A Barber–Johnson diagram[example needed] is a method of presenting hospital statistics combining four
different variables in a unique graph, introduced in 1973.[1] The method constructs
a scattergram where length of stay, turnover interval, discharges, and deaths per available bed are
combined. These four variables have a common relationship between them and their combination in
the diagram permitted a new improved way for analyzing efficiency and performance of the hospital
sector. The most complete reference about how to construct the diagram could be found in Yates.
[2]
 In this book, the appendix explains in detail the way for elaborating this kind of diagram.

References[edit]
1. ^ Barber B. and Johnson D., "The Presentation of Acute Hospital In-
patient Statistics", Hospital and Health Services Review, 1973
2. ^ Yates, John (1982), Hospital Beds: A problem for diagnostic and
management, Heinemann Medical Books. ISBN 0-433-37030-0

Efficiency ratio
From Wikipedia, the free encyclopedia
  (Redirected from Business efficiency)

Jump to navigationJump to search


The efficiency ratio indicates the expenses as a percentage of revenue (expenses / revenue), with
a few variations – it is essentially how much a corporation or individual spends to make a dollar;
entities are supposed to attempt minimizing efficiency ratios (reducing expenses and increasing
earnings). The concept typically applies to banks. It relates to operating leverage, which measures
the ratio between fixed costs and variable costs.
Contents

 1Formula
o 1.1An example
 2See also
 3References
 4External links
o 4.1Example

Formula[edit]
Efficiency = input / output[citation needed]
If expenses are $60 and revenue is $80 (perhaps net of interest revenue/expense) the efficiency
ratio is 0.75 or 75% (60/80) – meaning that $0.75 are spent for every dollar earned in revenue.
An example[edit]
Citigroup, Inc. (2003):

 Revenues, net of interest expense: 77,442 [1]


 Operating expenses: 39,168[2]
That makes the efficiency ratio = 39,168/77,442 = 0.51 or 51%.
If "benefits, claims, and credit losses", for 11,941, are added to operating expenses, the efficiency
ratio worsens to 51,109/77,442 = 0.66

Anda mungkin juga menyukai