Anda di halaman 1dari 30

SASARAN BELAJAR

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femur


LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Coxae dan Femur
LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Coxae dan Femur
LO.1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi Coxae dan Femur
LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Vaskularisasi Coxae dan Femur
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Proses Pertumbuhan Tulang Panjang
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Fraktur
LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur
LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur
LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur
LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur
LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur
LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femur
LO.4.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Collum Femur
LO.4.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Collum Femur
LO.4.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur Collum Femur
LO.4.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Collum Femur
LO.4.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femur
LO.4.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur Collum Femur
LO.4.7 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Radiologi Fraktur Collum
Femur
LO.4.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur

1
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femur
LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Coxae dan Femur

Artikulasi ini merupakan sendi enarthrodial atau bola-dan-keranjang, dibentuk oleh


pertemuan kepala femur yang masuk ke dalam rongga berbentuk cangkir yaitu acetabulum.
Kartilago artikular pada kepala tulang paha, lebih tebal di pusat daripada disekitarnya,
membungkus seluruh permukaannya kecuali fovea capitis femoris, dimana ligamentum teres
terpasang; pada acetabulum akan membentuk sebuah cincin marjinal yang tidak lengkap, yaitu
permukaan berbentuk bulan sabit. Didalam permukaan berbentuk bulan sabit tersebut ada

2
lingkaran depresi tanpa tulang rawan, yang diisi oleh lemak dalam jumlah banyak, serta dilapisi
oleh membran sinovial.
Ligamen-ligamen pada sendi adalah:
 Kapsul artikularis
 Pubocapsulare
 Iliofemorale
 Ligamentum teres femoris.
 Ischiocapsulare
 Labrum Glenoidale
 Acetabular Transversum 
Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi,
sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar
dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan
berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di
dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur
juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena
adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Coxae dan Femur


Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini
dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan
garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya :
1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang
rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.

3
Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
2). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang concellous.
3). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
4). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang.. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas
adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat
kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut
kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan
limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel
pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan
pada permukaan tulang).
Ada 3 macam tulang rawan yaitu :
1. Tulang rawan hialin

4
Tulang rawan hialin bersifat halus, transparan dan matriksnya bersifat homogeny.
Matriksnya bening kebiruan. Terdapat pada permukaan sendi, cincin tulang rawan pada
batang tenggorok dan cabang batang tenggorok, ujung tulang rusuk yang melekat pada
dada dan ujung tulang panjang. Tulang rawan hialin merupakan bagian terbesar dari
kerangka embrio juga membantu pergerakan persendian, menguatkan saluran pernapasan,
member kemungkinan pertumbuhan memanjang tulang pipa.
2. Tulang rawan elastis
Tulang rawan elastic bersifat lentur dan matriks memiliki serabut elastin yang bercabang-
cabang. Matriksnya berwarna keruh kekuning-kuningan. Jaringan ini terdapat pada daun
telinga, epiglotis, dan laring.
3. Tulang rawan fibrosa
Tulang rawan fibrosa adalah tulang rawan yang paling kaku dan keras karena
mengandung kolagen tipe I. Matriks mengandung banyak serat kolagen. Matriksnya
berwarna gelap dan keruh. Jaringan ini terdapat pada perlekatan ligament-ligamen
tertentu pada tulang, persendian tulang pinggang, dan pada pertautan antara tulang
kemaluan kanan dan kiri.

LO.1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi


Articulatio coxae
Tulang : antara caput femoris dan acetabulum
Jenis sendi : enarthrosis spheroidea
Penguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata
Kelajar Havers terdapat pada acetabuli
Ligamentum iliofemorale yang berfungsi memepertahankan art. Coxae tetap
ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada
waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan
posisi tegak. Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.
Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa.
Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum
capitisformis. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

5
Capsula articularis : membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica
dan crista intertrochanterica.
Gerak sendi :
Fleksi : M. Iliopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductor longus, M.
Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia lata.
Ekstensi : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosis, M. Semimembranosus, M.
Biceps femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior.
Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Piriformis, M sartorius, M.
Tensor fascia lata.
Adduksi : M. Adductor longus, M. Adductor magnus, M. Adductor brevis,
M.pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris.
Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fasciae latae,
M. Adductor magnus pars posterior
Rotasi lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturatur
externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus, Mm. Adductores.
Articulatio ini dibungkus oleh capusula articularis yang terdiri dari jaringan ikat
fibrosa. Capsula articularis ini berjalan dari pinggir acetabulum Os. Coxae menyebar ke
latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea trochanterica bagian
depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira kira sebesar jari
diatas crista intertrochanterica. Oleh karena itu bagian lateral dan distal belakang colum
femoris adalah diluar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur colum femoris
dapat extracapsular (diluar scapula) dan dapat pula intracapsular (diantara scapula).
LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Vaskular Coxae dan Femur

6
Kaput femur mendapat aliran darah dari tiga sumber, yaitu:
1. Pembuluh darah intrameduler di dalam leher femur
2. Pembuluh darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi
3. Pembuluh darah dari ligamen yang berputar
Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intramedular dan pembuluh darah retinakulum
selalu mengalami robekan, bila terjadi pergeseran fragmen.

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Proses Pertumbuhan Tulang Panjang


Pembentukan tulang Endokondral

7
Epiphysis
Pada tulang panjang, epiphysis adalah daerah antara pelat pertumbuhan atau luka
pertumbuhan piring dan akhir diperluas tulang, tulang rawan artikular tertutup oleh. Sebuah
epiphysis pada orang dewasa skeletally terdiri dari tulang trabekuler berlimpah dan shell tipis
tulang kortikal.
Metaphysis
Metaphysis adalah wilayah junctional antara lempeng pertumbuhan (lihat gambar di bawah) dan
diaphysis tersebut. Metaphysis berisi tulang trabekuler berlimpah, tetapi tulang kortikal menipis
sini relatif terhadap diaphysis tersebut. Wilayah ini adalah situs umum untuk banyak tumor-
tumor tulang primer dan lesi serupa. Para kegemaran relatif osteosarcoma untuk wilayah
metaphyseal tulang panjang pada anak-anak telah dikaitkan dengan omset tulang yang cepat
karena remodeling tulang ekstensif selama ledakan pertumbuhan (lihat Pertumbuhan,
Pemodelan, dan Renovasi Bone, di bawah).

8
Epiphysis metaphysis
Jenis Jaringan Tulang
Jaringan tulang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, termasuk tekstur, pengaturan
matriks, kematangan, dan asal perkembangan.
Berdasarkan tekstur bagian lintas, jaringan tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Tulang kompak (padat tulang, tulang kortikal): tulang Compact ivorylike dan padat
dalam tekstur tanpa rongga. Ini adalah shell tulang banyak dan mengelilingi tulang trabekuler
di tengah. Tulang kompak terdiri terutama dari sistem haversian atau osteons sekunder.
 Spons tulang (tulang trabekuler, tulang kanselus): Sponge tulang sangat bernama karena
busa dengan rongga banyak. Hal ini terletak di dalam rongga meduler dan terdiri dari tulang

Spons Tulang Tulang Kompak

Tulang dibungkus jaringan ikat periosteum, dibawah periousteum terdapat lamel general luar.
Dibagian dalam, dinding ruang sumsum tulang dilapisi oleh endosteum. Dibawah endosteum
mempunyai kemampuan osteogenesis.

9
Sel tulang dibagi menjadi empat jenis :
1. Osteoblast
2. Osteosit
3. Osteoklast
4. Osteoprogenitor

Periosteum

Periosteum terdiri dari lapisan kambium batin yang berdekatan dengan permukaan tulang
dan lapisan fibrosa luar padat. Lapisan kambium terdiri dari sel osteoprogenitor, yang datar dan
berbentuk gelendong dan mampu membedakan menjadi osteoblas dan tulang membentuk dalam
menanggapi berbagai rangsangan. Serat kolagen pada lapisan luar berdekatan dengan kapsul
sendi, ligamen, dan tendon. Periosteum tebal dan longgar melekat pada korteks pada anak-anak,
tetapi lebih tipis dan lebih patuh pada orang dewasa. Periosteum tulang benar-benar meliputi,
kecuali di wilayah tulang rawan artikular dan di situs lampiran otot. 
Osteoblast

10
Memproduksi matriks organik tulang. Sel berbentuk buah dengan inti terletak pada
bagian ujung yang kecil dari sel pada arah yang menjauhi balok tulang. Inti besar berbentuk
lonjong.
Osteosit

