Anda di halaman 1dari 2

BANDUNG MALAM DAN MIE AYAM

By Anail Atsen -AUG 31, 20230306(Kompas Muda)


Bandung malam ini sangat sepi, jalan layang yang Hinata lewati tak seperti
biasanya. Sesekali Hinata melirik ke arah spion motor yang ia tumpangi, ‘matanya
indah’ batin Hinata.
“Kenapa liat-liat? saya aneh ya?”, Hinata tertegun seketika mengaburkan
pandangannya, “hah? ngga kok.. itu lampu kota nya cantik”.
“Oh, saya kira liatin saya haha“, balas lelaki dengan kemeja flanel kotak-kotak
warna merah tua yang sedang mengendari motor itu.
Lelaki itu Marka Aditya, lelaki yang diliputi pesona. Ntah mengapa sosok-nya mampu
mengambil fokos setiap pasang mata. Dia seperti apa yang selalu perempuan idam-
idamkan. Melihat setiap manusia apa adanya, seakan setiapnya sempurna. Terasa
berbeda saat bersamanya. Ya, ia penyebab sebagian jiwa jatuh cinta.
Orang-orang memanggilnya Marka, tapi aku lebih suka menyebutnya dengan nama Adit,
lebih tepatnya kak Adit karena dia kakak tingkatku.
“Kalo mau peluk bilang aja, jangan tarik baju saya kayak gitu“, ucap lelaki tadi,
terlihat sekilas senyuman tipisnya.
“Ngga, ngga ada yang mau peluk! Kak Adit geer“ Hinata kembali gelagapan membalas
perkataan lelaki dengan aroma parfum yang begitu semerbak. Aroma yang familiar
untuk para lelaki namun sangat cocok dipakai olehnya. Lelaki tersebut terkekeh
kecil.
“Lampu merah depan belok kiri kan?“, tanyanya lagi kepada Hinata.
“iya“, Hinata mulai menyadarkan dirinya agar tak jatuh suka terlalu dalam. “Dari
situ ikutin jalannya aja, nanti ada pertigaan belok kanan”, tutur Hinata menyambung
jawabannya tadi.
“Kenapa dijelasin detail? kan kamu saya bonceng, padahal nanti di belokan
selanjutnya kamu bisa kasih tahu lagi,” lagi-lagi lelaki itu terkekeh.
Mengapa rumahnya dari kampus tak begitu jauh pikir Hinata. Perjalanan nyaman yang
sedari tadi ia rasakan sebentar lagi akan usai padahal belum genap 30 menit mereka
diatas motor.

