Anda di halaman 1dari 15

Penuntutan

Ps 1 butir 7 tindakan PU utk melimpahkan perkara pidana ke PN yg


berwenang dlm hal dan menurut cara yg diatur dlm UU ini dgn
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.
 Wiryono Projodikoro: menuntut seorang terdakwa di muka hakim
pidana adalah, menyerahkan perkara seorang terdakwa dgn berkas
perkaranya kpd hakim, dgn permohonan spy hakim memeriksa
dan kemudian memutuskan perkara pidana itu thd terdakwa.
 Ps 137,  PU berwenang melakukan penuntutan thd siapapun yg
didakwa melakukan st delik dalam daerah hkmnya dgn
melimpahkan perkara ke penadilan ybw mengadili.
Jika menurut pertimbangan PU:

 St perkara tdk cukup bukti-bukti utk diteruskan ke pengadilan atau;


 Perkara tsb bkn merupakan st delik, mk PU membuat st penetapan
mengenai hal itu (ps 140 ayat 2 huruf a, diberitahukan kpd
terSangka dan bl ditahan wajib dibebaskan (ps 140 ayat 2 huruf b,
turunan ketetapan tsb diberitahukan kpd ………..,  SPPP.
 PU menutup perkara demi kepentingan hkm, 76,77,78
PU dpt menggabungkan perkara dgn satu surat dakwaan, syarat-
syaratnya:
1. bbrp TP yg dilakukan oleh seorang yg sama dan kepentingan
pemeriksaan tdk menjadikan halangan thd penggabungannya;
2. Bbrp TP yg bersangkut paut satu dgn yg lain

3. Bbrp TP yg tdk bersangkut-paut satu dgn yg lain akan ttp ada hubungannya, yg
dlm hal ini penggabungan tsb perlu bg kepentingan pemeriksaan.
Bersangkut-paut  dlm penjelasannya:
1. Oleh lebih dr seorang yg bekerja sama dan dilakukan pd saat yg bersamaan;
2. Oleh lebih dr seorang pd saat dan tempat yg berbeda, akan ttp merupakan
pelaksanaan dr permufakatan jahat yg dibuat oleh mereka sebelumnya;
3. Oleh seorang/lebih dgn maksud mendptkan alat yg akan dipergunakan utk
melakukan delik lain atau menghindarkan dr dari pemidanaan karena delik lain.
PU juga bs melakukan pemecahan perkara (splitsing) menjadi lbh dr satu,  dlm
hal menerima satu berkas perkara yg memuat bbrp TP yg dilakukan oleh bbrp
tersangka.
Surat Dakwaan
Pengertian surat dakwaan
 HIR surat tuduhan (acte van beschuldiging)

 Surat gugatan kl dlm tuntutan perdata, persamaan keduanya

mrpkan dasar bg hakim utk melakukan pemeriksaan,


perbedaannya surat gugatan disusun oleh pihak yg
dirugikan , surat dakwaan oleh PU (jaksa tdk tergantung pd
kemauan korban (kecuali dlm delik aduan.
 A. Karim Nasution, st surat/akta yg memuat st perumusan dr

TP yg dituduhkan, yg smtr dpt disimpulkan dr surat2


pemeriksaan pendahuluan yg mrpkn dsr bg hakim utk
melakukan pemeriksaan yg bl ternyata ckp terbukti terdakwa
dpt dijatuhi hukuman
 M Yahya Harahap, st surat yg memuat rumusan TP yg
didakwakan kpd terdakwa yg disimpulkan dan ditarik dr hsl
pemeriksaan penyidik, dan mrpkn dsr serta landasan bg
hakim dlm pemeriksaan di muka sidang pengadilan.
 Mrpkan dsr penting dlm HAP,  berdsr dakwaan pemeriksaan
persidangan dilakukan.
 PU Berdsrkn BAP pendahuluan oleh penyidik.
 Hakim pd prinsipnya tdk dpt menjatuhkan hkman kpd
terdakwa apbl perbuatan tsb tdk didakwakan oleh PU dlm
surat dakwaannya,  Putusan MA RI No. 321 K/Pid/1983.
Syarat Surat Dakwaan

Surat dakwaan yg diberi tanggal dan ditandatangani serta


berisi:
a. Nama lengkap;  syarat formal  dpt dibatalkan
b. Uraian scr cermat, lengkap dan jelas; syarat materiil 
batal demi hkm.

