1
2
DAFTAR ISI
2
3
3
4
4
5
5
6
satu, tanah Indonesia;(2) kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia; (3) kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Lahirnya ikrar Sumpah Pemuda tersebut menguatkan kedudukan bahasa Melayu
yang kemudian diubah nama menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa
Belanda di Indonesia. Hal ini justru berdampak positif terhadap bahasa Indonesia karena
bahasa Indonesia dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan pada masa itu.
1.1.2 Setelah Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara semakin
kuat. Pemerintah membentuk lembaga yang mengurus kebahasaan yang sekarang menjadi
Pusat Bahasa. Ketika itu terjadi perubahan ejaan bahasa Indonesia yang semula ejaan
Ophuiysen ke Ejaan Soewandi yang diresmikan tanggal 19 Maret 1947. Hingga tanggal 16
Agustus 1972 diresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Dewasa ini sebagian masyarakat Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa Inggris
daripada bahasa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya orang tua
berbondong-bondong mengursuskan anak-anaknya untuk belajar bahasa Inggris, bahkan
dalam keseharian anak-anak dibiasakan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Tentu
saja hal itu berdampak positif dalam pengembangan IPTEK di era globalisasi ini. Namun
dampak negatifnya ialah kurangnya perhatian masyarakat dalam penggunaan bahasa
Indonesia secara tepat bahkan terkesan asal-asalan.
6
7
7
8
Indonesia. Bahasa Indonesia mutlak digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan
kenegaraan.
b. Bahasa pengantar resmi dalam dunia pendidikan
Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dipakai sebagai bahasa
pengantar di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk memperlancar kegiatan
belajar mengajar, penulisan bahan-bahan ajar hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini
dikarenakan dunia pendidikan memerlukan sebuah bahasa yang seragam supaya
kelangsungan pendidikan tidak terganggu.
c. Bahasa Resmi di dalam Perhubungan di Tingkat Nasional untuk Kepentingan
Pembangunan dan Pemerintah
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah di tingkat nasional.
Dalam hal ini, hendaknya diadakan penyeragaman bahasa demi keefektifan pembangunan
dan pemerintahan. Tujuan penyeragaman tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat
dengan cepat dan tepat tersampaikan pada masyarakat luas.
d. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi
Kebudayaan nasional yang beragam membutuhkan bahasa Indonesia sebagai alat
pengembang kebudayaan. Dalam membina dan mengembangkan kebudayaan nasional,
bahasa Indonesia menjadi identitas yang dapat membedakan dari kebudayaan daerah yang
beragam. Selain itu bahasa Indonesia juga merupakan satu-satunya alat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi
agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.
8
9
Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh asing pasti ada, namun dengan
pembinaan bahasa Indonesia diharapkan pengaruh tersebut tidak terlalu berlebihan. Untuk
meminimalisir pengaruh tersebut diharapkan pula bagi generasi muda agar lebih bangga
dalam menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa asing yang sudah mulai mendunia.
Bangsa Indonesia harus percaya diri berbahasa Indonesia hingga bahasa Indonesia menjadi
ciri budaya bangsa yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa.
Dalam pergaulan antarbangsa, bangsa Indonesia harus ikut berperan dalam dunia
persaingan bebas. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa
Indonesia. Dengan demikian, bahasa Indonesia sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir
dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan IPTEK tersebut.
Terdapat dampak positif dan negatif perkembangan bahasa Indonesia di era global.
Adapun dampak positifnya yaitu: a) Bahasa Indonesia mulai dikenal oleh dunia internasional,
b) Meningkatnya pengetahuan masyarakat internasional tentang bahasa Indonesia, c)
Meningkatnya terjemahan buku-buku kedalam Bahasa Indonesia, d) Pengaruh global
teknologi akan memperkaya kosa kata bahasa Indonesia. Adapun dampak negatifnya yaitu: a)
Masyarakat Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
b) Berkurangnya minat generasi muda untuk mempelajari bahasa Indonesia, c)
Bercampurnya Bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa asing, d) Memperkaya kosakata
bahasa Indonesia, e) Hilangnya budaya tradisional.
9
10
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang biasa digunakan di kalangan terdidik,
yang biasa ditemukan dalam karya ilmiah, di dalam suasana resmi, atau di dalam surat
menyurat resmi disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Dalam situasi resmi kita
dituntut menggunakan bahasa baku, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan
resmi. Sebaliknya dalam situasi tak resmi kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku,
seperti di rumah, di pasar, dll.
1
Abdul Chaer, Kajian Bahasa ( Struktur Internal, Pemakaian, dan Pembelajaran ), (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),
hlm.14.
2
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 56.
11
12
adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalam fonetik diamati
sebagai “fon” dan didalam fonemik sebagai “fonem” yang keduanya dibahas dalam bidang
lingusitik.
tidak diapatuhi dan kemudian diganti dengan dengan lambang lain, maka komunikasi antar
masyarakat akan terhambat.
Jadi, jika ke-arbitreran bahasa terletak pada lambang-lambang bunyi dengan konsep
yang dilambangkannya, maka ke-konvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para
penutur bahasa untuk menggunakan lambang-lambang itu sesuai dengan konsep yang
dilambangkan.
berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena latar belakang
dan lingkungan yang tidak sama, maka bahasa yang digunakan beragam atau bervariasi.
Terdapat tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
1. Idiolek: Ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Misalnya bahasa penulis
Pramoedya Ananta Toer, Hamka, dll berbeda satu sama lain.
2. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada
suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya dialek Jember, dialek Banyuwangi, dialek
Madura dll.
3. Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan atau untuk keperluan
tertentu. Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan
atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan seseorang misalnya
berbahasa dengan keluarga, teman akrab, serta status sosial lawan bicara. Misalkan saja orang
tidak akan sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan orang yang
punya kedudukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut “kamu” pada lawan
14
15
bicara yang merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang
dengan status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua. Ragam sosial ini juga berlaku
pada ragam tulis maupun ragam lisan.
Ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa yang digunakan untuk kegiatan yang
bersifat ilmiah. Ragam bahasa ilmiah juga disebut dengan bahasa baku karena harus benar-
benar mengikuti kaidah tata bahasa. Ragam bahasa ilmiah yang digunakan dalam penulisan
karya ilmiah harus singkat, padat, jelas, dan logis. Ciri-ciri ragam bahasa ilmiah ada dua,
yaitu ciri umum dan ciri khusus yang memiliki ciri-ciri khusus. Ciri umumnya bahasa yang
digunakan harus sesuai dengan kaidah tata bahasa baku bahasa tersebut. Sedangkan ciri-
cirinya yang khusus itu tertebar pada berbagai aspek sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Cendekia
Bersifat cendekia yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat, membentuk pernyataan yang tepat,
seksama, dan abstrak. Kalimat-kalimatnya mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga
suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Penyusunan kalimat tersebut teratur dan
runtut sehingga menunjukkkan kelogisan berpikir seseorang.
Sebagaimana tampak pada contoh berikut.
a. Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai
moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke
Indonesia.
Bandingkan
b. Pergeseran nilai-nilai budaya bangsa terjadi karena pengaruh budaya barat yang
masuk ke Indonesia.
Contoh (a) mengikuti pola proposisi. Disamping mengandung keterangan, kalimat itu
mengandung pokok dan sebutan. Kalimat (b) tidak mengikuti pola proposisi karena tidak
mengandung sebutan. Kalimat (b) hanya mengandung pokok dan keterangan.
diungkapkan secara langsung dan memiliki makna yang jelas dan tepat. Pengungkapan secara
kias tidak dibenarkan. Perhatikan kalimat berikut!
(a) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah
sebagian anak-anak mempunyai tugas yang tidak ringan. (gagasan tidak bermakna
lugas)
Bandingkan
(b) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena akibat ulah sebagian
anak-anak mempunyai tugas yang berat. (gagasan diungkapkan secara langsung)
Kalimat (a) tidak bermakna lugas. Ungkapan kena getahnya dan tidak ringan
merupakan ungkapan yang tidak mampu mengungkapkan makna secara langsung. Kedua
ungkapan itu masing-masing dapat diganti terkena akibat dan berat sebagaimana tampak
pada kalimat (b). Pada kalimat (b) gagasan telah diungkapkan secara langsung.
Selain itu, aspek lain yang harus ada dalam bahasa ilmiah adalah kejelasan. BIK
berfungsi sebagai alat pengungkapan gagasan keilmuan secara jelas. Agar gagasan yang
diungkapkan jelas, bahasa yang digunakan juga harus jelas. Dengan kalimat (c) gagasan tidak
dapat diungkapkan secara jelas, sedangkan dengan kalimat (d) gagasan dapat diungkapkan
secara jelas.
(c) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari penanaman
moral di rumah yang dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila yang merupakan mata pelajaran yang paling strategis karena langsung
menyinggung tentang moral Pancasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-
mata pelajaran Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa, dan Kesenian. (gagasan tidak jelas)
Bandingkan
(d) Penanaman moral di sekolah merupakan kelanjutan penanaman moral di rumah.
Penanaman moral di sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila yang merupakan mata pelajaran yang paling strategis karena langsung
menyangkut moral Pancasila. Di samping itu, Penanaman moral Pancasila juga
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, dan Kesenian. (gagasan jelas)
Gagasan pada kalimat (c) tidak terungkap secara jelas karena kalimat sebagai alat
pengungkap gagasan merupakan kalimat yang tidak jelas, kalimatnya berbelit-belit.
Akibatnya, satuan-satuan informasi yang terkandung dalam kalimat juga tidak tertata secara
16
17
teratur. Sebaliknya, gagasan pada contoh (d) terungkap secara jelas karena kalimat-kalimat
pengungkap gagasan itu, merupakan kalimat-kalimat yang jelas. Satuan-satuan informasi
yang terkandung dalam setiap kalimat tertata secara teratur. Hubungan antarkalimat pada
contoh (d) itu juga terjalin secara teratur sehingga keutuhan gagasan yang diungkapkan
dengan kalimat-kalimat itu juga dapat terwujud secara jelas.
Untuk mewujudkan bahasa yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan
dituangkan dalam teks perlu ditata secara sistematis. Dengan tataan yang sistematis dapat
ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dengan satu kalimat atau dengan sejumlah
kalimat. Jika sebuah gagasan cukup dituangkan dengan satu kalimat, tidak perlu gagasan itu
diungkapkan dengan sejumlah kalimat. Sebaliknya, jika sebuah gagasan tidak cukup
diungkapkan dengan satu kalimat, gagasan itu perlu diungkapkan dengan sejumlah kalimat.
Contoh (c) di atas berisi gagasan yang tidak dapat diungkapkan dengan sebuah kalimat,
gagasan itu perlu perlu diungkapkan dengan sejumlah kalimat sebagaimana tampak pada
contoh (d).
bahwa unsur bahasa yang digunakan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi
formal atau resmi. Ciri formal itu tampak pada berbagai lapis unsur bahasa atau seluruh
tataran struktur kebahasaan. Penggunaan bahasa seperti itulah yang menunjukkan ciri
objektif.
Perhatikan contoh kalimat berikut:
(a) Di antara etika yang harus ditanamkan kepada anak adalah mengambil makan dan
minum dengan memakai tangan kanan, membaca basmalah untuk memulai pekerjaan
yang baik dan alhamdulillah untuk mengakhiri pekerjaan yang baik pula.
(subjektif/emosional).
Bandingkan
(b) Di antara etika yang ditanamkan kepada anak adalah mengambil makan dan minum
dengan memakai tangan kanan, membaca basmalah untuk memulai pekerjaan yang baik
dan alhamdulillah untuk mengakhiri pekerjaan yang baik pula. (objektif/rasional)
Keseluruhan struktur bahasa mulai dari tataran terkecil hingga terbesar dalam ragam
bahasa ilmiah digunakan secara konsisten. Yang dimaksud konsisten yaitu taat asas atau
dengan kaidah, sekali unsur tersebut digunakan untuk selanjutnya digunakan secara konsisten
sesuai dengan penggunaannya itu dari awal hingga akhir tulisan.
Contohnya adalah kata tugas untuk yang digunakan dengan kaidah berikut: kata untuk
digunakan sebagai pengantar keterangan tujuan. Dengan prinsip itu, penggunaan untuk pada
kalimat (b) konsisten, sedangkan pada (a) (diukur dari kaidah yang diberlakukan).
(a) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha
angkutan diimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra.
Bandingkan
(b) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan
kendaraan yang cukup. Pengusaha angkutan diimbau mengoperasikan semua
kendaraan ekstra.
Tugas:
1. Terangkan pengertian bahasa Indonesia ragam ilmiah!
2. Sebutkan ranah penggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah!
3. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah!
4. Diskusikan dengan teman sekelompok, ragam bahasa apa yang terdapat di daerah
masing-masing!
19
20
Topik 3 Sruktur Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah: Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
3
Departemen Pendidikan Nasional, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta,
hlm. 285.
20
21
dan benar. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf, penulisan
kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca (Murtiani et al, 2016). Dalam
menulis berbagai karya ilmiah, diperlukan aturan tata bahasa yang menyempurnakannya
sebab karya tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Karya ilmiah
tersebut dapat berupa artikel, resensi, profil, karya sastra, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan
sebagainya. Sehingga PUEBI dapat diartikan sebagai suatu ketentuan dasar secara
menyeluruh yang berisi acuan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
21
22
H h Ha ha
I i I i
J j je jé
K k Ka ka
L l el èl
M m em èm
N n en èn
O o O o
P p pe pé
Q q Ki ki
R r er èr
S s es ès
T t Te tè
U u U u
V V Ve vè
W W We wè
X X Eks èks
Y Y Ye Yè
Z Z Zet zèt
2. Huruf Vocal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
a,e,i,o, dan u.
Berikut contoh pemakaian huruf vokal dalam kata.
Huruf Contoh Pemakaian dalam Kalimat
Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi akhir
A api, asing, asin padi, pari, pasir lusa, maya, nama
e* Enak Petak sore
E Emas Kena tipe
I Itu Simpan murni
O Oleh Kota Radio
U Ulang Bumi Ibu
Keterangan:
22
23
* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat
digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ].
Misalnya:
Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya:
Pertan dingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
Kecap (kêcap) dulu makanan itu.
3. Huruf Konsonan
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari
paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan.
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf Konsonan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
B Bahasa Sebut Adab
C Cakap Kaca -
D Dua Ada Abad
F Fakir Kafir Maaf
G Guna Tiga Gudeg
H Hari Saham Tuah
J Jalan Manja Mikraj
K Kami Paksa Politik
L Lekas Alas Akal
M Maka Kami Diam
N Nama Tanah Daun
23
24
4. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan gabungan
huruf vocal ai, au, dan oi.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Oi - Boikot amboi
24
25
6. Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang, termasuk
julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
Catatan:
1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel
10 volt
2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna
‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang
Charles Adriaan van Ophuijsen
25
26
Misalnya:
Asia Tenggara
Banyuwangi
Bukit Barisan
Dataran Tinggi Dieng
Catatan:
1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
nangka belanda (Anona muricata)
petai cina (Leucaena glauca)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan
atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula j awa, gula pasir, gula
tebu, gula aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
28
29
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,pangkat, dan
sapaan. Misalnya:
S.H. sarjana hukum
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
S.S. sarjana sastra
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
K.H. kiai haji
Hj. hajah
Mgr. monseigneur
Pdt. pendeta
Dg daeng
Dt. datuk
R.A. raden ayu
St. sutan
Tb. Tubagus
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan
dan pengacuan. Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
29
30
7. Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang
berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
Catatan:
30
31
1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau
bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan
dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara
langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
8. Huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standar
dan nonstandar, ratusan bahasa daerah,dan ditambah beberapa bahasa
asing, membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar
lebih jelas, latar belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti
tampak pada paparan berikut.
1.1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang
beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat
bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3)
sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.
1.1.2 Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat
Kalimantan terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat
tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang
diambil.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap
bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia.
31
32
kontraindikasi purnawirawan
kosponsor saptakrida
mancanegara semiprofesional
multilateral subbagian
narapidana swadaya
nonkolaborasi telewicara
paripurna transmigrasi
pascasarjana tunakarya
pramusaji tritunggal
prasejarah tansuara
proaktif ultramodern
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang
berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis
terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan,
kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
33
34
anak-anak
biri-biri
lauk-pauk
berjalan-jalan
buku-buku
cumi-cumi
mondar-mandir
mencari-cari
hati-hati
kupu-kupu
ramah-tamah
terus-menerus
kuda-kuda
kura-kura
sayur-mayur
porak-poranda
mata-mata
ubun-ubun
serba-serbi
tunggang-langgang
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
surat kabar → surat-surat kabar
kapal barang → kapal-kapal barang
rak buku → rak-rak buku
kereta api cepat → kereta-kereta api cepat
Catatan
Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama lembaga,
dokumen, dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang sempurna diberi huruf kapital
pada huruf pertama tiap unsurnya, sedangkan bentuk ulang lain hanya diberi huruf kapital
pada huruf pertama unsur pertamanya. Misalnya:
Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum P
erdata".
Slogan "Terus-menerus Ramah-tamah" dikampanyekan gubernur baru itu.
34
35
4. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar
model linear
kambing hitam
persegi panjang
orang tua
rumah sakit jiwa
simpang empat
meja tulis
mata acara
cendera mata
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)
buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)
buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau
akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
35
36
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali matahari
adakalanya olahraga
apalagi padahal
bagaimana peribahasa
barangkali perilaku
beasiswa puspawarna
belasungkawa radioaktif
bilamana saptamarga
bumiputra saputangan
darmabakti saripati
dukacita sediakala
hulubalang segitiga
kacamata sukacita
kasatmata sukarela
kilometer syahbandar
manasuka Wiraswata
5. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
36
37
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di
antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing- masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
37
38
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
f. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur
pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan makan-an
mem-pertanggungjawabkan merasa-kan
mem-bantu letak-kan
memper-tanggungjawabkan per-buatan
di-ambil pergi-lah
mempertanggung-jawabkan perbuat-an
ter-bawa apa-kah
mempertanggungjawab-kan ke-kuatan
per-buat kekuat-an
me-rasakan
Catatan:
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan
seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-no-long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but
(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
38
39
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak
dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu.
g. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap
unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi
biodata, bio-data, bi-o-da-ta
fotografi, foto-grafi, fo-to-gra-fi
fotokopi, foto-kopi, fo-to-ko-pi
introspeksi, intro-speksi, in-tro-spek-si
introjeksi, intro-jeksi, in-tro-jek-si
kilogram, kilo-gram, ki-lo-gram
kilometer, kilo-meter, ki-lo-me-ter
pascapanen, pasca-panen, pas-ca-pa-nen
pascasarjana, pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na
h. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
i. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
39
40
Ia bekerja di DLL-AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga Warsita.
6. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana mencarinya.
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
Cincin itu terbuat dari emas.
7. Partikel
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
c. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
40
41
SD = sekolah dasar
KTP = kartu tanda penduduk
SIM = surat izin mengemudi
NIP = nomor induk pegawai
d. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. = halaman
dll. = dan lain-lain
dsb. = dan sebagainya
dst. = dan seterusnya
sda. = sama dengan di atas
ybs. = yang bersangkutan
yth. = yang terhormat
ttd. = tertanda
dkk. = dan kawan-kawan
e. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-
masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. = atas nama
d.a. = dengan alamat
u.b. = untuk beliau
u.p. = untuk perhatian
s.d. = sampai dengan
f. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu = kuprum
cm = sentimeter
kVA = kilovolt-ampere
l = liter
kg = kilogram
Rp = rupiah
g. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
42
43
Misalnya:
BIG = Badan Informasi Geospasial
BIN = Badan Intelijen Negara
LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN = Lembaga Administrasi Negara
PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
h. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog = Badan Urusan Logistik
Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani = Kongres Wanita Indonesia
Kalteng = Kalimantan Tengah
Mabbim = Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
Suramadu = Surabaya Madura
i. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu = pemilihan umum
puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
rapim = rapat pimpinan
rudal = peluru kendali
tilang = bukti pelanggaran
9. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)
a. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
43
44
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
abstain.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan
250 sedan.
b. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
250 orang peserta diundang panitia.
25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
c. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
d. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b)
nilai uang.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 hektare
10 liter
2 tahun 6 bulan 5 hari
1 jam 20 menit
44
45
Rp5.000,00
US$3,50
£5,10
¥100
e. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
Jalan Tanah Abang I/15
Jalan Wijaya No. 14
Hotel Mahameru, Kamar 169
Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
f. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 16: 15—16
g. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
- Bilangan Utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu (5.000)
- Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah atau seperdua (1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat (3/4)
dua persepuluh (2/10)
tiga dua-pertiga (3 2/3)
satu persen (1%)
satu permil (1o/oo)
h. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
abad XX
45
46
abad ke-20
abad kedua puluh
Perang Dunia II
Perang Dunia Ke-2
Perang Dunia Kedua
b. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an (uang lima ribuan)
c. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh
ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
d. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti
berikut.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
e. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa
10. Kata Ganti
46
47
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku,
-mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Rumah itu telah kujual.
Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaik
11. Kata Sandang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.
Catatan: Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama
Tuhan.
Misalnya:
Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
4
Sri Ningsih dkk, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, (Yogyakarta: Andi,2007), hlm. 43.
5
M. Zubad NurulYaqin,.Bahasa Indonesia Keilmuan, (Malang: UIN Maliki Press.2011), hlm.33
47
48
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik 6.
Contoh:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
d. Tanda titik digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka7.
Contoh:
Siregar, M. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah8.
Contoh:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678
e. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan karangan atau kepala ilustrasi,
table, dan sebagainya9
Contoh:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ’45)
f. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama
dan alamat penerima surat 10.
Contoh:
Jalan Diponegoro 82
1 April 1985 (tanpa titik)
atau
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
6
Sri Ningsih dkk, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa,(Yogyakarta:Andi,2007), hlm.44.
7
M. Zubad Nurul Yaqin,.Bahasa Indonesia Keilmuan, (Malang: UIN Maliki Press,2011), hlm.33
8
Sri Ningsih dkk, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa(Yogyakarta:Andi,2007), hlm.44.
9
Ibid, hlm. 44.
10
Ibid, hlm. 45.
48
49
g. Tanda titik digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau
daftar11.
Contoh:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
1. ………
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan ata ikhtisar jika
angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf12.
11
M. Zubad Nurul Yaqin,.Bahasa Indonesia Keilmuan, (Malang: UIN Maliki Press.2011), hlm.33
12
Sri Ningsih dkk, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, (Yogyakarta:Andi,2007), hlm. 44.
13
Ibid, hlm. 45.
49
50
Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan pulang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
d. Tanda koma dipakai di belakang kataatau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, danmeskipun
demikian.
Contoh:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar
di luar negeri.
e. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kataseru, seperti o, ya, wah, aduh, atau
hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,atau Nak.
Contoh:
O,begitu?
Wah,bukan main!
Siapa namamu, Dik?
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikanlangsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh:
Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah
makhluk sosial.”
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, serta (iv) nama tempatdan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman,
Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang
h. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contoh:
50
51
Contoh:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
c. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerinciandalam
kalimatyang sudah menggunakan tanda koma.
Contoh:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
4. Tanda Titik Dua ( : )
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincianatau penjelasan.
Contoh:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
b. Tanda titik dua tidakdipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
c. Tanda titik dua dipakai sesudah kataatau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Mahruz Ali
Sekretaris : Rizal Arifan
Bendahara : Moch. Mansur
d. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah katayang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
52
53
ber-evolusi
meng-ukur
dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
²³∕₂₅(dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
mesin hitung-tangan
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se-dengan kataberikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-
Jawa Barat);
b. ke-dengan angka (peringkat ke-2);
c. angkadengan –an(tahun 1950-an);
d. kataatau imbuhandengan singkatanyang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X,
ber-KTP, di-SK-kan);
e. katadengan kata gantiTuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. hurufdan angka(D-3, S-1, S-2); dan
g. kataganti -ku, -mu,dan -nya dengan singkatanyang berupa huruf kapital (KTP-mu,
SIM-nya, STNK-ku).
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
daerah atau bahasa asing.
Contoh:
di-sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
ber-pariban (bahasa Batak, ‘bersaudara sepupu’)
di-back up
me-recall
pen-tackle-an
g. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan.
contoh:
Kata pasca-berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
6. Tanda Pisah (—)
a. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kataatau kalimatyang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—
54
55
b. Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
contoh :
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di Bali) ditulis
padatahun 1962.
c. Digunakan mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat di
hilngkan.
contoh :
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Di gunakan mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
contoh :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
9. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b. Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang
10. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh :
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-I
11. Tanda Kurung Siku ([…])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
56
57
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35-38] perlu dibentangkan.
12. Tanda Petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
Contoh:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat14.
Contoh:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
dimuat dalam majalah Tempo.
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung.
Contoh:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
e. Tanda petik penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petikyang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
14
Sudarin, Bahasa Indonesia, (Metro:STAIN Jurai Siwo Metro,2012), hal.64.
57
58
58
59
Tugas:
1) Lingkarilah salah satu kalimat yang penulisannya sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan!
1. a. Mintalah petunjuk kepada Yang Mahapengasih.
b. Mintalah petunjuk kepada Yang Maha-Pengasih.
c. Mintalah petunjuk kepada Yang Maha Pengasih.
2. a. Bimbinglah hambamu ke jalan yang benar.
b. Bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang benar.
c. Bimbinglah Hamba-Mu ke jalan yang benar.
3. a. Ia berniat mencalonkan diri menjadi presiden Republik Indonesia.
b. Ia berniat mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia.
c. Ia berniat mencalonkan diri menjadi presiden-Republik Indonesia.
4. a. Akhir-akhir ini gula jawa menghilang dari pasaran sehingga harganya naik.
b. Akhir-akhir ini gula Jawa menghilang dari pasaran sehingga harganya naik.
c. Akhir-akhir ini Gula Jawa menghilang dari pasaran sehingga harganya naik.
5. a. Tanah yang luas itu milik Prof. Dr. H. Hs Tanamas.
b. Tanah yang luas itu milik Prof. Dr H. Hs. Tanamas.
c. Tanah yang luas itu milik Prof. Dr. H. Hs. Tanamas.
2) Lingkarilah salah satu kalimat yang penulisannya sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan!
1. a. Kekurangberesan administrasi kantor itu telah menjadi rahasia umum.
b. Kekurang beresan administrasi kantor itu telah menjadi rahasia umum.
c. Kekurang-beresan administrasi kantor itu telah menjadi rahasia umum.
2. a. Peserta rapat meninggalkan ruangan satu persatu.
b. Peserta rapat meninggalkan ruangan satu per satu.
c. Peserta rapat meninggalkan ruangan satu-persatu.
3. a. Tahun 80 an merupakan tahun tatangan bagi Indonesia.
b. Tahun 80-an merupakan tahun tatangan bagi Indonesia.
c. Tahun 80an merupakan tahun tatangan bagi Indonesia.
4. a. Hal itu merupakan kebijaksanaan Paku Buwono ke-10.
b. Hal itu merupakan kebijaksanaan Paku Buwono ke 10.
c. Hal itu merupakan kebijaksanaan Paku Buwono ke X.
5. a. Penonton pun ikut turun ketengah lapangan.
b. Penonton pun ikut turun ke-tengah lapangan.
59
60
3) Berilah tanda B pada kata yang penulisannya sesuai dengan pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan!
1) haemoglobin 16) Al-Qur’an
2) trailer 17) Al-Kitab
3) audiogram 18) wudluk
4) achlamasi 19) wassalam
5) charisma 20) jadual
6) kromosom 21) solawat
7) zologi 22) sholat
8) psikosomatik 23) shaleh
9) frekwensi 24) lafadz
10) metoda 25) khutbah
11) kuota 26) fardhu
12) apotik 27) mosolla
13) karir 28) insyaf
14) sistim 29) dzikir
15) pasen 30) ramadon
61
62
Diksi adalah pilihan kata. Diksi merupakan unsur penting baik dalam dunia karang-
mengarang maupun dalam tindak tutur sehari-hari. Diksi atau Plilihan kata mencakup
pengertian kata-kata yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan secara tepat atau
menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu
situasi.
Ketepatan pemilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda
antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata
bertujuan agar tidak merusak situasi atau suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan
kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dalam sebuah karangan diksi berfungsi
untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial.
Syarat yang harus dipenuhi dalam memilih pilihan kata yaitu ketetapan dan kesesuaian.
Tepat artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan
secara tepat. Yang perlu diperhatikan untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian
dalam pemilihan kata yaitu:
5.1 Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Kelompok Kata /Frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan
kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
- Tepat
Contoh :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan
mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
- Seksama
Contoh :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita
biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari
agung, hari akbar ataupun hari tinggi.
- Lazim
Contoh :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan monyet
bersantap sebagai sinonim monyet makan. Kedua kata ini mungkin tepat
62
63
pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakaian-
nya.
5.2 Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:
1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus. Makna
ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan
komposisi (pemajemukan). Contoh: perumahan, anak-anak, jemari.
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan
tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna
sebenarnya.
Contoh : Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi pancaindra
dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna kias atau
makna kontekstual.
Contoh : Ibu kota : pusat pemerintahan
Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh : meja, membaca.
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh : baik, indah.
63
64
2. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu
Kata Dulu Sekarang
Sebutan untuk semua orang Gelar untuk orang yang sudah
Sekarang
cendikiawan lulus dari perguruan tinggi
Sekolah yang mempelajari
Madrasah Sekolah
ilmu agama Islam
64
65
Kitab
antara ruas dengan ruas
2. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi
berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
- Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)
3. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan tetapi
berlainan tulisan dan arti
Contoh:
- Bang dengan bank
4. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi mempunyai
arti yang sama.
Contoh:
- Pintar dengan pandai
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab
itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya ada
variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi
hidup. Sinonim dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
Pengaruh bahasa daerah
Contoh : Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
Perbedaan dialek regional
Contoh : Handuk bersinonim tuala ,
Pengaruh bahasa asing
Contoh : kolosal bersinonim besar,.
Perbedaan dialek sosial
Contohnya : suami bersinonim laki,
Perbedaan ragam bahasa
Contohnya : assisten bersinonim pembantu,
Perbedaan dialek temporal
Contohnya : hulubalang bersinonim komandan,
5. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh: Tua- muda
65
66
6. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing berarti’banyak’ dan
‘tanda’. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
Contoh:
- Kata kepala yang mempunyai arti bagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga berarti
orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
66
67
Pilihan kata akan memberikan informasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan
kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap, pilihan
kata langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.
Contoh :
- Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
a. Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia.
b. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat
umum.
Berikut adalah contoh dari kata ilmiah dan kata populer tersebut.
Kata Ilmiah Kata Popular
Kiasan
Analogi
rasa kecewa
Frustasi
akhir
Final
perbedaan
Diskriminasi
perlakuan
Prediksi
ramalan
Kontradiksi
pertentangan
Format
ukuran
Anarki
kekacauan
Biodata
biografi singkat
Bibliografi
daftar pustaka
c. Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang
dianggap aneh kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan terterntu
(dokter,militer,perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb).
Contohnya : populasi, volume, abses, H2O,dan sebagainya.
d. Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan
sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Kata-kata ini bersifat
sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi kata-kata biasa.
Contohnya : asoy, manatahan dan sesuatu ya .
2.4. Pilihan Kata dan Penggunaanya
67
68
Tugas:
a. Jenis diksi yang berdasarkan leksikal adalah...
b. Jenis diksi yang berdasarkan Makna kata adalah...
c. Apa yang dimaksud dengan Homofon ?
d. Apa yang dimaksud dengan konotatif ?
e. Dari contoh dibawah ini mana yang termasuk Homonim ?
a) bulan (nama kalender) dan (nama satelit)
b) buku (bahan bacaan) dan buku (bagian di antara dua ruas)
c) massa (dalam perkataan media massa) dan masa (waktu)
d) “bank” (tempat menyimpan uang) dan “bang” (panggilan untuk kakak)
f. Dari contoh dibawah ini mana yang termasuk Antonim ?
a) Aku – Saya
68
69
b) Tinggi – Rendah
c) Tinggi – Pendek
d) Saya – Cantik
69
70
15
www.yuksinau.id/kalimat-efektif/#!
70
71
16
https://brainly.co.id/tugas/2671983
71
72
d. Kehematan
Kehematan adalah hemat dalam menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu.
Contoh:
Karna adik sedang sakit, adik tidak mau makan.(SALAH)
Karna sedang sakit, adik tidak mau makan.(BENAR)
e. Kecermatan
Kecermatan adalah cermat dalam membuat kalimat dengan pilihan kata yang tepat
sehingga tidak menimbulkan tafsiran ganda atau salah.
Contoh:
Mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa Indonesia yang cantik itu pintar.
(SALAH)
Mahasiswi yang cantik dari prodi Pendidikan Bahasa Indonesia itu
pintar.(BENAR)
f. Kepaduan
Kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang
disampaikan tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu adalah kalimat yang tidak
bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak sistematis. Untuk itu
harus dihindari kalimat yang terlalu panjang dan bertele-tele.
Contoh:
Pak RT sedang mengajak daripada warganya untuk membersihkan lingkungan
desa.(SALAH)
Pak RT mengajak warganya membersihkan lingkungan desa.(BENAR)
g. Kelogisan
Kelogisan adalah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal sehat dan sesuai dengan
ejaan atau kaidah tata bahasa yang berlaku.
Contoh:
Makalah dipresentasikan mahasiswa. (TIDAK LOGIS)
Mahasiswa mempresentasikan makalah.(LOGIS)
Tugas:
Kalimat-kalimat di bawah ini salah. Tentukan kesalahannya dan bagimanakah kalimat yang
benar?
72
73
1. Baik mahasiswa lama atau mahasiswa baru dikenakan peraturan yang sama
2. Dengan penelitian iniakan memberikan banyak manfaat bagi warga
3. Adalah merupakan tugas peneliti untuk menganalisis dan menyajikan hasil analisis data
4. Berbagai kendala penelitian harus dapat diselesaikan oleh kita
5. Dalam rapat itu membahas cara memajukan pariwisata daerah
6. Kami membedah tentang buku itu
7. Mereka tidak melukis, tetapi mereka menggambar
8. Dalam seminar itu membicarakan tentang pentingnya generasi bermoralitas tinggi
9. Kepada pembicara waktu dan tempat dipersilakan
10. Mahasiswa Perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan banyak hadiah.
73
74
17
Tim penulis UNEJ, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2007, hlm.
114
74
75
a. Susunlah kalimat topik dengan baik dan layak (jangan terlalu spesifik sehingga sulit
dikembangkan,jangan pula terlalu luas sehingga memerlukan penjelasan yang
panjang lebar).
b. Tempatkanlah kalimat topik tersebut dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam
sebuah paragraf.
c. Dukunglah kalimat topik tersebut dengan detail-detail atau perincian-perincian yang
tepat.
d. Gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di antara paragraf.
7.3 Teknik Pengembangan Paragraf
Beberapa teknik cara yang dapat dilakukan seorang penulis dalam mengembangkan
paragraf adalah:18
7.3.1 Teknik Alamiah
Teknik alamiah merupakan pengembangan paragraf berdasarkan urutan ruang dan
urutan waktu seperti ini biasa disebut dengan istilah kronologis.Adapun keruntutan
penyampaian informasi diharapkan memudahkan pemahaman pembaca.
1) Urutan Ruang (Spasial)
Yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam
sebuah ruang.misalnya gambaran dari depan ke belakang,dari luar ke dalam,dll.
Contoh:
Bangunan itu terbagi dalam empat ruang.pada ruang pertama yang sering disebut
dengan bangsal srimanganti, terdapat dua pasang kursi kayu ukiran jepara.Ruangan ini sering
digunakan adipati sindungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah kiri bangsal
srimanganti, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka kadipaten dan
cendera mata dari kadipaten- kadipaten lain. Ruangan ini tertutup rapat dan selalu dijaga oleh
kesatria-kesatria terpilih kadipaten ranggenah.Ruangan tempat menyimpan benda-benda
pusaka dan cendera mata ini sering disebut kundalini mesem.Agak jauh disebelah kanan
ruang kundalini terdapat sebuah ruangan yang senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini
disebut ruang pamujan karena ditempat inilah sang adipati selalu mengadakan upacara dan
kebaktian .beberapa meter dari ruang pamujan terdapat ruangan kecil dengan sebuah
tempayan besar ditengahnya. Ruangan ini sering disebut dengan ruang reresik, karena
ruangan ini sering digunakan untuk membersihkan diri sang adipati sebelum masuk ke ruang
pamujan.
18
Tim penulis UNEJ, Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2007, hlm.
115
75
76
76
77
Teknik umum khusus dimulai dari gagasan utama dan dilanjutkan dengan hal khusus
sebagai pengembanganya.Sedangkan teknik khusus umum dimulai dari hal-hal khusus yang
merupakan penjelasan, kemudian disimpulkan menjadi hal satu gagasan umum.simpulan
tersebut merupakan gagasan utama atau pokok pikiran paragraf tersebut.
Contoh:
Deduktif
Salah satu kedudukan bahasa indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini
dimiliki sejak dicetuskannya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Kedudukan ini
mungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa melayu yang mendasari bahasa indonesia telah
menjadi lingua franca selama berabad-abad diseluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi
oleh faktor tidak terjadinya persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang
satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Induktif
Dokumen-dokumen dan keputusan – keputusan serta surat menyurat yang dikeluarkan
pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa indonesia.pidato-
pidato,terutama pidato kenegaraan ,ditulis dan diucapkan dengan bahasa indonesia .hanya
dalam keadaan tertentu ,demi kepentingan antar bangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis
dan diucapkan dalam bahasa asing,terutama bahasa inggris.demikian juga pemakaian bahasa
indonesia oleh masyarakat indonesia dalam upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan.
Dengan kata lain, komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat berlangsung
dengan menggunakan bahasa Indonesia.
gorontalo, dan malaysia, yang membuat para penumpang serempak menengok kekiri. Seperti
halnya di bandung, di jakarta juga menggunakan seruan“kiri”untuk menghentikan angkot.
Akan tetapi, di manado kata yang di serukan yaitu”muka”, sementara itu,
seruan”minggir!”lazim di gunakan di daerah lampung untuk menandakan penumpang yang
akan berhenti .lain halnya dengan di padang, meskipun penumpang yang turun lebih dari satu
atau mungkin seluruh penumpangnya, kata seruan yang di gunakan”siko cieh!”yang
berarti”di sini satu!”.
b. Pertentangan
Contoh:
“orde 1998-2006. Atau orde politik Indonesia kinijau berbedah dari”orde 1997-
1998.”Ini menyebabkan kehidupan dan penegakan hokum dalam kedua priode orde itu juga
berbedah besar.Orde pemerintah Soeharto memiliki kecendrungan kuat ke arah sentralisme,
otoriter, dan represif.Kekuasaan politik dengan efisien dan efektif mengendalikan kekuasaan
publik, baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.Meski peraturan yang membolehkan
campur tangan presiden kedalam penngadilan dicabut dalam priode itu, tetapi pencabutan itu
tidak dapat menahan kekuatan politik Soeharto untul mencampuri urusan pengadilan.Sejak
1998, orde politik disebut reformasi bertolak belakang dengan watak orde sebelumnya.
78
79
Teknik ini memberikan hal yang konkret yang dapat memberikan bukti atau penjelasan
kepada pembaca yang bersifat lebih umum, hal tersebut biasa disebut generalisasi.
Pengambilan simpulan secara generalisasi diperlukan contoh-contoh yang valid,sehingga
dapat disimpulkan dengan tepat(benar).kata yang biasa digunakan: seperti, misalnya, dan
contohnya.
Contoh:
Selain tipe introver, sifat manusia yaitu ekstrover. Tipe ekstrover yaitu orang-orang
yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain, dan kepada
masyarakat.orang yang tergolong tipe ekstrover memiliki sifat-sifat tertentu contohnya
berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah tamah, penggembira,mudah
memengaruhi,dan mudah dipengaruhi oleh orang lain.(purwanto,1984:147)
79
80
Yaitu: Digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata kerja atau
sifat.
Ialah: Digunakan jika akan menjelaskan sinonim,
Merupakan: Jika akan mendefinisikan pengertian rupa atau wujud.
Contoh:
Apakah psikologi itu? R.S Woodworth berpendapat,”psikologi adalah ilmu jiwa
.”sedangkan menurut crow dan crow “psikologi adalah kejiwaan manusia dalam berinteraksi
dengan dunia sekitarnya.”sementara itu, santian mengemukakan bahwa psikologi merupakan
perwujudan tingkah laku manusia.
Tugas:
1. Susunlah sebuah paragraf secara alamiah, yang merupakan hasil pengamatan Anda
terhadap suatu objek!
2. Buatlah sebuah karangan yang terdiri 4-6 paragraf! Topik sesuai dengan bidang studi
Anda. Pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Paragraf pertama berisi sari tema atau pernyataan maksud.
b. Paragraf kedua berisi deskripsi masalah.
c. Paragar ketiga berisi tujuan pembahasan.
d. Paragraf keempat berisi cara mencapai tujuan.
e. Paragraf kelima berisi alternatif pemecahan masalah.
80
81
81
82
82
83
83
84
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hingga perhentian terdekat, (dapat
berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang bicara.
