Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGIKA: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi E-ISSN: 2579-6518

Volume 23 Nomor 2, Juli 2018: 91-108 P-ISSN: 1410-1289


DOI:10.20885/psikologika.vol23.iss2.art2

Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Alquran dan Hadis

Nanum Sofia
Endah Puspita Sari

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta

Abstract. Happiness is the most essential thing for human life. There are various indicators of
happiness, but there are no indicators that use the Islamic perspective. This study aims to
examine indicators of happiness (al-sa'adah) in an Islamic perspective that refers to and guided
primarily by the Koran and Hadith. This study uses literature studies, by collecting verses from
the Koran and Hadith related to the concepts of happiness in Arabic. The researcher found that
overall, there are 164 verses from 122 letters of the Koran and 24 theorem of hadiths. Based on
the search for arguments and verses related to happiness (al-sa'adah), researchers found 17
indicators of happiness according to the The Qoran and Hadith, namely: Faith and takwa (50
verses), tafaqquh fid-dien (2 verses), pious charity (23 verses), patience (7 verses), thanksgiving
(7 verses), tazkiyatun al-nafs (2 verses), amar ma'ruf nahi munkar (3 verses), jihad fi sabilillah
(5 verses), seeking and receiving the blessing of Allah (10 verses), dzikr (3 verses), get the gift /
mercy from Allah (28 verses), ishlah (7 verses), uswah hasanah (2 verses), seek Allah's
protection (2 verses), surrender (3 verses), reject evil with goodness (3 verses) and keeping
oral and deeds (5 verses).

Keyword: al-sa’adah, happiness, Islamic perspective, The Quran & Hadith

Abstrak. Kebahagiaan merupakan hal yang paling esensial bagi kehidupan manusia. Terdapat
beragam indikator kebahagiaan, namun belum ada indikator yang berorientasi dan
menggunakan perspektif Islam. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menelaah indikator kebahagiaan (al-sa’adah) dalam perspektif Islam yang merujuk dan
berpedoman utama pada Alquran dan Hadis. Penelitian ini menggunakan studi literatur, dengan
cara mengumpulkan ayat-ayat Alquran dan Hadis terkait konsep-konsep kebahagiaan dalam
bahasa Arab. Secara keseluruhan, terdapat 164 ayat dari 122 surat Alquran dan 24 dalil hadis
yang peneliti temukan. Berdasarkan penelusuran dalil dan ayat terkait kebahagiaan (al-
sa’adah), peneliti menemukan 17 indikator kebahagiaan menurut Alquran dan Hadis, yaitu iman
dan takwa (50 ayat), berpegang teguh pada agama (tafaqquh fi al-dien) (2 ayat), berbuat baik
(amal saleh) (23 ayat), sabar (al-shabr) (7 ayat), syukur (al-shabr) (7 ayat), penyucian jiwa
(tazkiyatun al-nafs) (2 ayat), menyeru pada kebaikan dan melarang kemungkaran/perbuatan
buruk (amar ma’ruf nahi munkar) (3 ayat), berjuang di jalan Allah (al-jihad fi sabilillah) (5 ayat),
mencari dan mendapat rida Allah (10 ayat), mengingat Allah (al-dzikr) (3 ayat), mendapat
karunia/rahmat Allah (28 ayat), memperbaiki diri (al-ishlah) (7 ayat), memberi teladan (uswah
hasanah) (2 ayat), mencari perlindungan Allah (2 ayat), berserah diri (3 ayat), menolak
kejahatan dengan kebaikan (3 ayat) serta menjaga lisan dan perbuatan (5 ayat).

Keyword: al-sa’adah, Alquran & Hadis, kebahagiaan, perspektif Islam

Korespondensi: Nanum Sofia. E-mail: nanumsofia@uii.ac.id.

91
Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

Salah satu tujuan utama manusia Sumner, & Kahneman dalam Raibley, 2012),
hidup di dunia adalah memperoleh dan juga subjective well-being (Diener,
kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan 2000).
konsep yang sangat dan jamak diminati Implikasi dari beragam konsep dan
oleh para peneliti. Sebanyak 668.050 jurnal definisi, menjadikan kebahagiaan memiliki
penelitian tentang kebahagiaan di tahun berbagai tolak ukur. Konsep kebahagiaan
2015 terdokumentasi dalam berbagai dapat ditelusuri kemunculannya sejak
jurnal, di antaranya Ebscohost 6.945 sebelum masehi dari pemikiran Filsuf
penelitian, Jstor sebanyak 171.067, Oxford Yunani Kuno, Kyrene di masa Aristippos
Journals 18.296, serta ProQuest tercatat (sekitar 433-355 SM) bahwa kenikmatan
memiliki dokumentasi terbanyak yaitu itu bersifat badani. Konsep inilah yang
471.742. Minat yang besar untuk meneliti disebut hedonic (hedone [Yunani]: nikmat,
kebahagiaan ini disebabkan bahwa hakikat kegembiraan). Hedonisme merupakan
hidup manusia adalah untuk memperoleh aliran yang mengusung kenikmatan sebagai
kebahagiaan. kebaikan tertinggi, berharga. Hal yang
Sayangnya, tidak semua manusia utama adalah bukan sifat nikmatnya,
memahami hakikat kebahagiaan yang melainkan jumlah nikmatnya (Ahnan,
sesungguhnya. Kebahagiaan bersifat 2014).
abstrak. Definisinya pun sangat subjektif Konsep kebahagiaan kemudian
dan beragam. Dalam Perspektif Barat, para dikembangkan oleh Aristoteles (384-322
pakar yang tertarik dengan konsep utama SM) dengan pemikiran yang berbeda.
psikologi positif ini seringkali menggunakan Aristoteles menjelaskan bahwa tindakan
istilah yang berbeda-beda dalam dan hidup manusia selalu memiliki arah,
mendefinisikan atau menggunakan konsep tujuan antara, dan tujuan akhir. Adapun
kebahagiaan. Seligman merupakan tokoh tujuan tertinggi manusia (tujuan akhir atau
atau ahli yang banyak mempengaruhi utama) ialah kebaikan. Kebaikan tertinggi
penelitian tentang kebahagiaan dengan dari manusia disebutnya sebagai
konsepnya yang terkenal “authentic kebahagiaan. Lebih lanjut, Aristoteles
happiness” (Seligman 2013). Tokoh lain mendefinisikan kebahagiaan sebagai
menggunakan istilah yang sama, mirip, atau tindakan jiwa yang selaras dengan
juga berbeda namun bermakna sama, yaitu keutamaan sempurna, yang dalam bahasa
episodic happiness yang dicetuskan oleh Yunani disebut sebagai psyche (jiwa yang
Feldman (2010), Kekes (Rahmat, 2004); rasional) dan arête yaitu keutamaan sebagai
emotional state theory of happiness (Davis, manusia yang baik berupa keutamaan