Cermat: SD dibuat dgn penuh ketelitian dan


ketidaksembarangan serta hati-hati disertai suatu
ketajaman dan keteguhan.
Jelas: tdk menimbulkan kekaburan/keraguan serta serba terang
dan tdk perlu ditafsirkan lagi.
Lengkap: komplit/cukup, tdk ada yg cicir/tercecer/
ketinggalan.
Pentingnya tempus delicti, 

 kejelasan ttg ketepatan pelaksanaan TP yg dilakukan terdakwa,


juga ketentuan ps 78 KUHP  gugurnya penuntutan karena
daluwarsa;
Pentingnya locus delicti,  dlm rangka hubungannya dgn
kompetensi relatif PN.
St SD tdk cermat, jelas dan lengkap shg tdk memenuhi syarat
materiil  dlm praktek:
1) SD tdk jelas dan terang
 memuat scr lengkap unsur2 (bestanddelen) dp TP yg
didakwakan, apabila unsur2 tsb tdk diterangkan scr utuh dan
menyeluruh,  dakwaan kabur (obscurum libellum)  ketidak
jelasan thd TP apa yg dilanggar.
ex. Mencampur adukan unsur penggelapan (372) dan unsur
penipuan (378) menjadi satu shg menjadi satu TP baru.
2) SD terdapat perbedaan antara yg satu dgn yg lain  terdakwa
didakwa “turut melakukan dan turut membantu” melakukan
TP pencurian.
 kata2 yg dipakai dlm SD sebaiknya kata2 sehari-hari yg
mudah dimengerti, ttp bertautan dan bersenyawaan dgn
istilah2 yuridis yg ada dlm UU.

Dlm praktek selain SD memenuhi syarat formil dan materiil, mk


pelimpahan berkas perkara dilakukan oleh jaksa/PU dlm
bentuk model formulir (P-29) utk perkara pidana yg diajukan
scr Biasa (Pid.B), dan formulir model (P-30) utk perkara
pidana scr singkat ((Pid. S), kmdian di pojok kiri atas terdpt
nama “kejaksaan Negeri …” serta di bawahnya  kata2 “utk
keadilan”/”Pro Justitia”
Perubahan Surat Dakwaan

 Atas inisiatif PU/saran hakim


 Perubahan hanya dpt dilakukan sebelum pemeriksaan di sidang
pengadilan, baik dgn tujuan utk penyempurnaan/utk tdk
melanjutkan penuntutannya;
 hanya dpt dilakukan satu kali selambat-lambatnya 7 hari sblm
sidang dimulai;
 Menurut HIR, yurisprodensi, doktrin  dpt diterima perubahan
meliputi:
a. kesalahan mencantumkan waktu dan dan tempat terjadinya
delik dlm SD;
b. perbaikan kata2/redaksi SD shg mudah dimengerti dan
disesuaikan dgn perumusan delik dlm UU;
c. perubahan dakwaan tunggal menjadi dakwaan alternatif asal
mengenai perbuatan yg sama.
Bentuk/Macam-macam Durat Dakwaan

1. Dakwaan tunggal  seorang/lebih terdakwa melakukan satu


macam perbuatan pidana.
 sifatnya sederhana, mudah dibuat karena dirumuskan
satu TP saja.
 PU telah yakin bhw terdakwa telah melakukan TP yg
didakwakan/setidak-tidaknya terdakwa tdk lepas dr jerat TP
yg didakwakan.
 resikonya, apabla gagal dibuktikan PU di persidangan, mk
jelas terdakwa akan dibebaskan (vrijspraak) oleh majelis
hakim.
2. Dakwaan Alternatif, saling “mengecualikan “/relatif/pilihan.
 kata penghubung “atau” antara dakwaan satu dgn yg lain.

3. Dakwaan Komulatif

 Apabila sesorang/lebih terdakwa melakukan lebih dari satu


perbuatan pidana dimana perbuatan tsb harus dianggap
berdiri sendiri-sendiri atau dapat dikatakan tdk ada kaitannya
satu dgn lainnya (ex. pencurian biasa, membawa senjata api
tanpa ijin).
 Ciri utama menggunakan istilah “dakwaan kesatu”, “kedua”

dst.
 Antara dakwaan kesatu, kedua dst berdiri sndiri-sendiri dan

dibuktikan sendsiri-sendiri pula , walaupun pidananya


disesuaikan dgn peraturan ttg delik penggabungan
(samenloop) dlm pasal2 63-71 KUHP.

Dakwaan Subsidiair

 Disusun berlapis-lapis dimulai dari dakwaan terberat sampai


yg ringan berupa susunan secara primer, subsider, lebih
subsider, lebih-lebih subsider dst.
 Hampir sama dgn dakwaan alternatif, perbedaannya:
* Dakwaan alternatif , hakim dpt langsung memilih dakwaan
yg sekiranya cocok dgn pembuktian di persidangan;
*Dakwaan Subsidiair, hakim terlebih dulu mempertimbangkan
dakwaan terberat dahulu (mis. Primer), apbl dakwaan primer
tdk terbukti, kemudian hakim mempertimbangkan berikutnya
(subsider)dan seterusnya, dan sebaliknya apabila dakwaan
primer telah terbukti mk dakwaan selebihnya tdk perlu
dibuktikan lg.
Jaksa membuat SD subsider/alternatif:

1. Yg menentukan dlm proses pidana ialah apa yg


ternyata dlm sidang pengadilan, mungkin dr
pemeriksaan penyidik dgn di dlm sidang keterangannya
berubah, karena hal2 yg blm ketahuan shg dakwaan yg
dibuat semula lalu tdk tepat shg terdakwa hrs
dibebaskan;
2. Jika sdh dibebaskan sukar bg jaksa utk menuntut
terdakwa lg ke muka sidang (nebis in idem);
3. Sekalipun perbuatan yg dituduhkan kemudian tdk
bertentangan dgn asas tsb di atas, namun mengulangi
penuntutan yg sdh kandas di satu pihak merugikan
terdakwa di sisi lain juga tdk baik utk nama kejaksaan
dan keagungan pemerintah.
1. Hakim jgn terlampau cpt mempertimbangkan
pembatalan SD, kecuali kl benar2 wkt dan
tempat serta penyebutan delik yg dilakukan
tdk dsbt. Jk ternyata dakwaan tdk
mengandung st delik, mk sebenarnya bkn
pembatalan SD, ttp putusan lepas dr
tuntutan hkm (onslag van rechvervolging)
2. Hakim hrs memberi wkt pd PU utk mengubah
SD nya sblm hakim menetapkan hr sidang;
3. Hrsnya PP yg menjadi dsr peraturan
pelaksanaan KUHAP, dicantumkan ttg
pembacaan SD oleh PU kpd terdakwa sblm
sidang dimulai;
4. Jika PU membuat perbuatan2 yg berlebih dp
unsur2 (bestanddelen) delik yg didakwakan
dan kemudian ternyata bhw yg berlebih itu
tdk terbukti, hakim tdk perlu membebaskan
terdakwa, asal saja bgn yg sisa sesuai dgn
unsur delik yg didakwakan terlebh dl.

Anda mungkin juga menyukai