Hal ini boleh dilaksanakan apabila terpaksa, misalnya publikasi aslinya sulit sekali
untuk ditemukan.Sebelum melakukan sitasi seperti itu hendaknya mahasiswa
melakukan konsultasi dengan pembimbing.Contoh : Sebagaimana dinyatakan oleh
Hary (1987) seperti dikutip oleh Heri (1990:87) bahwa ……….. Lain halnya
dinyatakan oleh Henry (1999); Herni (2000) bahwa ………..
Contoh:
1
William N.Dunn, Analisis Kebijakan Publik, terjemahan Muhajir Darwin (Yogyakarta :
Hanindita, 2001), hlm. 20 – 32
2
Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2, terj. Nurul Iman (Jakarta : Pustaka
Binaman Presindo, 1994), hlm. 1-40
3
Dr, Albert Wijaya, “Pembangungan Pemukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
di Kota, “ dalam Prof. Ir. Eko Budihardjo, M. Sc. (Ed), Sejumlah Masalah Pemukiman Kota,
(Bandung : Alumni, 1992) hlm. 91-103.
1
Satjipto Raharjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan, (Bandung : Alumni, 1976)
hlm. 111
2
Daniel Goleman, Emotional Intelegence, (Jakarta : Gramedia, 2001) hlm.161
3
Bobby DePorter and Mike Hernacki, Quantum Business terj. Basyarah Nasution,
(Bandung : Kaifa, 2000), hlm. 64 - 87
4
Raharjo, Op. Cit., hlm. 125
5
Goleman, Op. Cit.
6
Deporter and Mike Hernacki, Op. Cit, 203 - 238
i. Loc. Cit
Singkatan Loco Citato berarti tempat yang telah disebutkan
Merujuk sumber data pustaka yang sama yang berupa antologi, esai, jurnal,
ensiklopedi, atau majalah; dan telah diselingi sumber lain
Kutipan bersumber pada halaman yang sama kata loc. Cit tidak diikuti nomor
halaman
Jika halaman berbeda diikuti nomor halaman
Menyebutkan nama keluarga pengarang
Contoh:
1
Sarwiji Suwandi, “Peran Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia
berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetisi”, Kongres Bahasa Indonesia VII (Jakarta :
Pusat Bahasa, 2003) hlm. 1 – 15
2
Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul Iman, (Jakarta : Pustaka
Binaman Presindo, 1994) hlm. 1-40
3
Suwandi, Loc. Cit
Tugas:
1. Di dalam buku yang berjudul Demokrasi Pancasila, halaman 45, terbitan tahun 1999,
oleh penerbit Suara Indonesia, Bandung, Wakhid Dhany berpendapat, "Bagi bangsa
Indonesia demokrasi bukanlah sesuatu yang asing." Jika pendapat itu dikutip oleh Anda,
bagaimana cara pengutipannya?
2. Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga
tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan menunjukkan perasaan
yang baik terhadap cipta sastra. (Drs, S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, Nusa Indah,
Flores, 1973, h. 18). Jika penulis karya tulis mengutip pendapat di atas, penulisan yang
benar dalam karya tulis adalah...
87
88
88
89
9.1 Abstrak
Abstrak berasal dari kata abstractus (bahasa latin) yang berarti menarik dari atau
memisahkan. Secara singkat abstrak merupakan isi ringkas dari suatu dokumen. Secara
Umum abstrak sebagai intisari dari suatu dokumen yang menyajikan pokok-pokok dan ruang
lingkup isi dokumen tersebut.
Abstrak dapat diartikan ringkasan singkat dan jelas dari suatu karya tulis, seperti
skripsi, tesis, dan disertasi yang sudah diterbitkan disertai data bibliografis yang dapat
membantu pembaca dalam memahami isi dan maksud penulis serta mengarahkan pembaca
untuk membaca artikel secara keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan abstrak adalah sebagai berikut:
Abstrak disajikan secara singkat, terdiri atas 200 s.d. 300 kata atau sekitar 7 s.d. 10
paragraf dan diletakkan sebelum daftar isi.
Abstrak tidak memuat latar belakang, contoh, penjelasan berupa alat, cara kerja, dan
proses yang sudah dikenal atau lazim.
Abstrak hanya memuat metode kerja dari pengumpulan data sampai penyimpulan dan
data yang sudah diolah.
Dalam penyusunan abstrak, perlu diperhatikan ketelitian penyajian sumber informasi
asli secara cermat, mudah dipahami, dan menggunakan kata atau istilah yang sama dengan
tulisan aslinya. Pengetikan berspasi satu, menggunakan tipe tulisan standar times new roman
atau arial, dengan ukuran tulisan 12 pt. Dengan demikian, keberadaan abstrak dalam sebuah
laporan atau karya ilmiah mutlak adanya. Hal ini bisa memudahkan pembaca untuk
mengetahui isi laporan dalam waktu yang singkat, tanpa harus membaca tulisan aslinya
secara menyeluruh.
Untuk menyajikan abstrak yang efektif dan mudah dipahami, penulis perlu
memperhatikan karakteristik penulisan abstrak sehingga pembaca dapat mengetahui isi
tulisan walaupun abstrak disajikan secara singkat.
Cara menulis daftar pustaka yang baik adalah hal kecil dan remeh, namun berarti
besar bagi para penulis. Sebab hanya dengan mengakui sebuah karya sebagai milik mereka
dengan benar dalam menulis sebuah daftar pustaka, maka para penulis pun tidak akan merasa
dirampok ilmu serta pemikirannya. Bahkan berterima kasih atas penghormatan Anda dalam
sebuah daftar pustaka yang berada di akhir buku.
89
90
Beberapa hal penting yang sebaiknya anda perhatikan pada saat membuat abstrak
adalah sebagai berikut:
Tidak informasi baru - Abstrak tidak boleh mengandung informasi baru yang tidak
tercantum di dalam artikel utama.
Kalimat sederhana dan tidak bertele-tele - Kalimat dalam abstrak hendaknya dibuat
langsung dan tidak bertele-tele, apalagi mengandung kata-kata kiasan. Harap diingat
bahwa ruang yang tersedia untuk abstrak sangat terbatas sehingga harus dimanfaatkan
sebaik mungkin dengan kalimat-kalimat yang penuh dan sarat makna.
Menghindari singkatan dan istilah - Singkatan dan istilah yang tidak umum sebaiknya
tidak digunakan dalam abstrak. Umum tidaknya sebuah istilah dan singkatan, bisa
berbeda antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. Dalam ilmu Nutrisi
Ternak Ruminansia, istilah VFAs mungkin sudah umum digunakan sehingga semua
orang yang berlatar belakang ilmu tersebut sudah memahaminya tanpa harus
90
91
dijelaskan menjadi volatile fatty acids. Demikian pula halnya dalam ilmu Tanaman,
HST mungkin sudah dianggap umum dan tidak menimbulkan penafsiran lain kecuali
Hari Setelah Tanam. Singkatan dan istilah yang sudah dianggap umum boleh
digunakan di dalam abstrak.
Sekali saja - Kalimat-kalimat yang dicantumkan dalam abstrak masing-masing
mempunyai arti yang unik dan menyampaikan informasi yang unik pula. Karena
ruang yang terbatas, informasi harus disampaikan sekali saja.
Panjang abstrak - seberapa panjang abstrak yang harus anda buat? Untuk artikel
ilmiah, panjang abstrak biasanya berkisar antara 150 hingga 250 kata. Untuk laporan
skripsi, tesis, atau disertasi biasanya mempunyai abstrak yang lebih panjang dari itu.
Yang paling penting untuk dilakukan adalah memeriksa panduan penulisan yang ada.
Jangan membuat abstrak melebihi ketentuan yang berlaku.
Salah satu hal yang mutlak perlu ada dalam suatu karya ilmiah adalah daftar pustaka.
Daftar Pustaka yaitu suatu daftar yang berisi semua sumber bacaan yang digunakan sebagai
bahan acuan dalam penulisan karya ilmiah seperti Makalah, Skripsi, Tugas Akhir, Laporan,
Thesis,dan penelitian. Pemilihan daftar pustaka ini harus benar-benar sesuai dengan pokok
permasalahan yang dibahas dalam makalah. Mahasiswa, Dosen, Siswa tidak boleh
mencantumkan nama/judul buku, artikel/jurnal serta dokumen lainnya baik cetak maupun
internet yang tidak terdapat dalam daftar pustaka ini. Mengingat arti Penting dari bagian
karya ilmiah yang satu ini, maka mahasiswa, dosen,siswa maupun masyarakat umum lainnya
perlu mengetahui.
9.2.2 Fungsi Daftar Pustaka
a) Memberikan informasi bahwa pernyataan yang dibuat bukan hasil pemikiran sendiri tapi
juga ditambahkan dengan pemikiran orang lain.
b) Apabila pembaca menginginkan mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip, dapat
membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan.
c) Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang telah membantu kita
dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
d) Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia buat.
9.2.3 Jenis-jenis Daftar Pustaka
Ada beberapa jenis format penulisan daftar pustaka,dan tidak setiap jurnal atau buku
selalu sama format bakunya. Jurnal yang terbit berkala (mingguan/bulanan) kebanyakan
memakai sistem yang menghemat ruang.
Jenis-jenis daftar pustaka yaitu :
1. Kelompok Textbook
a) Penulis perorangan
b) Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor
c) Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga
d) Buku terjemahan
2. Kelompok Jurnal
a) Artikel yang disusun oleh penulis
b) Artikel yang disusun oleh lembaga
c) Kelompok makalah yang dipresentasikan dalam seminar/ konferensi/simposium
92
93
93
94
94
95
Tugas:
1. Buatlah sebuah abstrak dari karya tulis yang pernah Anda buat!
2. Identitas buku:
Judul buku : Manajemen Personalia;
Penulis : Heidjrachman Ranupandoyo dan Suad Husnan;
Penerbit : BPFE Yogyakarta;
Tahun terbit : 1989.
Penulisan daftar pustaka dari data buku tersebut di atas ialah ...
3. Penulisan daftar pustaka yang tepat untuk buku berjudul Komposisi, karangan Gorys
Keraf, diterbitkan oleh Nusa Indah, di Ende, Flores, tahun 1985 ialah ...
4. Identitas buku:
Judul : Membina Remaja
Pengarang : J.S. Badudu
Penerbit : Pustaka Prima
Tahun terbit : 2000
95
96
96
97
10.1 Artikel
Pengertian Artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau
buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau
konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan.