92 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

moral dan intelektual (Garvey, 2010). 1985), serta alat ukur kesejahteraan
Pemikiran Aristoteles ini kemudian dikenal psikologis lain yang dikumpulkan oleh
dengan konsep eudaimonia (dari bahasa Schiaffino (2003) yang memuat beberapa
Yunani yang berarti kebahagiaan). alat ukur yaitu The Affect Balance Scale
Bertolak dari dua perspektif di atas, (ABS), General Health Questionnaire (GHQ-
muncullah konsep-konsep kebahagiaan di 12), Life Satisfaction Index-A (LSI-A),
masa kini yang bersumber dari perspektif Rosenberg Self-Esteem Scale, Satisfaction
hedonic dan eudaimonic, misalnya konsep with Life Scale (SWLS), serta State-Trait
well-being. Tak berhenti sampai di sini, Anxiety Index (STAI).
pemikiran tentang kebahagiaan kian Menariknya, pengukuran kebaha-
variatif dan memiliki tolak ukur yang giaan pun mulai bergeser cakupannya, tak
beragam. Beberapa pakar mendesain lagi bersifat personal, melainkan global.
pengukuran kebahagiaan melalui faktor Dikutip Hartanto (2007), seorang psikolog
ektsernal dan sebagian yang lain melalui sosial bernama Adrian White dari
faktor internal. Beberapa pakar yang fokus Universitas Leicester Inggris menerbitkan
terhadap aspek internal kebahagiaan ialah Peta Kebahagiaan Dunia (Global Map of
Seligman (2013), dalam buku Beyond Subjective Well-Being) dengan
Authentic Happiness, bahwa kebahagiaan menggunakan data-data dari United
diukur dari kepuasan hidup seseorang. Nations of Educational, Scientific, and
Semakin tinggi tingkat kepuasan, maka Cultural Orgnization (UNESCO), The New
tingkat kebahagiaan individu semakin Economics Foundation, World Health
tinggi. Demikian juga dengan Diener (1985; Organization (WHO), United Nations High
2000) yang mengembangkan alat ukur Commissioner for Refugees (UNHCR),
subjective well-being yang melihat ranah Latinbarometer, bahkan data Central
kognitif dan afektif. Watson, Clarck dan Intellegence Agency (CIA). Melibatkan 80
Tellegen (1988) juga berusaha mengukur ribu responden, penelitian kebahagiaan ini
kebahagiaan yang berasal dari dalam diri mengaitkan dengan tingkat kesehatan,
individu berupa afek positif dan afek negatif kemakmuran, dan pendidikan warga suatu
yang diukur melalui PANAS scale. Selain alat negara. Berdasarkan pemetaan itu,
ukur di atas, banyak sekali alat ukur Denmark merupakan negara terbahagia
kebahagiaan (happiness) yang lain seperti sedunia. Di sisi lain, Burundi merupakan
Oxford Happiness Inventory (Hill & Argyle, negara yang paling tidak bahagia jika
2002), Subjective Happiness (Lyubomirsky dibandingkan dengan negara-negara lain.
& Lepper, 1999), serta Satisfaction with Life Sementara itu, Indonesia berada di urutan
Scale (Diener, Emmons, Larsen and Griffin, ke-64 dunia. Malaysia di urutan ke-17,

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 93


Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

Australia ke-26, dan Papua Nugini di urutan bangsa (unsdsn.org, 2015). Hasilnya, Swiss
ke-86. menjadi negara di peringkat pertama yang
Tak ingin kalah dari Inggris, masyarakatnya dianggap paling bahagia di
Amerika Serikat melalui laporan survey dunia, diikuti oleh Islandia, Denmark,
pertamanya di tahun 2012 membuat Norwegia, Kanada, Finlandia, Belanda dan
laporan “World Happiness Report” yang Swedia. Amerika sendiri berada di urutan
bertujuan mengukur kebahagiaan suatu ke-15. Sedangkan negara-negara yang
negara dalam rangka membantu warganya dianggap paling tidak bahagia hingga
guna membuat kebijakan publik (Chirzhin, kurang dan cukup bahagia (The saddest —
2015). Lembaga survey yang dimotori er, least "happy") ialah Togo, Burundi, Syria,
Helliwell, Layard, dan Sach (2017) dari Benin dan Rwanda (Boyer, 2015).
University of British Columbia ini secara Survei tentang kebahagiaan yang
berkala mengukur kebahagiaan negara- dilakukan organisasi United Nations Social
negara di dunia menggunakan tiga elemen Development Solution Network (UNSDSN)
kebahagiaan, yaitu melalui evaluasi hidup di USA bukannya tanpa landasan keilmuan.
(life evaluation), afek (affect), serta Salah satu kunci utama penelitian ini justru
kepuasan hidup (eudaimonic). Hasilnya, didasarkan pada penelitian psikologis dan
Norwegia, Denmark, Islandia, Swiss, serta neurosains yang menganjurkan bahwa
Finlandia, secara urut menjadi 5 negara menjaga otak tetap “bahagia” mampu
paling bahagia di dunia pada tahun 2017, membantu empat hal: 1) tetap positif, 2)
sementara Indonesia berada di urutan ke- menyembuhkan perasaan negatif, seperti
81. Hasil survey ini berubah di tahun 2019, kesedihan atau kemarahan, 3) peduli dan
yang mendudukkan Indonesia di posisi ke- menghabiskan waktu bersama keluarga dan
92 (turun 11 angka) dengan negara teman-teman, serta 4) tetap waspada,
terbahagia yaitu Finlandia. meski ada sensasi kekaguman atau
Survey kebahagiaan dalam cakupan kegembiraan (Brodwin, 2015). Penilaian
besar lainnya dilakukan oleh Sustainable kebahagiaan ini juga menggunakan
Development Solutions Network (SDSN), pengukuran yang lain, yaitu Gross Domestic
sebuah yayasan di Amerika Serikat, yang Product (GDP) per kapita (ekonomi),
menganalisis 185 negara melalui pengu- dukungan sosial, harapan hidup dan
kuran terhadap kemampuan ekonomi kesehatan, kebebasan dalam mengambil
rakyatnya, neuroscience, statistik kependu- pilihan dalam hidup, kedermawanan,
dukan, serta gambaran tingkat kesejah- persepsi terhadap korupsi, dystopia
teraan subjektif yang secara efektif (melihat masa depan dengan buram), dan
digunakan untuk mengukur kemajuan warisan (Boyer, 2015).

94 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

Pemaparan di atas menggambarkan oleh peneliti dengan menggandeng


bahwa penelitian dan perhatian terhadap mahasiswa untuk melakukan mini research
kebahagiaan tidak pernah surut. Pun dalam guna menggali faktor-faktor yang
konteks Islam, penelitian tentang mempengaruhi kebahagiaan. Dari 927
kebahagiaan juga kerap dilakukan. responden, faktor utama yang
Sayangnya kontinuitas penelitian dan mempengaruhi kebahagiaan adalah
perhatian terhadap kebahagiaan yang keluarga, disusul materi, dan kemudian
dilakukan peneliti atau psikolog muslim di hubungan sosial (Sofia, 2015).
negara muslim, masih berkutat pada Terlihat bahwa pemikiran dan
konseptualisasi teoritis semata, atau penelitian di atas hampir semuanya sebatas
bahkan memperdebatkan perbedaan mewacanakan konsep kebahagiaan saja,
paradigma konsep kebahagiaan itu sendiri, belum secara eksplisit membuat indikator
dan menggunakan tolak ukur Barat. pengukuran kebahagiaan yang berlandas-
Sejatinya, definisi konsep kebahagiaan telah kan Alquran dan Hadis. Penelaahan
dicetuskan oleh banyak ilmuwan Islam, di indikator kebahagiaan yang merujuk pada
antaranya oleh al-Ghazali, al-Farabi, Hasan Alquran dan Hadis menjadi penting agar
Hanafi, Ibnu Sina, Ibnu Misykawaih dan pengukuran kebahagiaan menjadi pas dan
Ibnu Bajjah. tepat bila diterapkan di kalangan
Selain itu, beberapa penelitian masyarakat muslim. Dengan demikian,
kebahagiaan dalam konteks Islam juga penelitian ini bermaksud menelaah
pernah dilakukan, di antaranya oleh indikator-indikator kebahagiaan yang
Joshanloo (2013) dengan artikel berjudul “A merujuk pada Alquran dan Hadis yang
Comparison of Western and Islamic diharapkan dapat menjadi cikal bakal
Conception of Happiness”; Ninin (2015) pembuatan alat ukur kebahagiaan versi
tentang “The Servant Self-The Ideal Islam di masa mendatang.
Personality for Health and Happiness: A
Konseptualisasi Kebahagiaan (Sa’adah)
Study on Related Verses in the Quran”;
Banyak ilmuwan muslim
Arifin (2015) meneliti kebahagiaan dengan
mendefinisikan makna kebahagiaan, baik
artikel berjudul “The Psychology of
ilmuwan klasik hingga ilmuwan masa kini.
Happiness according to Imam Al-Ghazali: Its
Ibnu Miskawaih mendefinisikan kebaha-
Relevance in Understanding Today’s Human
giaan berdasarkan dua bentuk, yaitu
Happiness”; ada pula Hamdan (2016) yang
pertama, kebahagiaan badan (materi) yang
meneliti tentang “Konsep Happiness ditinjau
berada pada tataran yang rendah dan tidak
dari Psikologi Positif dan Psikologi Islam”.
abadi atau bersifat sementara dan kedua
Survei studi pendahuluan juga dilakukan
kebahagiaan jiwa. Kebahagiaan materi

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 95


Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

mengandung penyesalan, kepedihan, dan Rahmat (2004), yang mengatakan bahwa


menghambat perkembangan jiwa kepada kebahagiaan dapat dicapai melalui empat
Allah swt. Berbeda dari itu, kebahagiaan cara yaitu: (1) memahami bahwa segala
jiwa merupakan kebahagiaan sempurna sesuatu yang terjadi di dunia bersifat
yang mengantar manusia menuju derajat sementara; (2) penderitaan terjadi karena
malaikat (Miskawaih, 1999). ada keinginan, hasrat, nafsu, yang harus
Jika Ibnu Miskawaih mensyaratkan dipuaskan; (3) untuk mengakhiri
kebahagiaan jiwa dan raga (badan/materi) penderitaan, orang harus mengakhiri atau
sekaligus, al-Ghazali (2001; 2017) lebih menghentikan keinginan agar jalan menuju
menekankan bahwa esensi kebahagiaan nirvana (kebahagiaan, kebebasan) menjadi
hanya terletak pada jiwa, yang dapat terbuka; dan (4) nirvana dicapai dengan
diperoleh melalui pengenalan terhadap diri, iman dan latihan ruhaniah.
Allah, dunia, dan akhirat. Manusia dianggap Hidayat (2013) menjelaskan bahwa
berbahagia jika mampu mengenali empat kebahagiaan memiliki tahapan yang disebut
hal tersebut. Dari keempat pengenalan ‘tangga kebahagiaan’. Tangga pertama, ialah
tersebut, kebahagiaan jiwa yang tertinggi kesenangan fisik (physical pleasure), yaitu
(atau puncak kebahagiaan) pada manusia bahwa kebahagiaan manusia lebih bersifat
ialah jika ia mampu mengenal Tuhannya fisik. Manusia selalu mengejar kenikmatan
(ma’rifatullah). Dengan mengenal fisik, sebagaimana menonjol dalam
Tuhannya, maka manusia seakan tidak lagi kehidupan hewani, seperti minum, seks,
membutuhkan apapun di dunia, karena rasa aman. Tangga kedua, yaitu
kebahagiaan jiwanya telah tercukupi kebahagiaan intelektual (intellectual
dengan kedekatannya dengan Yang Maha happiness). Pada tataran jiwa insani, yang
Kuasa. ikonnya adalah intelektualitas, seseorang
Kebahagiaan (al-sa’adah) tidak akan akan menemukan kebahagiaan hidup bukan
dicapai manusia secara tiba-tiba atau apa dari makan, minum, dan seks (kebahagiaan
adanya (taken for granted). Diperlukan fisik), melainkan lebih abstrak, yaitu
cara-cara agar manusia mampu mencapai kebahagiaan intelektual, bukan lagi
kebahagiaan hakiki yang menjadi kesenangan fisik. Kebahagiaan saat lulus
tujuannya. Jika al-Ghazali dalam bukunya ujian atau memperoleh pengalaman
“Kimia al-Sa’adah” (2001; 2017) intelektual yang lain akan lebih abadi
menjelaskan bahwa kebahagiaan dapat dibanding dengan sekedar kebahagiaan
diraih saat manusia mampu mengenal diri, fisik. Orang tua yang lanjut usia, yang
mengenal Tuhan, mengenal dunia, dan sebagian besar fisiknya sudah menurun,
mengenal akhirat, maka lain halnya dengan akan tetap bisa meraih kebahagiaan

96 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

intelektual dengan kegiatan membaca buku, term dan konsep kebahagiaan (al-saadah)
menulis, ataupun mengajar. sebagaimana termaktub dalam Alquran
Pada intinya, kebahagiaan yang maupun Hadis inilah yang dieksplorasi
diraih jiwa insani memiliki potensi untuk dalam penelitian ini. Untuk itulah
terus berkembang. Tangga ketiga, yakni diperlukan telaah term-term dan konsep-
kebahagiaan moral (moral happiness), yaitu konsep dalam Alquran dan Hadis guna
kebahagiaan akan muncul jika pengalaman menemukan indikator kebahagiaan yang
hidup individu bisa disalurkan kepada secara eksplisit muncul dalam ayat Alquran
generasi selanjutnya, tidak untuk dirinya dan dalil Hadis.
sendiri. Tangga ketiga ini memperjelas
bahwa kebahagiaan justru diperoleh dan Metode
lebih bermakna jika seseorang memberi, Desain penelitian

bukan menerima. Implikasi dari Penelitian ini menggunakan metode

kebahagiaan moral ini menurut Hidayat studi literatur dengan Alquran dan Hadis

(2013) kemudian menjadi lebih luas lagi, sebagai rujukan utama, sementara

yaitu tangga keempat, kebahagiaan sosial pemikiran para tokoh dan mufasir menjadi

