Anda di halaman 1dari 4

NAMA: PRIMA GITA CAHYANI

NIM: A1G120023
KELAS: 1A

UTS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


1. .Jelaskan pengertian Agama Islam serta ruang lingkupnya.
2. .Uraikan pendapat sdr mengapa manusia harus beragama dan bagaimana agama dapat
membahahagiakan manusia.
3. Kemukakan alasan anda ,mengapa iman,islam,dan ihsan menjadi persyaratan dalam
membentuk insan kamil'
4. .kemukakan langkah-langkah tentang bagaimana membumikan islam di Indonesia.
5. Jelaskan pengertian modernisasi serta kemukakan apa saja tantangan yg dihadapi Islam
dalam modernisasi pada saat ini.
6. jelaskan pengertian paradigma Qur'an dan mengapa Al Qur"an dijadikan paradigma utk
menghadapi segala persoalan.
7. Sebutkan sumber pokok dalam ajran islam.
Jawaban
1. Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu kata
salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata aslama,
yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan taat. Sedangkan
muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan
tunduk kepada Allah s.w.t
Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran- ajarannya
diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul.

Ruang lingkup agama islam meliputi tiga bidang yaitu:


 Aspek keyakinan yang disebut Aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap Allah
SWT dan semua yang difirmankan Nya untuk diyakini.
 Aspek Norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah,sesama manusia dan dengan alam semesta
 Aspek Prilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau prilaku yang nampak dari
pelaksanaan aqidah dan syariah

2. manusia membutuhkan agama untuk membantu dan memberikan pencerahan spiritual


untuk dirinya sendiri. Manusia membutuhkan agama bukan sekedar untuk kebaikan
dirinya di hadapan Tuhan semata, tapi juga agar bisa membantu dirinya dalam
menghadapi bermacam-macam masalah dalam hidup yang kadang-kadang tidak bisa
dipahaminya. Agama adalah pijar kehidupan, menerangi hidup yang penuh kegelapan di
mana manusia seringkali tidak mampu mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi
dalam hidupnya Agama membentuk jiwanya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna
baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat. Agama sudah sangat sempurna
dikarenakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan.
Sehingga sangat penting untuk manusia memiliki agama. Islam adalah kebahagiaan
autentik artinya lahir dan tumbuh dari nilai-nilai hakiki Islam dan mewujud dalam diri
seseorang hamba yang mampu menunjukkan sikap-sikap yang baik untuk selalu
berpegang pada nilai-nilai kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat
iman, Islam, dan kehidupan, serta menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan
dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial, dan profesional. Islam memberikan
kebahagiaan bukan hanya didunia melainkan juga di akhirat.
3. Karena Insan kamil merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan. Hal ini
disebabkan untuk menjadi manusia ideal tersebut maka manusia harus memiliki iman,
yaitu jika dalam hati orang tersebut telah tertanam kepercayaan dan keyakinan tentang
sesuatu dan sejak saat itu ia tidak khawatir lagi terhadap menyelusupnya kepercayaan lain
yang bertentangan dengan kepercayaannya. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya
tentang keberadaan Allah, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Islam
yang dimaksud dalam hal ini adalah rukun islam, yaitu lima tindakan dasar dalam Islam,
dianggap sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari
kehidupan Muslim. Lima rukun islam: 1. Mengucapkan dua kalimat syahadat, 2.
Mendirikan Shalat, 3. Berpuasa di bulan Ramadhan, 4. Membayar Zakat, 5. Pergi Haji
(jika mampu). Ihsan adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-
Nya, dan jika ia tidak mampu melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa
sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Ihsan juga merupakan puncak ibadah dan
akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah Swt. Sebab, ihsan
menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Jika manusia sudah
mahami arti iman dan juga beriman dengan benar, juga menjalani Islam dan rukun-
rukunnya dengan istiqamah. Maka akan lebih mudah bagi mereka untuk memahami
makna ihsan, manusia akan mencapai derajat ihsan dengan meningkatkan terus kualitas
iman dan Islam dalam dirinya, dengan begitu menjadi insan kamil bukanlah hal yang
mustahil baginya.

4. Dalam konteks sejarah penyebaran Islam di Nusantara tepatnya pada aba ke -15 dan
khususnya di tanah Jawa, Walisongo mempunyai peran yang cukup besar dalam proses
akulturasi Islam dengan budaya. Budaya dijadikan sebagai media dalam menyebarkan
Islam dan mengenalkan nilai dan ajaran Islam kepada masyarakat secara persuasif.
Kemampuan memadukan kearifan local dan nilai-nilai Islam mempertegas bahwa agama
dan budaya lokal tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Secara sosiologis,
keberadaan Walisongo hampir semua berada di titik tempat pusat kekuatan masyarakat,
yaitu di Surabaya, Gresik, Demak, dan Cirebon. Bahkan kerabat mereka pun memiliki
peran yang signifikan juga dalam penyebaran Islam secara kultural.
Dalam konteks praktik keagamaan yang dijalankan masyarakat Indonesia yang
berhubungan dengan gerakan dakwah Walisongo dtampak sekali terdapat usaha
membumikan Islam. Fakta tentang pribumisasi Islam yang dilakukan Walisongo dalam
dakwahnya terlihat sampai saat ini. Sejumlah istilah local yang digunakan untuk
menggantikan istilah yang berbahasa Arab, contohnya Gusti Kang Murbeng (Allahu
Rabbul Alamin), Kanjeng Nabi, Kyai (al-Alim), Guru (Ustadz), bidadari (Hur),
sembahyang (shalat), dan lain-lain.

