A. Pendahuluan
2 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
1
Gisella Arnis Tegar Ramadlon, Nabilah, Herdian, “SUMBER
KEBAHAGIAAN DAN KESEDIHAN DI ERA MILENIAL,” n.d., 177–87.
2
Ilham Nur Yahya, “Konsep Kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram
Sebagai Solusi Mengatasi Masalah Individu,” 2021, 50–65.
3
Erik Ardiyanto, “Hiperrealitas Makna Bahagia Perempuan Karir Generasi
Millennial Abad 21,” Komunika 8, no. 2 (2021): 107–21,
https://doi.org/10.22236/komunika.v8i1.5923.
4
Yahya, “Konsep Kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram Sebagai Solusi
Mengatasi Masalah Individu.”
5
Tahar Rachman, KONSEP KEBAHAGIAAN: STUDI KOMPARASI
PEMIKIRAN AL-GHAZALI DAN SURYOMENTARAM, Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 2018.
6
Sherin Nurlita Widya, Ajaran Kawruh Jiwa dari Ki Ageng
Suryomentaram dan Relevansinya Dalam Praktik Konseling (Universitas Negeri
Malang: Prosiding Seminar Nasional, 2022)
4 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
B. Pembahasan
1. Biografi Ki Ageng Suryomentaram
7
Alimul Muniroh, Kawruh Pamomong Ki Ageng Suryomentaram: Prinsip-
Prinsip Moral untuk Mengoptimalkan Pendidikan Empati pada Anak (Kopertais
Surabaya: Proseding, 2018)
8
Marwan Salahudin And Binti Arkumi, “Aplikasi Amalan Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Dan Hasilnya Sebagai Nilai Pendidikan Jiwa,”
Esoterik 2, No. 1 (March 7, 2017), Https://Doi.Org/10.21043/Esoterik.V2i1.1619.
9
Salahudin And Arkumi.
6 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
guru. Mereka itu adalah kedua orang tua, teman, media hiburan dan
sebagainya. Dengan demikian akhlak yang baik tidaklah tumbuh dengan
sendirinya, tetapi berkembang sesuai dengan perlakuan lingkungannya.
Akhlak yang baik akan tumbuh juga melalui usaha dari orang-
orang di lingkungannya untuk menumbuhkan sikap yang baik pula.
Maka pendidikan akhlak merupakan usaha sadar yang dicoba untuk
membentuk serta membina perilaku diri sendiri dan orang lain mengenai
perangai, tabiat yang harus dimiliki agar berakhlak mulia cocok dengan
ajaran Islam.
14
Ki Ageng Suryomentaram, Kawruh Begja Sawektah Ki Ageng
Suryomentaram Pengetahuan Hidup Bahagia, 2020. Hal 6
15
Suryomentaram. Hal 6
Diatas Bumi dan di bawah langit tidak ada sesuatu yang harus
dicari, dihindari, atau dibicarakan mati-matian. Meskipun demikian
manusia itu tentu berusaha mati-matian mencari, menghindari sesuatu
walapun itu tidak sepantasnya dicari atau dihindari bukankah apa yang
dicari dihindari itu tidak akan menyebabkan orang menjadi bahagia dan
senang selamanya, atau celaka selamanya, Tetapi pada waktu orang
menginginkan sesuatu pasti ia mengira atau berpendapat "Jika
16
Suryomentaram. Hal 7
17
Suryomentaram. Hal 10
8 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
keinginanku tercapai tentu aku akan celaka dan susah selamanya, dan jika
tidak tercapai tentu aku akan celaka dan susah selamanya". pendapat
tersebut jelas keliru.18
b. Mulur
18
Suryomentaram. Hal 12
19
Suryomentaram. Hal 13
20
Suryomentaram. Hal 15
21
Nikmaturrohmah, “Konsep Manusia Ki Ageng Suryomentaram Relevansi
Dengan Pembentukan Karakter Sufistik,” 2016, 56–73.
22
Abdul Muid Nawawi, Mulawarman Hannase, and Abdullah Safei,
Tasawuf Qurani Jawi Ki Ageng Suryomentaram Studi Kawruh Jiwa, Mumtaz:
Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Keislaman, vol. 2, 2019,
https://doi.org/10.36671/mumtaz.v2i2.24.
10 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
c. Mungkret
Setiap rasa susah pun juga tidak pasti dan tetap, karena susah
disebabkan tidak tercapainya suatu keinginan jika tidak tercapai pasti
akan mungkret (memendek atau menyusut) bahwa apa yang diinginkan
menjadi mudah tercapai. Maka timbulah rasa senang jika keinginan itu
sudah terpenuhi. Jadi susah itu tidak tetap. Misalnya orang yang miskin
dan ingin kaya tentunya ia akan memiliki banyak cara untuk
mendapatkannya. Tapi jika keinginannya itu tidak terpenuhi maka pasti
akan mungkret sehingga Menjadi sederhana saja juga senang jika
sederhana saja tidak terpenuhi pasti keinginanya mungket lagi maka
hidup seperti biasa sudah cukup.23
23
Suryomentaram, Kawruh Begja Sawektah Ki Ageng Suryomentaram
Pengetahuan Hidup Bahagia.
24
Nikmaturrohmah, “Konsep Manusia Ki Ageng Suryomentaram Relevansi
Dengan Pembentukan Karakter Sufistik.”
25
Juwita Finayanti and Tyas Martika Anggriana, “Ngudari Reribed:
Internalization of Ki Ageng Suryomentaram’s Values to Increase Mindfulness,”
KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal) 8, no. 1 (2021): 29–38.
Drajat, semat dan kramat bukanlah tujuan dari hidup, tujuan yang
sebenarnya adalah “memayuhayuning bawona” atau menjadi kholifah
Allah di bumi. Menurut islam untuk mencapai tujuan hidup seseoran
tidak memerlukan semat, drajat, kramat. Yang di perlukan adalah
tuntunan Tuhan. Lakukan apa yang bisa kamu lakukan untuk “memayu
hayuning bawana”, maka tuhan tidak akan melepaskanmu, dan akan
memberikan kebahagian yang lebih tinggi dan lebih luas “memayu
hayuning bawana”.26
e. Rasa Sama
Sikap iri adalah merasa kalah terhadap orang lain. Dan orang
sombong adalah merasa menang terhadap orang lain. Iri dan sombong
26
“SEJATINING NGAURIP_ Drajat, Semat, Kramat (1),” n.d.
27
Suryomentaram, Kawruh Begja Sawektah Ki Ageng Suryomentaram
Pengetahuan Hidup Bahagia. Hal 25
28
Nikmaturrohmah, “Konsep Manusia Ki Ageng Suryomentaram Relevansi
Dengan Pembentukan Karakter Sufistik.”
12 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
g. Tentram
29
Government Gazette, “SOMBONG, URGENSI PENYEMBUHANNYA
DAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM” 17997, no. 383 (1998): 2–5.
30
Puri Feriawati and Agus Perry Kusuma, “KETENTRAMAN JIWA
DALAM PERSPEKTIF AL-GHAZALI Idrus,” PENGARUH PENGGUNAAN
PASTA LABU KUNING (Cucurbita Moschata) UNTUK SUBSTITUSI TEPUNG
TERIGU DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG ANGKAK DALAM PEMBUATAN
MIE KERING 15, no. 1 (2020): 274–82.
Ketika belum ada dalam kandungan, yakni ketika ayah dan ibu
31
Suryomentaram, Kawruh Begja Sawektah Ki Ageng Suryomentaram
Pengetahuan Hidup Bahagia. Hal 36
32
Widyarini Nilam, “Kawruh Jiwa Suryomentaram : Konsep Emik Atau
Etik ?,” Journal Buletin Psikologi Volume 18, no. 1 (2008): 46–57.
33
Nikmaturrohmah, “Konsep Manusia Ki Ageng Suryomentaram Relevansi
Dengan Pembentukan Karakter Sufistik.”
14 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
baru mengungkapkan rasa saling suka, itu juga sudah merupakan gejala
bahwa manusia baru hendak lahir, demikian keinginan itu berawal.34
Rasa abadi (raos langgeng). Hukum pergantian susah dan senang, juga
mengenai manusia sejak berabad-abad yang lalu. Sejak masa pra sejarah,
masa kebudayaan nomaden, bercocok tanam, hingga abad modern dengan
peradaban industrinya, manusia tetap mengalami pergantian susah dan
senang.35
34
Suryomentaram, Kawruh Begja Sawektah Ki Ageng Suryomentaram
Pengetahuan Hidup Bahagia. Hal 42
35
Nikmaturrohmah, “Konsep Manusia Ki Ageng Suryomentaram Relevansi
Dengan Pembentukan Karakter Sufistik.”
36
Suryomentaram, Kawruh Begja Sawektah Ki Ageng Suryomentaram
Pengetahuan Hidup Bahagia. Hal 43
37
A Pratisto Trinarso, “Ilmu Kawruh Bejo Ki Ageng Suryamentaram,”
Arete, 2015, 67–82.
38
Muchammad Pria Wahyu Putra, “Persepsi Masyarakat Jawa Mengenai
Penentuan Hari Pernikahan Berdasarkan Petung Weton Desa Tuwiri Kulon
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban,” Jurnal Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2020, 1–64.
39
Abdul Kholik, “Konsep Psikoterapi Kawruh Jiwa” 1, no. 2 (2015),
https://journal.ugm.ac.id/gamajop/article/download/7349/5726.
40
Emmanuel S. Mtsweni et al., “Sikap Pelajar Kawruh Jiwa Menghidapi
Pandemi-19,” Engineering, Construction and Architectural Management 25, no. 1
(2020): 1–9,
http://dx.doi.org/10.1016/j.jss.2014.12.010%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.20
13.03.034%0Ahttps://www.iiste.org/Journals/index.php/JPID/article/viewFile/19288
/19711%0Ahttp://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.678.6911&rep
=rep1&type=pdf%0Ahtt.
16 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
41
Bertrand Russell, Filosofi Hidup Bahagia (Jakarta: Rene Turos Indonesia,
2020).
42
Nina Zulida Situmorang and Fatwa Tentama, “Makna Kebahagiaan Pada
Generasi Y,” Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2018.
43
Khairul Hamim, “Kebahagiaan Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Tasamuh
13, no. 2 (2016): 129–30.
hidup filosofis yang diturunkan secara vertikal dari orang tua kepada anak
melalui nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saling
menghormati antara anak dan orang tua, saling menghormati antara anak
dengan sesama, serta nilai yang menghargai lingkungan alam.44 Jadi
kearifan sosial ini sangat bermakna untuk kebahagiaan manusia, dengan
adanya kearifan sosial yang mengajarkan saling menghargai dapat
menimbukan adanya rasa hidup bahagia.
44
Eliana Yunitha Seran and Mardawani Mardawani, “KEARIFAN LOKAL
RUMAH BETANG SUKU DAYAK DESA DALAM PERSPEKTIF NILAI
FILOSOFI HIDUP (Studi Etnografi: Suku Dayak Desa, Desa Ensaid Panjang
Kecamatan Kelam Permai),” JURNAL PEKAN : Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan 5, no. 1 (2020): 28–41, https://doi.org/10.31932/jpk.v5i1.703.
45
Sari Mawaddahni, “Filosofi Hidup Sebagai Wujud Kearifan Lokal
Masyarakat Adat Kasepuhan Sinar Resmi,” Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian
Kearifan Lokal 9, no. 2 (2017): 1–13, https://doi.org/10.26905/lw.v9i2.1976.
46
Dalam Perspektif and Anton Bakker, “Prinsip Hidup” X, no. 2 (2019).
47
Putu Cory, Candra Yhani, and Made Supastri, “Filsafat Tri Hita Karana
Sebagai Landasan Menuju Harmonisasi Dan Hidup Bahagia,” SRUTI: Jurnal Agama
Hindu 1, no. 1 (2020): 36–44.
18 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
48
Munawir Haris, “Kebahagiaan Menurut Para Philusuf,” Tasamuh: Jurnal
Studi Islam 8, no. Volume 8, Nomor 2, September 2016, 243-264 (2016): 1–14.
49
Nikmaturrohmah, “Konsep Manusia Ki Ageng Suryomentaram Relevansi
Dengan Pembentukan Karakter Sufistik.”
50
Nawawi, Hannase, and Safei, Tasawuf Qurani Jawi Ki Ageng
Suryomentaram Studi Kawruh Jiwa.
20 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
C. Kesimpulan
53
Krisna Yogiswari and Siti Murtiningsih, “Tinjauan Metafisika Anton
Bakker Dalam Prinsip Hidup Orang Jawa Kawruh Begja,” Jurnal Filsafat Indonesia
1, no. 3 (2019): 112, https://doi.org/10.23887/jfi.v1i3.16135.
54
LIU, “Konsep Kebahagiaan Menurut Pemikiran Suryomentaram.”
Daftar Pustaka
22 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705
Kawruh Begja Suryomentaram: Filosofi Hidup Bahagia di Era Mileneal
24 DOI://dx.doi.org/10.24042/jw.v5i1.11705