(social happiness). Saat individu berbagi rujukan tambahan dalam memperkuat

dengan orang lain, secara tidak langsung ia pemahaman tentang konsep dan seleksi

tengah membangun relasi sosial. Sebuah ayat-ayat kebahagiaan (al-sa’adah). Peneli-

penelitian sosial menunjukkan, salah satu tian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap

pilar kebahagiaan hidup adalah jika pertama, peneliti menggunakan pendekatan

seseorang memiliki teman atau komunitas tekstual/linguistik dengan cara menelusuri

yang baik, yang dimulai dari keluarga. arti melalui pencarian arti dari akar kata,

Namun, hidup yang dibatasi hanya dalam yaitu secara etimologis (melalui pencarian

jaringan keluarga juga tidak cukup sehingga akar kata dari ilmu shorof) dan secara

seseorang senantiasa memerlukan relasi terminologis yang digali dari Alquran dan

sosial dalam masyarakat. Di dalam Hadis serta sumber-sumber rujukan

masyarakat inilah, sesungguhnya sumber lainnya.

kebahagiaan hidup teraktualisasikan, Kedua, peneliti melakukan pendeka-

misalnya dengan menolong maupun tan tematik (thematic approach) dari ayat-

berbagi kepada sesama teman. ayat Alquran dan Hadis melalui metode

Konsep kebahagiaan sebagaimana tafsir mawdhu’i (tafsir tematik) yang

dijelaskan di atas merupakan hasil dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu:

pemikiran dan pemaparan para ahli. 1) peneliti melakukan penelusuran ayat

Apakah pemikiran tersebut selaras dengan yang dilakukan dengan menggunakan


aplikasi “Zekr” yang dapat diunduh di

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 97


Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

Microsoft Office maupun Macbook. yang bermakna “berbahagia, beruntung”.


Penelusuran ayat dilakukan setelah sebe- Dalam lafal yang lain disebutkan sebagai
lumnya dilakukan seleksi kata yaitu al- sa’ada-yas’adu-sa’dan-su’uudan, yang
sa’adah dan sinonimnya, serta kata lain bermakna (hari) baik, mujur, atau tidak sial.
yang mirip atau yang memiliki “makna Dalam konteks ini, yang dimaksud al-
bahagia”; 2) menghimpun ayat-ayat al- sa’adah ialah adalah sebagaimana tertulis di
sa’adah dan term lain yang semakna; dan awal, yaitu sa’ida-yas’adu-su’ida-sa’aadatan
memahami kandungannya; 3) memahami alias berbahagia atau beruntung,
korelasi ayat-ayat untuk memahami konsep kegembiraan, keceriaan.
al-sa’adah secara global; 4) setelah didapat Secara terminologis, lafal al-sa’adah
pemaha-man tersebut, maka dilakukan memiliki banyak makna jika ditelusuri dari
penyusunan indikator al-sa’adah; akar kata sa’adah. Di antaranya ialah (hari)
5) melengkapi pembahasan dengan Hadis- baik, mujur, tidak sial (sa’ada-yas’adu-
Hadis yang relevan dengan pokok bahasan sa’dan-su’uudan), tanda baik, mujur, tak sial
agar lebih komprehensif. Adapun tafsir (sa’uda-as’udu-su’uudan), menolong
tematik yang peneliti lakukan bukan dalam (saa’ada), yang berbahagia (mas’uud, atau
rangka menafsirkan ayat-ayat sebagaimana masaa’id), ketua atau kepala (as-saa’id),
yang dilakukan para mufasir, melainkan yang menolong atau membantu (musaa’id),
hanya untuk memahami konteks dari ayat- serta pertolongan (musaa’adah) (Yunus,
ayat tersebut. 2007). Dalam Jami’u al-huquq al-mahfudzah
(2011) al-sa’adah merupakan lawan kata
Hasil dari syaqiyya yang bermakna sedih atau
Seleksi ayat (Alquran) tidak bahagia.
Rekonstruksi konsep kebahagiaan Secara bahasa, lafal al-sa’adah di
menurut perspektif Islam dalam penelitian dalam Alquran memiliki beragam term atau
ini didasarkan pada Alquran dan Hadis. istilah yang mirip atau memiliki makna
Berikut ini ialah hasil telaah konsep-konsep yang kurang lebih sama. Di antaranya ialah
kebahagiaan melalui pendekatan tekstual falah (kemenangan) yang dalam tafsir al-
atau linguistic approach (etimologis dan Azhar dimaknai sebagai kebahagiaan
terminologis) serta pendekatan konseptual: (Hamka, 2015), fauz (kemenangan), farah
(bahagia), suruur (kebahagiaan), busyro
1. Pendekatan tekstual (linguistic approach)
(kabar gembira), tuuba (berbahagia,
Secara etimologis, dalam kamus
sentosa), toyyib (yang baik, yang bagus),
Arab-Indonesia versi Yunus (2007) akar
hasanah (yang baik), serta al-salaam
kata al-sa’adah berasal dari kata sa’ida)‫(سعد‬-
(kedamaian, keselamatan). Penelitian yang
yas’adu )‫ )يسعد‬su’ida )‫ ) سعد‬sa’aadatan ( ‫( سعادة‬

98 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

dilakukan Sholihah (2016) membatasi semua term di atas untuk kemudian


definisi kebahagiaan hanya dalam tiga memahami makna dan menyeleksi ayat-
konsep saja, yaitu falah (kemenangan), ayat yang dapat dirujuk dalam pembuatan
farah (kegembiraan), dan fauz aitem-aitem pada alat ukur sa’adah ini
(kemenangan). Sementara, penelitian Fuad dengan menambahkan beberapa term yang
(2016) sedikit lebih komprehensif, yaitu merujuk pada makna bahagia, yaitu busyro
menggunakan istilah falah (kemenangan), (kabar gembira) dan surur (kegembiraan).
farah (kegembiraan), fauz (kemenangan),
2. Pendekatan konseptual melalui telaah
tuubaa (berbahagia), thoyyib (yang baik),
Alquran dan Hadis
saiid/sa’aadah (kebahagiaan), hasanah
Penelusuran secara rinci ayat-ayat
(kebaikan), barakah (berkah), as-salaam
sa’adah diperoleh 164 ayat Alquran dan 24
(kedamaian, keselamatan), muthmainnah
Hadis yang terangkum di bawah ini:
(ketenangan), as-syarh (kelapangan), serta
sakiinah (kedamaian, ketenangan). Dalam
penelitian ini, peneliti menggabungkan

Tabel 1. Term atau konsep-konsep al-sa’adah berdasarkan akar kata dan sinonimnya
Konsep-konsep al-Sa’adah &
term yang
No Sumber/Rujukan dalil
berdekatan/memiliki makna
sama/mirip

1. Saiid/Sa’adah: ‫( سعﯿد‬yang QS. Huud: 105, 108.


berbahagia)
2. Falah, yang bersumber dari kata: QS. as-Syams: 9, al-A’la: 14, Thaha: 64, dan al-Mu’minun:
‫( ﻗد اﻓﻠﺢ‬sungguh berbahagia) 1.