Setelah membuat matriks tulang akan terperangkap di dalam matriks menjadi osteosit.
Terdapat kanal-kanal kecil menjulur keluar dari lakuna, yaitu kanalikuli yang mengandung
cabang sitoplasma osteosit.
Osteoklast

Merupakan sel besar berinti banyak, sitoplasma asidofil dengan banyak vakuola,
sehingga tampak berbusa. Osteoklast aktiof berperan dalam destruksi atau absorpsi tulang,
ditemukan pada lekukan permukaan tulang yang sedang mengalami reabsorpsi, disebut lakuna
Howship
Histologi Sendi
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu: (1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang

11
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan
sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong
oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis;
dan (3) sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan,
memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat
bergerak penuh.

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Fraktur


LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh trauma, baik langsung maupun tidak langsung
a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jarongan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta Kedokteran; 2000)
b. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001)
c. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. ( Reeves C.J,Roux G &
Lockhart R,2001 )

LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur


Terdapat berbagai macam jenis fraktur. Untuk lebih sistematisnya, dapat dibagi
berdasarkan:
a. Lokasi
Fraktur dapat terjadi di di berbagai tempat pada tulang seperti pada
diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan
bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
b. Luas
Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak lengkap
contohnya adalah retak.
c. Konfigurasi

12
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar),
oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari satu garis
fraktur, maka dinamakan kominutif.
d. Hubungan antar bagian yang fraktur
Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau
terpisah jauh (displaced).
e. Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan
antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat
hubungan antara fraktur dengan dunia luar).

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :


Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.

f. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:


 Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
 Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang.

13
 Obllik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak
stabil dibanding transversal).
 Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang.
 Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
 Depresi: fraktur dengan pragmen patahan terdorong kedalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
 Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang).
 Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor).
 Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada
perlakatannya.
 Epifiseal: fraktur melalui epifisis.
 Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang
lainnya.
Klasifikasi Fraktur Kolum Femur
 Lokasi anatomi
- Fraktur subcapital
- Fraktur cervical
- Fraktur basis collum femur
 Arah garis patah
- Tipe 1: sudut 30o
- Tipe 2: sudut 50o
- Tipe3: sudut 70o
 Dislokasi/ tidak fragment, dibagi menurut Garden:
- Garden 1: incomplete (impacted)
- Garden 2: fraktur collum femur tanpa dislokasi
- Garden 3: fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi
- Garden IV: fraktur collum femur&dislokasi total

14
LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur
Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang . 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur
-Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah
dan kekuatan trauma.
-Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,
kekuatan, dan densitas tulang.
a. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area
benturan.
c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma.
Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor
tulang.

LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur


Penegakan diagnosis fraktur collum femur dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
a.Anamnesis
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma/jatuh yang diikuti nyeri pinggul, pada
pemeriksaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan fleksi, eksorotasi dan abduksi. Pada atlet
yang mengalami nyeri pinggul namun masih dapat berjalan pemeriksaan dimulai dengan riwayat
rinci dan pemeriksaan fisik. Dokter harus menanyakan apakah gejala yang muncul terkait dengan
olahraga atau kegiatan tertentu. Riwayat latihan fisik harus diperoleh dan perubahan dalam
tingkat aktivitas, alat bantu, tingkat intensitas, dan teknik harus dicatat.
Adanya riwayat menstruasi harus diperoleh dari semua pasien wanita. Amenore sering
dikaitkan dengan penurunan kadar serum estrogen. Kurangnya estrogen pelindung menyebabkan
penurunan massa tulang. Trias yang dijumpai pada wanita bisa berupa amenore, osteoporosis,
dan makan teratur banyak mempengaruhi perempuan aktif. Tanda dan gejala pada perempuan
meliputi fatigue, anemia, depresi, intoleransi dingin, erosi enamel gigi. Dokter harus mencurigai
adanya fraktur dan memahami tanda-tanda yang mungkin dari para atlet wanita, terutama
mencatat fraktur yang tidak biasa terjadi dari trauma minimal. Sebagian besar atlet

15
menggambarkan timbulnya rasa sakit selama 2-3 minggu, dimana dapat dijumpai perubahan
dalam pelatihan atau penggunaan peralatan latihan. Biasanya, pelari meningkatkan jarak tempuh
mereka atau intensitas, atau penggunaan sepatu lari. dokter harus bertanya tentang latihan
individu dan jarak tempuh.
Pasien biasanya melaporkan riwayat pinggul tiba-tiba, nyeri di selangkangan, atau nyeri lutut
yang memburuk dengan olahraga. Karakteristik dari fraktur adalah riwayat sakit setempat yang
berkaitan dengan latihan yang meningkat dan berkurang dengan aktivitas dan baik dengan
istirahat atau dengan aktivitas yang kurang. Nyeri semakin parah dengan pelatihan lanjutan. Rasa
sakit berasal dari aktivitas berulang, dan berkurang dengan istirahat.
b.Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pemeriksaan ini dimulai dengan pengamatan pasien selama evaluasi. Perhatikan setiap kali
pasien meringis atau pola-pola abnormal. Pasien dengan patah tulang leher femur biasanya tidak
dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi
dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam
posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi. Amati krista iliaka untuk setiap ketinggian yang
berbeda, yang mungkin menunjukkan perbedaan fungsional panjang kaki. Alignment dan
panjang ekstremitas biasanya normal, tapi gambaran klasik dari pasien dengan fraktur yang
pendek dan ekstremitas eksternal diputar. Penilaian ada tidaknya atrofi otot atau asimetri juga
penting.
Palpasi
Pada palpasi fraktur diagnosis sering ditemukan adanya hematom di panggul. Pada tipe
impaksi, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat.
Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral.
Ditentukan rentang gerak untuk fleksi panggul, ekstensi, adduksi, rotasi internal dan
eksternal serta fleksi lutut dan ekstensi. Temuan termasuk adanya rasa sakit dan terbatasnya
rentang gerak pasif di pinggul.
2. Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Klinis Fraktur
Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
- Palpasi

16
- Move

a. Inspeksi
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Keadaan umum penderita secara keseluruhan
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Lidah kering . basah
- Adanya tanda- tanda perdarahan
b. Palpasi ( feel )
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan
- Krepitasi
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengukur adanya
perbedaan panjang tungkai
c. Move ( pergerakan )
- Berupa pergerakan aktif dan pasif pada sendi proksimal dan distal pada
daerah yang mengalami trauma.

c.Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen
Pada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang
impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai
melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis
trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur
yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah
fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan
nekrosis avaskular.
Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama
dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk

17
menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya
fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat
menunjukkan tegangan fraktur. Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada
bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur. Fraktur harus dibedakan
dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya
terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone
scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur


Prinsip mengenai fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi
semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patahan
tulang (imobilisasi).
Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula
karena tulang mempunyai kemampuan remodeling (proses swapugar).
Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasi.
Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau tidak akan
menyebabkan cacat di kemudian hari, cukup dilakukan dengan proteksi saja, misalnya
dengan menggunakan mitela (penyangga) atau sling. Contoh kasus yang ditangani
dengan cara ini adalah fraktur iga, fraktur klavikula pada anak, dan fraktur vertebra
dengan kompresi minimal.
Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan
imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan patah
tulang tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.
Cara ketiga berupa reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan
imobilisasi. Ini dilakukan pada patah tulang dengan dislokasi fragmen yang berarti,
seperti pada patah tulang radius distal.
Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu,
misalnya beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal ini dilakukan pada patah
tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi kembali di dalam gips, biasanya pada
fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat seperti pada patah tulang femur.

18
Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar.
Fiksasi fragmen fraktur menggunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang,
kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar kulit. Alat
ini dinamakan fiksator eksterna.
Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan
fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang kolum femur. Fragmen
direposisi secara non-operatif dengan meja traksi; setelah tereposisi, dilakukan
pemasangan prostesis pada kolum femur secara operatif.
Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna. Cara
ini disebut juga sebagai reduksi terbuka fiksasi interna (open reduction internal fixation,
ORIF). Fiksasi interna yang dipakai biasanya berupa pelat dan sekrup. Keuntungan
ORIF adalah tercapainya reposisi yang sempurna dan fiksasi yang kokoh sehingga
pascaoperasi tidak perlu lagi dipasang gips dan mobilisasi bisa segera dilakukan.
Kerugiannya adalah adanya risiko infeksi tulang, ORIF biasanya dilakukan pada fraktur
femur, tibia, humerus, antebrakia.
Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya
dengan protesis, yang dilakukan pada patah tulang kolum femur. Kaput femur dibuang
secara operatif lalu diganti dengan protesis. Penggunaan protesis dipilih jika fragmen
kolum femur tidak dapat disambungkan kembali, biasanya pada orang lanjut usia.
Khusus untuk fraktur terbuka, perlu diperhatikan bahaya terjadinya infeksi, baik
infeksi umum (bakteremia) maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan
(osteomielitis). Pencegahan infeksi harus dilaksanakan sejak awal pasien masuk rumah
sakit,
Yaitu debrideman yang adekuat dan pemberian antibiotik profilaksis serta imunisasi
tetanus. Untuk fraktur terbuka, secara umum lebih baik dilakukan fiksasi eksterna
dibanding fiksasi interna. Penutupan defek akibat kehilangan jaringan lunak dapat
ditunda (delayed primary closure) sampai keadaan luka vital aman dan bebas infeksi.
Yang paling sederhana adalah penjahitan sederhana, menutup dengan graft kulit setelah
mengikis periosteum agar skin graf bisa hidup, hingga menutup luka dengan flap.
Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa :
1. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas

19
2. Terapi operatif
Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher femur baik
orang dewasa muda maupun pada orang tua karena :
 Perlu reduksi yang akurat dan stabil
 Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi
Jenis-jenis operasi :
a. Pemasangan pin
b. Pemasangan plate dan screw
c. Artoplasti : dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun berupa :
- Eksisi atroplasti
- Hemiartroplasti
- Artoplasti total

LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur


 Komplikasi segera
Terjadi pada saat terjadinya patah tulang atau segera setelahnya.
 Lokal
- Kulit : abrasi, laserasi, penetrasi
- Pembuluh darah : robek
- Sistem saraf : sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik
- Otot
- Organ dalam : jantung, paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta), kandung
kemih (pada fraktur pelvis)
 Umum
- Rudapaksa multiple
- Syok : hemoragik, neurogenik
 Komplikasi dini
Terjadi didalam beberapa hari
 Lokal

20
- Nekrosis kulit, ganggren, sindrom kompartemen, trombosis vena, infeksi
sendi, osteomielitis umum
- ARDS : emboli paru, tetanus.
 Komplikasi lama
 Lokal
- Sendi : ankilosis fibrosa, ankilosis osal
- Tulang : gagal taut/taut lama/susah taut, distrofi refleks, osteoporosis
pascatrauma, gangguan pertumbuhan, osteomielitis, patah tulang ulang
- Otot/tendon : penulangan otot, ruptur tendon
- Saraf : kelumpuhan saraf lambat
 Umum
- Batu ginjal (akibat imobilsasi lama di tempat tidur)

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femur


LO.4.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Collum Femur
Fraktur collum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian
proksimal femur. Yang termasuk collum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput
femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter
Fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum tulang femur. Rusaknya
kontinuitas tulang pangkal yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-
kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

LO.4.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Collum Femur


1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul
a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femur
b. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femur
c. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur
2. Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul
a. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor
b. Fraktur intertrokanter

21
c. Fraktur subtrokanter
Fraktur collum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian
proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan
kaput femur sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.
Klasifikasi fraktur collum femur menurut Garden’s (1961) adalah sebagai
berikut :
a.Grade I : Fraktur inkomplit (abduksi dan terimpaksi)
b.Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran fragmen tulang
c.Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian fragmen fraktur (varus
malaligment).
d.Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang
bersinggungan
Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur collum femur juga sering digunakan.
Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang
horizontal pada posisi tegak
a. Tipe I : Garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi
tegak.
b. Tipe II : Garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi
tegak.
c. Tipe III : Garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi
tegak

LO.4.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur Collum Femur


Fraktur collum femur banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60 tahun
dimana tulang sudah mengalami osteoporosis. Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya
ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi), sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat
mengalami kecelakaan
Fraktur ini juga dapat terjadi pada penderita osteopenia, diantaranya mengalami kelainan
yang menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang, misalnya osteomalasia,
diabetes, stroke, alkoholisme dan penyakit kronis lainnya. Beberapa keadaan ini meningkatkan
kecenderungan pasien terjatuh.

22
Penyebab umum yang mengakibatkan kelemahan pada tulang yaitu :
a.Osteoporosis. Penggunaan Vitamin D dan Kalsium diketahui mengurangi terjadinya fraktur
patologis sebanyak 43%.
b.Homosistein, merupakan suatu asam amino alami yang toksik dan menyebabkan kelainan pada
jantung, stroke dan fraktur tulang. Penggunaan vitamin B mengurangi terjadinya fraktur pada
80% pasien setelah 2 tahun.
c.Penyakit metabolik lain seperti Penyakit Paget, Osteomalasia dan Osteogenesis Imperfekta.
d.Tumor tulang primer yang jinak atau ganas.
e.Kanker metastasis pada bagian proksimal femur juga dapat melemahkan tulang dan
mempermudah terjadinya fraktur patologis.
f.Infeksi pada tulang.
Elemen lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya fraktur adalah resiko terjatuh atau cedera.
Pencegahan agar pasien tidak terjatuh dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien yang beresiko, perawatan harian, penggunaan alat Bantu untuk berjalan, dsb.
Pelindung tulang panggul (Hip Protector) berupa alas plastic di sepanjang trochanter dapat
digunakan pada pasien yang beresiko.

LO.4.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Collum Femur

LO.4.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femur


Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada
penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur
collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi
panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari
tungkai yang cedera. Tungkai dalam posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.
Nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering di temukan, tetapi
gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jarngan lunak. Deformitas jauh lebih
mendukung.
Tanda-tanda lokal

23
- Penampilan : pembengkakan, memar dan deformasi mungkn terlhat jelas.
- Rasa : terdapat nyeri setempat
- Gerakan : krepitus dan gerakan abnormal dapat di temukan

LO.4.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur Collum Femur


Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-
organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
 Pemeriksaan fisik :
o Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi,rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting
adalah apakahkulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan
dengan fraktur, cedera terbuka
o Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal
dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh
darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
o Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting
untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian
distal cedera.
o

LO.4.7 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Radiologi Fraktur Collum


Femur
Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior
posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari
satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil
foto sinar – x pada pelvis dan tulang belakang.
Tujuan pemeriksaan :

24
d. Mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
e. Konfirmasi adanya fraktur
f. Menentukan teknik pengobatan
g. Melihat adanya benda asing
h. Melihat adanya keadaan patologis
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:
- Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan
lateral
- Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, diatas dan dibawah sendi
yang mengalami fraktur
- Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua anggota
gerak terutama pada fraktur epifisis.
- Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah
tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada
panggul dan tulang belakang.
- Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto
pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari
kemudian.
Klasifikasi radiologis
Berdasar Lokalisasi
- Diafisial
- Metafisial
- Intraartikuler
- Fraktur dengan dislokasi
Berdasar Konfigurasi
- Fraktur transversal
- Fraktur oblik
- Fraktur spiral
- Fraktur segmental
- Fraktur komunitif

25
- Fraktur impaksi
- Fraktur epifisis
- Fraktur depresi

Berdasar ekstensi
- Fraktur total
- Fraktur tidak total
- Fraktur buckle atau torus
- Fraktur line hair
- Fraktur greenstick
Berdasar hubungan fragmen
- Tidak bergeser
- bergeser
Bergeser :
- Bersampingan
- Angulasi
- Rotasi
- Distraksi

26
- overriding

LO.4.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur


Penanganan fraktur collum femur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi tertutup
dan fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur.
Bila tak dapat dilakukan operasi ini, cara konservatif terbaik adalah langsung mobilisasi dengan
pemberian anestesi dalam sendi dan bantuan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk
pseudoartrosis yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa
sakit yang dapat ditahan, serta sedikit pemendekan.1
Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian kaput femur dengan prosthesis
atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur diikuti dengan mobilisasi dini
pasca bedah
a.Terapi Konservatif
Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut :
a.Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal
b.Kesulitan mengamati fragmen proksimal
c.Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan synovial.
Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin traction dan buck extension.
b.Terapi Operatif

27
Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang bergeser tidak
akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan aktif
tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur
terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada fraktur-
fraktur itu, sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman.
Dua prinsip yang harus diikuti dalam melakukan terapi operasi yaitu reduksi anatomi
yang sempurna dan fiksasi internal yang kaku
Metode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan Smith Petersen
Tripin Nail. Metode terbaru fiksasi internal adalah dengan menggunakan multiple compression
screws. Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke atas) fraktur ditangani dengan cara
memindahkan caput femur dan menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis
Austin Moore.
Palm Halm Test : tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi
kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah
reposisi berhasil baik, dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin
percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulang 3 kali. Kemudian dilakukan open
reduksi, dilakukan reposisi terbuka, setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi alat internal
fiksasi knowless pin, cancellous screw, atau plate.5
Pengawasan dengan sinar X (sebaiknya digunakan penguat) digunakan untuk
memastikan reduksi pada foto anteroposterior dan lateral.
Sejak hari pertama pasien harus duduk ditempat tidur atau kursi. Dia dilatih melakukan
pernafasan, dianjurkan berusaha sendiri dan mulai berjalan (dengan penopang atau alat berjalan)
secepat mungkin.
Karena itu kebijaksanaan kita adalah mencoba reduksi dan fiksasi pada semua pasien
yang berumur dibawah 60 tahun dan mempersiapkan penggantian untuk penderita yang
a.Penderita yang sangat tua dan lemah
b.Penderita yang gagal mengalami reduksi tertutup
c.Penggantian yang paling sedikit traumanya adalah prostesis femur atau prostesis bipolar tanpa
semen yang dimasukan dengan pendekatan posterior.
Penggantian pinggul total mungkin lebih baik :
a.Bila terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada kerusakan acetebulum.

28
b.Pada pasien dengan penyakit paget atau penyakit metastatik.
Penanganan nekrosis avaskuler kaput femur dengan atau tanpa gagal-pertautan juga dengan
eksisi kaput dan leher femur dan kemudian diganti dengan prosthesis metal.
Pada fraktur leher femur impaksi biasanya penderita dapat berjalan selama beberapa hari
setelah jatuh sebelum timbul keluhan. Umumnya gejala yang timbul minimal dan panggul yang
terkena dapat secara pasif digerakkan tanpa nyeri. Fraktur ini biasanya sembuh dalam waktu 3
bulan tanpa tindakan operasi, tetapi apabila tidak sembuh atau terjadi disimpaksi yang tidak
stabil atau nekrosis avaskuler, penanganannya sama dengan yang di atas.

LO.4.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur Collum Femur


Komplikasi umum yang biasa menyertai cedera atau tindakan operasi pada pasien usia
lanjut misalnya trombosis vena tungkai bawah, embolisme paru, pneumonia dan ulkus dekubitus.
Kelainan yang terdapat sebelum fraktur terjadi dapat memperberat kondisi pasien.
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% pasien dengan pergeseran fraktur dan 10% pada pasien
fraktur tanpa pergeseran. Beberapa minggu setelah cedera, pemeriksaan scan nanokoloid dapat
memperlihatkan berkurangnya vaskularitas. Perubahan pada sinar X berupa meningkatnya
kepadatan kaput femoris mungkin tidak nyata selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun. Kolapsnya kaput femur akan menyebabkan nyeri dan semakin hilangnya fungsi.
Terapinya adalah dengan penggantian sendi total
Fraktur non union ditemukan pada lebih dari sepertiga fraktur leher femur, dan resiko ini
terutama meningkat pada pasien yang mengalami pergeseran berat. Terdapat banyak penyebab
buruknya suplai darah, akibat tidak sempurnanya reduksi, tidak cukupnya fiksasi dan lambatnya
penyembuhan yang merupakan tanda khas untuk fraktur intraartikular.5
Adanya tulang di tempat fraktur remuk, fragmen terpecah dan screw yang keluar atau terjulur ke
lateral. Pasien akan mengeluhkan nyeri, tungkai memendek dan sukar berjalan.
Nekrosis avaskular atau kolapsnya kaput femur dapat mengakibatkan osteoartritis sekunder
setelah beberapa tahun. Bila gerakan sendi berkurang dan meluasnya kerusakan sampai ke
permukaan sendi, perlu dilakukan penggantian sendi total.2

29
Daftar Pustaka

Faiz, O. (2004). At A Glance Series Anatomy. Jakarta: Erlangga.


Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah.
Mithcell, R. N. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.
Patel, P. R. (2006). Lecture Notes Radiologi. Jakarta: EMS.
Rasjad C. 1992. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung
Pandang.
Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone.
Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.
Jakarta: EGC
Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Bagian Anatomi.
Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://www.histology-world.com/
http://www.instantanatomy.net/
http://www.medicastore.com/
http://www.nursingbegin.com/

30

Anda mungkin juga menyukai