Disusun Oleh:
Apoteker 30 Kelompok 10 (Pagi)
Dosen :
Daniek Viviandhari M. Sc., Apt
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
Makalah Manajemen Farmasi.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas Manajemen
Farmasi Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Sains Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah ini yaitu Ibu Daniek
Viviandhari M. Sc., Apt. yang telah memberikan pemahaman terkait Manajemen
Farmasi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan layanan rumah sakit yang bermutu semakin meningkat
seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dan derajat kesehatan
masyarakat. Dalam beberapa tahun belakangan ini, rumah sakit di Indonesia telah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan dengan diterbitkannya berbagai
peraturan dan perundang-undangan yang bertujuan untuk mendorong investasi
dan menciptakan kondisi bisnis jasa rumah sakit yang lebih baik. Terbukti, tidak
hanya pemerintah yang memang berkewajiban menyediakan jasa layanan
kesehatan kepada masyarakat, para pelaku bisnis pun kini semakin aktif
berinvestasi di industri rumah sakit Indonesia. Hal ini lah yang menjadi
pendorong bermunculannya berbagai rumah sakit swasta baru dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir ini.
Upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, diperlukan SDM
yang berkualitas sehingga dapat memberikan pelayanan secara maksimal. SDM
merupakan unsur utama dalam sebuah organisasi baik sebagai perencana,
pelaksana, pengaturan dan juga pengendali. Dalam mengatur dan
mengembangkan SDM, sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima
kepada pasien, diperlukan proses perencanaan yang merupakan proses berpikir ke
depan mengontrol masa depan, peramalan, dan pengambilan keputusan secara
terpadu dan merupakan prosedur formula dalam organisasi. Perencanaan ini
mutlak dibutuhkan karena kebutuhan SDM yang handal dan berkualitastidak
dapat diperoleh dengan seketika. SDM perlu direncanakan jauh hari sebelum
waktu dibutuhkan.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja dibutuhkan perhitungan
berdasarkan pengukuran beban kerja. Beban kerja adalah sejumlah target
pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan tertentu
(KepMenPan 75/2004). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 81/2004
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Daya Manusia Kesehatan di tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit penentuan kebutuhan Sumber Daya
Manusia dapat melalui dua cara yaitu, metode Daftar Susunan Pegawai (DSP) dan
metode WISN (Workload Indicator Of Staffing Need). Perhitungan beban kerja
yang didapat melalui teknik work sampling, digunakan untuk menghitung
kebutuhan tenaga dengan menggunakan metode workload indicator staff need
(WISN) yang kemudian dilakukan analisa terhadap hasil beban kerja dan
kebutuhan tenaga yang telah diperoleh tersebut.
Prosedur perhitungan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan dengan
WISN berdasarkan beban kerja adalah suatu metode perhitungan sumber daya
manusia kesehatan berdasakan beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh
setiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan
kesehatan. Metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan secara teknis,
mudah diterapkan, komprehensif dan realistis. Govule (2015) menyebutkan
bahwa penerapan WISN dalam perencanaan sumber daya manusia kesehatan
bertujuan untuk membantu memperbaiki banyak kekurangan atau kesenjangan
sumber daya manusia untuk kesehatan, terlepas dari di mana orang-orang yang
membutuhkan tinggal atau dimana kelompok sosio-ekonomi mereka berada.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu metode WISN dan DSP
b. Untuk mengetahui cara menggunakan metode WISN dan DSP
c. Untuk menilai efektivitas kerja di Rumah Sakit Pondok Indah
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan :
A = Jumlah Hari Kerja dalam 1 tahun
B = Cuti Tahunan
C = Sakit
D = Hari Libur Nasional
E = Ketidakhadiran Kerja (karena alasan lain)
F = Jam kerja perhari
Kod Faktor Jumlah Keterangan
e
A Jumlah Hari Kerja (6 hari/minggu, setahun 52 minggu) 312 Hari/ tahun
B Cuti Tahunan 12 Hari/ tahun
C Sakit 3 Hari/ tahun
D Hari Libur Nasional 16 Hari/ tahun
E Ketidak Hadiran Kerja (karena alasan lain) 3 Hari/ tahun
F Jam Kerja perhari 7 Jam/ hari
Total hari kerja = {A-(B+C+D+E)} 278 Hari/tahun
Waktu Kerja Efektif = {A-(B+C+D+E)xF} 1946 Jam/ tahun
Total waktu kerja efektif dalam 1 tahun 116760 Menit/tahun
IAS:
Rapat = (60x12)/60 x 4 orang = 48 jam
Menerima kunjungan PBF = (60x48)/60 x 1 orang = 48 jam
Training Kompetensi = (30x1)/60 x 10 orang = 5 jam
Cuti Hamil = (30240x1)/60 x 2 orang = 1008 jam
Total = 1109 jam
5. Menyusun Standar Beban Kerja
Beban kerja standar adalah jumlah aktivitas dalam suatu komponen beban
kerja pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan
dalam satu tahun. Perhitungan beban kerja standar suatu pelayanan kesehatan
tergantung dari waktu standar pelayanan tersebut dinyatakan dalam bentuk unit
time atau rate of working.
Rumus:
Waktu kerjaefektif 1tahun
Beban Kerja =
Waktu yang dibutuhkan sesuai SOP
IAF = IAS/AWT
Total Kebutuhan Tenaga yang dibutuhkan = (Total Kebutuhan Tenaga x CAF) + IAF
Rasio WISN
Rasio WISN merupakan indikator yang berhubungan dengan beban kerja.
Rasio bernilai 1 (satu) berarti terdapat kesesuaian antara jumlah ketersediaan
tenaga dengan beban kerja. Nilai rasio tersebut didapatkan dari hasil bagi antara
jumlah ketersediaan tenaga dengan jumlah kebutuhan tenaga. Semakin kecil nilai
rasio WISN maka semakin berat beban kerja yang ada dibandingkan dengan
ketersediaan tenaga kesehatan.
Rumus :
Perhitungan :
Rasio WISN = 40 orang / 306 orang
= 0,1307
Jumlah tenaga kefarmasian yang sekarang tersedia pada Rawat Inap di
Rumah Sakit Pondok Indah sebanyak 40 orang dan jumlah tenaga dari hasil
perhitungan adalah 306 orang. Dengan demikian rasio tenaga kefarmasian pada
Instalasi Farmasi adalah 0,1307, maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja
tenaga kefarmasian di Rawat Inap Rumah Sakit Pondok Indah melebihi beban
kerja yang seharusnya .
Beban kerja yang tinggi bisa memberikan dampak bagi pelayanan, yaitu
bisa meningkatkan potensi terjadinya kesalahan pengobatan, lamanya pelayanan,
kurang konstrasinya para pekerja dan lainnya. Apabila terjadi kekurangan tenaga
kefarmasian maka dapat merekomendasikan penambahan jumlah tenaga
kefarmasian sehingga dapat memberikan peningkatan produktivitas kerja.
ANALISA BEBAN KERJA RAWAT INAP RUMAH SAKIT PONDOK INDAH DENGAN METODE WISN
screening awal resep 2.5 12000 30000 500 360,000 2 58,380 6.17
Konfirmasi resep ke dokter/asuransi 3 3000 9000 150 108,000 3 38,920 2.77
menyiapkan obat dari rak 2.5 12000 30000 500 360,000 2 58,380 6.17
menyiapkan dan dokumentasi obat narkotika 5 4500 22500 375 270,000 5 23,352 11.56
menginput kadaluarsa dan etiket obat 1.5 12000 18000 300 216,000 2 58,380 3.70
Pelayanan
Resep Rawat pengemasan obat 2 12000 24000 400 288,000 2 58,380 4.93
Inap
mengantar obat narkotika ke perawatan 10 4500 45000 750 540,000 10 11,676 46.25
menerima dan menginput returan dari
5 1500 7500 125 90,000 5 23,352 3.85
perawatan
verifikasi returan obat 3 1500 4500 75 54,000 3 38,920 1.39
membuat obat racikan 9 5000 45000 750 540,000 10 11,676 46.25
update kartu stok manual 2 12000 24000 400 288,000 2 58,380 4.93
Menyimpan permintaan barang dari gudang 5 6000 30000 500 360,000 5 23,352 15.42
update kartu stok manual 1 6000 6000 100 72,000 1 116,760 0.62
Menyiapkan paket operasi 5 450 2250 38 27,000 5 23,352 1.16
menerima dan memeriksa returan barang dari
3 450 1350 23 16,200 3 38,920 0.42
OK
penyiapan mengembalikan returan barang ke rak 2 450 900 15 10,800 2 58,380 0.18
resep depo
cek stok barang konsinyasi 10 480 4800 80 57,600 10 11,676 4.93
farmasi kamar
operasi cek stok balance obat mahal tiap shift 10 900 9000 150 108,000 10 11,676 9.25
membuat form paket operasi 5 900 4500 75 54,000 5 23,352 2.31
penyiapan paket anestesi endoskopi 5 90 450 8 5,400 5 23,352 0.23
pengecekan inputan pemakaian 5 2140 10700 178 128,400 5 23,352 5.50
menginput pemakaian ke sistem 5 2140 10700 178 128,400 5 23,352 5.50
menyerahkan dan dokumentasi obat
5 540 2700 45 32,400 5 23,352 1.39
narkotika ke OK
Rumus :
jumlah beban kerja x kapasitas kerja per menit
Jumlah SDM yang dibutuhkan=
jumlah kerja per hari
Perhitungan:
Contoh perhitungan DSP skrining awal resep:
2, 5 menit x 400 resep
Jumlah SDM yang dibutuhkan = = 2,38
420 menit
HASIL WAWANCARA
1. Jumlah tenaga per kegiatan pelayanan yang kami dapat lebih dari satu orang adalah:
a. Pelayanan Resep rawat inap:
- Skrining resep
- Konfirmasi resep ke dokter atau asuransi
- Menyiapkan obat dari rak
- Menyiapkan dan dokumentasi obat narkotik
- Menginput kadaluarsa dan etiket obat
- Pengemasan obat
- Mengantar obat narkotik ke perawat
- Menerima dan menginput return dari perawatan
- Verifikasi return obat
- Membuat obat racikan
- Update kartu stok manual
b. Penyiapan distribusi steril:
- Perhitungan dosis obat
- Penyiapan barang
- Penyerahan obat keperawatan
c. Penyiapan resep depo farmasi emergency:
- Menyiapkan permintaan cito dari IGD
- Menyerahkan obat ke pasien emergency
- Menerima permintaan barang dari gudang
- Membuat permintaan barang ke gudang
- Menyimpan barang datang dari gudang
- Update kartu stok manual
- Menginput pemakaian ke system
d. Penyiapan resep depo farmasi kamar operasi:
- Membuat permintaan barang ke gudang
- Menerima permintaan barang dari gudang
- Menyiapkan paket operasi
- Cek stok barang konsinyasi
- Cek stok balance obat mahal tiap shift
- Membuat form paket operasi
- Pengecekan inputan pemakaian
- Menginput pemakaian ke system
- Menyerahkan dan dokumentasi obat narkotika ke OK
2. Menurut kepala instalasi pada dasarnya pelayanan dengan mengambil data kegiatan
hanya satu bulan kurang akurat dijadikan pengukuran kebutuhan tenaga sebab jumlah
pekerjaan di Rumah Sakit bukan jenis pekerjaan yang jumlahnya tetap tetapi
mengalami perubahan sesuai dengan jumlah pasien atau BOR. Mengajukan
kekurangan tenaga ke HRD harus dapat memberikan alas an yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut permenkes no 72 tahun 2016, proporsi apoteker
untuk 1 orang apoteker 30 pasien, dengan jumlah BOR rata-rata 180 dari 240 bed
yang tersedia jumlah 5 apoteker rawat inap saat ini masih mencukupi. Solusi yang
biasa dilakukan di RSPI sehingga pelayanan masih berjalan dengan baik antara lain:
a. Skrining akhir resep dan penyerahan obat dapat dibantu oleh TTK ynag berdinas
karena sudah ada acuan disistem skrining yang harus dilakukan
b. Setiap tenaga kefarmasian yang telah selesai pekerjaan pada unitnya membantu
unit atau subunit kerja yang masih membutuhkan tenaga sehingga waktu kerja
efektif.
Jadi sebagai kepala instalasi farmasi harus dapat mencari solusi pembagian kinerja
secara tepat, sesuai prosedur, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga pelayanan
dapat berjalan dengan baik disaat jumlah pasien meningkat. Biasanya penambahan
karyawan dilakukan jika ada karyawan yang mengundurkan diri, pensiun, atau
meninggal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari perhitungan WISN dan DSP, jumlah tenaga kerja pada
rawat inap di RSPI dengan metode WISN mengalami kekurangan pegawai sejumlah
266, dan metode DSP sejumlah pegawai.
Pada metode WISN lebih banyak kekurangan tenaga kerja dibandingkan
dengan metode DSP karena pada metode WISN lebih terperinci saat perhitungannya,
sedangkan pada metode DSP tidak terperinci.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1997. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 154 Tahun 1997. Jakarta.
Istikomah T, Raharjo BB. Kebutuhan Tenaga Klinik Sanitasi Dengan Metode Workload
Indicators of Staffing Needs. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat. UNS, Semarang.
Ullatifa N. 2017. Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berbasis Beban Kerja Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pasien. Artikel. Universitas Pasundan, Bandung.
World Health Organization. 2010. WISN Workload Indicators of Staffing Need, User’s
Manual. Switzerland: Geneva.