3. Falah, yang bersumber dari QS. al-Baqarah: 5, 189; ali Imran: 104, 130, 200; al-Maidah:
kata: ‫( مفﻠحون‬orang-orang yang 35, 90, 100; al-An’am: 21,135; al-A’raf: 8, 69, 157; al-
berbahagia/beruntung) Anfaal: 45; at-Taubah: 88; Yunus: 17,69,77,23; an-Nahl:
116; al Kahfi:20; Thaha: 69; al-Hajj: 77, al-Mu’minun: 102,
117; an- Nur: 31, 51; al-Qashash: 67,82; ar-Ruum: 38;
Luqman: 5; al-Mujadalah: 22; al-Hasyr:9; al-Jum’ah: 10;
dan at-Taghabun: 16.

4. Farah: ‫( ﻓرح‬senang) QS. Ali Imran: 120, 170, 188; al-An’am: 44; at-Taubah: 50,
81; Yunus: 22, 58; Huud: 10; ar-Ra’du: 26,36; al-
Mu’minun: 53; an-Naml: 36; al-Qashash: 76; ar-Ruum; 4,
32, 36; al-Ghafir: 75,83; asy-Syuuraa: 48; dan al-Hadiid: 23.

5. Fauz: ‫( ﻓوز‬keberuntungan) QS. an-Nisa: 13, 73; al-Maidah: 119; al-An’am: 16; at-
Taubah: 72, 89, 100, 111; Yunus: 64; al-Ahzab: 71, ash-
Shaffat: 60; al-Ghaafir: 9; ad-Dukhan: 57; al-Fath: 5; al-
Hadid: 12, ash-Shaff: 12; at-Taghabun: 9, dan al-Buruj: 11.

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 99


Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

Konsep-konsep al-Sa’adah &


term yang
No Sumber/Rujukan dalil
berdekatan/memiliki makna
sama/mirip

6. Suruur: ‫( سرور‬kegembiraan) QS. Al-Insyiqaq: 9, 13. Al-Insan: 11.

7. Tuubaa: ‫( طوبي‬berbahagia) QS. Ar-Ra’du: 29.

8. Busyro: ‫( بشري‬kabar gembira) Q.S. An-Naml: 2; Huud: 69, 74; Al-Furqon: 22; Az-Zumar:
17; An-Nahl: 89, 102; Yunus: 64, Al-An’am: 48; An-Nisa’:
165; Al-Ankabut: 31; Ali Imron: 126; Al-Anfal: 10; Al-
Ahqaf: 12; Al-Baqarah: 97, 21; Yusuf, 19; Al-Kahfi: 56.

9. Toyyib/Baik, dari kata: ‫حﯿاة طﯿبة‬ QS. an-Nahl: 97.


(kehidupan yang baik)
10. Hasanah: ‫( حسنة‬kebaikan, yang QS. at-Taubah: 50; ar-Ra’du: 6,22; an-Nahl: 30,41,122,125;
baik) an-Naml: 46,89; al-Qashash: 54, 84; al-Ahzab: 21; az-
Zumar: 10; Fushshilat: 34; as-Syuura: 23; dan al-
Mumtahanah: 4,6.

11. Barakah: ‫( برﻛة‬keberkahan) QS. al-A’raf: 96; Huud: 48, 73; an- Nahl: 127.

12. Salam/Aslam: ‫( سﻼم‬keselamatan) QS. al-Maidah: 16; al-An’am: 125, 127; al-A’raf: 46; at-
Taubah: 74; Yunus:10, 25; Huud: 48,69; ar-Ra’du: 24;
Ibrahim: 23; Al-Hijr: 46, 52; an-Nahl: 32, Maryam:
33,47,62; Thaha: 47; al- Anbiyaa: 69; al-Furqaan: 63,75;
an-Naml: 59; al-Qashash: 55; al-Ahzab: 44; Yaasiin: 58; as-
Shaffat: 79, 109, 120, 130; az-Zumar: 22, 73; az-Zuhruf: 89;
al-Hujuurat: 17; Qaaf: 34; adz-Dzaariyyat: 25; al-Waaqi’ah:
91; al-Hasyr: 23; as-Shaff: 7; dan al-Qadr: 5.

13. Sakiinah: ‫( سﻜﯿنة‬ketenangan/ QS. al-Baqarah; 248 dan al-Fath: 4, 18.


ketenteraman)
14. Muthmainnah: ‫( مﻄﻤﺌنة‬yang QS. Ali Imran: 126; al-Maidah: 113; al-Anfaal: 10; ar-Ra’du:
tenang) 28; an-Nahl: 112; dan al-Fajr: 27.

15. Syarh: ‫( ﺷرح‬lapang) QS. Al-An’am: 125; an-Nahl: 106; Thaha: 25; az-Zumar: 22,
dan al-Insyirah: 1.

Adapun rujukan hadis yang berhasil Definisi konseptual dari


peneliti kumpulkan bersumber dari sahih penelusuran di atas ialah bahwa al-sa’adah
Bukhari no: 64 (sama dengan no 454), 97, bermakna “berbahagia, beruntung”, (hari)
1054, 1088, 1274, 2924, 5071, dan dari baik, mujur, atau tidak sial, kegembiraan,
sahih Muslim no: 12, 1656, 1944, 4745, dari keceriaan, tanda baik, mujur, menolong,
sahih Imam Ahmad, no: 1367, 1368, 1518, ketua atau kepala (as-saa’id), yang
2860, 3596, 4036, hadis yang diriwayatkan menolong atau membantu (musaa’id), serta
oleh Ibnu Abbas, Anas bin Malik, serta pertolongan (musaa’adah) dan merupakan
beberapa hadis muttafaq alaih. lawan kata dari syaqiyya yang bermakna

