Anda di halaman 1dari 11

Semester 7B

1. Rohimatus Sholihah

Judul yang sudah disetujui :

HUBUNGAN RIWAYAT IMUNISASI BCG DAN RIWAYAT KONTAK SERUMAH DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PARU DI

Judul baru yang ingin diajukan :

HUBUNGAN MENGKONSUMSI DAUN KELOR SECARA TERATUR SEBAGAI OBAT PENDAMPING DENGAN
PROSES PENYEMBUHAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI…..

2. Deny FeginurahmanSkala data : World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinyaa 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosiss
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahutn
2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta
orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia pada responden dengan umur 18 tahun
keatas sebesar 34,1%. Hipertensi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%),
umur 55-64 tahun (55,2%). Hipertensi Provinsi Jawa Timur, persentase hipertensi sebesar 22.71% atau
sekitar 2.360.592 penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar 18.99% (808.009 penduduk) dan
perempuan sebesar 18.76% (1.146.412 penduduk).Jumlah penderita Hipertensi di kabupaten Sumenep
pada tahun 2018 mencapai 18.674 kasus yang terjadi pada perempuan yaitu 10.699 kasus dan pada laki-
laki sebanyak 8.032 kasus. Kejadian Hipertensi di Kabupaten Sumenep mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu sebanyak 18.581 kasus. Menurut kelompok umur, hipertensi di
Kabuaten Sumenep paling banyak terjadi pada rentan usia 60-69 tahun, yaitu sebanyak 4231
kasus.Judul:

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KELOR (MORINGAOLIFIERA) TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA PENDERITA HIPERTENSI.

3.MOHAMMAD SAIR :

JUDUL: Uji daya terima dan nilai gizi kuah sup daun kelor khas madura untuk membantu kekebalan
sistem imu tubuh.
4. Sukma Ningsih

JUDUL :

Pengaruh Pemberian Sayur Bening Daun Kelor Terhadap Kelancaran ASI di Minggu Pertama Masa Nifas

Skala Data :

1. Puncak Pekan ASI Sedunia Tahun 2019

Deklarasi Innocenti tahun 1990 di Florence Italia mengamanatkan pentingnya mengkampanyekan Air
Susu Ibu (ASI) sebagai bagian penting dari upaya “perlindungan, promosi dan dukungan menyusui”..

Menyusui merupakan investasi terbaik untuk kelangsungan hidup serta meningkatkan kesehatan,
perkembangan sosial, ekonomi individu dan bangsa. Walaupun angka inisiasi menyusui secara global
relatif tinggi, tapi hanya 40% dari semua Bayi dibawah umur 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif
dan 45% yang mendapatkan ASI sampai usia 24 bulan.

Praktik menyusui secara optimal menurut rekomendasi, dapat mencegah lebih dari 823.000 kematian
Anak dan 20.000 kematian Ibu setiap tahun. Tetapi, tidak menyusui dikaitkan dengan tingkat kecerdasan
yang lebih rendah dan mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar $302 milliar pertahunnya.

Aksi yang dilakukan bersama sangat diperlukan agar mencapai sasaran dari World Health Assembly
(WHA), yaitu minimal pemberian 50% ASI Eksklusif selama usia 6 bulan saat mencapai tahun 2025.
Hambatan yang sering muncul adalah kurangnya dukungan bagi orang tua di tempat kerja. Perlindungan
Sosial Orang Tua yang adil terhadap gender seperti cuti hamil atau melahirkan bagi Ibu dan Ayah,
bahkan cuti berbayar atau dukungan di tempat kerja sehingga menciptakan lingkungan yang
memungkinkan untuk menyusui, di sektor kerja formal atau informal.

2. Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI Ekslusif tahun 2019 yaitu sebesar 67,74% angka tersebut
sudah melampaui target Renstra tahun 2019 yaitu 50%..presentase tertinggi cakupan pemberian ASI
terdapat pada provinsi nusa tenggara barat (86,26%) sedangkan presentase rendah terdapat di provinsi
papua barat yaitu (41,12%) . Terdapat empat provinsi yang belum mencapai target renstra tahun 2019.
Yaitu gorontalo, maluku, papua dan papua barat.

5.Angga varodan

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi

Skala data :

Pada level global, menurut WHO pada tahun 2018, hampir 20 juta anak diseluruh dunia atau sekitar 1
dari 10 anak melewatkan vaksinasi campak, difteri dan tetanus. Dan 86% anak dibawah lima tahun
secara global telah diimunisasi dengan tiga dosis vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DPT3) dan satu
dosis vaksin campak. Angka meningkat dari 72% di tahun 2000 dan dari 20% pada tahun 1980. Dan
jumlah anak yang mengalami kelumpuhan karena polio telah berkurang 99,9% diseluruh dunia. Ditahun
yang sama terdapat 13 juta anak tidak pernah mendapatkan vaksinasi apapun. Pada tahun 2016
terdapat jumlah kasus infeksi rubella dan campak mencapai lebih dari 130.000 kasus. Dan pada tahun
2017 mengalami peningkatan sebanyak 30% yakni 190.000 kasus (www.detiknews.com). Pada level
nasional, angka cangkupan imunisasi dasar di indonesia pada tahun 2018 masih rendah yakni 87,8%
Artinya masih terdapat 12% anak yang masih belum melakukan imunisasi. (Kemenkes RI, 2018). Dan
pada level regional, di provinsi jawa timur tahun 2015 mencapai 76,5% (Kemenkes RI, 2016). Ditahun
2015, pencapaian imunisasi dasar lengkap berada dalam rentang 90-100% dengan rincian imunisasi BCG
92,2%, DPT 93,1%, campak 92,3% (tidak mencapai target 95%), hepatitis B 92,1% dan polio 96,5%
(mencapai target 95%) (Kemenkes RI, 2016).

6.Hari Wiyoto Mashudar

Judul yg akan diajukan :

hubungan Pemberian Rebusan Daun Kelor Untuk Diabetes Mellitus dengan Tingkat Kadar Gula Darah
Pada pasien Diabetes Mellitus Di....)

MASALAH

Penyakit diabetes mellitus yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan penyakit “kecing manis”
merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian lama kian meningkat. Diabetes mellitus
merupakan kelainan pengolahan karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya
hormone insulin, sehingga karbohidrat tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga.
Akibatnya, karbohidrat yang ada didalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam darah. Peningkatan
prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga berkaitan dengan gaya hidup yaitu
asupan makanan yang berlebihan dan kurangnya olahraga (Dewi, 2009).

SKALA

World Health Organization (WHO)dikutip dari Esti Windusari (2013), memperkirakan bahwa
Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam jumlah pasien Diabetes Mellitus. Indonesia dengan
populasi 230 juta penduduk merupakan Negara ke-4terbesar pasien dengan Diabetes Mellitus
setelah China, India, dan Amerika Serikat.Bedasarkan laporan dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes
mellitus yang diperoleh berdasarkanwawancara yaitu (1,1%) pada tahun 2007 menjadi (1,5%)
pada tahun 2013, sedangkan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosa dokter atau
gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah
Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Sementaraituprevalensi
Diabetes Mellitus dipulauJawaadalahsebagaiberikut di provinsi DKI Jakarta
sebesar(2,5%)diprovinsiJawa Barat (1,3%), di provinsiJawatengahsebesar(1,6%), di provinsi D.I
Yogyakarta sebesar (2,6%), dan di provinsiBantensebesar(1,3%),Sementara di
provinsiJawaTimursebesar (2,1%)

Judul ke 2 yang mau diajukan :

Hubungan Dampak Covid-19 terhadap Pembelajaran Online Mahasiswa Keperawatan Semester Akhir
Fakultas Ilmu Kesehatan

