Anda di halaman 1dari 11

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Etika Abdul Hakim, S.Ag, M.Ag

ETIKA EPIKUROS

Oleh :

RETNO AZZAHRA SALWA DINA 200103030052


SUFIATI 210103030005
NUR ADH DHIYA 210103030147
NORHASANAH 210103030203

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
BANJARMASIN
2023

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia menginginkan kehidupan yang bahagia, tidak ada
satupun orang yang menginginkan kehidupannya penuh dengan masalah.
Kebahagian dan penderitaan yang dialami oleh manusia bersumber dari
dirinya sendiri. Kebahagiaan itu bukan hanya materi semata. Seorang filsuf
Yunani yang bernama Epikuros memperlihatkan gambaran tentang makna
kebahagiaan dalam hidup. Menurut Epikuros kenikmatan itu adalah awal
dan akhir dari kehidupan yang bahagia. Dari sini muncul istilah kebahagian.
Epikuros tidak memungkiri bahwa kebahagiaan atau kenikmatan yang perlu
diraih termasuk kenikmatan indrawi, tetapi menurutnya ada yang lebih
utama daripada itu, yaitu ketenangan jiwa (ataraxia).1
Dalam makalah ini, kami akan memaparkan apa itu etika dan
bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan atau ketenangan dalam
pandangan etika Epikuros. Melalui pemahaman etika Epikuros, maka kita
dapat mengimplementasikan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu etika?
2. Siapa itu Epikuros?
3. Bagaimana etika perspektif Epikuros?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu etika
2. Mengenal biografi Epikuros
3. Untuk mengetahui perspektif etika Epikuros

1
Simon Petrus L. Tjahjadi. Petualangan Intelektual Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman
Yunani Hingga Zaman Modern (Sleman: PT Kanisius, 2004), 82.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos yang dalam
bentuk tunggal memiliki banyak arti; tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kendang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Sedangkan ethos dalam bentuk jamak (ta etha) memiliki arti adat,
kebiasaan.2 Kemuddian etika dapat dipahami sebagai suatu perbuatan yang
berhubungan dengan baik atau buruk yang dilakukan secara sengaja oleh
manusia.3 Dalam pembahasan ini, etika juga dapat berarti sebagai suatu ilmu
filsafat atau pemikiran kritis yang memuat ajaran dan pandangan moral. 4
Dalam kajian historis, etika lahir dari keambrukan tatanan moral di
wilayah Yunani pada 2500 tahun yang lalu. Masyarakat Yunani di zaman
tersebut tidak lagi mempercayai pandangan lama tentang baik dan buruk
sehingga para filsuf mempertanyakan norma-norma dasar yang ada pada
tingkah laku manusia.
Dalam kajian filsafat, etika termasuk ke dalam pembahasan axiology
yang membicarakan tentang benar dan salah dalam arti kesusilaan.5 Etika
dikaji dengan tujuan agar manusia memperoleh kebahagiaan dan
kenikmatan. Tentunya bukan sembarang kebahagiaan dan kenikmatan,
apalagi dalam arti bagi individu manusia, melainkan kebahagiaan dan
kenikmatan dalam artian bagi seluruh masyarakat yang mana untuk
menciptaan keadaan ini, diperlukan norma-norma dan aturan-aturan yang
bisa diambil dari nilai-nilai budaya dan agama yang tumbuh dalam
masyarakat itu. Dengan kata lain, etika digunakan untuk mengatur sistem
sosial masyarakat agar tercipta kebahagiaan, kenimatan, dan kenyamanan
yang dapat dirasakan bersama.

2
Putra I.W.S, “Komparasi Etika Hedonisme Epikuroa Dengan Filsafat Carvaka” Jurnal Widya
Katambung, Vol. 12, No. 2, 2021, 49.
3
Ahmad Amin. Etika Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 5
4
Franz Magnis Suseno. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral (Yogyakarta: PT
Kanisius, 1987), 14.
5
Mulyo Wiharto, “Etika” Jurnal Forum Ilmiah Indonusa, Vol. 4, No. 3, September 2007, 198.

3
Dari segi jenisnya, etika dapat dibagi menjadi dua yakni etika
deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif menggambarkan suatu objek
secara cermat mengenai segala yang bersangkutan dengan bermacam-
macam predikat dan tanggapan, terutama predikat dan tanggapan kesusilaan
yang telah diterima dan digunakan dalam masyarakat. Etika normatif
membicarakan apa yang seharusnya dikerjakan, apa yang seharusnya terjadi
atau apa yang memungkinkan seseorang melakukan hal yang bertentangan
dengan seharusnya.6

B. Biografi Epikuros
Epikuros adalah seorang filsuf yang eksis pada permulaan zaman
Helenisme. Ia dikenal sebagai sosok yang mengajarkan kebijaksaan hidup
di Athena. Ia lahir di pulau Samos pada tahun 341 SM dan meninggal di
Athena pada tahun 270 SM. Epikuros diketahui memiliki banyak karya
tulis namun hamper seluruhnya telah musnah, yang tersisa hanyalah tiga
surat yang ditujukan kepada masing-masing muridnya, yakni Menoikeus,
Pitokles, dan Herodotos dan dua rangkaian kutipan berkenaan dengan
ajaran pokok dan pepatah Vatikan. Ajaran Epikuros banyak disampaikan
oleh penulis-penulis di zamannya dan zaman sesudahnya.
Dalam surat yang ditulis untuk Menoikeus yang ditulis sekitar 300
sebelum Masehi inilah yang termuat tentang etika atau filsafat moral. Etika
yang diajarkannya dikenal dengan sebutan hedonism yang mana, ia
mengarahkan bahwa manusia harus bertujuan untuk meraih kesenangan
dalam menjalankan kehidupan. Perlu dicatat, bahwa hedonisme yang
diajarkan oleh Epikuros berbeda jauh dengan makna hedonisme yang
berkembang sekarang (yakni kehidupan dimana seseorang hanya bertujuan
untuk memperoleh kesenangan-kesenagan yang sifatnya duniawi semata).
Epikuros mendirikan sebuah sekolah di pinggiran kota Athena
yang dikenal dengan sebutan ‘the garden’ atau ‘kebun’. Di sekolah kebun
inilah, ia mengajarkan filsafatnya kepada para murid-muridnya. Ditempat

6
Mulyo Wiharto, “Etika”, 198.

4
ini disediakan kamar-kamar yang bebas didiami oleh para muridnya. Dan
di sekolah ini juga, Epikuros memberikan kebebasan murid-muridnya
dalam hal belajar, murid boleh berpakaian atau tidak, belajar sambil
makan atau minum, belajar menggunakan meja atau duduk beralaskan
rumput. Bagi Epikuros, masalah-masalah itu tidaklah penting, yang
penting murid senang sehingga dapat menerima pelajaran dengan baik.

C. Etika Dalam Perspektif Epikuros


Apabila membahas masalah etika berdasarkan pandangan Epikuros,
maka konsep kebahagian dan ketenangan jiwa yang akan menjadi inti
ajarannya.7 Kebahagiaan berdasarkan KKBI berasal dari kata ‘bahagia’
yang berarti suatu perasaan tentram dan senang atau suatu keadaan terbebas
dari kesulitan. Kebahagiaan juga berarti keadaan kesenangan hidup yang
sifatnya lahir batin. Menurut Abdul Ghafur kebahagiaan itu dapat dirasakan
manusia dari berbagai sisi, seperti kelapangan dada, ketentraman hati dan
ketenangan batin.8
Epikuros ini terkenal sebagai tokoh hedonisme. Hedonisme berasal
dari kata hedone dari bahasa Yunani yang berarti nikmat atau kegembiraan.
Hedonisme adalah etika yang mengarahkan manusia pada keperluan untuk
dapat memperoleh kesenangan, akan tetapi Epikuros tidak memfokuskan
pada tujuan mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya, karena menurutnya
kenikmatan yang besar tidak akan menghasilkan eudemonia.9 Kesenangan
menurut Epikuros terbagi menjadi dua, yakni kesenangan kinestetik dan
kesenangan statis. Kesenangan kinestetik muncul ketika manusia mampu
memenuhi kebutuhan alamiahnya yang mana kesenangan ini sifatnya dapat
berubah-ubah, seperti makan dan tidur. Sedangkan kesenangan statis didapat
ketika manusia sudah mampu mencapai kesenangan kinestetik, lalu manusia
bisa meningkatkan kesenangannya lagi dengan mencari sesuatu yang

7
Boston Gunawan. “Hidup Beahagia? Etika Epikuros” Jurnal Dekonstruksi, Vol, 09, No. 03,
2003, 61-68
8
Abdul Ghafur. Jangan Bersedih (Jakarta: Qisthi Press, 2005), 36
9
M. Yatimin Abullah. Pengantar Studi Etika (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 17-18.

5
berbeda, yakni mencari kesenangan pada area batin yang sifatnya tetap.
Maka menurut Epikuros, kesenangan yang diraih ialah kesenangan yang
sifatnya statis, sedangkan kesenangan kinestetik harus dipenuhi berhubung
itu terkait dengan alamiah tubuh manusia, namun memenuhinya hanya
dalam batasan sekedarnya saja, tidak melulu memaksakan diri untuk terus
makan-minum enak sesuai hawa nafsu.
Hedonisme memiliki tujuan, yakni kebahagiaan dengan cara hidup
untuk menikmati. Namun para filosof hedonisme tidak menganjurkan untuk
mengikuti dorongan nafsu semata dalam mencari kenikmatan, akan tetapi
harus bijaksana dalam memenuhi keinginan, seimbang, serta selalu dapat
mengusai diri.
Konsep hedonisme yang ditawarkan oleh Epikuros ini memiliki
perbedaan makna dengan pandangan saat ini. Seperti yang dijelaskan oleh
Suseno, menurut Epikuros manusia itu harus bersikap bijaksana terhadap
segala keinginannya.10 Epikuros bukan hanya mengajarkan untuk
maksimalisasi dalam segala bentuk kenikmatan, tetapi kenikmatan yang
paling ditekankan adalah kenikmatan yang secukupnya saja. Hedonisme
berdasarkan pandangan Epikuros bukanlah sikap seorang yang rakus atau
serakah dalam menikmati sesuatu, tetapi masih harus mempertimbangakn
aspek pemilihan. Maksudnya adalah dalam menikmati sesuatu harus
memilih mana yang seharusnya dan mana yang tidak, maka manusia perlu
bijaksana dalam mencapai kenikmatan dan keinginan. Kebebasan dari
gangguan atau masalah hidup merupakan tujuan hidup yang
membahagiakan. Artinya manusia harus menekankan prinsif pengendalian
diri.11
Menurut Epikuros untuk merasakan kebahagiaan, maka seseorang itu
harus mempunyai pedoman hidup, yakni menjauhi kesakitan badan dan

10
Franz Magnis Suseno. Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Cet. 17
(Yogyakarta: Kanisius, 1987), 14.
11
Putra, I.W.S “Hedonisme Epikuros dalam Perspektif Etika Hindu” Sanjiwani: Jurnal Filsafat,
Vol. 11 No. 2, September 2020, 114-125.

6
jiwa.12 Epikuros menganjurkan untuk menjauhkan diri dari kehidupan
berpolitik, menurutnya manusia itu perlu menjalin persahabatan untuk
mencapai ketenangan jiwa dan menahan diri dari kenikmatan inderawi yang
bersifat sementara. Menurut kaum Epicurean tidak semua keinginan itu
harus terpenuhi, walaupun keinginan dan kesenangan itu adalah yang
terpenting, namun tidak berarti semua kesenangan dan keinginan itu harus
dicapai.13 Epikuros menegaskan bahwa manusia hendaknya berhati-hati
dalam mencari kesenangan. Jangan sampai manusia terjebak pada
kesenangan yang sifatnya hanya sebentar lalu kemudian ia memperoleh
masalah berkepanjangan akibat kesenangannya itu.
Etika Epikuros hendak memberikan ketenangan hati (ataraxia) kepada
manusia, sebab menurut Epikuros ketenangan hati ini terancam oleh rasa
takut – diantaranya rasa takut terhadap dewa-dewi, rasa takut terhadap
kematian, dan rasa takut terhadap nasib – yang sebenarnya tidak mendasar
dan tidak masuk akal.14 Maka penawar dari ketakutan ini disampaikan oleh
Epikuros dalam konsep yang disebut sebagai Tetrapharmakhos atau empat
obat, yakni:
1. Manusia tidak perlu takut terhadap dewa-dewi (Tuhan).
2. Manusia tidak perlu mencemaskan kematian.
3. Mencapai kehidupan yang baik itu tidaklah sulit.
4. Tidak sulit untuk menanggung kesulitan/penderitaan yang ada
pada hidup.
Menurut Epikuros kesenangan sesungguhnya tidak tercapai dengan
mencari pengalaman nikmat sebanyak mungkin, tetapi dengan menjaga
kesehatan dan berusaha hidup sedemikian rupa hingga jiwa bebas dari
keresahan. Untuk itu manusia yang mau bahagia justru harus membatasi
diri. Ia harus dapat senang dengan yang sederhana.15 Epikuros lebih

12
W Poespoprodjo. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek (Bandung: Remadja
Rosdakarya, 1988), 61
13
K Bertens. Etika (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2007), 237
14
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Kanisius, 1980), 54-56
15
Bernard Delfgaauw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), 38-40.

7
menekankan pada bentuk kebahagian yang ingin dicapai yaitu kenikmatan
dan kepuasan, bisa dicapai dengan kondisi hati yang tenang dan tubuh yang
sehat. Pandangan Epikuros tersebut sangat paralel dengan pepatah arab yang
mengatakan bahwa “al-‘aqlu al-salim fi jismi al-salim” (akal yang sehat
terdapat pada jiwa yang sehat) dengan makna bahwa seseorang akan merasa
bahagia atau menikmati hidupnya jika kondisi hatinya tenang dan tubuhnya
sehat. Karena jika salah satu mengalami sakit maka kebahagiaan utama
tidak akan dapat tercapai.
Hidup sederhana yang menjadi kunci untuk meraih ataraxia
dikemukakan oleh Epikuros, menurut penulis sejalan dengan konsep
qana’ah dalam dunia tasawuf. Konsep qana’ah dapat dipahami sebagai
bentuk kesadaran spiritual seseorang untuk menerima apa yang diberikan
oleh tuhan kepada manusia dibalut dengan rasa syukur. Sehingga orang
yang mempraktekkan ajaran ini dapat dipastikan kehidupannya menjadi
tenang baik hati maupun fikiran, dan ketenangan hati atau batin itu dapat
melahirkan kebahagiaan.

8
PENUTUP

Etika Epikuros mengajarkan kita untuk meraih kehidupan yang mencapai


kesenangan dan kebahagiaan (hedonism) yang sifatnya statis. Menurut Epikuros
manusia itu harus bersikap bijaksana dalam mencapai kenikmatannya. Epikuros
lebih menekankan pada bentuk kebahagian yang ingin dicapai yaitu kenikmatan
dan kepuasan batin yang disebut ataraxia. Manusia bisa mencapai itu dengan
kondisi hati yang tenang dan tubuh yang sehat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abullah, M. Yatimin. Pengantar Studi Etika. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2006.

Amin, Ahmad. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Bertens, K. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2007.

Bernard Delfgaauw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat (Yogyakarta: Tiara Wacana,


1992)
Ghafur, Abdul. Jangan Bersedih. Jakarta: Qisthi Press, 2005.

Gunawan, Boston. “Hidup Bahagia? Etika Epikuros” Jurnal Dekonstruksi, Vol,


09, No. 03, 2003.
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Kanisius, 1980)

Poespoprodjo, W. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek.


Bandung: Remadja Rosdakarya, 1988.

Putra, I.W.S, “Hedonisme Epikuros dalam Perspektif Etika Hindu” Sanjiwani:


Jurnal Filsafat, Vol. 11 No. 2, September 2020.

______ “Komparasi Etika Hedonisme Epikuroa Dengan Filsafat Carvaka”


Jurnal Widya Katambung, Vol. 12, No. 2, 2021.

Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.


Yogyakarta: PT Kanisius, 1987.

Tjahjadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual Konfrontasi dengan Para


Filsuf dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. Sleman: PT Kanisius,
2004.

Wiharto, Mulyo “Etika” Jurnal Forum Ilmiah Indonusa, Vol. 4, No. 3,


September 2007

10
11

Anda mungkin juga menyukai