Artikel ilmiah dapat diangkat dari hasil penelitian lapangan, hasil pemikiran dan
kajian pustaka, atau hasil pengembangan projek. Dari segi sistematika penulisan dan isinya,
artikel dikelompokkan menjadi artikel: hasil penelitian dan non artikel penelitian. Sedangkan
makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu
yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan disertai analisis yang logis dan objektif.
Makalah tersebut ditulis untuk disajikan dalam forum ilmiah atau tugas-tugas terstruktur.
Sementara Laporan Penelitian merupakan karyatulis ilmiah yang berisi paparan tentang
proses dan hasil-hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian.
Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa artikel adalah karya tulis yang dirancang
untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yg ditulis dengan tata cara ilmiah dan
mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati atau. Artikel ilmiah
dibedakan menjadi artikel penelitian dan artikel non penelitian. Kedua karakteristik artikel
ilmiah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Artikel Penelitian
Artikel adalah karya tulis ilmiah yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku
kumpulan artikel yg ditulis dg tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah
yang telah disepakati atau ditetapkan. Berdasarkan pengetian ini ada beberapa ciri artikel
ilmiah adalah: (1) anya berisi hal-hal penting saja, mencakup temuan penelitian, pembahasan
hasil/temuan penelitian, dan kesimpulan; (2) sistematika penulisan terdiri atas bagian dan sub
bagian, misalnya: kajian pustaka merupakan kajian awal dari artikel (tanpa judul subbag
Kajian Pustaka.)
Prosedur penulisan artikel dapat menempuh ada 3 cara, yaitu: (1). ditulis sebelum
laporan teknis dengan tujuan untuk memperoleh masukan; (2) setelah laporan teknis, dan (3)
artikel jurnal merupakan satu-satunya tulisan yang disusun yang biasanya untuk penelitian
swadana, di mana sistem penulisan artikel tanpa menggunakan sistem angka maupun abjad.
97
98
Sebagai karya tulis ilmiah, artikel ditulis dengan mengikuti sistematika sebagai
berikut: Judul Nama Penulis, Sponsor, Abstrak dan kata kunci, Pendahuluan, Metode, Hasil,
Pembahasan, Kesimpulan dan Saran., Daftar Rujukan/Daftar Pustaka.
B. Artikel Non Penelitian
Artikel non penelitian mengacu kepada semua jenis artikel ilmiah yang bukan
merupakan laporan hasil penelitian. Ketentuan penulisan artikel non-penelitian sama dengan
ketentuan menulis makalah pendek (panjangnya tidak lebih dari 20 halaman), kecuali dalam
makalah pendek abstrak dan kata kunci tidak harus ada.
Sistematika penulisan artikel non-penelitian tidak menggunakan penomoran angka
dan abjad. Artikel non penelitian berisi hal-hal yang sangat esensial saja dengan jumlah
halaman antara 10-20 halaman. Unsur-unsur pokok yang harus ada dalam artikel non
penelitian yaitu: (1) Judul, (2) Nama Penulis, (3) Abstrak dan Kata kunci, (4) Pendahuluan,
(5) Bagian inti, (6) Penutup, (7) Daftar Rujukan.
10.2 Makalah
19
Tanjung dan Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: (Proposal, Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan
Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.7.
20
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik. (Bandung: Tarsito, 1988),
hal.10.
98
99
4. Jelas. Artinya keterangan, pendapat dan pandangan yang dikemukakan jelas dan tidak
membingungkan.
5. Kebenaran dapat diuji. Artinya pernyataan, pandangan, serta keterangan yang
dipaparkan dapat diuji, berdasarkan pernyataan yang sesungguhnya.21
21
Alek dan H. Ahmad H.P, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,2010), hal. 120-121.
99
100
Makalah Kajian. Istilah ini dipakai untuk karya tulis ilmiah yang merupakan sarana
pemecahan suatu masalah yang kontroversial tanpa maksud untuk dibaca dalam suatu
seminar. Makala kajian lazimnya tidak digolongkan sebagai makalah kerja.
Makalah Posisi. Istilah ini dipakai untuk karya tulis yang dissun karena terdapat
masalah kontroversial. Makalah posisi ditulis karena diminta oleh suatu pihak sebagai
alternatif pemecahan suatu masalah yang kontroversial. Prosedur pembahasan dan
penulisannya dilakukan secara ilmiah, masalahnya pun ilmiah.
Makalah Analisis. Makalah analisis adalah istilah yang sering dipakai didalam mata
kuliah untuk membedakannya dengan expository essay, creative essay, ataupun
komposisi yang merupakan karya – karya tulis berisi karangan biasa dan tidak berisi
analisis. Makalah analisis berisi suatu analisis yang masalahnya telah ditentukan
sebelumnya. Karya tulis semacam ini sifatnya obyektif-empiris.
Makalah Tanggapan. Bentuk karya tulis ini sering ditugaskan kepada mahasiswa.
Makalah tanggapan dipakai untuk karya tulis pemenuhan tugas yang berupa reaksi
terhadap suatu bacaan. Makalah tanggapan dimaksudkan sebagai latihan dan biasanya
pendek karena pembahasan dilakukan secara ilmiah, maka pemberian data dari
bacaan biasanya berupa kutipan langsung.
100
101
Bagian Akhir
Pada bagian ini memuat Daftar rujukan dan Lampiran (jika ada).
1. Daftar Rujukan. Berisi sebuah daftar acuan yang memuat daftar bibliografi sebuah
buku yang dijadikan sebagai rujukan. Dengan kata lain daftar rujukan bias disebut
sebagai daftar pustaka.
2. Lampiran (Jika Ada). Bagian lampiran berisi hal – hal yang bersifat pelengkap yang
dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Hal – hal yang dimaksud dapat berups
angka maupun yang berupa diskripsi teba dan yang dipandang sangat penting tapi
tidak dimaksudkan dalam batang tubuh makalah. Bagian lampiran hendaknya diberi
nomer halaman.
102
103
2. Bagian Utama
Bagian utama dalam proposal karya ilmiah mencakup hal-hal yang
dijabarkan berikut ini.
a. Latar belakang
Latar belakang berisi landasan konseptual dan kaitannya dengan landasan
kontekstual yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan.
103
104
3. Bagian Akhir
Bagian akhir proposal karya ilmiah terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
a. Daftar pustaka
Daftar pustaka hanya memuat pustaka yang diacu dalam proposal penelitian dan
disusun ke bawah menurut abjad berdasarkan nama belakang penulis atau
pengarang.
b. Lampiran (jika ada)
Lampiran memberikan beberapa penjelasan-penjelasan yang lebih detail yang
dianggap perlu di dalam penulisan proposal karya ilmiah, tetapi dirasa mengganggu
jika diletakkan di dalam proposal.
105
106
Tugas:
1. Carilah penggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah pada artikel atau makalah atau
laporan penelitian, analisislah kesalahan dan kebenarannya!
2. Diskusikan hasilnya!
106
107
Kerangka atau outline adalah suatu rencana yang memuat garis-garis besar dari suatu
susunan yang akan dibuat dan berisi rangkaian ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas,
terstruktur, dan teratur. Sedangkan karangan adalah sebuah karya tulis yang digunakan untuk
menyampaikan suatu gagasan kepada pembaca. Jadi kerangka karangan adalah suatu suatu
rencana atau rancangan yang memuat garis besar atau ide suatu kaya tulis yang disusun
dengan sistematis dan terstruktur.
1. Untuk memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar menjadi lebih sistematis dan rapih.
2. Untuk mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan dibahas dalam suatu karangan
yang akan digarap.
3. Untuk mencegah penulis membahas suatu ide atau topik bahasan yang sudah dibahas
sebelumnya.
4. Untuk memudahkan penulis mencari informasi pendukung suatu karangan yang berupa
data atau fakta.
5. Untuk membantu penulis mengembangkan ide-ide yang akan ditulis di dalam suatu
karangan agar karangan menjadi lebih variatif dan menarik.
107
108
Kerangka kalimat bersifat resmi, berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap
menunjukan diperlukannya pemikiranyang lebih luas dari padayang dituntut dalam
kerangka topik.
1. Pola Alamiah
Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan factor alamiah yang
esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu. Urutan
unit-unit dalam kerangka pola alamiah dapat di bagi menjadi dua, yaitu;
A. Urutan Ruang
Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang. Umpamanya kantor,
gedung, lokasi/wilayah tertentu.
- Contoh bagian karangan yang memakai urutan ruang.
Topik : Laporan cuaca di Indonesia 1 Januari 2019
1. Cuaca di Jawa Timur
2. Cuaca di Jawa Barat
3. Cuaca di Jawa Tengah
4. Cuaca di Bali
5. Cuaca di Papua
B. Urutan Waktu
Urutan waktu di pakai untuk menarasikan (menceritakan) suatu
peristiwa/kejadian,baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa.
- contoh kerangka karangan yang memakai urutan waktu
Topik : Riwayat Hidup Ir. Soekarno
1. Jatidiri Ir. Soekarno
2. Pendidikan Ir. Soekarno
3. Karier Ir. Soekarno
4. Akhir Hidup Ir. Soekarno
Berdasarkan kerangka di atas dapat dibuat karangan singkat yang terdiri atas satu
alenia; dapat diperluas menjadi empat alinea; dapat diperluas lagi menjadi empat bab; bahkan
menjadi satu buku. Begitulah pentingnya membuat kerangka karangan sebelum mengarang.
2. Pola Logis
108
109
Dinamakan pola logis karna memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara
pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.
Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks-antiklimaks, sebab-akibat, pemecahan
masalah, dan umum-khusus. Dan di bawah ini sebagai contoh:
Contoh (Urutan Sebab-Akibat)
Topik : Pemukiman Rowo Jeru Terbakar
1. Kebakaran di Rowo Jeru
2. Penyebab Kebakaran
3. Kerugian yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah
4. Rencana Rehabilitas Fisik
1. Mencatat gagasan.Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang
menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)
2. Mengatur urutan gagasan.
3. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan sub bab.
4. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap.
Pada dasarnya kerangka karangan terdiri dari bagian pembukaan, isi dan penutup.
Pada bagian pembukaan, dirumuskan secara ringkas latar belakang pentingnya suatu tema
dibahas. Bagian isi memuat point-point pokok pikiran yang akan di tulis sedangkan pada
bagian penutup berisi kesimpulan dan atau saran-saran.
Pendahuluan
Bagian pendahuluan adalah bagian yang menjelaskan tema yang akan diterangkan
pada karya tulis tersebut secara padat,jelas dan ringkas kepada para pembaca.
Puncak/klimaks
Bagian klimaks adalah bagian di mana konflik cerita yang terjadi di antara tokoh-
tokoh muncul. Kejadian dalam konflik biasa bermacam-macam bentuknya mulai dari yang
ringan sampai yang rumit,dari yang sekali hingga yang berkali-kali dan lain sebagainya
Penyelesaian
109
110
Bagian penyelesaian adalah bagian yang berisi jawaban penyelesaian dari konfla gaya
bahasa yang menarikk dalam cerita. Kesimpulan akhir cerita bisa berakhir bahagia dan bias
pula berpikir tragis.
Seperti yang telah banyak diketahui khalayak, semua bagian dari pohon kelapa
memiliki manfaat. Mulai dari ujung akar, batang, buah sampai ujung daun semuanya dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadikan lambang Pramuka Indonesia
adalah tunas kelapa, filosofinya adalah seseorang ketika tumbuh dewasa ia akan menjadi
orang yang bermanfaat bagi orang lain.
110
111
Beberapa contoh manfaat pohon kelapa yaitu, mulai dari akarnya pohon kelapa dapat
digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan demam. Batang pohon kelapa pun
cukup kuat untuk dijadikan bangunan. Daun muda kelapa banyak di gunakan sebagai janur
dalam acara pernikahan, juga untuk membuat ketupat lebaran. Kemudian buah kelapa yang
selain isinya dapat langsung dikonsumsi, kulit dari buah kelapa juga memiliki cukup banyak
manfaat.
Kulit kelapa terdiri dari tempurung dan serabut. Bagian tempurung atau kulit kelapa
bagian dalam biasanya banyak digunakan untuk kerajinan tangan. Kemudian bagian serabut
kelapa atau kulit kelapa bagian luar biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan keset ataupun
diolah sebagai isi jok atau isi kasur. Dalam tulisan ini penulis memfokuskan pada manfaat
kulit kelapa bagian luar yang digunakan masyarakat Jember sebagai celana dalam bagi anak
laki-laki yang sedang sunat.
Selepas sunat/dikhitan anak laki-laki tidak dapat langsung bebas menggunakan celana
karena kondisi alat vital yang belum kering. Sarung merupakan salah satu alternatif yang
dapat digunakan sebagai pengganti celana. Namun sarung tidak serta merta dapat langsung
digunakan begitu saja, harus ada pembatas antara sarung dan alat vital anak untuk
mempercepat proses pengeringan. Di Jember masyarakat menggunakan kulit kelapa bagian
luar sebagai pembatas tersebut.
Saat ini pemakaian serabut kelapa tersebut sedikit demi sedikit sudah mulai
ditinggalkan. Karena memang seiring dengan perkembangan zaman masyarakat selalu
menginginkan hal yang praktis. Para pengusaha kreatif mulai membuat celana dalam khusus
sunat ataupun alat lainnya yang sejenis. Bahkan juga ditemukan anak laki-laki yang baru
selesai sunat justru tidak menggunakan celana selama beberapa hari hingga lukanya
mengering dan membiarkan alat vitalnya terlihat oleh orang-orang di sekitarnya.
Jika tradisi ini ditinggalkan maka tidak menutup kemungkinan tradisi yang tampak
kecil dan tidak diperhatikan tersebut akan betul-betul musnah. Sebagai warga Jember kita
harus mempertahankannya. Karena bagaimanapun terdapat nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Beberapa nilai tersebut yaitu penggunaan serabut kelapa lebih ramah lingkungan
dan hemat, karena tidak membutuhkan biaya untuk membeli celana dalam khusus. Lagipula
pemakaian celana dalam khusus khitan hanya digunakan maksimal dua minggu saja. Hal ini
tidak efisien dengan biaya yang dikeluarkan untuk membelinya. Nilai lainnya yaitu
mengajarkan kesantunan kepada anak-anak. Daripada anak-anak yang tidak menggunakan
111
112
celana sama sekali dan terlihat alat vitalnya oleh orang banyak. Hal ini akan membiasakan
anak tersebut tidak memiliki budaya malu.
Tugas:
1. Buatlah sebuah kerangka karangan dengan tema bebas!
2. Kembangkan kerangka karangan tersebut menjadi sebuah artikel sederhana!
112
113
113
114
Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil
kerja dan ilmiah berarti bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah berarti kerja atau hasil
kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan
kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya
ilmiah adalah karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan
kebenaran ilmiah.
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang rasional (logis)
dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional merpakan pemikiran yang
disertai dengan penalaran yang logis (diterima akal sehat). Penalaran yang ilmiah harus di
sertai dengan informasi (pengetahuan) yang tepercaya. Sedangkan empiris maksudnya
pemikiran yang disertai dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.
114
115
Pola pikir dalam karya ilmiah memunyai peranan yang sangat penting karena sebuah
karya ilmiah selalu didasarkan pada hasil berpikir ilmiah. Pola pikir dalam karya ilmiah
dipilah menjadi dua, yaitu pola pikir bersifat deduksi (cara berpikir deduktif) dan pola pikiri
induksi (cara berpikir deduktif). Pola pikir deduktif merupakan pola pikir ilmiah yang
didahului dengan pernyataan umum yang berupa kesimpulan terhadap suatu objek atau
pernyataan teoritis dari sebuah teori tertentu kemudian ditindajlanjuti dengan pernyataan
khusus yang diperoleh dari analisis objek, argument-argumen, bukti-bukti, dan hal lain yang
aktual, realistis, dan logis.
Sedangkan pola pikir induktif merupakan pola pikir yang didahului dengan
pernyataan khusus yaitu hal yang bersifat aktual, realistis, dan objektif kemudian ditarik
sebuah pernyataan umum (simpulan).
Sumber gagasan penysunan karya ilmiah yang dimaksudkan di sini adalah bahan
penulisan. Bahan penulisan adalah berbagai informasi baik teoritis maupun realistis-empiris
yang menimbulkan inspirasi untuk menyusun karya ilmiah. Sumber-sumber informasi dapat
diperoleh dari hal-hal seperti diuraikan di bawah ini.
a. Inferensi atau pengalaman
Profesi yang kita tekuni, aktivitas yang kita jalani, dan pekerjaan yang kita kerjakan
pasti memunculkan persoalan-persoalan. Kerap kali dalam benak kita mempunyai gagasan
untuk mengembangkan aktivitas tersebut menjadi lebih baik, maju, dan berkualitas. Sering
pula, ketika kita menjalani kegiatan, pekerjaan, dan profesi menemui masalah dan terlintas
cara memecahkannya. Gagasan, cara memecahkan masalah, dan hal-hal baru yang kita
dapatkan dari aktivitas itu dapat kita pakai sebagai bahan untuk menulis karya ilmiah.
Sumber yang kita peroleh seperti itu berarti bersumber dari pengalaman sehari-hari.
b. Observasi
Sumber penulisan karya ilmiah dapat diperoleh pula dari observasi. Observasi yang
dimaksud adalah pengamatan terhadap suatu objek, kejadian, atau fenomena tertentu.
Kegiatan observasi itu dilakukan dengan terjun langsung atau melibatkan diri ke dalam objek,
peristiwa, dan fenomena yang diamati. Proses observasi harus dilakukan dengan sadar
(terencana) dan terukur.
c. Pustaka
115
116
Sumber pustaka maksudnya adalah sumber yang diperoleh dari buku dan media cetak
lainnya. Untuk mendapatkan bahan penuluisan karya ilmiah dari sumber ini harus melalui
proses membaca kritis.
d. Deduksi dari suatu teori
Yang dimaksudkan deduksi dari suatu teori adalah pernyataan-pernyataan umum dari
suatu kesimpulan suatu teori tertentu yang sudah umum dan diyakini kebenarannya. Penulis
karya ilmiah berkeinginan untuk membuktikan simpulan teori tersebut pada hal lain.
e. Kebijakan-kebijakan
Kebijakan-kebijakan tertentu dapat manjadi bahan penuliusan karya ilmiah. Yang
dimaksudkan dangan kebijakan adalah ketentuan-ketentuan tentang suatu hal yang diberikan
atau diberlakukan oleh pihak tertentu. Kebijakan-kebijakan tersebut menimbulkan dampak
tertentu pada pihak lain. Pihak lain ada yang setuju, ada yang menolak, ada pula yang tidak
mendapatkan pengaruh apa pun. Hal tersebut dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun
karya ilmiah.
f. Laporan penelitian
Sumber dari laporan penelitian adalah sumber yang merupakan laporan dari suatu
penelitian yang pernah dilakukan oleh orang lain. Penelitian itu telah dibukukan menjadi
sebuah karya ilmiah. Dengan membaca laporan penelitian tersebut diharapkan kita akan
memperoleh masalah lain yang dapat kita jadikan sebagai karya ilmiah.
Suatu karya tulis ilmiah berkaitan dengan suatu karya tulis yang dihasilkan dari suatu
penelitian yang merupakan hasil temuan seseorang yang dibuat berdasarkan suatu metode
penelitian tertentu yang dilakukan sebagai suatu upaya untuk mendapatkan suatu kebenaran.
Prof. Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa pada umumnya manusia memiliki sifat
untuk mencari kebenaran, dimana dalam usahanya untuk mencari kebenaran tersebut,
manusia dapat menempuh berbagai macam cara, baik yang dianggap sebagai usaha yang
tidak ilmiah, maupun yang dapat dikualifikasikan sebagai kegiatan ilmiah. 22
Di kalangan masyarakat ilmiah dalam hal ini dunia pendidikan tinggi, hampir dapat
dipastikan akan bersinggungan dengan kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Namun
seringkali sebagian orang membayangkan akan adanya hambatan dan kesulitan yang dihadapi
22
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm.1.
116
117
dalam mengawali serta membuat suatu karya tulis ilmiah. Perasaan sulit untuk mengawali
dan menentukan suatu karya tulis ilmiah tersebut, sering kali dialami oleh banyak mahasiswa.
Meskipun tidak menutup kemungkinan banyak pihak lain yang mengalami hal yang sama.
Sangat disayangkan apabila asumsi bahwa membuat karya tulis ilmiah adalah sulit, dijadikan
alasan bagi mahasiswa maupun banyak pihak untuk menghindari membuat suatu karya tulis
ilmiah.
Apabila ditelusuri lebih lanjut, dapat dipahami bahwa dalam pembuatan suatu karya
tulis ilmiah akan lebih mudah apabila seseorang terlebih dahulu mencoba untuk mengetahui
langkah awal apakah yang harus dilakukan olehnya. Artinya Seseorang harus menentukan
langkah awal dalam membuat suatu karya tulis ilmiah. Langkah awal yang dimaksud adalah
dengan berupaya mengetahui mengenai latar belakang munculnya keinginan untuk
membahas suatu permasalahan, kemudian mencoba merumuskan masalah serta menentukan
tujuan dari dilakukannya penelitian terhadap permasalahan tersebut.
Dengan demikian, perlu untuk diketahui lebih lanjut, kiat atau upaya apakah yang
perlu diketahui dalam menentukan latar belakang, merumuskan masalah hingga menetapkan
tujuan penelitian tersebut, sehingga dapat mempermudah seseorang untuk menentukan
langkah awalnya dalam membuat atau menulis suatu karya tulis ilmiah.
12.6 Hal-Hal Penting yang Perlu Diketahui Sebelum Memulai Pembuatan Suatu Karya
Tulis Ilmiah.
Sebelum membahas secara teori, perlu untuk diketahui adanya beberapa hal yang
menjadi perhatian utama dalam memulai pembuatan suatu karya tulis ilmiah, diantaranya:
1. Penulis harus melakukan beberapa kegiatan sebelum membuat suatu tulisan ilmiah,
diantaranya menentukan tema yang akan dijadikan patokan dalam menulis sekaligus
melakukan penggalian data awal.
2. Mencoba menganalisis data awal yang diperoleh pada kegiatan sebelum menulis
sehingga dapat dijadikan suatu latar belakang yang baik bagi pembuatan karya tulis
ilmiah tersebut.
3. Merumuskan masalah berdasarkan latar belakang tersebut.
4. Menentukan tujuan, manfaat maupun ruang lingkup tulisan, dan pada akhirnya
merumuskan atau menentukan judul tulisan yang mewakili permasalahan yang akan
dibahas.
a. Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum membuat tulisan ilmiah.
117
118
Langkah pertama yang harus dilakukan seseorang apabila hendak menulis suatu tulisa
ilmiah adalah menentukan tema dari suatu tulisan tersebut. Ada kalanya dalam mengikuti
suatu lomba karya tulis ilmiah, tema tulisan telah ditentukan oleh panitia lomba. Apabila
telah ditentukan, akan lebih mengarahkan si penulis dalam membuat suatu karya ilmiah.
Sebaliknya, apabila belum ditentukan tema tulisan seperti dalam hal penulisan skripsi, maka
penulis mendapat kebebasan dalam menentukan sendiri tema tulisan yang disukainya ataupun
yang lebih dimengerti olehnya.
Langkah berikutnya, apabila telah ditentukan tema yang akan diteliti, maka penulis
harus melakukan penggalian data awal dengan cara mencari informasi mengenai tema yang
akan diteliti atau ditulis. Prof. Suharsimi Arikunto menjelaskan ada tiga cara yang dapat
dilakukan untuk mengumpulkan informasi, yakni didasarkan pada 3 obyek yang berupa
tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person) dan tempat (place). 23 Untuk
mempermudah mengingatnya dapat disingkat Tiga P (Three P).
Adapun yang dimaksud dengan Tiga P tersebut adalah : 24
1. Paper : membaca dokumen, buku-buku, majalah,surat kabar atau bahan tertulis lainnya,
baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya.
2. Person : bertemu, bertanya dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.
3. Place : Tempat, lokasi atau benda-benda disekitar yang terdapat di tempat penelitian.
Artinya melihat dan mengamati fakta yang ada disuatu tempat atau lingkungan sekitar.
Biasanya, berdasarkan ketiga obyek tersebut (tidak harus ketiga obyek tersebut,
karena mungkin saja hanya melalui salah satu obyek dari Tiga P tersebut seseorang
mendapatkan data awal yang dianggapnya cukup), seorang penulis dapat menggali data yang
diperlukan dalam memulai suatu penulisan karya ilmiah. Akan sangat sulit bagi seseorang
untuk menulis suatu karya ilmiah jika tidak memiliki data awal yang akan dipaparkan dalam
bagian latar belakang, hal ini dikarenakan data awal akan menunjukkan betapa pentingnya
suatu tulisan tersebut sehingga menggambarkan suatu latar belakang yang menjadi dasar
dalam merumuskan suatu permasalahan.
b. Menganalisis data awal untuk dijadikan latar belakang tulisan.
Data awal yang didapat melalui pengumpulan informasi berdasarkan obyek tertentu,
(dalam hal ini baik melalui Paper, Person ataupun Place), kemudian dicoba untuk dianalisis.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta.: PT. Rineka Cipta , 1998),
hlm. 39.
24
Ibid
118
119
Apabila masuk ke tahap ini, maka untuk mempermudah menganalisisnya, perlu ditentukan
bahwa data awal tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat.25 Biasanya
merupakan fakta, fenomena, kasus yang didapat langsung dari lapangan, termasuk informasi
langsung dari masyarakat, kebiasaan yang muncul dihadapan penulis, ataupun kasus hukum
yang terjadi disekitar. Singkatnya merupakan suatu data yang belum diolah. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang telah diolah, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian termasuk dokumen pribadi dan data
sekunder yang bersifat publik seperti data arsip dan data resmi lainnya.26
Apabila kedua data telah ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menganalisis
dengan cara melakukan perbandingan, mencari hubungan atau korelasi antar data ataupun
mencari kesenjangan antara data yang didapat. Sistem menganalisis ini tidak terlepas dari
logika berpikir yang digunakan oleh si penulis, apakah akan menggunakan logika deduktif
(dari luas ke sempit) atau secara induktir (dari sempat ke luas). Apabila telah ditentukan
logika berpikirnya, akan mempermudah pula dalam menganalisis. Setelah dianalisis, biasanya
akan muncul motivasi dari si penulis serta alasan dipilihnya tema permasalahan tersebut.
Pada akhirnya, diujung penulisan latar belakang, akan dijelaskan harapan yang ingin dicapai
oleh seorang penulis melalui karya ilmiah tersebut.
Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa dalam membuat suatu latar belakang
perlu diketahui beberapa hal berikut ini:
1. Latar belakang merupakan suatu gambaran ringkas tema dari penelitian atau tema
tulisan.
2. Latar belakang dapat dibuat dengan mendasarkan pada kenyataan yang terjadi
dilapangan, berupa fenomena, kasus, data dan fakta (Das sein) serta berdasarkan keadaan
yang sebaiknya atau seharusnya terjadi menurut teori atau peraturan (Undang-Undang)
yang berlaku. (Das sollen)
3. Latar belakang harus memuat motivasi penulis yang dibuat setelah membandingkan dan
menganalisis ke dua hal tersebut pada point 2.
4. Latar belakang juga harus menjelaskan alasan memilih tema dan judul tulisan, baik
alasan sesuai bidang ilmi maupun berdasarkan faktor yang menarik dari permasalahan
tersebut.
25
Soerjono Soekanto, op cit,hlm. 12.
26
Ibid
119
120
5. Latar belakang juga harus memaparkan hal yang diharapkan untuk didapat dari hasil
tulisan atau penelitian tersebut.
terutama apabila judul yang dibuat terlalu singkat, ataupun motif dari penuis masih abstrak.
Diharapkan melalui penentuan ruang lingkup ini akan mempermudah si penulis dalam
menentukan ruang gerak serta batasan pembahasan agar tidak melebar dari tujuan penulisan.
Demikianlah 4 (empat) hal yang dapat dijadikan pedoman, kiat ataupun cara untuk
menentukan langkah pertama dalam membuat suatu tulisan ilmiah. Apabila penulis telah
mampu menentukan langkah awal tersebut, barulah dapat ditarik suatu variabel yang
mewakili latar belakang maupun rumusan masalah dan tujuannya, yang dikenal sebagai Judul
Tulisan. Meskipun secara teori, judul harus ditulis paling terleih dahulu, namun secara
praktek, munculnya judul dapat dibuat belakangan setelah penulis dapat menentukan latar
belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan.
Hal-hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam menentukan judul adalah :
1. Judul penelitian dibuat harus menggambarkan atau mewakili permasalahan, dapat
dirumuskan secara ringkas singkat dan jelas atau dapat pula selengkap mungkin. Judul
yang ditulis lengkap dimungkinkah apabila benar-benar ingin mewakili permasalahan.
Secara garis besar, judul penelitian yang lengkap adalam mencakup:
a. Sifat dan jenis penelitian
b. Obyek yang diteliti
c. Subyek penelitian
d. Lokasi atau daerah penelitian.
2. Judul harus menggambarkan pentingnya masalah yang akan diangkat.
3. Judul harus menarik minat pembaca
4. Judul harus memuat variabel-variabel yang mendukung, melengkapi atau dapat pula
mandiri.
Apabila telah berhasil menjalani langkah awal ini, kemudian berhasil menentukan
judul yang tepat, maka penulis dapat menggunakan latar belakang, rumusan masalah dan
tujuan penulisan yang telah dibuat dan ditentukan untuk menggunakan metode penelitian
yang tepat guna mendapatkan jawaban atas rumusan permasalahan tersebut.
Tugas:
1. Pilihlah sebuah topik sesuai dengan bidang ilmu Anda, kemudian susunlah kerangka
tulisan untuk dikembangkan menjadi sebuah makalah. Selanjutnya, kembangkanlah
kerangka tulisan Anda dengan memperhatikan prinsip serta syarat penggunaan bahasa
dalam karya ilmiah!
2. Susunlah sebuah proposal penelitian dengan judul sesuai dengan bidang ilmu Anda!
121
122
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan H. Ahmad H.P, 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.
Alwasilah, A. chaedar. 1993.Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Badudu, J.S. 1983. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Badudu, J.S.1981. Membina Bahasa Indonesia Baru. Seri 1, 2, 3. Bandung: Pustaka Prima.
Chaer, Abdul.2007. Kajian Bahasa (Struktur Internal, Pemakaian, dan Pembelajaran).
Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Moeliono, Anton M., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Murtiani, Anjar, dkk. 2016. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.
Ningsih, S., i, E., Bambang, Arju, & Tutik. 2007. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa.
Jember: Penerbit Andi.
Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Araska.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Sumardjono, Maria. S. W. 1989. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UGM.
Surakhmad, Winarno. 1988. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik.
Bandung: Tarsito.
Tanjung dan Ardial. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: (Proposal, Skripsi, dan Tesis)
dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Wijaya, Marlina dan Euis Honiatri. 1997. Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk SLTP.
Bandung: Pustaka Setia.
Yanti, Prima Gusti, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia & Kesalahan
Berbahasa. Solo: Genta Smart Publisher.
Zaenal, Arifin dan Tasai Amran S. 2009 Cermat berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademika
pressindo.
122
123
123