“Lapar ga? saya lapar euy”, tanya sang lelaki memecahkan lamunan hinata.
“Eh? eu.. mau makan apa?”, jawab hinata yang nyatanya tidak menjawab pertanyaan.
“Daerah sini biasanya ada tukang apa malem-malem gini?”. Hinata mengedarkan
matanya, ia menemukan mie ayam roda biru kesukaannya di bahu kiri jalan.
“Mie ayam mau ngga?” tunjuk Hinata.
“Hayu, kebetulan saya suka mie ayam“, balasnya. “lah sama dong, Nata juga suka”,
Hinata tersenyum kecil.
Sama-sama suka mie ayam saja membuat Hinata senang, bagaimana jika mereka sama-sama
suka dalam makna cinta. Betapa bahagianya pikir Hinata.
Marka meminggirkan motornya tepat disamping roda mie ayam tersebut. Mereka turun
dari motornya lalu segera menempati meja yang hanya ada satu di tempat itu.
“mas pesen dua ya“, ucap sang lelaki. Hinata seketika menyambar ucapan tersebut
“yang Nata saosnya sedikit”. Marka lagi-lagi terkekeh.
Entah berapa kali hari ini Hinata melihat ekspresi Marka yang jarang sekali ia
temukan di kampus. Ekspresi senyum dan tawa kecil yang sangat manis baginya.
“yang satu saos nya sedikit ya mas”, tambah lelaki itu memperbaiki pesanannya.
Sambil menunggu mie ayam, mereka mengobrol. Tanpa Hinata sadari ia semakin jatuh
suka. Tatapan mata Marka yang selalu menatap lawan bicara tidak bisa dielakan
pesonanya.
“Oh, jadi kamu ga suka pedes?”, tanya Marka sambil menatap mata Hinata begitu
hangat.
‘Sadar Hinata, dia hanya menanyakan suka pedes atau tidak, bukan bertanya suka dia
atau tidak’, batin Hinata meraung menyadarkannya agar tak hilang kendali.
“Iya, ngga suka”, jawab Hinata pelan. “Kenapa ga suka?,” tanyanya lagi.
“Ya karena pedes lahh,” jawab Hinata dengan nada kesal. Dia tidak suka pedas karena
pedas, apalagi selain itu jawabannya? Orang-orang yang tidak suka pedas pun pasti
berfikir demikian pikir Hinata.
Kali ini Marka tertawa, tidak lagi terkekeh atau tersenyum kecil. Tawanya renyah
sekali hingga gigi gerahamnya terlihat, ya dia tertawa lebar selebar rasa suka
Hinata kepadanya. Hinata semakin jatuh suka.
Mie ayam sudah tersaji di meja. Mereka makan dengan khusyuk dan nikmat. Bagi Hinata
makan mie ayam kali ini sangat berbeda dari biasanya. Mie ayam dengan rasa jatuh
suka ditemani orang yang ia suka.
Rasa Hinata kepada Marka seperti kutipan Franz Kafka, “If a million loved you, I am
one of them, and if one loved you, it was me, if no one loved you, then know that I
am dead.” — Franz Kafka

Analisis penalaran cerpen yang berjudul Bandung Malam dan Mie Ayam.

1 Paragraf yang Bernalar


Paragraf yang bernalar adalah paragraf yang dalam penyusunannya
menggunakan logika atau nalar dalam menentukan kata maupun kalimat yang akan
dituangkan ke dalam paragraf tersebut. Sehingga memudahkan pembaca dalam
menganalogikan maksud dari penulis.
a) Penalaran Induktif
Menurut Santrock (dalam Faozin, 2016:7), penalaran induktif adalah proses penalaran
dari hal-hal yang sifatnya spesifik ke umum. Jadi penalaran induktif merupakan
sebuah proses yang beranjak dari peristiwa khusus atau spesifik berdasarkan hasil
sebuah pengamatan sehingga dapat menghasilkan sebuah kesimpulan yang bersifat umum
-Contoh pada cerpen "Bandung malam & Mie ayam"
"Hinata adalah sosok perempuan yang mengagumi Marka , Hinata yang selalu salah
tingkah saat bersama dengan Marka membuat dirinya kadang kehilangan akal sadarnya ,
tetapi Hinata selalu berharap apa yang dia alami tidak begitu membuat dirinya
menonjolkan rasa suka kepada Marka"
Pada contoh (1) dapat dikategorikan menjadi penalaran induktif karena dimulai
dengan hal yang bersifat khusu yakni Hinata yang menyukai Marka secara diam- diam ,
dapat disimpulkan bahwa Hinata yang menyukai Marka selalu salah tingkah saat berada
di dekat Marka .
b) Penalaran Deduktif
Menurut Santrock (dalam Faozin, 2016:8), penalaran deduktif adalah proses penalaran
dari umum ke khusus.
- Contoh pada cerpen "Bandung Malam dan Mie Ayam"
“Lampu merah depan belok kiri kan?“, tanyanya lagi kepada Hinata.
“iya“, Hinata mulai menyadarkan dirinya agar tak jatuh suka terlalu dalam. “Dari
situ ikutin jalannya aja, nanti ada pertigaan belok kanan”, tutur Hinata menyambung
jawabannya tadi.
Pada contoh (2) dapat dikategorikan penalaran induktif karena didahului oleh hal
yang bersifat umum yakni saat Hinata yang mau memberitahukan kepada Marka alamat ,
Kemudian disusul dengan Hinata menyadarkan lamunan nya agar tidak terlalu suka
terlalu dalam kepada Marka.

Anda mungkin juga menyukai