100 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

sedih atau tidak bahagia. amar ma’ruf nahi munkar, mencari rida
Berdasarkan hasil telaah dalil-dalil Allah dan mendapatkan rida Allah, jihad
yang bersumber dari Alquran, maka dapat jiwa dan harta, Ishlah (memperbaiki diri,
dijelaskan bahwa ayat-ayat yang membahas bertaubat, meminta ampun) mencari
masalah kebahagiaan dari term al-sa’adah perlindungan Allah (berdoa), zikir
hanya ditemukan dua ayat saja. (mendekatkan diri kepada Allah), mendapat
Penelusuran term lain yang sinonim dan petunjuk, mendapatkan rahmat/karunia
mirip atau memiliki makna sama dengan al- Allah, berserah diri, uswah hasanah (suri
sa’adah kemudian dilakukan dan ditemukan teladan), menolak kejahatan dengan
sebanyak 14 term dengan jumlah sebanyak kebaikan serta menjaga lisan dan
162 ayat. Sementara itu, hasil penelusuran perbuatan.
dalil Hadis diperoleh sebanyak 24 Hadis. Indikator kebahagiaan tersebut
diperoleh melalui pengkategorian atau
Pembahasan pencarian kata kunci dari masing-masing
Berdasarkan penelusuran ayat-ayat ayat dan dalil hadis melalui telaah tematik
Alquran dan Hadis di atas, diperoleh yang tersirat dari masing-masing ayat.
indikator kebahagiaan sebagai berikut, Berikut ini ialah kategorisasi ayat atau dalil
yaitu iman-takwa, tafaqquh fid-dien, amal berdasarkan indikator yang ditemukan:
saleh, sabar, syukur, tazkiyatun al-nafs,

Tabel 2. Indikator-indikator kebahagiaan (al-sa’adah) hasil analisis tematik


No Indikator Rujukan

1. Iman-takwa QS. Al-Mukminun: 1, 117; Al-Baqarah: 5, 97, 189, 248; Ar-


Ruum: 38; Al-Hajj: 77; At-Taghabun: 9, 16; Al-Ankabut: 31;
As-Shaffat: 60; Al-Ghafir: 83; Ar-Ra’du: 36; Thaha: 47, 69; Al-
Anfal: 10; Ali Imran: 130, 200, Az-Zumar: 10, 17, 73; Al-
Maidah: 35, 90, 100, 119, Al-An’am: 21, 48, 135; An-Nahl: 32,
116; An-Naml: 2, 59; Al-Anbiya’: 69; Al-Qashash: 67, Al-Fath:
4; Al-A’raf: 96, 157, An-Nur: 31, 51; An-Nisa: 13, 165; Al-
Ahzab: 71; Al-Hadid: 12; Al-Insyiqaq: 9; Al-Kahfi: 56; Hud: 48,
74; Yunus: 64; Al-Hijr: 46; serta Sahih Ahmad no. 1367, 4036;
Sahih Muslim no. 12, 1656, 1944, dan Sahih Bukhari no. 97,
1088, 5701, dan muttafaq alaihi

2. Berpegang teguh pada Al-Kahfi: 20; An-Nahl: 106; serta Sahih Ahmad no 1518 dan
agama (tafaqquh fi al- 3596
dien)

3. Berbuat kebaikan (amal Al-Baqarah: 5; Ar-Rum: 38; At-Taghabun: 9, 16; Al-Anfal: 10;
saleh) Al-Ahqaf: 12; Al-Waqi’ah: 91; Maryam: 33, 47; Al-A’raf: 8; Al-
Mukminun: 102; Al-Mujadalah: 22; Al-Hasyr: 9; An-Nahl: 30,
97; As-Syuraa: 23; An-Naml: 89; Yunus: 10, Ibrahim: 23; Al-
Buruuj: 11; Ar-Ra’du: 29; Al-An’am: 125, 127; Sahih Bukhari

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 101


Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

No Indikator Rujukan

1274, 5701, Sahih Muslim no. 1656

4. Sabar (sabr) Ali Imran: 120, 126, 200; Ar-Ra’du: 24; al-Furqan: 75; An-
Nahl: 127: Az-Zumar: 10

5. Syukur (syukr) Al-A’raf 8, 69; Al-Qashash: 82; Yunus: 22, 58; Ar-Rum: 34; As-
Syura: 48; An-Nahl: 112; Al-Insyiqaq: 13

6. Penyucian jiwa As-Syams: 9; At-Taubah: 50


(tazkiyatun al-nafs)

7. Menyeru/mengajak Ali Imran: 104; An-Nahl: 125; Al-A’raf: 157


kepada kebaikan dan
menolak kemunkaran
(amar ma’ruf nahi
munkar)

8. Berjihad/berjuang di Al-Maidah: 35; At-Taubah: 81, 88, 111; As-Shaff: 12


jalan Allah (Al-Jihaadu
fii sabiilillah)

9. Mencari dan mendapat Al-Maidah 16, 119; At-Taubah: 72, 89, 100, 111; Al-Fath: 18;
ridha Allah Al-Insan: 11; Al-Mumtahanah: 6; Al-A’raf: 46

10 Mengingat Allah Al-Anfal: 45; Al-Jumu’ah: 10; Ar-Ra’du: 28; Sahih Bukhari no.
(dzikrullah) 97

11. Mendapat An-Naml: 36; Al-Qashash: 76; Al-Mukminun: 53; Al-Jumu’ah:


rahmat/karunia Allah 10; Al-An’am: 16; Ad-Dukhan: 57; Hud: 48, 69, 73, 108: Al-
Ahzab: 44; Yasin: 58; Ad-Dukhan: 57; As-Shaffat: 79, 109, 130:
Al-Hujurat: 17; Az-Zumar: 22; Al-Fath: 18; Al-Ghafir: 9; Al-
Insyirah: 1; Ar-Rum: 36; Al-Hadid: 23; Ar-Ra’du: 26; Thaha:
47; Yunus: 25; Al-An’am: 125; Luqman: 5; Sahih Ahmad no.
1368, 1483, 2860, 4037; HR. Ibnu Abbas, Sahih Bukhari no.
2924

12. Memperbaiki diri Al-Qashash: 67; An-Naml: 46; At-Taubah: 4, 74; Al-An’am: 48;
(ishlah) Al-Baqarah: 213; An-Nahl: 41, Sahih Ahmad no. 4036

13. Memberi suri teladan Al-Ahzab: 21; Al-Mumtahanah: 4


(uswah hasanah)

14. Mencari perlindungan Al-Anfal: 10; Hud: 105; Sahih Bukhari no. 64
Allah

15. Berserah diri An-Nisa: 73; An-Nahl: 89, 102

16. Menolak kejahatan/ Al-Qashash: 54, 84; Fushilat: 34


keburukan dengan
kebaikan

17. Menjaga Lisan dan Maryam 62, Al-Furqan: 63; Al-Qashash: 55; Ali Imran: 120,
Perbuatan 188

102 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

Dari 17 indikator, hanya indikator cara ma’rifatullah (mengenal Allah).


