Anda di halaman 1dari 28

SEJARAH REKAM MEDIS

(MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN)

Aditya Kurniawan, A.Md.PK.,SKM


PRODI DIII RMIK
UNIVERSITAS DUTA BANGSA
SURAKARTA
A. Sejarah Manajemen Informasi
Kesehatan di Dunia
Manusia prasejarah (neolithicum) ternyata adalah
pelopor praktik MIK yang andal. Berbagai temuan rekaman
kuno tentang tindakan pelayanan kesehatan membuktikan
betapa nilai filosofis “iqra” telah direfleksikan secara baik sekali.
Berarti, sejak ribuan tahun yang lalu para tabib yang juga
merangkap sebagai pimpinan spiritual telah lama mengerti akan
arti pentingnya kesehatan serta berupaya mengabadikan
tindakan pelayanan kesehatan, meski melalui berbagai cara
dengan berbekal fasilitas alam.
Praktik Manajemen Informasi Kesehatan di Masa Lampau
Bangsa Tahun Bukti-Bukti Temuan

Spanyol 25.000-3000 SM Lukisan di gua batu tentang amputasi jari dan


trephinasi
Perancis 15.000 SM Lukisan hewan buruan di gua batu
Indian (Peru) 10.000 SM Tengkorak berlubang akibat praktik trephinasi
Mesir 3000 SM Hieroglif/papirus
Babylonia (Irak 3000-2000 SM Replika organ binatang, lempengan tanah liat dan
Kuno) batu dengan tulisan berbentuk paku (cuneiform)
Informasipada bambu, daun palm yang dipernis
Cina 2737 SM (lacquer), model manusia dari tembaga, gading,
kertas
Informasi pada pahatan di kuil pengobatan dan
Yunani 1100 SM kertas
Informasi pada kertas
India 500 SM Informasi pada kertas/buku
Romawi 160 M Informasi pada kertas
Iran/Irak (Persia) 900 M Informasi pada kulit kayu/daun lontar dengan
Indonesia 800 M bahasa kawi (jawa kuno), sansekerta dan relief
pahatan arca
Bukti di atas merefleksikan bahwa praktik kedokteran dan
MIK senantiasa jalan beriring dari masa ke masa.
Dari bukti temuan di atas tergambar adanya persamaan
praktik kedokteran diantara para tabib/pendeta kuno. Meskipun
permukiman suku kuno Indian di Peru dan Spanyol terpisah oleh
rentang waktu yang panjang serta samudera nan luas (Atlantik),
namun sungguh mengherankan bahwa ternyata banyak suku kuno di
masa lampau juga melakukan juga melakukan trephinasi (brain
surgery). Praktik kedokteran primitif ini dilakukan dengan melubangi
kening pasien jiwa dengan peralatan bedah sehingga roh jahat keluar
dari badan yang sakit. Tidak diketahui berapa jumlah kesembuhan
pasien dengan cara demikian. Namun garis sayatan pada tengkorak
yang diteliti menunjukkan adanya tanda penyembuhan.
Meskipun di masa itu suku-suku belum saling berkomunikasi
namun terdapat kesamaan berfikir dan bertindak berdasarkan kendali
naluri (instinct)
Tabib/pendeta Spanyo kuno juga mampu melakukan amputasi
beberapa jari tangan yang terlukis pada dinding gua batu yang
diduga terjadi pada 7000 SM (zaman batu tua sekitar 25.000 SM)
Lukisan berwarna yang indah dalam gua batu di
Lascaux, Perancis (15.000-10.000 SM) yang menampilkan
lukisan hasil buruan seperti bison, rusa, kuda dan hewan ternak lain
memberikan penafsiran bahwa bangsa Perancis Kuno diduga
berperilaku kesehatan yang baik serta mahir melukis dan berburu.
Lukisan itu diketemukan secara kebetulan tahun 1940 di lorong
bawah tanah oleh beberapa anak laki-laki yang sedang mencari
anjing yang jatuh ke lubang bawah tanah yang akhirnya
mengantarkan mereka ke lorong gua tempat rekaman lukisan itu
berada.
Bangsa Mesir Kuno yang terkenal sebagai bangsa dengan
peradaban yang tinggi juga tersohor dengan praktik kesehatannya.
Bahkan para tabib masa itu juga telah mempraktik MIK bersamaan
dengan lahir dan majunya ilmu kedokteran. Hal ini tidak terlepas
dari jasa besar tabib Mesir Kuno yang amat tersohor yang bernama
Thooth dan diagungkan sebagai dewa, serta Imhotep (3000-
2500 SM) yang dikenal sebagai Bapak Pengobatan (patron of
medisine). Kedua tabib Mesir Kuno itu banyak menulis buku tentang
kesehatan dalam gulungan papyrus (semacam kertas berserat yang
berasal dari tumbuhan di tepi sungai Nil) dengan tulisan berbentuk
simbol gambar yang dinamakan hieroglyph.
Karakter Hieroglyp Abjad Mesir Kuno
Kumpulan papirus medis yang diketemukan umumya tanpa
diketahui nama penulisnya(anonim). Dua buah papirus kuno