7.Yayak Kuntina

Judul yang sudah di setujui : MANAJEMEN NUTRISI PADA PENDERITA HIPERTENSI

Skala data : Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang
di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi Jumlah
penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5
Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya. jumlah kasus hipertensi tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga di
negara berkembang seperti di Indonesia sebesar 63.309.620 . Penyakit hipertensi diperkirakan telah
menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5%. Jumlah tersebut diperkirakan
akan mengalami peningkatan 15-20% pada tahun 2025 (Depkes, 2006; Williams et al., 2018).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Jawa Timur pada tahun 2018 jumlah penduduk
yang berusia >18 tahun yang telah didiagnosa terkena penyakit hipertensi sebesar 36,3% (Dinkes, 2018).
Jumlah kasus hipertensi pada tahun 2018 meningkat daripada tahun sebelumnya, yaitu sekitar 20,43%
atau sebanyak 1.828.699 penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar 20,83% (825,412 penduduk) dan
perempuan sebesar 20,11% atau sebanyak 1.003.257 penduduk (Kementrian Kesehatan, 2017). sendiri
kasus hipertensi juga meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 20,59% atau
sebanyak 60.607 penduduk ). Jumlah penderita di kabupaten sumenep pada tahun 2018 mencapai
18.674 kasus yang terjadi pada perempuan yaitu 10.699 kasus dan pada laki- laki sebanyak 8.032 kasus
tersebut. Kejadian hipertensi di kabupaten sumenep mengalami peningkatan bila di bandingkan dengan
tahun 2017 yaitu banyak 18.581 kasus.menurut kelompok umur hipertensi di kabupaten sumenep paling
banyak terjadi pada rentan usia 60 tahun keatas, yaitu sebanyak 4231 kasus.

8.Indri Nur safitri

Judul :

1. PENGARUH AKTIVITAS FISIK JALAN PAGI TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI
*Skala*

Sampai saat ini hipertensi masih menjadi suatu masalah yang cukup besar, berdasarkan data dari WHO
(World Health Organization), penyakit ini menyerang 22% penduduk dunia.Sedangkan di Asia tenggara,
angka kejadian hipertensi mencapai 36%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%.
Tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi
terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun
(55,2%). Sedangkan di Jawa Timur prevalensi hipertensi meningkat sejak tahun 2013-2018 dengan
persentase 36,32%.

2. PENGARUH STRES PANDEMI TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI KEPERAWATAN

Laporan WHO (2018) prevalensi gangguan siklus menstruasi pada wanita sekitar 45%. didapatkan 63%
wanita mengalami gangguan haid dengan jenis gangguan terbanyak 91,7% gangguan lain yang
berhubungan dengan haid, diikuti gangguan lama haid 25%, dan gangguan siklus haid 5%. Dengan rerata
durasi haid yang didapatkan sebesar 7,16 hari yang masih termasuk rentang normal yaitu 2 sampai 8
hari.

3. HUBUNGAN PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES

Data WHO (World Health Organization) menunjukkan terdapat setidaknya 300 juta kasus skabies di
seluruh dunia yang dilaporkan setiap tahunnya. Angka kejadian kasus skabies dilaporkan lebih tinggi
pada negara berkembang terutama pada anak-anak dan orang tua.4 Di Indonesia, skabies tidak hanya
merupakan masalah kesehatan di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar dengan kondisi yang
padat menjadi faktor pendukung penyebaran penyakit ini. Persentase kejadian skabies di Indonesia
dilaporkan sekitar 4,60%-12,95% dan menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.

Semester 7A

9. Aisaturrida

Judul yang sudah disetujui :

HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

10. Latifatul Hasanah

MASALAH
Masalah yang ingin saya teliti tentang perilaku mencuci tangan, dimana siswa MI memiliki kebiasaan
mencuci tangan yang kurang tepat, hal tersebut mungkin karena belum mengetahui. Oleh karena itu
saya ingin mengetahui apakah pengetahuan dapat menyebabkan siswa-siwa tersebut mencuci tangan
dengan baik atau tidak.

SKALA DATA

Perilaku cuci tangan masyarakat Indonesia dengan proporsi penduduk umur > 10 tahun sebesar 47%
melakukan cuci tangan pakai sabun dan air bersih (“Kemenkes RI,” 2014).

Lima provinsi terendah perilaku cuci tangan menurut data kemenkes 2013

Sumatera Barat (29,0%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%), dan Aceh
(33,6%)

JUDUL

Hubungan pengetahuan dengan perilaku kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada siswa MI Al-ittihad
Kecamatan Saronggi

11.Moh.lukman Firmansyah

Judul yang sudah disetujui:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SELF CARE DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES
MILITUS

12.Istiqamatul karamah

MASALAH

faktor yang mempengaruhi kepatuhan imunisasi itu kan tingkat pengetahuan orang tua, dukungan
keluargaa,motifasi dan sikap ibu .seperti kita ketahui di masyarakat itu masih ada pemahaman yang
berbeda menegenai imunisasi sehingga banyak bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi
karena alasan yang di sampaikan keluarga mengenai hal tersebut yaitu karena, keluarga tidak
mengizinkan ,tempat imunisasi jauh,tidak tau tempat imunisasi,serta sibuk /repot.

SKAlA DATA

Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia dalam lima tahun terakhir selalu di atas 85%, namun
masih belum mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan yang ditentukan. Pada tahun 2018
imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 90,61%. Angka ini sedikit di bawah target Renstra tahun
2018 sebesar 92,5%. Kemenkes,RI 2018
- (WHO), cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia.3
Berdasarkan data terakhir WHO sampai saat ini, angka kematian balita akibat penyakit infeksi yang
seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih terbilang tinggi.

- Cakupan imunisasi dasar lengkap di Jawa Timur yaitu cakupan Bayi Laki-Laki dan Perempuan yang di
imunisasi DPT--HB3// DPT--HB-- Hiib3 sebanyak 553.848 bayi (97 %)

belum memenuhi target, bayi yang diimunisasi polio 4 sebanyak 544.529 bayi (95,34%).

diimunisasi campak sebanyak 556.307 bayi (97,40 %) sedangkan

bayi yang telah diimunisasi dasar lengkap (IDL) berjumlah 561.744 bayi (98,36 %).

Target Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Provinsi Jawa Timur 2016 adalah 91,5 %, dari 38 Kabupaten/Kota
yang IDLnya telah melampaui 91,5 % berjumlah 34 Kabupaten.

JUDUL:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI


POSYANDU

13.DIAN KURNIATI SARI

Masalah yang ingin diteliti:

*Rencana ingin mengambil masalah tentang pola asuh anak kebetulan di daerah saya ada satu desa
yang menurut saya rata-rata disana kurang memperhatikan masalah pola asuh,salah satu faktor
penyebab nya adalah pendidikan dimana disana hampir semua orang tua hanya lulusan SD sampai SMP
sehingga kurang mempemahami cara pola asuh yang benar kepada anak. Kemudian banyak sekali
perempuan yang menikah muda sehingga ketika punya anak mereka belum faham betul cara mendidik
anak dengan baik.

Judul :

*Juga ingin meneliti tentang peran orang tua dalam pola asuh anak usia sekolah mengenai kemandirian.

*Hubungan tingkat pendidikan dengan pola asuh anak

*Hubungan pola asuh ibu usia muda terhadap balita usia 1-3 tahun

*Hubungan orang tua terhadap tingkat kemandirian anak usia sekolah.


14. Halimatus sa'diyah

Masalah : kurangnya pengetahauan terhadap diet diet bagi masyarakat yang mengalami penyakit dm

Judul : Pengaruh promosi kesehatan terhadap kepatuhan diet dm tipe 2

Data :

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengatakan bahwa penderita diabetes melitus di
Indonesia meningkat pada tahun 2013 dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2007.

Prevalensi Diabetes Melitus pada tahun 2013 adalah 2,1% sedangkan prevalensi diabetes melitus tahun
2007 adalah sebesar 1,1%. Hanya dua provinsi di Indonesia yang terlihat ada kecenderungan
menurunnya prevalensi DM, yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan 31 provinsi lainnya
di Indonesia menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup berarti salah satunya adalah Sumatera
Barat.

Di Sumatera Barat kasus diabetes melitus terletak pada urutan ke 13 dengan prevalensi 1,3%

(6) Salah satu rumah sakit dengan prevalensi pasien Diabetes terbanyak di

Sumatera Barat adalah RS Islam Ibnu Sina Padang, yang hampir tiap bulannya pasien dengan

diabetes melitus meningkat. Dari studi pendahuluan yang dilakukan di RS Islam Ibnu Sina

Padang tahun 2018 diperoleh data bahwa pasien yang berkunjung ke poliklinik penyakit

dalam lebih dari separoh (65%) diantaranya adalah pasien Diabetes Mellitus tipe 2, dengan

jumlah pasien yang dalam sebulannya datang berkisar antara 300-900 orang. Diketahui

bahwa 95% dari pasien yang berkunjung ke poliklinik penyakit dalam adalah pasien lama,

sedangkan 5% nya dalah pasien baru.Dilihat dari data tersebut diketahui bahwa sebagian

besar pasien DM yang berkunjung ke poliklinik adalah pasien yang sudah berulang-ulang.

15. Moh.Hosnaini

Masalah :

Diabetes meletus (DM) merupakan penyakit kronis, Salah satu penyebab terjadinya penyakit terseut di
akibatkan oleh kurangnya dalam mengontrol pola makan, kurangnya olahraga, kurang mengontrol gula
darah oleh karena itu peran self-manegement sangat penting dalam perawatan maupun pencegahan
komplikasi akibat DM.
Peran keluarga dalam membantu proses penyembuhan sangatlah penting pagi pasien. Keluarga
merupakan orang terdekat yang mampu memberikan efek yang paling besar dalam proses
penyembuhan, keluarga bisa membantu pasien dengan cara memberikan arahan dan motivasi kepada
pasien agar pasien bisa mengontol pola makan dengan baik dan lainnya.

Data :

International diabetes federation(IDF) mencatat saat ini setiap 8 detik ada orang yang meninggal akibat
diabetes di dunia. Jumlad diabetes di dunia naik manjadi 425 juta jiwa pada tahun 2017, namun banyak
orang yang tidak sadar dirinya atau anggotanya terkena diabetes.c Di Indonesia sendiri, berdasarkan
data terbaru riset kesehatan dasar 2018, mengungkapkan bahwa menempati peringkat ke 6 dan
mengalami peningkatan cukup signifikan selama 5 tahun terakhir. Di tahun 2013, angka prevalensi
diabetes pada orang dewasa mencapai 6,9% dan di tahun 2018 angka terus melonjak menjadi 8,5%
(Federasi Diabetes Internasional 2017) di jawa timur juga meningkar yaitu dari 2,1 persen pada tahun
2013, menjadi 2,6 persen pada tahun 2018.dinas kesehatan kabupaten jember tahun 2017, target
pencapaina seluruh indikator SPM yaitu 100% sedangkan pelayanan kesehatan penderita diabetes
mellitus merupakan indikator dengan capaian terendah yaitu rerata kabupaten sebesar 15,33% angka
tersebut menjadi kabupaten jember menjadi peringkat ke 4

JUDUL :

- DUKUNGAN KELUARGA DALAM MEMENUHI SELFMANAGEMENT BAGI PENDERITA PENYAKIT DIABETES


MILITUS(DM)

- PENGARUH SELF MANAGEMENT BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS

16. Fadila try Oktavia

1. hubungan tingginya kunjungan ANC dengan pelayanan ANC di ... pada era pandemi COVID-19

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama kehamilan untuk mendeteksi dini
terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu
dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya,
bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan
tersebut cepat diketahui, dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan
tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care (Kemenkes RI, 2014). Data belum lengkap

2. tingkat keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu hamil dengan sosio budaya dan pengetahuan
ibu di ... pada era pandemi COVID-19

World Health organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), American Academy of Family
Physicians (AAFP) dan Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dan pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai 2 tahun. Berdasarkan data dari WHO tahun
2018, bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 41%. Angka tersebut masih rendah
jika dibandingkan dengan Global Nutritions Targets 2025 yaitu meningkatkan pemberian ASI eksklusif
minimal 50% dan target pada tahun 2030 sebesar 70% . Secara Nasional, cakupan ASI eksklusif pada bayi
usia 0-5 bulan sebesar 37,3% . data belum lengkap

3. pengaruh daring terhadap pengetahuan dan keterampilan mahasiswa prodi keperawatan UNIJA di era
pandemi COVID-19

Belum ada data

17. Imroatul Radha'ah

Judul:“Health education pola makan sehat untuk ibu terhadap persepsi pola makan anak prasekolah".

Usia Prasekolah (golden period) merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, emosional,
dan sosial yang berlangsung dengan cepat, sehingga anak membutuhkan makanan yang sehat. Faktor
yang mempengaruhi pola makan anak berupa lingkungan keluarga salah satunya ibu, pola makan yang
tidak sehat dapat menyebabkan anak sering sakit dan anak mempunyai peluang menderita kurang gizi
(Sunarjo, 2009). Masalah kekurangan gizi telah mendunia sebab penderita umumnya adalah anak-anak,
masalah ini menjadi program penanganan khusus oleh pemerintah, tetapi kasus gizi buruk yang terjadi
saat ini cukup mengkhawatirkan dan meningkat setiap tahunnya (Riskesdas, 2013).

Skala data:

Menurut World Health Organization (WHO) diketahui bahwa 5,9 juta anak di bawah usia 5 tahun
meninggal pada tahun 2015. Sekitar 45% dari seluruh kematian anak terkait dengan gizi buruk. Di
Indonesia Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2014 secara Nasional diperkirakan anak gizi
buruk dan kurang 19,6% dari 23.708.844 jumlah seluruh anak di Indonesia. jika dibandingkan dengan
hasil Riskesdas tahun 2013, terjadi peningkatan yaitu dari 18,4%.  Tahun 2014 di Provinsi Jawa Timur,
diketahui sekitar 20% persen balita dari total 2,4 juta anak dan balita di Jawa Timur. Di tahun berikutnya
2015, jumlah anak penderita gizi buruk kembali mengalami peningkatan yaitu sekitar 25.95% anak.
Sedangkan kasus gizi buruk di kabupaten Sumenep menjadi urutan ketiga se Jawa Timur setelah
Probolinggo dan Malang, menurut Dinas Kesehatan Sumenep 2014 mendeteksi 14, 2% anak yang
mengalami gizi kurang dan gizi buruk dari seluruh jumlah anak, pada tahun 2015 mengalami
peningkatan penderita gizi buruk yaitu sekitar 17,4%. Berdasarkan survey Pemantauan Status Gizi (PSG)
menyebutkan 50% orang tua mengeluhkan anaknya sangat pemilih dalam makan, 31% karena faktor
ekonomi dan sisanya mengalami masalah pola makan.
Pola makan yang tidak sehat dapat berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak (Widodo, 2009). Faktor-
faktor yang mempengaruhi pola makan anak berupa lingkungan keluarga. Keluarga sangat berpengaruh
terhadap pembentukan pola makan anak, anak akan mencontoh kebiasaan makan seperti kebiasaan
tidak sarapan, jenis makanan yang disukai atau tidak disukai orangtua akan menurun pada anaknya.
Selain itu pemikiran yang serba instan menyebabkan banyak orangtua membiasakan anaknya
mengonsumsi makanan yang cepat saji atau jajanan yang manis seperti permen, coklat, teh botol, dapat
mengakibatkan timbulnya rasa kenyang sehingga anak tidak lagi tertarik pada makanan utama
(Sudjatmoko, 2011). Penyajian dan rasa yang monoton juga membuat anak menjadi tidak mau makan,
akibatnya anak terbiasa dengan pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat jika tidak
segera diatasi dapat berkembang menjadi masalah kesulitan makan, sehingga karena makanan yang
dikonsumsi dalam jumlah sedikit dan tidak memenuhi kebutuhan nutrisinya anak akan mengalami gizi
kurang (Kosman, 2004).

Perlu dilakukan pendidikan kesehatan tentang pemberian pola makan yang benar, dengan harapan
bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dan mampu menciptakan sebuah perubahan perilaku
dalam mengelola kesehatannya (Notoatmodjo, 2011).

Anda mungkin juga menyukai