Sejak masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki dua model di atas. Kelompok
formalis lebih mengutamakan aspek fikih dan politik kenegaraan, sedangkan kelompok
esensialis memprioritaskan aspek nilai dan kultur dalam berdakwah. Di era kemerdekaan
sampai dengan era pascareformasi, polemik antara kedua model keberagamaan ini masih
tetap ada.

Dalam masyarakat yang pluralistik saat ini diperlukan pengembangan kiat-kiat baru bagi
para pendakwah dengan menyelaraskan dengan kemajuan tekhnologi dan modernitas.
Penggunaan media massa dan internet dirasa sangat pas dalam menyebarkan dakwah
yang lebih luas lagi. Artinya, metode seperti ini juga menandakan sama dengan para
Walisongo pada zaman dahulu menggunakan media tradisional.

Tuntutan modernitas dan globalisasi menuntut model pemahaman agama yang saintifik,
yang secara serius memperlihatkan pelbagai pendekatan, Pendekatan Islam monodisiplin
tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan zaman yang dihadapi umat Islam di
pelbagai tempat. Agar diperoleh pemahaman Islam yang saintifik di atas diperlukan
pembacaan teks-teks agama (Quran, Al-Hadts, dan turats) secara integratif dan
interkonektif dengan bidang-bidang dan disiplin ilmu lainnya.

5. Modernisasi, menurut sebagian ahli, adalah sejenis tatanan sosial modern atau yang
sedang berada dalam proses menjadi modern. Bagi ahli lain, esensi modernisasi
ditemukan dalam kepribadian individual. Istilah modern juga bisa berkaitan dengan
karakteristik. Munculnya modernisasi seringkali dikaitkan dengan perubahan sosial,
sebuah perubahan penting dari struktur sosial (pola-pola perilaku dan interaksi sosial).
Tantangan besar umat islam dalam menghadapi moderenisasi adalah masuknya
pengaruh-pengaruh barat yang banyak bertentangan dengan kaidah-kaidah islam,
bagaimana memanifestasikan ajaran Islam itu di dalam sistem kehidupan social dan
pemahaman yang berbeda di antara mereka dalam memahami Islam, apakah
sebagai model dari sebuah realitas (model of reality) ataukah model untuk sebuah
realitas (models for reality).
6. Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah paradan
digma. Para mengandung arti „disamping‟, „di sebelah‟,dan„keadaan lingkungan‟.
Digmaberarti „sudut pandang‟, „teladan‟, „arketif;dan „ideal‟. Dapat dikatakan bahwa
paradigma adalahcara pandang, cara berpikir, cara berpikir tentang suatu realitas. Adapun
secara terminologisparadigmaadalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang
menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitasatausuatu permasalahan dengan
menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode keilmuan
yang bisa dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qurani adalah cara pandangdancara
berpikir tentang suatu realitasatausuatu permasalahan berdasarkan Al-Quran. Karena al
Quran karena ajaranIslam yang sumbernya Al-Quran dan hadis bersifat syumul artinya
mencakup segala aspek kehidupan.Kedua,ajaran Islam bersifat rasional,artinya sejalan
dengan nalar manusia sehingga tidak bertentangan dengan Iptek.Ketiga, ajaran Islam
berkarakter tadarru jartinyabertahap dalam wurūddan implementasinya. Keempat, ajaran
Islam bersifattaqlilat-takaalifartinya tidak banyak beban karena beragama itu memang
mudah, dalam arti untuk melaksanakannya berada dalam batas-batas kemanusiaan bukan
malah sebaliknya, tidak ada yang diluar kemampuan manusia untuk melaksanakannya.
Allah sendiri menyatakan dalam banyak ayat bahwa yang dikehendaki oleh Allah adalah
kemudahan bagi umat manusia bukan kesulitan, menjunjung tinggi kesamaan (egaliter),
keadilan, rahmat dan berkah bagi semua. Kelima, ajaran yang diangkat Al-Quran
berkarakter i‟jāzartinya bahwa redaksi Al-Quran dalam mengungkap pelbagai
persoalan,informasi, kisah dan pelajaran selalu dengan gaya bahasa yang singkat, padat,
indah, tetapi kaya makna, jelas dan menarik. Agama yang mempunyai prinsip seperti
itulah agama masa depan dan agama yang dapat membawa kemajuan.
7. 1. Al-Qur’an
2. Hadits (Sunnah)
3. Ijtihad

Anda mungkin juga menyukai