iman dan takwa yang paling banyak disebut Ma’rifatullah hanya dapat dicapai bila
di dalam Alquran dengan 50 ayat yang manusia meningkatkan iman dan takwa.
tercakup dalam 30 surat dan 9 hadis. Hasil telaah ini dikuatkan dengan penelitian
Indikator kedua yang paling banyak disebut meta analisis yang dilakukan Stark dan
ialah mendapat rahmat/karunia Allah yaitu Maier (2016) yang melibatkan 28 penelitian
sebanyak 28 ayat yang tercakup dalam 24 dari 556 penelitian, membuktikan bahwa
surat dan 6 hadis, disusul dengan indikator kebahagiaan berkorelasi dengan
amal saleh sebanyak 23 ayat yang tercakup religiusitas. Dengan demikian, kebahagiaan
dalam 19 surat dan 3 hadis. Hal ini pada hakikatnya tidak akan terlepas dari
mengindikasikan bahwa kebahagiaan di unsur ketuhanan (religiusitas-spiritualitas)
dalam Islam sangat erat kaitannya dengan sebagai fitrah dasar manusia.
iman dan takwa kepada Allah serta karunia- Dalam konteks ini, peneliti
Nya. menyimpulkan bahwa indikator pertama
Berdasarkan indikator pertama, termasuk dalam kebahagiaan ukhrawi
yaitu iman dan takwa, menyiratkan bahwa (kebahagiaan akhirat) jika mengacu pada
hakikat kebahagiaan manusia berada di pandangan al-Ghazali (2001; 2017) dan
dalam jiwa dengan cara mendekatkan diri masuk dalam kebahagiaan spiritual
kepada Allah. Cara mendekatkan diri (spiritual happiness) jika mengacu pada
kepada Allah dalam beberapa ayat di pendapat Hidayat (2013). Kebahagiaan
indikator ini disebutkan melalui salat spiritual (spiritual happiness) yang
malam, salat tahajud, berpuasa, dimaksud Hidayat (2013) ialah bahwa
mengerjakan perintah Allah dan menjauhi sikap, perilaku, dan pikiran manusia
larangan-Nya, mengikuti sunah Rasul, senantiasa tertuju hanya kepada Allah,
mencintai Allah dan rasul-Nya, tidak membaca ayat-ayat Allah dan melangkah
musyrik, tidak bermaksiat kepada Allah, kemana pun selalu dalam rangka
menutup aurat, ghaddu al-bashar (menjaga menyebarkan vibrasi salam (kedamaian).
pandangan), menjaga diri dari makanan Pada indikator terbanyak kedua,
haram, serta tidak memakan riba. Dapat yaitu mendapat rahmat/karunia Allah,
dipahami bahwa hanya melalui iman dan dapat diartikan sebagai kebahagiaan
takwalah manusia mendapatkan esensi immateriil dan materiil sekaligus. Beberapa
kebahagiaan yang sesungguhnya. Hal ini rahmat atau karunia yang termaktub dalam
dikuatkan dengan pendapat imam al- ayat-ayat ini di antaranya ialah: mendapat
Ghazali (2001; 2017) bahwa puncak nikmat rezeki, mendapat harta benda,
kebahagiaan tertinggi manusia ialah dengan pasangan atau keluarga yang baik,

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 103


Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

lingkungan sosial yang baik, terjauhkan dari munkar, penyucian jiwa (tazkiyatun al-
fitnah, terlindung dari musibah atau nafs), mengingat Allah (dzikrullah),
bencana, mendapat rahmat iman-Islam, berserah diri, uswah hasanah, mencari
mendapat karunia umur panjang, mendapat perlindungan Allah, jihad fii sabilillah, serta
kemudahan dalam berbuat kebaikan atau tafaqquh fid-dien merupakan proses
kebajikan, mendapat petunjuk dari Allah, pencapaian kebahagiaan yang bersumber
serta mendapat kelapangan dada dalam dari perilaku. Umat Islam sebagai hamba
ber-Islam. Dalam konteks ini, peneliti Allah dalam konteks ini diharapkan mampu
menyimpulkan bahwa indikator mendapat menerapkan perilaku tersebut jika ingin
rahmat Allah masuk dalam kategori mendapat kebahagiaan jiwa yang
kebahagiaan dunia. sesungguhnya. Beberapa penelitian versi
Indikator terbanyak ketiga ialah Barat meneguhkan temuan ini. Di antaranya
amal saleh. Amal saleh atau amal baik yang ialah Watkins, Woodward, Stone, dan Kolts
tersirat dalam ayat-ayat kebahagiaan ini di (2003) yang menemukan bahwa bersyukur
antaranya ialah membantu orang lain, (gratitude) merupakan komponen
mendahulukan orang lain, berinfaq, terpenting dari kebahagiaan.
bersedekah, saling menyayangi sesama dan Kebahagiaan dalam perspektif Islam
juga menyayangi non muslim, mendoakan yang bersumber dari Alquran dan Hadis
kebaikan bagi orangtua dan orang lain, yang dalam hal ini mengacu pada pedoman
menghilangkan kesusahan atau gangguan Islam atau agama, bukan berarti
bagi orang lain, serta rendah hati. Indikator mengecilkan atau mempersempit cakupan
amal saleh inilah yang dalam kebahagiaan penerapan kebahagiaan hanya untuk umat
versi Barat paling ditekankan, yaitu Islam saja. Sebagai agama rahmatan lil
membantu orang lain sebagaimana ‘alamin, kebahagiaan versi Islam yang
penelitian Post (2005) yang menjelaskan bersumber dari Alquran dan Hadis ini dapat
bahwa sikap altruisme merupakan kunci menerobos lintas batas negara, ras,
kebahagiaan dan kesehatan. Hal ini juga geografi, suku, serta gender. Inilah yang
selaras dengan prinsip utilitarianisme disebut sebagai universalitas Islam.
tentang summumbonum, yaitu bahwa guna Pengecualiannya hanya terjadi pada ridha
mencapai kebahagiaan, tindakan manusia Allah dan rahmat Allah, bahwa manusia
harus diarahkan pada asas utility atau yang mendapat ridha Allah dan rahmat-
manfaat (Ahnan, 2014). Nyalah (terutama rahmat iman-Islam) yang
Indikator yang lain, yaitu sabar, akan mendapat kebahagiaan sejati dan
syukur, mencari dan mendapat ridha Allah, paripurna. Pada indikator lain, non muslim
memperbaiki diri (ishlah), amar ma’ruf nahi

104 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

juga bisa meraih kebahagiaan dan diukur _________________ (2017). Majmu’at rasa’il al-
Imam Al-Ghazali: Kimia sa’adah
menggunakan alat ukur versi Islam.
(Al-Thab’ah Al-Sabi’ah). Beirut,
Terlepas dari berbagai kekurangan Lebanon: Dar Al-Khotob Al-
Ilmiyah.
dalam penelitian ini, sebagai studi
pendahuluan, hasil temuan penelitian ini Arifin, M.S. (2015). The psychology of
happiness according to Imam Al-
selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan Ghazali: Its relevance in
dasar pembuatan alat ukur kebahagiaan understanding today’s human
happiness. Iconipsy Book of
menurut Alquran dan Hadis. Abstract. Yogyakarta: The 2nd
International Conference on
Simpulan Islamic Psychology.

Hasil telaah yang dilakukan dalam Boyer, L. (2015). These are the 20 happiest
countries in the world. US News.
penelitian ini melalui eksplorasi dalil-dalil Diunduh dari http://www.usnews.
yang bersumber dari Alquran dan Hadis, com/ news/articles/2015/04/24/
world-happiness-report-ranks-
telah menemukan sebanyak 17 indikator al- worlds-happiest-countries-of-
sa’adah. Eksplorasi ini dilakukan melalui 2015.

penelusuran term al-sa’adah dan term/ Brodwin, E. (2015). Science says these are
the happiest countries in the
konsep lain yang mirip atau memiliki
world. Bussiness Insider. Diunduh
makna sama, dan ditemukan sebanyak 15 dari
http://www.businessinsider.co.id/
term. Dari term-term tersebut, kemudian
new-world-happiness-report-
ditemukan sebanyak 164 ayat Alquran (dari 2015-2015-4/?r=US&IR=T#.
Vvgu03C9yME.
122 surat) dan 24 dalil Hadis yang menjadi
indikator al-sa’adah (kebahagiaan) yang Diener, E. (2000). Subjective well-being:
The science of happiness and a
bersumber dari Alquran dan Hadis. proposal for a national index.
American Psychologist, 55(1), 34-
43.
Daftar Pustaka Diener, E., Emmons, R.A., Larsen, R.J., &
Griffin, S. (1985). The satisfaction
Ahnan, M. (2014). Kebahagiaan dalam with life scale. Journal of
tasawuf: Komparasi pemikiran Personality Assessment, 49, 71-75.
Hamka dan Ghazali. Jurnal Refleksi,
14(1), 67-81. Chirzhin, H. (2015, September). Peace and
happiness, the need of a new
Al-Ghazali, A.H. (2001). Kimiya al-sa’adah: epistemology and textbook writing.
Kimia ruhani untuk kebahagiaan Makalah dipresentasikan pada
abadi (Terjemahan Dedi Slamet Seminar Human Happiness and
Riyadi & Fauzi Bahreisy). Jakarta: Integration of Knowledge,
Zaman. Sidoarjo: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo (UMSIDA).

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 105


Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

Feldman, (2010). Whole life satisfaction Jami’u -al Huquq al-mahfudzah. (2011). Al-
concept of happiness. Chapter five. Munjid fi-al-lughah wa al-a’lam.
Oxford University Press. Diunduh (Al-thab’ah al-rabi’ wa al-arbain).
dari http://www.colorado.edu/ Birut, Lebanon: Dar al-Masyriq.
philosophy/ heathwood/pdf/
feldman_wlsch.pdf. Joshanloo, M. (2013). A Comparison of
western and Islamic conception of
Fuad, M. (2016). Psikologi kebahagiaan happiness. Journal of Happiness
dalam Al-Qur’an: Tafsir tematik STUDIES, 14, 1857-1874.
atas ayat-ayat Al-Qur’an tentang
kebahagiaan (Laporan penelitian). Lyubomirsky, S., & Lepper, H.S. (1999). A
Lembaga Penelitian dan measure of subjective happiness:
Pengabdian Masyarakat, Institut Preliminary reliability and
Agama Islam Negeri Purwokerto. construct validation. Social
Indicators Research, 46, 137-155.
Garvey, J. (2010). 20 karya filsafat terbesar.
Yogyakarta: Kanisius. Ninin, R.H. (2015). The servant self, the
ideal personality for health and
Hartanto, B. (2007). Global map of happiness: A study on related
subjective well-being. Media verses in the Quran. Iconipsy Book
Indonesia. Diunduh dari: of Abstract. Yogyakarta: The 2nd
http://mediaindonesia.com. International Conference on
Islamic Psychology.
Hamdan, S.R. (2016). Konsep Happiness
ditinjau dari Psikologi Positif dan Miskawaih, I. 1999. Menuju kesempurnaan
Psikologi Islam. Makalah akhlak: Buku daras pertama
dipresentasikan pada the 2nd tentang filsafat etika (terjemahan
International Conference on Helmi Hidayat). Bandung: Mizan.
Islamic Psychology, October 9-16,
Yogyakarta, Indonesia. Post, S.G., (2005). Altruism, happiness, and
health: It’s good to be good.
Hamka. (2015). Tafsir al-azhar. Yogyakarta: International Journal of Behavioral
Gema Insani Press. Medicine, 12(2), 66–77.

Helliwell, J.F., Layard, R., & Sachs, J. (2017). Rahmat, J. (2004). Meraih kebahagiaan.
World Happiness Report: 2017. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
_________________ (2019). World Happiness
Report: 2019. Raibley, J.R., 2012. Happiness is not well-
being. Journal Happiness Study, 13.
Hidayat, K. (2013). Psikologi kebahagiaan: 1105-1129.
Merawat bahagia tiada akhir.
Bandung: Noura Books. Seligman, M. (2013). Beyond authentic
happiness: Menciptakan kebaha-
Hills, P., & Argyle, M. (2002). The oxford giaan sempurna dengan psikologi
happiness questionnaire: A positif. Bandung: Penerbit Kaifa PT
compact scale for the Mizan Pustaka.
measurement of psychological
well-being. Personality and Sholihah, I. (2016). Konsep kebahagiaan
Individual Differences, 33, 1073– dalam Al-Qur’an: Perspektif tafsir
1082. Mutawalli As-Sya’rawi dan
psikologi positif (Tesis).
Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, Malang.

106 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018


Indikator Kebahagiaan (Al-Sa’adah) dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

Sofia, N. (2015). Definisi dan faktor-faktor


kebahagiaan (Laporan penelitian,
tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya, Universitas Islam
Indonesia.

Stark R., & Maier, J. (2008). Faith and


happiness. Review of Religious
Research, 50(1), 120-125.

Unsdsn.org. (2016). World happiness report


2015: Ranks happiest countries.
Sustainable Development Solustion
Network. A Global Initiative for the
United Nation. Diunduh dari
http://unsdsn.org/news/2015/04
/23/world-happiness-report-
2015-ranks-happiest-countries/.

Watkins, P.C., Woodward, K., Stone, T., &


Kolts, R.S. (2003). Gratitude and
happiness: Development of a
measure of gratitude, and
relationship with subjective well-
being. Social Behavior and
Personality, 31(5), 431-452.

Watson, D., Clark, L.A., & Tellegen, A.


(1988). Development and
validation of brief measures of
positive and negative affect: The
PANAS scales, Journal of
Personality and Social Psychology,
54(10), 63-70.

Yunus, M. (2007). Kamus Arab Indonesia.


Jakarta: Mahmud Yunus wa
Dzurriyyah.

PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018 107


Nanum Sofia & Endah Puspita Sari

108 PSIKOLOGIKA Volume 23 Nomor 2 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai