Anda di halaman 1dari 20

Teori Dasar

Viskositas

Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk di bawah
tekanan shear. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan terhadap penuangan.
Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah
cara untuk mengukur gesekan fluid. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur
memiliki viskositas tinggi.Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang
mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan – bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.

Viskositas adalah suatu pernyataan “ tahanan untuk mengalir” dari suatu system yang mendapatkan
suatu tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya
mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas dispersi kolodial dipengaruhi oleh bentuk partikel dari
fase dispers. Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem dispersi dengan viskositas rendah,
sedang sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan
antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.( Moechtar,1990)
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru akan
menurun jika temeratur dinaikan. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kebalikan dari
viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur.( Martin,1993 ).

Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu
aliran viskos sebagai :
Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya.
Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s)
dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas.
Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara
kedua bidang tersebut.

Luas area
gaya (F)
V

h distribusi kecepatan

V=0
Gambar 1. Aliran viskos.

Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan
suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang
berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang
bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan
bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk
suatu lapisan – lapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan
geser (s) sebesar F/A yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan
kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan
fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida menjadi :
γ= dv = v
dy h

Pada fluida newtonian perbandingan antara besaran kecepatan geser dan tegangan geser adalah
konstan,

σ = η.γ

σ
η == γ

dimana parameter (h) ini didefinisikan sebagai viskositas absolut (dinamis) dari suatu fluida.
Dengan menggunakan satuan internasional ; N, m2, m, m/s untuk gaya, luas area panjang dan
kecepatan, maka besaran viskositas dapat dinyatakan dengan :

Satuan Pa.s dirasakan terlalu besar dalam prakteknya, maka diguanakan satuan mPa.s, yang lebih
dikenal sebagai cP atau centiPoise
(catatan: 1 Pa.s = 1000mPa.s = 1000cP, 1P=100cP ).

Seperti halnya kerapatan, besaran viskositas berbanding terbalik dengan perubahan temperatur.
Kenaikan temperatur akan melemahkan ikatan antar molekul suatu jenis cairan sehingga akan
menurunkan nilai viskositasnya.

Koofisien Viskositas

Viskositas fluida dilambangkan dengan simbol (baca : eta). Yang berasal dari bahasa yunani.
Tingkat kekentalan suatu fluida dinyatakan oleh koofisien viskositas fluida tersebut. Secara
matematis, koofisien viskositas bisa dinyatakan dengan persamaan.

Sekarang, siapkan amunisi secukupnya… kita akan menurunkan persamaan si koofisien viskositas.
Untuk membantu menurunkan persamaan, kita meninjau gerakan suatu lapisan tipis fluida yang
ditempatkan di antara dua pelat sejajar. Perhatikan gabar d bawah ini :
Lapisan fluida tipis ditempatkan di antara 2 pelat. Gurumuda sengaja memberi warna biru pada
lapisan fluida yang berada di bagian tengah, biar dirimu mudah paham dengan penjelasan
gurumuda. Masih ingat si kohesi dan adhesi tidak ? kohesi tuh gaya tarik menarik antara molekul
sejenis, sedangkan si adhesi tuh gaya tarik menarik antara molekul yang tak sejenis. Gaya adhesi
bekerja antara pelat dan lapisan fluida yang nempel dengan pelat (molekul fluida dan molekul pelat
saling tarik menarik). Sedangkan gaya kohesi bekerja di antara selaput fluida (molekul fluida saling
tarik menarik).

Mula-mula pelat dan lapisan fluida diam (gambar 1). Setelah itu pelat yang ada di sebelah atas
ditarik ke kanan (gambar 2). Pelat yang ada di sebelah bawah tidak ditarik (pelat sebelah bawah
diam). Besar gaya tarik diatur sedemikian rupa sehingga pelat yang ada di sebelah atas bergeser ke
kanan dengan laju tetap (v tetap). Karena ada gaya adhesi yang bekerja antara pinggir pelat dengan
bagian fluida yang nempel dengan pelat, maka fluida yang ada di sebelah bawah pelat juga ikut2an
bergeser ke kanan. Karena ada gaya kohesi antara molekul fluida, maka si fluida yang bergeser ke
kanan tadi narik temannya yang ada di sebelah bawah. Temannya yang ada di sebelah bawah juga
ikut2an bergeser ke kanan. Temannya tadi narik lagi temannya yang ada di sebelah bawah. begitu
seterusnya…

Ingat ya, pelat yang ada di sebelah bawah diam. Karena si pelat diam, maka bagian fluida yang
nempel dengan pelat tersebut juga ikut2an diam (ada gaya adhesi.. jangan pake lupa). Si fluida yang
nempel dengan pelat nahan temannya yang ada di sebelah atas. Temannya yang ada di sebelah atas
juga nahan temannya yang ada di sebelah atas… demikian seterusnya.

Karena bagian fluida yang berada di sebelah atas menarik temannya yang berada di sebelah bawah
untuk bergeser ke kanan, sebaliknya bagian fluida yang ada di sebelah bawah menahan temannya
yang ada di sebelah atas, maka laju fluida tersebut bervariasi. Bagian fluida yang berada di sebelah
atas bergerak dengan laju (v) yang lebih besar, temannya yang berada di sebelah bawah bergerak
dengan v yang lebih kecil, demikian seterusnya. Jadi makin ke bawah v makin kecil. Dengan kata
lain, kecepatan lapisan fluida mengalami perubahan secara teratur dari atas ke bawah sejauh l (lihat
gambar 2)

Perubahan kecepatan lapisan fluida (v) dibagi jarak terjadinya perubahan (l) = v / l. v / l dikenal
dengan julukan gradien kecepatan. Nah, pelat yang berada di sebelah atas bisa bergerak karena ada
gaya tarik (F). Untuk fluida tertentu, besarnya Gaya tarik yang dibutuhkan berbanding lurus dengan
luas fluida yang nempel dengan pelat (A), laju fluida (v) dan berbanding terbalik dengan jarak l.
Secara matematis, bisa ditulis sebagai berikut :

Sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan bahwa Fluida


yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, sebaliknya fluida yang lebih kental lebih sulit
mengalir. Tingkat kekentalan fluida dinyatakan dengan koofisien viskositas. Nah, jika fluida makin
kental maka gaya tarik yang dibutuhkan juga makin besar. Dalam hal ini, gaya tarik berbanding
lurus dengan koofisien kekentalan. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :
Keterangan :

Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m 2 = Pa.s (pascal sekon).
Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (P).
Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan poise digunakan
untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-
zoo-yuh).

1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2

Persamaan Poiseuille

Sebelumnya sudah mempelajari konsep2 viskositas dan menurunkan persamaan koofisien


viskositas. Pada kesempatan ini akan berkenalan dengan persamaan Poiseuille. Disebut persamaan
Poiseuille, karena persamaan ini ditemukan oleh almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (1799-
1869).

Seperti yang sudah gurumuda jelaskan di awal tulisan ini, setiap fluida bisa kita anggap sebagai
fluida ideal. Fluida ideal tidak mempunyai viskositas alias kekentalan. Jika kita mengandaikan suatu
fluida ideal mengalir dalam sebuah pipa, setiap bagian fluida tersebut bergerak dengan laju (v) yang
sama. Berbeda dengan fluida ideal, fluida riil alias fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari mempunyai viskositas. Karena mempunyai viskositas, maka ketika mengalir dalam sebuah
pipa, misalnya, laju setiap bagian fluida berbeda-beda. Lapisan fluida yang berada tengah-tengah
bergerak lebih cepat (v besar), sebaliknya lapisan fluida yang nempel dengan pipa tidak bergerak
alias diam (v = 0). Jadi dari tengah ke pinggir pipa, setiap bagian fluida tersebut bergerak dengan
laju yang berbeda-beda. Untuk memudahkan pemahamanmu, amati gambar di bawah….
Keterangan :

R = jari-jari pipa/tabung

v1 = laju aliran fluida yang berada di tengah/sumbu tabung

v2 = laju aliran fluida yang berjarak r2 dari pinggir tabung

v3 = laju aliran fluida yang berjarak r3 dari pinggir tabung

v4 = laju aliran fluida yang berjarak r4 dari pinggir tabung

r = jarak

Gambar ini cuma ilustrasi saja. Laju setiap bagian fluida berbeda-beda karena adanya kohesi dan
adhesi (mirip seperti penjelasan sebelumnya, ketika kita menurunkan persamaan koofisien
viskositas). Si viskositas bikin fluida sebel…Fluida terseok-seok dalam pipa (tabung).

Agar laju aliran setiap bagian fluida sama, maka perlu ada perbedaan tekanan pada kedua ujung
pipa atau tabung apapun yang dilalui fluida. Yang dimaksudkan dengan fluida di sini adalah fluida
riil/nyata, jangan lupa ya. Contohnya air atau minyak yang ngalir melalui pipa, darah yang mengalir
dalam pembuluh darah dkk… Selain membantu suatu fluida riil mengalir dengan lancar, perbedaan
tekanan juga bisa membuat si sluida bisa mengalir pada pipa yang ketinggiannya berbeda.

Almahrum Jean Louis Marie Poiseuille, mantan ilmuwan perancis yang tertarik pada aspek-aspek
fisika dari peredaraan darah manusia, melakukan penelitian untuk menyelidiki bagiamana faktor-
faktor, seperti perbedaan tekanan, luas penampang tabung dan ukuran tabung mempengaruhi laju
fluida riil. (sstt.. pembuluh darah kita juga bentuknya mirip pipa, cuma ukurannya kecil sekali).
Hasil yang diperoleh Almahrum Jean Louis Marie Poiseuille, dikenal dengan julukan persamaan
Poiseuille.

Sekarang mari kita oprek persamaan almahrum Poiseuille. Persamaan Poiseuille ini bisa kita
turunkan menggunakan bantuan persamaan koofisien viskositas yang telah kita turunkan
sebelumnya. Kita gunakan persamaan viskositas karena kasusnya mirip walau tak sama…. Ketika
menurunkan persamaan koofisien viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat
sejajar dan fluida tersebut bisa bergerak karena adanya gaya tarik (F). Bedanya, persamaan
Poiseuille yang akan kita turunkan sebenarnya menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran
fluida riil dalam pipa/tabung dan fluida mengalir akibat adanya perbedaan tekanan. Karenanya,
persamaan koofisien viskositas perlu dioprek dan disesuaikan lagi.

Karena fluida bisa mengalir akibat adanya perbedaan tekanan


(fluida mengalir dari tempat yang tekanannya tinggi ke tempat yang tekanannya rendah), maka F
kita ganti dengan p1-p2 (p1 > p2).

Potongan2 fluida sangat banyak, sehingga cukup ditulis dengan simbol n saja, biar lebih praktis (n =
terakhir). Laju aliran volume setiap potongan fluida tersebut, secara matematis bisa ditulis sebagai
berikut :

Setiap potongan fluida tersebut berada pada jarak r = 0 sampai r = R (R = jari-jari tabung). Dengan
kata lain, jarak setiap potongan fluida tersebut berbeda-beda jika diukur dari sumbu tabung. Jika
kita oprek dengan kalkulus (diintegralkan), maka akan diperoleh persamaan laju aliran volume
fluida dalam tabung :
Keterangan :

Berdasarkan persamaan Poiseuille di atas, tampak bahwa laju aliran volume fluida alias debit (Q)
sebanding dengan pangkat empat jari-jari tabung (R4), gradien tekanan (p2-p1/L) dan berbanding
terbalik dengan viskositas. Jika jari-jari tabung ditambahkan (koofisien viskositas dan gradien
tekanan tetap), maka laju aliran fluida meningkat sebesar faktor 16. Kalau dirimu mau kuliah di
bagian teknik perledingan atau teknik pertubuhan, pahami persamaan almahrum Poiseuille ini
dengan baik. Konsep dasar perancangan pipa, jarum suntik dkk menggunakan persamaan ini. Debit
fluida sebanding dengan R4 (R = jari-jari tabung). Karenanya, jari-jari jarum suntik atau jari-jari
pipa perlu diperhitungkan secara saksama. Misalnya, jika kita menggandakan jari-jari dalam jarum
(r x 2), maka debit cairan yang nyemprot = menaikan gaya tekan ibu jari sebesar 16 kali.

Persamaan almahrum Poiseuille juga menunjukkan bahwa pangkat empat jari-jari (r4), berbanding
terbalik dengan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa. Misalnya mula-mula darah mengalir
dalam pembuluh darah yang mempunyai jari-jari dalam sebesar r. Kalau terdapat penyempitan
pembuluh darah (misalnya r/2 = jari-jari dalam pembuluh darah berkurang 2 kali), maka diperlukan
perbedaan tekanan sebesar 16 kali untuk membuat darah mengalir seperti semula (biar debit alias
laju aliran volume darah tetap). Coba bayangkan… apa jantung gak copot gitu, kalau harus kerja
keras untuk memompa biar darahnya bisa ngalir dengan debit yang sama… makanya kalau orang
yang mengalami penyempitan pembuluh darah bisa kena tekanan darah tinggi, bahkan stroke
karena jantung dipaksa untuk memompa lebih keras. Demikian juga orang yang gemuk, punya
banyak kolesterol yang mempersempit pembuluh darah. Pembuluh darah nyempit dikit aja, jantung
harus lembur… mending langsing saja, biar pembuluh darah normal, jantung pun ikut2an senang.

Viskometer Rotasi.

Viskometer merupakan peralatan yang dgunakan untuk mengukur viskositas suatu fluida. Model
viskometer yang umum digunakan berupa viskometer peluru jatuh, tabung ( pipa kapile ) dan sistem
rotasi..
Viskometer rotasi silinder sesumbu (concentric cylinder) dibuat berdasarkan 2 standar, system
Searle dimana silinder bagian dalam berputar dengan silinder bagian luar diam dan system Couette
dimana bagian luar silinder yang diputar sedangkan bagian dalam silinder diam. Fluida yang akan
diukur ditempatkan pada celah diantara kedua silinder.
Persamaan matematis untuk menghitung viskositas diturunkan dari hukum newton tentang aliran
viskos.

Gambar 4. Viskometer silinder sesumbu.

Silinder dalam dengan jari – jari rd dan tinggi h berputar dengan kecepatan sudut konstan ()
pada silinder luar dengan jari – jari rl. Gaya (F) yang bekerja terhadap fluida pada jarak r diantara
kedua silinder menghasilkan tegangan geser () pada fluida sebesar :

T merupakan torsi yang bekerja pada fluida yang merupakan hasil kali antara gaya (F)
yang diberikan oleh putaran silinder dalam dengan jarak fluida dari pusat silinder (r).

Kecepatan geser dapat dinyatakan sebagai :

Hubungan antar kecepatan geser dengan tegangan geser mengahasilkan persamaan viskositas untuk
fluida newtonian sebagai :

dimana :
: viskositas absolut
f : kecepatan rotasi silinder dalam
h : tinggi silinder
rd : diameter silinder dalam
rl : diameter silinder luar
T : torsi

HUKUM STOKES

Hukum Stokes merupakan dasar viscositas bola jatuh. Viscositas ini terdiri atas gelas silinder
dengan cairan yang akan diteliti dan dimasukkan kedalam termostat. Untuk mendapatkan viscositas
cairan yang lebih teliti maka diperlukan cairan pembanding. Sebagai bahan pembanding dipakai air.
Setelah tabung diisi air lalu bola peluru dilepaskan dari permukaan a sampai dasar b dan waktu
dicatat missal t1, kemudian percobaan diganti dengan zat cair x umpamanya diperlukan waktu t2.

HUKUM ARCHIMEDES

Hukum Archimedes (+250 sebelum Masehi)


"Jika suatu benda dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan
keatas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut"

Hukum Archimedes (Hukum Pengapungan)


Hukum Archimedes mengatakan bahwa apabila sebuah benda sebagian atau seluruhnya terbenam
kedalam air, maka benda tersebut akan mendapat gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya
sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut. Telah sama-
sama kita ketahui bahwa berat jenis air tawar adalah 1.000 kg/m3, apabila ada sebuah benda yang
terbenam kedalam air tawar; maka berat benda tersebut seolah-olah akan berkurang sebesar 1.000
kg untuk setiap 1 m3 air yang dipindahkan. Konsep ini akan lebih jelas bila diterangkan dengan
gambar dibawah ini.

GAYA BERAT ( GRAFITASI )

Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di
alam semesta. Fisika modern mendeskripsikan gravitasi menggunakan Teori Relativitas Umum dari
Einstein, namun hukum gravitasi universal Newton yang lebih sederhana merupakan hampiran yang
cukup akurat dalam kebanyakan kasus.
Sebagai contoh, bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang
sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk makhluk hidup, dan benda-benda
yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada di luar angkasa, seperti
bulan, meteor, dan benda angkasa lainnya, termasuk satelit buatan manusia.
Beberapa teori yang belum dapat dibuktikan menyebutkan bahwa gaya gravitasi timbul karena
adanya partikel gravitron dalam setiap atom.

Salah satu gaya yang bekerja pada setiap benda yang terletak di permukaan bumi adalah gaya
gravitasi. Gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda di sebut gaya berat (w). Untuk benda yang
mempunyai ukuran (bukan titik. kalau titik tidak punya ukuran), gaya gravitasi yang bekerja pada
benda tersebut sebenarnya bukan cuma satu. Sebagaimana yang telah gurumuda jelaskan di atas,
setiap benda bisa kita anggap terdiri dari banyak partikel alias banyak titik. Gaya gravitasi
sebenarnya bekerja pada tiap-tiap partikel yang menyusun benda itu.

GAYA DAN VEKTOR GAYA

Definisi Gaya adalah kegiatan menarik atau mendorong suatu benda atau objek Gaya merupakan
besaran vektor, apa si yang dimaksud besaran vector itu..???
Besaran vector adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Satuan gaya ya ialah Newton. Serta
Alat untuk mengukur besaran pada gaya adalah dinamometer.
Vektor gaya didefinisikan dengan anak panah ketika panjang anak panah menyatakan besaran gaya
dan arah anak panah menyatakan arah gaya bekerja. Gaya yang bekerja pada benda dapat
mengakibatkan perubahan. Perubahan pada benda yang disebabkan oleh pengaruh gaya adalah:
1. Gaya dapat membuat benda yang semula diam menjadi bergerak.
2. Gaya dapat mengubah arah benda yang bergerak.
3. Gaya dapat mengubah bentuk benda.
4. Gaya dapat mengubah posisi/letak benda.

RESULTAN GAYA

Resultan gaya adalah Hasil perpaduan dua gaya atau lebih dalam satu garis kerja akan
menghasilkan satu gaya pengganti.
Jika gaya F1 dan F2 searah, maka resultannya adalah jumlah kedua gaya itu R = F1 + F2
Jika gaya F1 dan F2 berlawanan arah, F1 > F2 maka resultannya adalah selisih kedua gaya itu dan
arahnya sesuai dengan gaya yang lebih besar R = F1 - F2
Ket ::
F1 = gaya pertama (N)
F2 = gaya kedua (N)
R = resultan gaya (N)

Bilangan Reynolds

Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya
viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, misalnya
laminar dan turbulen. Namanya diambil dari Osborne Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya
pada tahun 1883.

Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang paling penting dalam
mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi lain, untuk
memberikan kriteria untuk menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara
geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai
bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis.

Rumus bilangan Reynolds d definisikan :

NR= ρυD
η
Dimana :
ρ = rapatan masa fluida
v = kecepatan rata-rata
η = viskositas
D = garis tengah pipa

Standar Minyak Pelumas.

Standarisasi minyak pelumas untuk mesin kendaraan bermotor pertama kali dilakukan oleh Society
of Automotif Engineering (SAE) pada tahun 1911 dengan kode SAE J300.
Minyak pelumas dikelompokkan berdasarkan tingkat kekentalannya. Dalam kemasan atau
kaleng pelumas, biasanya dapat ditemukan kode angka yang menunjukkan tingkat kekentalannya,
seperti : SAE 40, SAE 90, SAE 10W-50, dsb. Semakin tinggi angkanya semakin kental minyak
pelumas tersebut. Ada juga kode angka multi grade seperti 10W-50,
yang dapat diartikan bahwa pelumas memiliki tingkat kekentalan sama dengan SAE 10 pada
suhu udara dingin (W= Winter) dan SAE 50 pada udara panas.

Indeks Viskositas.

Kemampuan minyak pelumas untuk mengatasi perubahan nilai viskositas terhadap perubahan
temperatur dikenal dengan istilah indeks viskositas. Nilai indeks viskositas merupakan suatu
besaran yang menyatakan perbandingan relatif antar minyak pelumas yang dinyatakan dengan
persen. Nilai indeks viskositas tinggi, menyatakan bahwa minyak pelumas tersebut
semakin kecil mengalami perubahan nilai viskositas pada range temperatur tertentu, yang
berarti bahwa mutu minyah pelumas tersebut semakin baik.
Berdasarkan standar pengukuran ASTM D567 (American Standart Test and Measurement)
pengukuran nilai IV didasarkan pada
persamaan :

dimana :
L : viskositas pelumas dengan IV=0% @1000F
H : viskositas pelumas dgn IV=100% @ 1000F
U : viskositas pelumas yang diukur pada 1000F

Ciri-Ciri Umum Aliran fluda

1. Aliran fluida bisa berupa aliran tunak (steady) dan aliran tak tunak (non-steady). Maksudnya apa
sich aliran tunak dan tak-tunak ? mirp seperti tanak menanak nasi.. hehe… aliran fluida dikatakan
aliran tunak jika kecepatan setiap partikel di suatu titik selalu sama. Katakanlah partikel fluida
mengalir melewati titik A dengan kecepatan tertentu, lalu partikel fluida tersebut mengalir dengan
kecepatan tertentu di titik B. nah, ketika partikel fluida lainnya yang nyusul dari belakang melewati
titik A, kecepatan alirannya sama dengan partikel fluida yang bergerak mendahului mereka. Hal ini
terjadi apabila laju aliran fluida rendah alias partikel fluida tidak kebut-kebutan. Contohnya adalah
air yang mengalir dengan tenang. Lalu bagaimanakah dengan aliran tak-tunak ? aliran tak tunak
berlawanan dengan aliran tunak. Jadi kecepatan partikel fluida di suatu titik yang sama selalu
berubah. Kecepatan partikel fluida yang duluan berbeda dengan kecepatan partikel fluida yang
belakangan.

2. Aliran fluida bisa berupa aliran termampatkan (compressible) dan aliran tak-termapatkan
(incompressible). Jika fluida yang mengalir mengalami perubahan volum (atau massa jenis) ketika
fluida tersebut ditekan, maka aliran fluida itu disebut aliran termapatkan. Sebaliknya apabila jika
fluida yang mengalir tidak mengalami perubahan volum (atau massa jenis) ketika ditekan, maka
aliran fluida tersebut dikatakan tak termampatkan. Kebanyakan zat cair yang mengalir bersifat tak-
termampatkan.

3. Aliran fluida bisa berupa aliran berolak (rotational) dan aliran tak berolak (irrotational). Wow,
istilah apa lagi ne… untuk memahaminya dengan mudah, dirimu bisa membayangkan sebuah kincir
mainan yang dibuang ke dalam air yang mengalir. Jika kincir itu bergerak tapi tidak berputar, maka
gerakannya adalah tak berolak. Sebaliknya jika bergerak sambil berputar maka gerakannya kita
sebut berolak. Contoh lain adalah pusaran air.
4. Aliran fluida bisa berupa aliran kental (viscous) dan aliran tak kental (non-viscous). Kekentalan
dalam fluida itu mirip seperti gesekan pada benda padat. Makin kental fluida, gesekan antara
partikel fluida makin besar. Mengenai viskositas alias kekentalan akan kita kupas tuntas dalam
pokok bahasan tersendiri.

DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA

Fluida adalah salah satu zat yang menpunyai kemampuan berubah secara kontinyu apabila
mengalami geseran, atau mempunyai reaksi terhadap tegangan geser sekecil apapun. Dalam
keadaan diam atau keadaan keseimbangan,fluida tidak mampu menahan gaya geser yang bekerja
padana, dan oleh sebab itu fluida mudah berubah bentuk tanpa pemisahan massa

Sifat-sifat fluida:

(1).GAS : Tidak mempunyai permukaan bebas, dan massanya selalu berkembang mengisi
Seluruh volume ruangan, serta dapat dimampatkan.

(2).CAIRAN: mempunyai permukaan bebas, dan massanya akan mengisi ruangan sesuai dengan
volumenya, serta tidak termampatkan.

A. DIMENSI: adalahbesaranterukurmewujudkankarakteristiksuatuobyek.1. Massa( m ).2.


Panjang( L ).3. Waktu( t ).

B. SATUAN: adalahsuatustandaryang mengukurdimensi, yang


penggunaannyaharuskonsistenmenurutsistemsatuanyang digunakan.

Sistem satuan internasional (SI)

-SatuanMassa(kg)
-SatuanPanjang(m)
-SatuanWaktu(t)
-SatuanGaya(Newton disingkatN)
-Volume (m3)
-Kecepatan(m/det)
-Percepatan(m/det2)
-Kerja(Joule disingkatJ)
-Tekanan(N/m2) atauPascal (P)

Satuan untuk gaya yang bekerja, didalam Sistem ini diturunkan dari hokum Newton II yaitu :
F=m.a
dimana:
F = gayadalamNewton (N)
m = massadalamkilogram (kg)
a = percepatandalamm/det2(1.1)

atau:

Suatugayasebesar1 N (Newton) mempercepat suatu massa sebesar 1 kg (kilogram) pada harga


percepatan sebesar 1 m/det2.

Dalamhalini:
1kgm=1/g kgf
Karena nilai massa untuk satuan SI (kg) dan satuan MKS (kgm) adalah sama maka dahasilkan :

dimana :g = 9,81 m/det2

Kekentalan (viscosity) dari cairan

Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan
besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi
antara molekul-molekul cairan.

Perubahan bentuk akibat dari penerapan gaya-gaya geser tetap


Agar berlaku umum u/z0 dapat dinyatakan dalam du/dz yag disebut gradient kecepatan.
Maka dalam bentuk differensial dapat dinyatakan :

Disebut Hukum Newton dan kekentalan atau :

Dalam sistem satuan SI, tegangan geser dinyatakan dalam N/m2 dan gradient kecepatan adalah
dalam (m/det)/m maka satuan dari viskositas dinamik adalah :

Adapun persamaan yang digunakan adalah suatu persamaan sederhana yaitu :


Suatu cairan dimana viskositas dinamiknya tidak tergantung pada temperatur, dan tegangan
gesernya proposional (mempunyai hubungan liniear) dengan gradient kecepatan dinamakan suatu
cairan Newton. Perilaku viskositas dari cairan ini adalah menuruti Hukum Newton untuk
kekentalan. Dengan demikian maka untuk cairan ini grafik hubungan antara tegangan geser dan
gradient kecepatan merupakan garis lurus yang melalui titik pusat salib sumbu. Kemiringan garis
tersebut menunjukkan besarnya viskositas.

Cairan yang perilaku viskositasnya tidak memenuhi dinamakan cairan Non Newton. Cairan Non
Newton mempunyai tiga sub grup yaitu :

1. Cairan dimana tegangan geser hanya tergantung pada gradient kecepatan saja, dan walaupun
hubungan antara tegangan geser dan gradient kecepatan tidak linier, namun tidak tergantung
pada waktu setelah cairan menggeser.
2. Cairan dimana tegangan geser tidak hanya tergantung pada gradient kecepatan tetapi
tergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya.
3. Cairan visco-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat pada elastis dan cairan viskus.

Kerapatan Cairan dan kerapatan Relatif

1. Kerapatan Cairan (density)

adalah suatu ukuran dari konsentrasi massa dan dinyatakan dalam bentuk massa tiap satuan volume.
Oleh karena temperatur dan tekanan mempunyai pengaruh (walaupun sedikit) maka kerapatan
cairan dapat didefinisikan sebagai : massa tiap satuan volume pada suatu temperatur dan tekanan
tertentu.

Kerapatan dari air pada tekanan standard/tekanan atmosfer (760 mm Hg) dan temperatur 4oC
adalah 1000 kg/m3.

2. Kerapatan relative

adalah suatu cairan ( specific density ) didefinisikan sebagai perbandingan antara kerapatan dari
cairan tersebut dengan kerapatan air.
Dengan demikian harga ( S ) tersebut tidak berdimensi.Walaupun temperatur dan tekanan
mempunyai pengaruh terhadap kerapatan namun sangat kecil sehingga untuk keperluan praktis
pengaruh tersebut diabaikan.

Berat Jenis

Berat Jenis (specific weight) dari suatu benda adalah besarnya gaya grafitasi yang bekerja pada
suatu massa dari suatu satuan volume, oleh karena itu berat jenis dapat didefinisikan sebagai : berat
tiap satuan volume.

dimana:

γ= berat jenis dengan satuan N/m3 untuk sistem SI atau kgf/m3 untuk sistem MKS
ρ= kerapatan zat, dalam kg/m3 untuk sistem SI, atau kg m (kilogram massa) untuk sistem MKS
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

Kemampatan

Telah diuraikan dimuka cairan merupakan zat yang tidak termampatkan (incompressible). Namun
perlu diperhatikan bahwa cairan dapat berubah bentuk karena tegangan geser atau termampatkan
oleh tekanan pada suatu volume cairan tersebut. Dengan demikian maka untuk kondisi-kondisi
dimana terjadi perubahan tiba-tiba atau perubahan besar dalam tekanan maka kemampatan cairan
menjadi penting. Kemampatan dinyatakan dengan harga K. Harga K untuk air pada temperature 200
C adalah sekitar 2,18 x 109 N/m2 pada tekanan atmosfer dan bertambah secara linier sampai
sekitar 2,86 x 109 N/m3 pada suatu tekanan 1000 atmosfer jadi dalam kondisi pada temperature 200
C.

dimana P adalah tekanan terukur (gage pressure) dalam N/m3. Untuk keperluan praktisair dapat
dipertimbangkan sebagai cairan tak termampatkan (incompressible fluid). Namun ada
pengecualiannya, yaitu fenomena “water hammer”yang terjadi di dalam saluran tertutup apabila
terjadi penutupan katub turbin secara tiba-tiba.

dimana :
K = modulus elastisitas
dp = penambahan tekanan
dV = pengurangan volume
V = volume awal

Tanda (-) di dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa pertambahan tekanan mengurangi
volume.
Karena dV/V tidak berdimensi
maka : K dinyatakan dalam satuan dari tekanan p atau gaya tiap satuan luas. Apabila yang
dipertimbangkan adalah satuan massa cairan maka modulus elastisitas K dapat dinyatakan dalam
persamaan :

Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan untuk suatu permukaan air-udara adalah 0,073 N/m pada temperature
ruangan. Adanya tegangan permukaan tersebut menaikkan tekanan didalam suatu tetesan cairan.
Untuk suatu tetesan cairan dengan diameter D, tekanan internal p diperlukan untuk mengimbangi
gaya tarik karena tegangan permukaan σ, dihitung berdasarkan gaya yang bekerja pada suatu
belahan tetesan cairan.

Gaya-gaya yang bekerja pada tetesan air

dimana:
p = tekanan, dalam(N/m2)
σ= teganganpermukaandalam(N/m)
d = diameter tetesandalam(m)

Kapilaritas

Kapilaritasterjadidisebabkanolehteganganpermukaanolehgayakohesidan adhesi. Hal


inidapatdilihatpadasuatupipavertikaldiameter kecil(pipakapiler) yang
dimasukkankedalamsuatucairan.
Kenaikan dan penurunan kapilaritas

Kenaikan Kapilaritas
Keseimbangan tercapai apabila :

Sehingga kenaikan kapilaritas dapat dihiting yaitu :

Persamaan ini berlaku untuk d<3 mm

Tekanan Uap

Salah satu cara untuk menjelaskan besarnya tekanan uap, diambil suatu pipa diameter kecil berisi
cairan yang ditutup disalah satu ujungnya (tube). Ujung yang satu lagi terbuka dan dibenamkan
didalam suatu bak berisi cairan yang sama dengan cairan didalam pipa, seperti pada gambar.
Penjelasan terjadinya Tekanan Uap

Tekanan atmosfer menahan kolom cairan didalam pipa, tetapi apabila pipa ditarik lebih tinggi,
tekanan diujung atas pipa menurun sampai dibawah tekanan uap. Dalam hal ini cairan akan
melepaskan diri dari ujung pipa. Dengan tekanan pada permukaan dasar pipa sama dengan tekanan
atmosfir, keseimbangan gaya dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara tekanan uap,
tekanan atmosfer dan panjang dari kolom cairan :

dimana :
Pu= tekanan uap dalam Pa (Pascal)
Patm= tekanan atmosfer
A= luas penampang pipa
γ= berat jenis cairan

Tekanan uap jenuh cairan pada temperatur 20oC ditunjukkan di dalam tabel (1.4) dan untuk air
pada temperatur berbeda ditunjukkan di dalam tabel (1.5).

Anda mungkin juga menyukai