Uzumaki family
https://www.fanfiction.net/s/11266303/1/A-Date
Pemuda itu terlihat begitu gelisah. Berkali-kali ia berdiri dari kursi yang tengah di
dudukinya. Matanya terus memandang ke jalan yang ada di belakangnya. Ia perhatikan
setiap orang yang berjalan disana, berharap orang yang ia tunggu akan muncul. Namun
setiap ia menoleh, ia harus menahan kekecewaan di hatinya karena yang muncul bukan
orang yang ditunggunya. "Astaga kenapa lama sekali? Apa Tou-sannya tidak
mengizinkan dia pergi? Arrgh! Bagaimana ini?" ujarnya menarik rambut pirang miliknya
frustasi.
"Ah, tidak-tidak pasti dia akan datang." ujarnya berusaha meyakinkan diri.
Si gadis cantik yang baru saja datang hanya tersenyum manis kearah si pemuda pirang
itu. Rona merah mulai menjalar ke seluruh wajahnya saat melihat si pemuda tersenyum
ke arahnya.
"Umm.." sahut Hinata mengangguk. Mereka berdua pun berjalan beriringan. Entah
mereka ingin pergi kemana. Namun jelas sekali terlihat bahwa si gadis cantik-Hinata
hanya mengikuti Naruto. Sejujurnya ia tak tau mau kemana mereka pergi.
"Ooh Ichiraku ya," Oh, kelihatannya Naruto ingin mengajak gadis ini ke tempat
favoritnya di kencan mereka. Hey tunggu! Apa tadi aku menulis kencan? Ah ya ini
memang kencan mereka. Entah mengapa sejak kejadian beberapa bulan lalu dengan
Toneri, sepertinya hubungan Naruto dan Hinata semakin dekat atau bahkan bisa dibilang
sangat dekat. "Eumm..Apa tadi Hiashi-sama melarangmu pergi?"
"Eum tidak..tapi tadi aku membantu Aoi-san memasak..gomen aku membuat Naruto-
kun menunggu lama.." ujar Hinata menundukkan kepalanya.
"Aoi-san?"
"Ah iya, masakan Hinata-chan kan' memang enak, pasti pria yang menjadi suamimu
nanti akan sangat beruntung." ujar Naruto.
'Blush'
'Su-suami?'
"Ah, kita sudah sampai Hinata-chan." ujar Naruto membuyarkan lamunan Hinata.
Karena terlalu asik mengobrol dan juga memikirkan perkataan Naruto, Hinata sampai
tak sadar jika mereka sudah ada di depan Ichiraku.
"Ah, i-iya Naruto-kun." sahut Hinata. Mereka berdua segera masuk dan duduk di kursi
yang ada di sana.
"Paman! Aku pesan ramen dua!" teriak Naruto. Teuchi pun segera menghampiri Naruto.
'Blush'
Mendengar ucapan Teuchi, entah mengapa tiba-tiba saja muncul rona kemerahan di pipi
kedua orang yang tengah duduk itu.
"Pa-paman..maksudmu apa? Ka-kami tidak..." Naruto tergagap tak tau mau bilang apa.
Ia sendiri juga bingung sebenarnya bagaimana hubungan mereka. Sebenarnya sejak
kejadian dengan Toneri waktu itu, Hinata mulai muncul dalam pikirannya. Entah
mengapa wajah malu-malu gadis Hyuuga itu mulai sering membayanginya.
"Sudahlah Naruto, aku juga pernah muda jadi tidak usah gugup begitu." ujar Teuchi.
"Baiklah akan kuambilkan dua mangkok ramen untuk kalian." kata Teuchi berlalu
meninggalkan dua orang yang ada di tempat itu. Setelah Teuchi pergi suasana berubah
menjadi hening. Diantara Naruto ataupun Hinata tak ada yang memulai pembicaraan.
Mereka tengah asik dengan pemikiran masing-masing.
"Eum..setelah ini ka-kau ingin pergi kemana?" tanya Naruto. Hinata menundukkan
kepalanya.
"Percayalah tempat itu sangat indah, dan darisana kita bisa melihat seluruh Desa." kata
Naruto meyakinkan.
"Bagus!" Tak lama Teuchi datang membawa dua mangkok ramen. Ia menaruhnya di
meja depan Naruto dan Hinata.
"Iya, sekarang makanlah ini ramen spesial untuk kalian." kata Teuchi.
"Wah? Benarkah?"
"Iya Naruto."
"Arigatou, kalau begitu aku akan segera makan ramen ini," ucap Naruto.
"Ittadakimasu." ujarnya mengangkat sumpit. Naruto langsung melahap ramen yang ada
di depannya.
"Uhuk-uhuk.." Hinata yang ada disamping Naruto langsung menyodorkan segelas air
putih pada Naruto.
"Hahh~.." Naruto bernafas lega ketika benda yang ada di tengorokannya ikut tertelan.
"Baiklah, ta-tapi kau harus pelan-pelan makannya." kata Hinata menatap khawatir
Naruto. "Sepertinya kau sangat mengkhawatirkan aku ya Hinata-chan.." ujar Naruto
membuat Hinata salah tingkah.
"Mo-mou Na-naruto-kun~"
"Ah sudahlah, lebih baik kita makan saja, dan setelah ini pergi ke puncak patung
Hokage." kata Naruto.
"I-iya." sahut Hinata. Keduanya pun melanjutkan memakan ramen yang sudah
disediakan oleh Teuchi.
.
.
Kini Naruto yang tentunya bersama Hinata sedang berjalan menuju ke puncak patung
Hokage. Sesekali mereka terlihat tertawa kecil, entah apa yang tengah mereka
bicarakan.
Namun tiba-tiba saja segerombolan gadis datang menghampiri Naruto. Mereka langsung
mengerubungi Naruto hingga membuat Hinata terdorong ke belakang.
"Naruto-kun bagaimana kalau kita kencan Naruto-kun?" tanya seorang gadis menatap
genit Naruto.
"Eeh? Ano..."
"Naruto-kun ayo kita pergi ke YaqiniQ." ajak seorang gadis berambut hitam. Hinata yang
melihat pemandangan di depannya hanya bisa diam. Ia menunduk, tak berani menatap
ke arah Naruto dan gadis-gadis yang tengah mengerubunginya. Hatinya terasa sakit
melihat hal itu. Ia tidak rela ada gadis lain yang bersama Naruto. Ia cemburu.
"Gomen, tapi aku sedang berkencan dengan gadis ini." kata Naruto merangkul Hinata
dari samping. Hinata menatap kaget Naruto. Wajahnya memerah. Ia tak menyangka
Naruto akan mengatakan hal itu, apalagi di depan para gadis itu.
"Apa?! Jadi Naruto-kun sudah punya kekasih ya?" ujar seorang gadis menunduk lesu.
"Iya, ia sangat beruntung menjadi kekasih Naruto-kun." tambah si gadis rambut hitam.
"Sepertinya gadis itu berasal dari Keluarga Hyuuga." ujar yang satunya lagi.
Sementara itu Naruto yang masih mengandeng tangan Hinata berjalan menuju puncak
patung Hokage. Mereka berjalan dalam diam. Hinata masih berusaha menetralkan detak
jantungnya yang tak karuan karena tangannya yang masih digandeng oleh Naruto.
Sementara itu Naruto tengah menikmati pemandangan di sekelilingnya atau ia tengah
menikmati mengengam tangan Hinata, entah hanya Naruto yang tau akan hal itu.
"Astaga." ujar Naruto menghentikan langkahnya. Hinata menatap Naruto yang tiba-tiba
berhenti.
Naruto menatap tak percaya dua orang yang tengah berada di bawah sebatang pohon.
Seorang gadis yang tengah duduk berselonjor dan seorang pemuda yang tengah tidur di
pangkuan si gadis. Ah Naruto sangat kenal siapa kedua orang itu, mereka adalah
Shikamaru dan juga Temari. Dia tak menyangka jika hubungan mereka sedekat ini.
"Hah~ baiklah." ujar Naruto menuruti Hinata. Keduanya pun melanjutkan perjalanan
menuju puncak patung Hokage. Tak ingin menganggu kegiatan Shikamaru dan Temari.
Kini keduanya sudah berada diatas patung Hokage. Hinata merentangkan kedua
tangannya, menikmati angin yang berhembus. Ia begitu menyukai saat angin
berhembus mempermaikan helaian rambutnya.
Naruto menatap gadis yang tengah berdiri di sampingya. Memperhatikan setiap gerak-
gerik gadis itu. Entah kenapa tiba-tiba senyum di wajahnya mengembang saat angin
nakal menerbangkan helaian indigo milik sang gadis, menutupi sebagian wajah cantik
gadis itu. Tiba-tiba tangan Naruto terangkat menyisihkan helaian indigo itu dan
menyisipkannya ke belakang telinga sang gadis. Hinata yang merasakan ada yang
menyentuh rambutnya langsung membuka matanya yang terpejam. Menoleh kearah
Naruto dan tengah tersenyum lembut.
"Eeh,?" Hinata menatap Naruto tak percaya, apa yang tadi dikatakan oleh pemuda itu?
"Ap-apa..."
"Tahukah kau? Betapa takutnya aku kehilanganmu saat kau pergi bersama Toneri?
Tahukah kau betapa sakitnya hatiku saat kau ingin menikah dengan Toneri?" Hinata
menutup mulutnya tak percaya.
"Na-naruto-kun?"
"Hinata, aku tak ingin kau pergi lagi, aku ingin kau selalu bersamaku, aku ingin kau
menyambutku dirumah saat aku pulang dari misi. Hinata maukah kau menikah
denganku?" tanya Naruto. Bulir-bulir air mata mulai berjatuhan dari amethyst Hinata.
"Aku serius Hinata, sangat serius." ujar Naruto yakin. Hinata tak tau ia harus berkata
apa, ia langsung saja menghambur ke pelukan pemuda pirang di hadapannya. Naruto
awalnya kaget tapi ia mulai nyaman dan membalas pelukan gadis itu.
Naruto tersenyum puas mendengar jawaban Hinata. Ia mengecup pelan puncak kepala
gadis itu.
'Blush'
"Ta-tapi a-apa Naruto-kun tidak ta-takut pada Otou-sama?" tanya Hinata mendongak.
"Aku tidak akan pernah takut untuk mendapatkan Hinata-chan-ttebayo~" kata Naruto
yakin. Ah, entah sudah semerah apa wajah Hinata saat mendengar ucapan Naruto. Tapi
ia begitu bahagia, karena pada akhirnya ia dapat bersama dengan pria yang sudah
dicintainya semenjak anak-anak itu.
The End^^