Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana

Dosen Pengampu : Ani Triwati

KONEKSITAS

Pengertian koneksitas :

Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan
peradilan umum dan lingkungan peradilan militer (Pasal 89 ayat (1));

Prinsip koneksitas, Pasal 89 ayat (1);

Pemeriksaan dan peradilan perkara koneksitas diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum, kecuali jika menurut keputusan menteri pertahanan dan
keamanan dengan persetujuan menteri kehakiman perkara itu harus diadili oleh pengadilan
dalam lingkungan peradilan militer (Pasal 89 ayat (1)).

Landasan koneksitas,

Pasal 16 UU No.48 Tahun 2009 :

“Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk dalam
lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa dan diadili oleh
pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali dalam keadaan tertentu menurut
keputusan Ketua MA perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam
lingkungan peradilan militer.”

Penyidikan perkara koneksitas (Pasal 89 ayat (2));

Aparat penyidik adalah suatu tim tetap yang terdiri dari unsur:
1. unsur penyidik Polri;
2. Polisi Militer;
3. Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi.

1
Cara penyidikan :
- Tersangka pelaku sipil diperiksa oleh unsur penyidik Polri;
- Tersangka pelaku anggota TNI diperiksa oleh penyidik unsur Polisi Militer dan Oditur
Militer.

1. Kapan perkara koneksitas diperiksa dalam lingkungan peradilan umum?


2. Kapan perkara koneksitas diperiksa dalam lingkungan peradilan militer?
 Pasal 90 (Penelitian bersama jaksa/jaksa tinggi dan oditur militer/oditur militer
tinggi)
 Pasal 91 (titik berat kerugian
 Pasal 93 (apabila terjadi perbedaan pendapat)

SURAT DAKWAAN

 Surat dakwaan adalah suatu surat yang memuat perumusan dari TP yang didakwakan,
yang sementara dapat disimpulkan dari hasil penyidikan oleh penyidik yang merupakan
dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan di persidangan PN.
 Surat dakwaan mempunyai fungsi sebagai dasar bagi hakim dalam pemeriksaan
pengadilan.
 Bagi terdakwa adalah untuk mengetahui perbuatan apa yang didakwakan sehingga dapat
mempersiapkan untuk membuat pembelaan.
 Syarat-syarat dalam pembuatan surat dakwaan (Pasal 143) :
1. Syarat formil, bahwa dalam surat dakwaan harus disebutkan nama lengkap, tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, pekerjaan (identitas terdakwa).
2. Syarat materiil, harus berisi uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai TP
yang dilakukan dengan menyebut tempat (locus delicti) dan waktu TP dilakukan
(tempus delicti).
 Cermat, dalam menyusun surat dakwaan PU harus cermat/seksama/ teliti khususnya dalam
hal penerapan hukum terhadap TP yang didakwakan. Misalnya pembedaan antara delik
formil dan delik materiil, delik aduan atau delik biasa dsb.
 Jelas, PU dalam menyusun surat dakwaan harus dapat menguraikan jelas TP yang dilakukan
dan didakwakan terhadap terdakwa sesuai dengan berkas perkara penyidikan.

2
 Lengkap, dalam menyusun surat dakwaan PU harus mencantumkan secara lengkap
keseluruhan unsur-unsur TP yang diatur dalam peraturan perundangan yang didakwakan
kepada terdakwa.
 Ada dua syarat cara pembuatan S. Dakwaan :
1. Harus mengandung lukisan dari apa yang senyata-nyatanya terjadi;
2. Dalam lukisan tersebut harus ternyata unsur-unsur yuridis dari TP yang
didakwakan.

 Arti penting penyebutan waktu dan tempat dalam S. Dakwaan :


1. Untuk kepentingan pembelaan terdakwa karena salah satu pembelaan terdakwa
dengan mengungkapkan alibi;
2. Berkaitan dengan ketentuan hukum pidana, Pasal 1(1) dan Pasal 2 KUHP;
3. Berkaitan dengan masalah umur;
4. Berkaitan dengan daluwarsa (Pasal 78 KUHP);
5. Berkaitan dengan penentuan recidive.

 Bentuk-bentuk surat dakwaan


1. Dakwaan tunggal, terdakwa didakwa satu perbuatan tanpa diikuti dakwaan lain.
Resiko dari bentuk surat dakwaan ini apabila dakwaan tersebut tidak dapat
dibuktikan maka sulit bagi PU untuk menuntut kedua kalinya.
2. Dakwaan alternatif, terdakwa di dalam surat dakwaan ini didakwa lebih dari satu
TP, akan tetapi pada hakekatnya terdakwa hanya didakwa atau dipersalahkan satu
TP saja. Biasanya digunakan kata “atau”.
3. Dakwaan berlapis/ primer-subsider, terdakwa didakwakan lebih dari satu
dakwaan tetapi nantinya akan dipersalahkan terhadap satu TP saja. Dalam
penyusunannya pertama didakwakan dengan ancaman pidana terberat sebagai
dakwaan primer berikutnya terdakwa didakwa dengan ancaman pidana yang lebih
ringan selanjutnya berlapis sampai dengan tindak pidana yang ancaman pidananya
paling ringan .
Konsekuensi dari dakwaan subsider terhadap pembuktiannya :
bahwa pembuktian dimulai dari dakwaan primer, apabila dakwaan primer tidak
terbukti dilanjutkan dengan dakwaan yang subsider, apabila dakwaan subsider tidak
terbukti maka membuktikan dakwaan yang lebih subsider lagi. Apabila dakwaan
primer sudah terbukti maka dakwaan lain tidak perlu dibuktikan lagi.

3
4. Dakwaan Kumulatif, dalam dakwaan ini terdakwa didakwakan beberapa TP yang
tiap-tiap TP tersebut harus dibuktikan seluruhnya sebab TP tersebut merupakan TP
yang berdiri sendiri. Biasanya disebutkan dakwaan pertama, kedua, ketiga...

5. Dakwaan Kombinasi/gabungan, terdakwa serempak didakwa melakukan


beberapa TP yang disusun dalam beberapa macam dakwaan yaitu dakwaan tunggal,
dakwaan alternatif, dakwaan kumulatif secara sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai