Disusun oleh:
Karina dian larasati (442023138082)
Rasyiqa maulidya syam(4420231380
1
Haeny Rahmatunnisa, “Kebahagiaan Dalam Pandangan Barat Dan Islam,” 2022, 1–18,
https://osf.io/preprints/a3epd/.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kebahagiaan
Menurut KBBI kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan,
ketentraman hidup secara lahir dan batin yang maknanya adalah untuk meningkatkan visi
diri.
Sedangkan menurut Al-Ghazali kebahagiaan ini bisa di capai ketika manusia sudah mampu
menundukkan nafsu (yang mana nafsu hewan dan setan pada dirinya) dan mengganti dengan
sifat malaikat (suci). Menurutnya, orang yang memiliki bahagia tertinggi adalah manusia
yang telah terbuka hijabnya terhadap Allah sehingga ia merasa dirinya terkontrol oleh Allah
dimanapun kapanpun.2
Lalu, ditinjau dari Bahasa arab yaitu al-falah, al- fawz, sa’adah. Al-falah berasal dari
kata falah yang artinya keberhasilan serta tercapainya cita cita. Keberhasilan ini dibagi
menjadi keberhasilan bersifat duniawi dan keberhasilan yang bersifat ukhrawi. Didalam
keberhasilan duniawi ketika manusia memperoleh kebahagiaan dan dapat membuat enak
hidupnya di dunia. Seperti kesempatan untuk hidup, kekayaan dan kemuliaan. Sedangkan
keberhasilan yang bersifat ukhrawi terdapat 4 hal
Kekal tanpa mengenal mati
Kaya tanpa mengenal fakir
Mulia tanpa mengenal hina
Tahu tanpa mengenal kebodohan
Sedangkan Al-Fawz yaitu kesuksesan, keberuntungan yakni memperoleh kebaikan
serta mendapatkan keselamatan. Lalu As-sa’adu atau as-sa’adah yaitu bahagia yang
merupakan perolehan perkara yang diberikan oleh Allah kepada manusia atau tercapainya
sebuah kebaikan.
B.Kebahagiaan dilihat dari prespektif psikologi
Menurut Carr, kebahagiaan adalah keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tinggi
derajat kepuasaan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek negatif.
2
M Fauzi, “Filsafat Kebahagiaan Menurut Al-Ghazali,” Repository.Uinjkt.Ac.Id, 2019,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/46727%0Ahttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
bitstream/123456789/46727/1/MUHAMMAD FAUZI-FUF.pdf.
3
Rahmatunnisa, “Kebahagiaan Dalam Pandangan Barat Dan Islam.”
C. Faktor-faktor yang membuat manusia bahagia
1. Kehidupan sosial. Orang yang sangat bahagia adalah orang yang memiliki
kehidupan sosial yang baik dan sering melakukan sosialisasi.
2. Faktor agama atau religius. Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas
terhadap kehidupan. Karena agama dapat memberikan harapan akan masa depan
dan menciptakan makna hidup bagi manusia yang nantinya akan bahagia dunia dan
akhirat.
3. Faktor pernikahan. Didalam suatu penelitian ditemukan bahwa orang yang
menikah bisa mempengaruhi panjangnya usia dan mendapatkan penghasilan.
4. Faktor usia. Usia remaja 20 – 24 tahun merasakan lebih bahagia dibandingkan
dengan usia dibawahnya dan sebaliknya. Seorang remaja berhak bahagia namun
tergantung dari life style dan persepsi tentang hidup.
5. Faktor finansial. Bahagia bisa karena uang.4
4
Muhammad Anas, Nur Fadhilah Umar, and Akhmad Harum, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebahagiaan
Siswa,” JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa 6, no. 1 (2022): 51–64, https://journal.stkip-andi-
matappa.ac.id/index.php/jurkam/article/view/2123.
5
Rahmatunnisa, “Kebahagiaan Dalam Pandangan Barat Dan Islam.”
yang sejati ialah sahabat yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Persahabatan yang seperti
ini pasti akan mendapatkan kebahagiaan selamanya.
6
Abdul Majid, “Filsafat Al-Farabi Dalam Praktek Pendidikan Islam,” Manarul Qur’an: Jurnal Ilmiah Studi Islam
19, no. 1 (2019): 1–13, https://doi.org/10.32699/mq.v19i1.1597.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Banyak para ahli dalam bidang filsafat baik islam maupun barat yang membahas tentang
Konsep kebahagiaan, karena perbedaan wordview merekalah yang membedakan pemahaman
konsep kebahagiaan setiap filosof. Filosof islam banyak mendasari segala bentuk aktifitasnya
menggunakan tuhan yang maha agung dan maha segalanya. Maka konsep kebahagiaan
filosof islam Al-Ghazali dan Al-Farabi menjelaskan bahwa kebahagiaan tertinggi terdapat
pada kesempurnaan akal yang bermuara pada memahami bahwa segala keteraturan dibumi
didasari oleh Allah. Maka manusia akan selalu bersyukur karena merasa bahwa semuanya
atas kehendak Allah, manusia tidak akan mudah merasa mengeluh atau bersedih karena
beranggapan bahwa seluruhnya atas izin Allah. Kebahagiaan dalam pandangan filosof
muslim didapat dengan mengetahui Allah diatas segalanya dan kebahagiaan muslim bisa
digapai bukan hanya didapat diakhirat saja melainkan didalam dunia juga mendapatkan
bahagia. Hal ini selaras dengan pemikiran plato yang masih meyakini bahwa kebahagiaan
manusia ketika mampu melepaskan diri dari materi dunia. Dan melepaskan diri pada tuhan
semesta alam. Seperti yang disampaikan plato “manusia mencapai kepenuhan kebahagiaan
apabila ia menyatu dalam cinta dengan Yang Illahi”, memang Plato adalah filosof pertama
yang masih mempercayai adanya tuhan sebagai pencipta alam semesta, namun berbeda
dengan Aristotles yang mendefinisikan kebahagiaan dapat dicapai ketika dirinya tidak lagi
menjadi subjek kebahagiaan namun kehidupan sosialnya lah yang menjadikan dirinya
bahagia.
DAFTAR PUSAKA
Anas, Muhammad, Nur Fadhilah Umar, and Akhmad Harum. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebahagiaan Siswa.” JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa 6, no.
1 (2022): 51–64. https://journal.stkip-andi-matappa.ac.id/index.php/jurkam/article/
view/2123.
Fauzi, M. “Filsafat Kebahagiaan Menurut Al-Ghazali.” Repository.Uinjkt.Ac.Id, 2019.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/46727%0Ahttp://
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46727/1/MUHAMMAD FAUZI-
FUF.pdf.
Majid, Abdul. “Filsafat Al-Farabi Dalam Praktek Pendidikan Islam.” Manarul Qur’an:
Jurnal Ilmiah Studi Islam 19, no. 1 (2019): 1–13.
https://doi.org/10.32699/mq.v19i1.1597.
Rahmatunnisa, Haeny. “Kebahagiaan Dalam Pandangan Barat Dan Islam,” 2022, 1–18.
https://osf.io/preprints/a3epd/.