anonim yang sangat tersohor yang sebagian besar isinya diduga
karya Imhotep, diberi nama sesuai pemilik barunya yaitu Edwin
Smith (1862) dan Ebers (1872). Papirus Edwin Smith ini
mengisahkan tentang cidera dan pembedahan yang sekaligus
membuktikan betapa ilmu kedokteran masa silam telah begitu
maju. Selain itu terdapat papirus Kahun yang isinya mengenai
kebidanan (1835 SM) yang ditemukan Flinders Petris tahun
1889 M di Fayum, Lahun (Mesir)
Papirus Edwin Smith
papirus Edwin Smith ini dibeli dari Mustafha Agha, di Kairo
1862
Papirus Kahun
ditemukan oleh Flinders Petris 1889, di Lahun
(Mesir)
Selain Mesir, bangsa Yunani Kuno juga tersohor
dengan tabibnya yang bernama Hippocrates (460 SM) atau yang
dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Beliau telah menjalankan
praktik dasar MIK dengan mencatat secara tekun dan cermat hasil
pengamatannya terhadap kondisi pasien. Bahkan tahapan
pengobatan yang dianggapnya penting ditorehkannya pada pilar kuil
pengobatan Yunani.
Sebagai penemu kertas, bangsa Cina mempunyai sejarah
panjang tentang reputasi para tabibnya (sinshe) dalam pengobatan
tradisional. Mereka merekam praktik tradisional akupunktur,
pengobatan dengan ramuan tumbuhan atau binatang tertentu pada
gulungan kertas, kayu, bambu. Sinshe juga merekam „tanda sakit‟
pasien pada model tubuh manusia (dummy) yang terbuat dari
tembaga atau gading. Praktik rekaman melalui dummy juga
dilakukan oleh bangsa Babylonia yang tabu membedah atau
menyentuh pasien terutama wanita.
Dalam masa kejayaan Islam, muncul beberapa tabib modern
Asia Timur yang tersohor, seperti Rhazes dan Ibnu Sina dari
Persia yang membuat banyak buku tentang ilmu kesehatan dari hasil
praktik MIKnya. Tampaknya betapapun majunya ilmu pengetahuan
dan praktik kesehatan masa kini, kesemuanya tidak terlepas dari
riwayat praktik kesehatan masa lampau yang amat bernilai dan
berperan sebagai batu loncatan bagi kemajuan dunia kesehatan masa
kini. Sebagaimana dikatakan oleh Toledo Blade (1998) : “People
who did plastic surgery in India and cataract extractions in Rome 2.000
years ago and brain surgery 10.000 years ago, helped build the foundations
of our modern health-care system. Most amazing is how much they
accomplished, with so little”
Avicenna (980-1037) lahir di
Bukhara, Iran. Nama asli Ibn
Sina. Lengkapnya Abu Ali Al-
Husayin Ibn Abd Allah Ibn Sina
Memang mengagumkan karena meski dengan keterbatasan
yang ada namun bukti berbagai rekaman kesehatan pra-sejarah
menunjukkan betapa para tabib kuno telah memiliki rasa kesadaran
yang tinggi terhadap pencatatan atau praktik MIK. Bahkan saat
mendekati masa masehi para tabib Yunani Kuno seperti
Hippocrates, secara sistematis mencatat tahapan riwayat sakit para
pasiennya. Termasuk menata, mengumpulkan dengan rapi,
mengategorikan jenis penyakit dengan sederhana serta menganalisis
kondisi pasien dengan kecermatan yang tinggi. Padahal seluruh
pekerjaan itu merupakan teknologi dasar praktik MIK masa kini.
B. Sejarah Manajemen Informasi
Kesehatan di Indonesia
Diperkirakan ada sekitar 250 manuskrip (naskah) yang
kebanyakan dari Bali, diantaranya berisi tentang ramuan
pengobatan. Manuskrip ini dicatat dalam daun lontar yang
berukuran 3,5 hingga 4,5 cm sepanjang 35-50 cm.
Biasanya hasil karya itu menggunakan bahasa Jawa Kuno (Kawi),
bahasa Bali termasuk Sansekerta dan lazimnya naskah tanpa
mencantumkan nama penulis (anonim)
Manuskrip
Selain daun lontar, ada beberapa sarana perekam lainnya
yang digunakan dalam tulis-menulis, seperti kayu, kulit kayu, kulit
binatang, bambu. Sayangnya manuskrip yang ada tidak membahas
tentang kesehatan perseorangan pasien. Kalaupun ada, cenderung
tentang khasiat jejamuan bagi kesehatan yang bersifat umum.
Misalnya tentang resep kecantikan, racikan untuk mencegah atau
mengobati penyakit yang berkaitan dengan kesehatan yang banyak
disimpan, diwariskan, dan dirahasiakan secara turun temurun oleh
pengraciknya yang terkadang merupakan keluarga bangsawan atau
kerabat keraton (Jawa)
Berlatarkan sejarah, tampaknya kegiatan rekaman kesehatan
di Indonesia secara tidak langsung terefleksikan melalui kisah yang
terpahat pada relief dinding candi Borobudur yang berasal dari
abad ke-8 sebagai peninggalan dinasti Syailendra. Di relief itu
terdapat sepenggal cerita „riwayat medis‟ yang mengisahkan Sang
Budha yang sedang sakit dan diobati dengan tumbuhan mujarab
tertentu. Meskipun kegiatan tulis-menulis di Indonesia terungkap
telah dilaksanakan sejak abad ke-9-10 namun baru di abad ke-19
rekaman kesehatan baru terlaksana. Penulis manuskrip lazimnya
adalah pendeta yang merangkap sebagai tabib (traditional healer) atau
kaum priyayi yang paham tentang ilmu kesehatan.
Memasuki abad ke-20 di era menjelang kemerdekaan,
tenaga kesehatan Belanda dan dokter Indonesia pribumi masa itu
(lulusan sekolah kedokteran Stovia dari Batavia) dan staf
kesehatannya telah melakukan praktik MIK secara sederhana.
Umumnya rekaman kesehatan ditulis dalam buku register. Rekaman
kesehatan disiapkan, teristimewa jika yang dirawat adalah pejabat
kolonial, tentara dan warga Belanda lainnya atau penduduk kelas
tertentu (priyai, kaum terpelajar, terpandang, pedagang, termasuk
kelompok turunan Cina. Sayangnya rumah sakit di Indonesia belum
pernah ada yang membuat „museum rumah sakit‟ sehingga bentuk
rekaman medis/kesehatan dari masa lampau tersebut tidak pernah
tersimpan.
C. Evolusi Praktik MIK
Dalam kurun waktu yang panjang, praktisi yang
melakukan kegiatan seputar „rekam kesehatan atau rekam
medis‟ sering disalahtafsirkan. Sebutan sebagai praktisi
pelaksana ketatausahaan, kearsipan, menangani gudang arsip
atau kepustakaan, tidaklah tepat. Meski kombinasi beragam
pekerjaan tersebut di atas memang saling menunjang dan
dibutuhkan dalam hampir semua unit kerja yang melayani
kepentingan umum termasuk pada unit kerja MIK.
Ketidaktepatan penafsiran itu membuat sebutan untuk nama
profesi berubah berkali-kali.
Pada tahun 1970-an dunia profesi „medical record librarianship‟
berubah dari sebutan seorang profesioanl „pustakawan‟ menjadi
„administrator‟. Pada tahun 1991 dunia wacana profesi kembali
mendesak agar kesan melaksanakan „manajemen rekam medis‟
sebagai dampak dari kata „administration‟ berganti ke bentuk lain
menjadi manajemen informasi kesehatan. Alasannya adalah karena
tugas utama profesi di masa depan adalah melakukan manajemen
„informasi‟ kesehatan yang berasal dari berbagai sumber informasi
aktivitas pelayanan kesehatan. Tahun 1994 American Medical Record
Association (AMRA) berganti nama American Health Information
Management Association (AHIMA).
Kongres IFHRO (International Federation of Health Records
Organizations) XVI pada tanggal 15-19 November 2010 di Milan –
Italy meresmikan nama baru organisasi profesi menjadi IFHIMA
(International Federation of Health Information Management Associations)
formulir rekam medis :

Formulir rekam medis


Rekam Medis Elektronik

Electronik medical records


Di Indonesia sendiri, kata „medical record‟ semula
diterjemahkan dengan berbagai istilah. Ada yang menyebutnya
sebagai „lis‟ (dari kata Belanda „lijst‟ = daftar), „status‟ atau „catatan
medis‟. Kemudian nama itu berubah menjadi rekam medis (1989)
sesuai usulan Prof. Dr. Anton Mulyono yang saat itu menjabat
sebagai Ketua Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
(disingkat Pusat Bahasa) pada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
Sejak organisasi profesi Perhimpunan Profesional Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia (PORMIKI) didirikan
tahun 1989 oleh Dra. Gemala Hatta, organisasi ini telah
menggunakan kata „informasi‟ sesudah kata perekam medis.
Penggunaan kata „Manajemen Informasi‟ ini telah membawa
perubahan yang bermakna yang semakin nyata tentang apa yang
harus dilakukan seorang profesional.
Sinergi dari kesiapan untuk menerapkan teknologi informasi dan
tuntutan untuk bekerja secara lebih luas, lebih baik dan lebih cepat
dalam mengelola informasi inilah yang menjadi syarat perubahan
yang mendasar bagi profesi MIK kini dan mendatang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai