Anda di halaman 1dari 15

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan akan dapat:


1. Menjelaskan pengertian ukuran tendensi sentral.
2. Menjelaskan pengertian modus, median dan mean serta dapat menggunakan
rumus untuk menentukan modus, median dan mean.
3. Mempraktikkan SPSS untuk menentukan modus, median dan mean.

Pendahuluan
Setiap menganalisis data hasil penelitian, kita perlu menjelaskan beberapa
karakteristik yang muncul dari data yang sifatnya mengelompok. Distribusi frekuensi
hanya mampu untuk menyajikan data dan mengetahui persebaran data. Akan tetapi,
apabila kita hanya menggunakan tabel distribusi frekuensi dalam proses analisis data,
kita tidak dapat melihat keunikan atau gejala yang muncul dari data yang diperoleh.
Kita akan memperoleh sekelompok data tertentu dari sekelompok responden atau
obyek yang diteliti (Sugiyono, 2007: 46). Salah satu teknik untuk menjelaskan sifat
pengelompokan data tersebut adalah dengan menggunakan ukuran tendensi sentral
atau ukuran pemusatan.
Ukuran tendensi sentral merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk melihat
seberapa besar kecenderungan data memusat pada nilai tertentu. Nilai tersebut
dinamakan nilai tunggal atau nilai pusat. Ada tiga jenis ukuran tendensi sentral yaitu:
modus (mode), median dan mean (rata-rata). Penggunaan ukuran tendensi sentral ini
harus memperhatikan skala pengukuran data yang dianalisis. Untuk lebih jelasnya,
berikut disajikan tabel hubungan antara skala pengukuran dengan teknik ukuran
tendensi sentral yang digunakan.

Tabel 3.1 Hubungan ukuran pemusatan dan skala pengukuran


Skala Pengukuran Modus Median Mean
Nominal √ - -
Ordinal √ √ -
Interval dan Rasio √ √ √
Tabel 3.1 menjelaskan bahwa ukuran tendensi sentral yang dapat digunakan untuk
variabel berskala nominal adalah modus, sehingga apabila variabel yang diteliti
berskala nominal, maka kita tidak boleh menggunakan median maupun mean.
Dengan kata lain, pada saat menjelaskan variabel jenis kelamin, kita tidak boleh
menyatakan bahwa ”rata-rata responden berjenis kelamin laki-laki”. Jenis kelamin
tidak mungkin berbentuk pecahan (data kontinum) sehingga tidak dapat dirata-rata.
Modus (Mode)
Modus (Mo) merupakan nilai data yang mempunyai frekuensi terbesar dalam suatu
kumpulan data; atau teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang
sedang populer atau nilai yang sering muncul dalam kelompok tersebut (Sugiyono,
2007: 47). Modus dapat digunakan untuk semua tingkat atau skala data, namun
biasanya modus lebih digunakan dalam skala data nominal. Skala nominal sering
menggunakan modus dikarenakan skala data ini tidak membedakan data secara
hierakhis (bertingkat), sehingga informasi yang diperoleh dari variabel dengan skala
ini adalah modus. Ukuran pemusatan pada skala nominal tidak mungkin berupa nilai
pecahan (data kontinu). Oleh karena itu, ukuran pemusatan untuk skala nominal
adalah modus. Akan tetapi, modus dapat pula digunakan untuk semua skala
pengukuran.
Adakalanya, pada suatu data terdapat dua kasus atau kategori yang mempunyai
frekuensi terbanyak yang sama besar sebanyak dua atau tiga kategori. Untuk kasus
seperti ini, berarti data tersebut mempunyai dua modus atau tiga modus. Distribusi
yang memiliki satu modus dinamakan unimodal, sedangkan distribusi yang memiliki
dua modus dinamakan bimodal. Distribusi data yang memiliki satu modus dan dua
modus bila digambarkan dalam sebuah kurva adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Unimodal (satu modus)

Gambar 3.2 Bimodal (dua modus)

Menentukan nilai modus pada data tunggal


Untuk menghitung modus pada data tunggal, kita cukup mencari data yang
mempunyai frekuensi terbanyak atau terbesar. Contoh: berikut ini adalah tabel
tingkat pendidikan penduduk Desa Sukaindah pada tahun 2006.

1
Tabel 3.2 Tingkat pendidikan penduduk Desa Sukaindah tahun 2006
Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak tamat SD 102 6,24
Tamat SD 320 19,57
SMP 452 27,64
SMA/SMK 369 22,57
Diploma 299 18,29
Sarjana 93 5,69
Jumlah 1635 100
Sumber: Data fiktif.
Modus Tabel 3.2 adalah SMP dengan jumlah 452 orang (27,64%), sehingga dapat
dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sukaindah adalah berpendidikan
SMP.
Menentukan nilai modus pada data berkelompok
Rumus untuk mencari modus pada data berkelompok adalah:

 b1 
Mo = b + p  Rumus 3.1
 1
b + b 2 

dengan:
b : batas-bawah-nyata kelas interval yang memiliki frekuensi terbanyak.
p : panjang kelas interval.
b1 : frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval terbanyak)
dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya.
b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval berikutnya.
(Sugiyono, 2007: 52).
Contoh: lihat contoh Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3. Tabel nilai ujian Statistik Sosial Jurusan Sosiologi
Nilai Frekuensi
50 - 55 4
56 - 61 5
62 - 67 10 b1: 13-10
P = (73-68)+1 68 - 73 Kelas modus 13 b2: 13-6
74 - 79 6
80 - 85 12
86 – 91 5
Jumlah 55
Sumber: Data fiktif
Modus data tersebut dapat ditentukan sebagai berikut:

2
Kelas modus adalah kelas keempat (68-73) karena mempunyai frekuensi terbanyak
(yaitu 13). Nilai modus, nantinya akan berada di antara 67,5 sampai 73,4 (ingat
konsep mengenai batas atas dan batas bawah nyata, lihat Bab 2).
P :6
b : 68-0,5 = 67,5
b1 : 13-10 = 3
b2 : 13-6 = 7
Masukkan ke rumus, sehingga:
 3 
Mo = 67,5 + 6  = 69,3
3+ 7 
Jadi, modus data di atas adalah 69,3.
Median
Median (Md) merupakan nilai yang terletak di tengah bila nilai pengamatan disusun
secara teratur (urut) menurut besarnya, dari kecil ke besar atau sebaliknya. Median
dapat digunakan untuk data dengan skala minimal ordinal. Hal ini dikarenakan, skala
ordinal, interval dan rasio mempunyai sifat membedakan data secara kategorikal
atau berjenjang, sehingga data dapat diurutkan secara kategorikal.
Median merupakan satu nilai yang membagi data menjadi dua bagian sama besar,
masing-masing besarnya adalah 50%. Apabila digambarkan dalam sebuah distribusi
menjadi:

Gambar 3.1 Posisi median dalam sebuah distribusi


Menentukan nilai median pada data tunggal
Untuk mencari median di sebuah kelompok data, langkah pertama adalah kita harus
mengurutkan data dari data terkecil ke data terbesar, atau sebaliknya. Langkah kedua
adalah menentukan posisi median dalam distribusi data dengan menggunakan
rumus:

Md =
1
(n + 1) Rumus 3.2
2
n : Jumlah data
Apabila diandaikan posisi median terletak pada data ke-n,m (baca: n koma m), maka
nilai median dapat ditentukan sebagai berikut:
Md = data ke-n + 0,m (data ke-[n+1] – data ke-n) Rumus 3.3
Contoh:
berikut ini adalah data usia 16 mahasiswa Jurusan Sosiologi:
3
19 20 19 21 22 22 21 19 18 19 21 20 19 19 20 19
setelah diurutkan, data tersebut menjadi:
18 19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 21 21 21 22 22
Posisi median dalam data tersebut adalah:

Median =
1
(16 + 1) = 8,5
2
Posisi median berdasarkan hasil penghitungan tersebut, terletak pada data ke 8,5.
Nilai median selanjutnya dapat ditentukan dengan cara:
Md = data ke-8 + 0,5 (data ke-9 – data ke-8)
Md = 19 + 0,5(20-19)
Md = 19,5.
Jadi median dari data di atas adalah 19,5.

Artinya: 50% mahasiswa berusia kurang dari atau sama dengan 19,5 tahun dan 50%
mahasiwa berusia lebih dari atau sama dengan 19,5 tahun.
Menentukan nilai median pada data berkelompok
Untuk menentukan nilai median pada data berkelompok, kita harus menyusun tabel
distribusi frekuensi kumulatif untuk mempermudah menentukan posisi kelas yang
mengandung median. Rumus untuk mencari median pada data berkelompok adalah:

1 
 n − fb 
Md = b + p 2  Rumus 3.4
 f 
 
dengan:
b : batas-bawah-nyata kelas yang mengandung median (kelas median).
n : jumlah frekuensi total (banyak data).
p : panjang kelas interval.
fb : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median.
f : frekuensi kelas median.
Kita gunakan Tabel 3.3 sebagai contoh. Untuk lebih mudahnya, tabel tersebut disusun
menjadi tabel distribusi frekuensi kumulatif (kurang dari).

4
Tabel 3.4 Tabel nilai ujian Statistik Sosial Jurusan Sosiologi
Nilai Frekuensi Frekuensi Kumulatif
50 - 55 4 4
56 - 61 5 9
62 - 67 10 19
68 - 73 13 32
74 - 79 6 38
80 - 85 12 50
86 – 91 5 55
Jumlah 55
Sumber: Data fiktif

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan kelas yang mengandung
median (kelas median) dengan menggunakan rumus:

Md =
1
(n + 1)
2
sehingga,

Md =
1
(55 + 1) = 28
2
Median pada data tersebut berada pada posisi data ke-28. Data ke-28 pada Tabel 3.4
berada pada kelas ke-4, sehingga kelas median adalah kelas ke-4. Median akan
terletak di antara 67,5 sampai 73,4. Untuk selanjutnya, bisa diketahui:
b : 68-0,5 = 67,5.
n : 55.
p : 6.
fb : 19.
f : 13.

1 
 55 − 19 
Median = 67,5 + 6 2  = 71,42
 13 
 
 
Jadi, median dari data di atas adalah 71,42.

Artinya: 50% mahasiswa memperoleh nilai di bawah atau sama dengan 71,42 dan
50% mahasiswa memperoleh nilai di atas atau sama dengan 71,42.

5
Mean (Me)
Secara statistik, mean (rata-rata hitung; Me) merupakan jumlah nilai seluruh
pengamatan dibagi dengan banyaknya data. Mean hanya dapat digunakan untuk data
dengan skala interval atau rasio.
Pengertian mean dalam kehidupan sehari-hari dapat dijelaskan melalui ilustrasi
berikut: lima orang anak, yaitu Rio, Virda, Eman, Edo, Ely, masing-masing membawa
buah jeruk. Rio membawa 6 jeruk; Virda membawa 7 jeruk; Eman membawa 5 jeruk;
Edo membawa 4 jeruk dan Ely membawa 3 jeruk. Jeruk-jeruk tersebut kemudian
dikumpulkan dan dibagikan kepada lima anak tersebut sama banyak. Jumlah jeruk
yang terkumpul ada 25 buah, sehingga masing-masing anak memperolah 5 jeruk.
Inilah yang dinamakan rata-rata yang sering dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari.

Gambar 3.3 Rata-rata

Rata-rata (mean) di tingkat sampel disimbolkan dengan notasi “ x ” (x bar), sedangkan


rata-rata populasi disimbolkan dengan notasi “ μ ” (myu).

Menentukan nilai mean pada data tunggal


Rumus untuk menentukan nilai mean pada distribusi data tunggal adalah:

Me =
x i
Rumus 3.5
n
dengan:
xi : nilai x ke i sampai ke n.
n : jumlah data.
Sebagai contoh, digunakan Tabel 3.5 berikut sebagai sumber data:

6
Tabel 3.5 Nilai UAS Matematika kelas VI SD Sukaindah 1
Nilai Frekuensi
75 1
76 5
77 5
78 4
79 3
80 5
81 3
82 4
83 2
84 3
85 5
Jumlah 40
Sumber: Data fiktif.
Untuk mempermudah menghitung mean, maka perlu disusun tabel penolong seperti
berikut:
Tabel 3.6 Tabel penolong untuk menghitung mean data tunggal

Nilai Frekuensi Nilai x Frekuensi


75 1 75
76 5 380
77 5 385
78 4 312
79 3 237
80 5 400
81 3 243
82 4 328
83 2 166
84 3 252
85 5 425
40 ∑xi = 3.203

3.203
Maka, mean-nya adalah = 80,08
40
Jadi, nilai rata-rata UAS Matematika kelas VI SD Sukaindah 1 adalah 80,08.
Menentukan nilai mean pada data berkelompok
Cara 1. Menggunakan nilai tengah
Untuk menentukan mean pada data berkelompok menggunakan cara ini, kita harus
menentukan nilai tengah setiap kelas. Nilai tengah dihitung dengan rumus:

7
Batas semu bawah + batas semu atas
Nilai Tengah (x i ) = Rumus 3.6
2
Rumus menentukan nilai mean pada data berkelompok menggunakan nilai tengah
adalah:

Me =
f x
i i
Rumus 3.7
f i

dengan:
∑fixi : jumlah data atau sampel.
xi : nilai tengah setiap interval.
fi : frekuensi tiap kelas interval.
Sebagai contoh, digunakan Tabel 3.3 yang sudah disusun menjadi tabel penolong
untuk mencari mean:
Tabel 3.6 Tabel nilai ujian Statistik Sosial Jurusan Sosiologi
Nilai xi fi fixi
50 - 55 52,5 4 210
56 - 61 58,5 5 292.5
62 - 67 64,5 10 645
68 - 73 70,5 13 916.5
74 - 79 76,5 6 459
80 - 85 82,5 12 990
86 – 91 88,5 5 442.5
Jumlah ∑fi : 55 ∑ fixi: 3955,5
Sumber: Data fiktif
3955,5
Mean dari data tersebut adalah : = 71,92
55
Jadi nilai rata-rata ujian Statistik Sosial Jurusan Sosiologi adalah 71,92.
Cara 2. Menggunakan AM
Nilai mean, selain dapat ditentukan dengan menggunakan cara yang sudah dijelaskan
sebelumnya, dapat juga ditentukan dengan nilai rata-rata pendugaan, atau disingkat
AM (Assumed Mean). Adapun rumus mean menggunakan metode AM adalah:

AM =
1
(b + a ) Rumus 3.8
2

8
x = AM + p 
f.d
Rumus 3.9
n
Keterangan:
AM : rata-rata pendugaan
p : panjang kelas interval
f : frekuensi setiap kelas
d : bilangan penanda posisi AM
b : batas bawah semu kelas yang mengandung d = 0
a : batas atas semu kelas yang mengandung d = 0
n : jumlah total = ∑fi
Untuk memperjelas penggunaan metode AM ini, perhatikan contoh berikut yang
diambil dari Tabel 3.6. Tabel penolong yang digunakan untuk metode AM adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.7 Tabel penolong metode AM
Nilai xi f d f.d
50 - 55 52,5 4 -2 -8
56 - 61 58,5 5 -1 -5
62 - 67 64,5 10 0 0
68 - 73 70,5 13 1 13
74 - 79 76,5 6 2 12
80 - 85 82,5 12 3 36
86 – 91 88,5 5 4 20
Jumlah ∑fi : 55 ∑f.d = 68

Masukkan ke rumus:

AM =
1
(b + a )
2
= (62 + 67 )
1
2
= 64,5

x = AM + p
 f.d
n
 68 
= 64,5 + 6 
 55 
= 71,92

9
Nilai mean menggunakan metode AM ini hasilnya akan sama dengan metode
sebelumnya yaitu 71,92.
Penjelasan:
Pada metode AM ini, kolom “fi.xi” diganti dengan kolom “d”. d merupakan bilangan
penanda. Untuk mengisi kolom d, kita cukup menentukan posisi bilangan “0” (nol)
pada kelas mana saja (bebas). Pada contoh di atas, nilai 0 diletakkan pada kelas ke-3.
Selanjutnya, kelas di atas bilangan 0 diberi nilai “–“ (negatif) secara berurutan, dan
kelas di bawahnya diberi nilai “+” secara berurutan pula.
Pada kolom “f.d”, kita cukup mengalikan kolom f dan d.
Kemudian, tentukan nilai AM dengan rumus di atas. Nilai b dan a pada contoh tersebut
masing-masing adalah b = 62 dan a = 67 karena nilai d = 0 terletak di kelas ke-3.
Hubungan Modus, Median dan Mean
Tempat dan kedudukan modus, median dan mean dalam suatu distribusi sangat
tergantung pada bentuk distribusinya. Pada distribusi normal, ketiga ukuran tendensi
sentralnya (modus, median dan mean) bersekutu (berdekatan) satu sama lain. Hal ini
dikarenakan, pada distribusi normal, median membagi dua data sama banyak pada
frekuensi di atas dan di bawahnya, sehingga fungsi median = mean. Kemudian, karena
modus dalam distribusi normal adalah nilai yang berada pada mean (dekat dengan
mean), maka dengan sendirinya modus itu bersekutu dengan mean. Perhatikan
Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.4 Posisi modus, median dan mean dalam distribusi normal
Secara statistik, pada distribusi normal posisi modus, median dan mean adalah:
Mo = Me = Md Rumus 3.10
Akan tetapi, perlu diingat bahwa, tidak semua distribusi yang letak modus, median
dan mean-nya bersekutu adalah distribusi normal. Semua distribusi normal memang
mempunyai nilai modus, median dan mean yang bersekutu (berdekatan), namun
tidak semua distribusi yang mempunyai modus, median dan mean yang bersekutu
adalah distribusi normal (Hadi, 2004: 55). Berikut ini adalah gambar yang
menunjukkan posisi modus, median dan mean yang bersekutu, namun tidak
membentuk distribusi normal.

10
Gambar 3.5 Posisi modus, median dan mean dalam distribusi tidak normal
Kurva tidak normal juga bisa dibentuk karena posisi modus, median dan mean tidak
sama atau tidak bersekutu. Secara statistik posisinya adalah
Mo  Me  Md Rumus 3.11
Ketiga ukuran pemusatan tersebut juga digambarkan secara empiris sebagai berikut:
Mo + 2Me = 3Md Rumus 3.12
Rumus ini bisa digunakan untuk menguji kecenderungan distribusi data apabila
digambarkan dalam kurva normal.
Kapan Menggunakan Modus, Median dan Mean?
Modus, median dan Mean bisa digunakan pada kondisi-kondisi atau keperluan
tertentu. Kondisi tersebut di antaranya:
1. Mean digunakan sebagai pengukuran tendensi sentral, terutama bila
distribusi mendekati normal, sebab mean mempunyai stabilitas yang terbesar
dan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan statistik berikutnya.
2. Median merupakan nilai variabel yang berada di tengah-tengah dan biasanya
dipandang paling tepat untuk menggambarkan tendensi sentral bila
distribusinya menunjukkan “keistimewaan” atau tidak normal.
3. Modus menjadi alat yang paling sederhana untuk menaksir tendensi sentral
dalam waktu yang singkat (Hadi, 2004: 59).

Menentukan Ukuran Pemusatan menggunakan SPSS


Contoh soal:
Kita gunakan data pada Tabel 3.6.
Langkah Penyelesaian:
Buka lembar kerja SPSS, sehingga muncul menu utama SPSS.
Buka menu “Variable View”, untuk mendefinisikan variabel yang akan diolah. Isilah
dengan ketentuan sebagai berikut:
Name Type Width Decimals Label Values Missing Columns Align Measure

Nilai UAS
n_uas Numeric 3 0 abaikan 0 8 Center Scale
Matematika

Buka menu “Data View”, lalu masukkan data pada Tabel 3.6. Perlu diperhatikan
bahwa data Tabel 3.6 sudah berupa tabel distribusi frekuensi, untuk itu, untuk
memasukkan data ke dalam SPSS, kita juga harus memperhatikan kolom “Frekuensi”
11
pada Tabel 3.6. Apabila kolom “Frekuensi” menunjuk angka 5, maka kita harus
mengetik angka tersebut sebanyak 5 kali ke bawah, sehingga total data ada 40.
Setelah semua data dimasukkan, maka akan terlihat seperti berikut:

Simpan data tersebut dengan nama “ukuran_pemisatan”.


