Anda di halaman 1dari 6

24/6/2021 Mengenal Unsur Tindak Pidana dan Syarat Pemenuhannya - Hukumonline.

com

Klinik > Pidana

26 Agustus 2020
Punya Masalah Hukum Yang
Mengenal Unsur Tindak Pidana dan Sedang Dihadapi?

Syarat Pemenuhannya
 Kirim Pertanyaan

Arif Maulana, S.H., M.H.


Bacaan 7 Menit
LBH Jakarta Baca Disclaimer

Atau

 Chat Sekarang

Rp 50.000 Rp 30.000

Arsip Penjawab Lainnya

Hak Ahli Waris Pekerja Nonpeserta


BPJS yang Meninggal Dunia
28 Agustus 2020 • Ketenagakerjaan

Apakah Pelapor Berhak Mendapat


Salinan BAP?
27 Agustus 2020 • Pidana

Mengenal Unsur Tindak Pidana dan


Syarat Pemenuhannya
26 Agustus 2020 • Pidana

Bolehkah Hakim Memiliki Reksa


Dana Saham?
26 Agustus 2020 • Profesi Hukum

Pertanyaan
Bagaimana cara melihat suatu perbuatan merupakan suatu tindak Lihat jawaban lainnya

pidana? Apakah harus memenuhi unsur dalam suatu pasal? Apabila


tidak memenuhi salah satu unsur, bagaimana?

Butuh Konsultasi Hukum?


Konsultan hukum berpengalaman siap membantu

23+
Konsultasi via Chat 30 menit
Rp50.000 Rp30.000

Chat Sekarang

Powered by

33 Ulasan Lengkap
Shares Akses Mudah Informasi Hukum Covid-19 

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-pidana-dan-syarat-pemenuhannya/ 1/6
24/6/2021 Mengenal Unsur Tindak Pidana dan Syarat Pemenuhannya - Hukumonline.com

 
Makna Tindak Pidana
Sebelum menjawab pertanyaan Anda, perlu kiranya memahami apa
yang disebut dengan tindak pidana.
 
Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari istilah strafbaar feit
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda yang saat ini
diterapkan sebagai hukum nasional melalui asas konkordansi dengan
adanya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”).
 
Dalam KUHP, tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya yang
dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri.
 
Tindak pidana yang Anda tanyakan juga biasanya disamakan dengan
delik, yang berasal dari bahasa latin, yakni dari kata delictum. 
 
Sebagaimana diterangkan S. R. Sianturi dalam buku Asas-asas Hukum
Pidana di Indonesia dan Penerapan, dalam peristilahan di Indonesia,
delik atau het strafbare feit telah diterjemahkan oleh para sarjana dan
juga telah digunakan dalam berbagai perumusan undang-undang
dengan berbagai istilah bahasa indonesia sebagai (hal 204 – 207):

Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar


Berkompeten Dengan Biaya Terjangkau
Mulai Dari

Rp 149.000

Lihat Semua Kelas 

a. perbuatan yang dapat/boleh dihukum;


b. peristiwa pidana;
c. perbuatan pidana;
d. tindak pidana.

 
Dengan demikian, strafbaar feit, delik, dan delictum memiliki padanan
istilah yang sama dengan perbuatan yang dapat/boleh dihukum,
peristiwa pidana, perbuatan pidana, dan tindak pidana.
 
Delik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, adalah perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang
atau merupakan tindak pidana.
 
S. R. Sianturi dalam buku yang sama mengutip Moeljatno yang memilih
menerjemahkan strafbaar feit sebagai perbuatan pidana, yaitu
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana bagi barangsiapa
melanggar larangan tersebut (hal. 208).
 
Perbuatan tersebut itu harus betul-betul dirasakan oleh masyarakat
sebagai perbuatan yang tak boleh atau menghambat akan tercapainya
tatanan dalam pergaulan masyarakat yang dicita-citakan oleh
masyarakat itu.

33
Shares Akses Mudah Informasi Hukum Covid-19 

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-pidana-dan-syarat-pemenuhannya/ 2/6
24/6/2021 Mengenal Unsur Tindak Pidana dan Syarat Pemenuhannya - Hukumonline.com

 
Makna perbuatan pidana secara mutlak harus termaktub unsur formil,
yaitu mencocoki rumusan undang-undang (tatbestandmaszigkeit) dan
unsur materiil, yaitu sifat bertentangan dengan cita–cita mengenai
pergaulan masyarakat atau sifat melawan hukum (rechtswirdigkeit).
 
Sementara itu, S. R. Sianturi dalam buku yang sama juga mengutip
Wirjono Prodjodikoro yang merumuskan tindak pidana sebagai suatu
perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan
pelaku itu dapat dikatakan merupakan subjek tindak pidana (hal. 208).
 
Berdasarkan rumusan pengertian tindak pidana di atas, untuk
menentukan suatu perbuatan sebagai tindak pidana, perbuatan
tersebut haruslah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana kepada subjek tindak pidana yang melakukannya atau dalam
rumusan hukum pidana disebut dengan barangsiapa yang melanggar
larangan tersebut.

 
Dengan kata lain, perbuatan yang tergolong tindak pidana adalah
perbuatan yang dilarang dalam hukum yang dapat diancam dengan
sanksi pidana.
 
Baca juga: Arti Asas Konkordansi
 
Unsur-unsur Tindak Pidana
Menurut S. R. Sianturi, secara ringkas unsur-unsur tindak pidana, yaitu
(hal. 208):
1. adanya subjek;
2. adanya unsur kesalahan;
3. perbuatan bersifat melawan hukum;
4. suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-
undang/perundangan dan terhadap yang melanggarnya diancam
pidana;
5. dalam suatu waktu, tempat dan keadaan tertentu.

 
Merujuk pada unsur-unsur tindak pidana di atas, S. R. Sianturi
merumuskan pengertian dari tindak pidana sebagai suatu tindakan
pada tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang (atau
melanggar keharusan) dan diancam dengan pidana oleh undang-
undang serta bersifat melawan hukum dan mengandung unsur
kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung
jawab (hal. 208).
 
Lima unsur di atas, dapat disederhanakan menjadi unsur subjektif dan
unsur objektif. Unsur subjektif meliputi subjek dan adanya unsur
33
Shares kesalahan. Akses Mudah Informasi Hukum Covid-19 

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-pidana-dan-syarat-pemenuhannya/ 3/6
24/6/2021 Mengenal Unsur Tindak Pidana dan Syarat Pemenuhannya - Hukumonline.com

 
Sedangkan yang termasuk unsur objektif adalah perbuatannya bersifat
melawan hukum, tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-
undang/perundangan dan terhadap pelanggarnya diancam pidana, dan
dilakukan dalam waktu, tempat dan keadaan tertentu.
 
P. A. F. Lamintang dalam buku Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia
juga berpendapat bahwa setiap tindak pidana yang terdapat dalam
KUHP pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang
pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni unsur-
unsur subjektif dan unsur-unsur objektif (hal. 193).
 
Yang dimaksud dengan unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang
melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si
pelaku dan termasuk ke dalamnya, yaitu segala sesuatu yang
terkandung di dalam hatinya (hal. 193).
 
Sedangkan yang dimaksud unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada
hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-
keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan (hal.
193).
 
Unsur subjektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah (hal. 193 – 194):
1. kesengajaan (dolus) atau ketidaksengajaan (culpa);
2. maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging
seperti yang dimaksud di dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP;
3. macam-macam maksud atau oogmerk, seperti yang terdapat di
dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan,
pemalsuan, dan lain-lain;
4. merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad, seperti
yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan berencana dalam
Pasal 340 KUHP;
5. perasaan takut atau vrees, seperti terdapat di dalam rumusan
tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.

 
Unsur-unsur objektif dari sesuatu tindak pidana adalah (hal. 194):
1. sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkbeid;
2. kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai
negeri” di dalam kejahatan jabatan atau “keadaan sebagai
pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam
kejahatan menurut Pasal 398 KUHP;
3. kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai
penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

 
Unsur wederrechttelijk selalu harus dianggap sebagai disyaratkan di
dalam setiap rumusan delik, walaupun unsur tersebut oleh pembentuk
undang-undang tidak dinyatakan secara tegas sebagai salah satu unsur
dari delik yang bersangkutan (hal. 194).
 
P. A. F. Lamintang kemudian menerangkan apabila unsur
wederrecttelijk dinyatakan secara tegas sebagai unsur dari delik, maka
tidak terbuktinya unsur tersebut di dalam peradilan akan menyebabkan
hakim harus memutus sesuatu vrijkpraak atau pembebasan (hal. 195).
 
Apabila unsur wederrecttelijk  tidak dinyatakan secara tegas sebagai
unsur dari delik, maka tidak terbuktinya unsur tersebut di dalam
peradilan akan menyebabkan hakim harus memutuskan suatu ontslag
van alle rechtsvervolging atau suatu “pembebasan dari segala tuntutan
hukum” (hal. 195).
 
33
Shares Akses Mudah Informasi Hukum Covid-19 

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-pidana-dan-syarat-pemenuhannya/ 4/6
24/6/2021 Mengenal Unsur Tindak Pidana dan Syarat Pemenuhannya - Hukumonline.com

Maka, untuk mengetahui apakah suatu perbuatan adalah tindak pidana


atau bukan, perbuatan tersebut harus memenuhi unsur-unsur delik
atau tindak pidana yang dimaksud itu.
 
Penerapan Unsur-unsur Tindak Pidana
Untuk mengetahui apakah perbuatan dalam sebuah peristiwa hukum
adalah tindak pidana dapat dilakukan analisis mengenai apakah
perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang diatur dalam
sebuah ketentuan pasal hukum pidana tertentu.
 
Untuk itu, harus diadakan penyesuaian atau pencocokan (bagian-
bagian/kejadian-kejadian) dari peristiwa tersebut kepada unsur-unsur
dari delik yang didakwakan.
 
Jika ternyata sudah cocok, maka dapat ditentukan bahwa peristiwa itu
merupakan suatu tindak pidana yang telah terjadi yang (dapat)
dimintakan pertanggungjawaban pidana kepada subjek pelakunya.
Namun, jika salah satu unsur tersebut tidak ada atau tidak terbukti,
maka harus disimpulkan bahwa tindak pidana belum atau tidak terjadi.
 
Hal ini karena, mungkin tindakan sudah terjadi, tetapi bukan suatu
tindakan yang terlarang oleh undang-undang terhadap mana
diancamkan suatu tindak pidana.
 
Mungkin pula suatu tindakan telah terjadi sesuai dengan perumusan
tindakan dalam pasal yang bersangkutan, tetapi tidak terdapat
kesalahan pada pelaku dan/atau tindakan itu tidak bersifat melawan
hukum.
 
P. A. F. Lamintang lebih jauh menjelaskan bahwa apabila hakim
berpendapat bahwa tertuduh tidak dapat dipertanggungjawabkan atas
tindakannya, maka hakim harus membebaskan tertuduh dari segala
tuntutan hukum atau dengan kata lain, hakim harus memutuskan
suatu ontslag van alle rechtsvervolging, termasuk bilamana terdapat
keragu-raguan mengenai salah sebuah elemen, maka hakim harus
membebaskan tertuduh dari segala tuntutan hukum (hal. 197).
 
Unsur-unsur delik tercantum dalam rumusan delik yang oleh penuntut
umum harus dicantumkan di dalam surat tuduhan (dakwaan) dan
harus dibuktikan dalam peradilan (hal. 195 & 197).
 
Bilamana satu atau lebih bagian ternyata tidak dapat dibuktikan, maka
hakim harus membebaskan tertuduh atau dengan perkataan lain harus
memutuskan suatu vrijspraak.
 
Demikian jawaban kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar Hukum:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
 
Referensi:
1. P. A. F. Lamintang. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013;
2. S. R. Sianturi. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapan, Cet. 3. Jakarta: Storia Grafika, 2002;
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, diakses pada 26 Agustus 2020, pukul 10.58 WIB.

Lihat Intisari Jawaban

33 Akses Mudah Informasi Hukum Covid-19 


Shares

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-pidana-dan-syarat-pemenuhannya/ 5/6
24/6/2021 Mengenal Unsur Tindak Pidana dan Syarat Pemenuhannya - Hukumonline.com

Ingin Masalah Anda Segera Tu


Konsultan hukum berpengalaman siap memban

23+
Konsultasi via Chat 30 menit
Rp50.000 Rp30.000

Chat Sekarang

Powered by

Arsip Terkait Berita Terkait

Arti Ultimum Remedium Peserta SBMPTN Tertarik, Dekan FH


UI: Karena Sejarah dan Banyak
Berkontribusi untuk Bangsa
Bolehkah Saksi Meminta Dokumen
Penghentian Penyidikan atau
Penuntutan? Menelusuri Syarat Pengangkatan,
Tugas, dan Pemberhentian
Komisaris BUMN
Ne Bis In Idem dalam Kasus dengan
Tempus dan Locus Berbeda
Mengenal Hibah-Hibah yang
Dibatalkan Pengadilan dalam
Perbedaan ‘Sengaja’ dan ‘Tidak
Praktik
Sengaja’ dalam Hukum Pidana

Mengenal Konsep Rechterlijke


Korban Masih Hilang, Apakah
Pardon pada RKUHP
Terpidana Penculikan Bisa Dipidana
atas Perbuatan Lain?
Gugatan atas Keterangan Ahli Salah
Kaprah dan Sesat

Tips Hukum Lihat Semua 

Cara 3 Langkah Tips Aman Cara


Penyelesaian Mengubah PT Cicil Rumah Memperoleh
Sengketa Perorangan Agar Terhindar Pengganti
Rahasia Dagang Jadi PT Biasa Masalah… Sertifikat Tana…

33 Akses Mudah Informasi Hukum Covid-19 


Shares

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-pidana-dan-syarat-pemenuhannya/ 6/6

Anda mungkin juga menyukai