Untuk menentukan ukuran pemusatan, dari menu utama SPSS, klik “Descriptive
Statistics”, lalu pilih “Frequency”, akan terlihat menu kotak dialog sebagai berikut:

Pindahkan variabel “Nilai UAS Matematika” ke kotak “Variables(s)”. Kemudian, klik


“Statistics..” yang ada di bagian atas, lalu akan muncul kotak dialog sebagai berikut:

Klik “Mean”, ”Median” dan ”Mode”. kemudian klik “Continue”, lalu “OK”. Akan muncul
output sebagai berikut:

12
Frequencies

Statistics

Nilai UAS Matematika


N Valid 40
Missing 0
Mean 80.08
Median 80.00
Mode 76 a
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Nilai UAS Matem atika

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 75 1 2.5 2.5 2.5
76 5 12.5 12.5 15.0
77 5 12.5 12.5 27.5
78 4 10.0 10.0 37.5
79 3 7.5 7.5 45.0
80 5 12.5 12.5 57.5
81 3 7.5 7.5 65.0
82 4 10.0 10.0 75.0
83 2 5.0 5.0 80.0
84 3 7.5 7.5 87.5
85 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Interpretasi:
Tabel “Statistics” menunjukkan ukuran pemusatan dari data pada Tabel 3.6. Mean
atau rata-rata sebesar 80,08, median sama dengan 80 dan modusnya adalah 76. Pada
nilai modus, terdapat simbol “a” yang artinya adalah terdapat beberapa nilai yang
berjumlah sama dan terbesar. Nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel Distribusi
Frekuensi di bawahnya, yaitu 76, 77 dan 80 masing-masing berjumlah 5.
Soal Latihan
1. Seorang mahasiswa sedang melakukan penelitian mengenai usia menikah
penduduk di Desa Pasirmerah. Sampel yang diambil adalah sebanyak 40
penduduk yang telah menikah. Data yang terkumpul adalah sebagai berikut:
24 19 18 16 15 16 20 21 20 21 19 26 22
23 24 25 24 26 19 18 15 18 17 19 23 23
22 22 21 23 15 16 19 20 19 15 22 25 25
24
Hitunglah modus, median dan mean dari data tersebut!

13
2. Jurusan Sosiologi melakukan tracer study untuk mengetahui lama masa
tunggu mahasiswa dalam mendapatkan pekerjaan. Masa tunggu merupakan
selang waktu sejak mahasiswa lulus sampai mereka memperoleh perkerjaan.
Sampel yang diambil berjumlah 100 alumni Jurusan Sosiologi yang telah
memperoleh pekerjaan dalam tiga tahun terakhir. Data yang terkumpul
adalah sebagai berikut:
Masa tunggu (dalam bulan) Jumlah
9 – 12 7
13 – 16 15
17 – 20 19
21 – 24 21
25 – 28 13
29 – 32 10
Jumlah 85
Berdasarkan data tersebut, hitunglah: modus, median dan mean!
3. Pak Hans sedang mengadakan evaluasi terhadap kualitas kerja karyawan.
Data yang digunakan adalah data jumlah produk yang dihasilkan setiap
karyawan dalam dua bulan terakhir. Jumlah karyawan Pak Hans adalah 24
orang. Data yang terkumpul adalah sebagai berikut:

Jumlah produk Jumlah


49 – 55 4
56 – 62 7
63 – 69 6
70 – 76 5
77 – 83 2

Berdasarkan data di atas, hitunglah modus, median dan mean-nya!

14

Anda mungkin juga menyukai