Anda di halaman 1dari 17

REKAYASA IDE (RI)

“Pengembangan Solusi Pemecahan Persamaan Schodinger”


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Fisika Kuantum
Dosen Pengampu : Dr. Dewi Wulandari, S.Si., M.Si dan Jubaidah, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh:

Nama : Dewi Melia Gultom


Nim : 4193321017
Kelas : Fisika Kuantum

FISIKA DIK A 2019


PROGRAM STUDI (S1) PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED)
2021
KATA PENGANTAR

i
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya sanggup menyelesaikan Rekayasa Ide yang berjudul
“Pengembangan Solusi Pemecahan Persamaan Schrodinger” ini semaksimal mungkin.

Adapun maksud saya menyusun Rekayasa Ide ini adalah untuk memenuhi tugas Fisika
Kuantum yang telah di amanahkan kepada saya. Saya juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada Ibu Dr. Dewi Wulandari, S.Si., M.Si dan Jubaidah, S.Pd., M.Si selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Fisika Kuantum ini.

Saya menyadari bahwa Rekayasa Ide tentu saja tidak lepas dari banyaknya kesalahan dan
kekurangan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang saya miliki. Oleh sebab itu, saya
membutuhkan masukan dan kritik yang bersifat membangun yang berasal dari semua pihak,
demi perbaikan kedepan. Saya berharap Critical Journal Review ini bermanfaat untuk kita
semua.

Medan, November 2021


Penyusun

Dewi M Gultom

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.....................................................................................................................3
BAB III...........................................................................................................................................9
GAGASAN IDE.............................................................................................................................9
BAB IV..........................................................................................................................................11
PENUTUP....................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mekanika kuantum, persamaan Schrödinger adalah persamaan matematika yang
menjelaskan perubahan tiap waktu dari sebuah sistem fisika di mana efek kuantum, seperti
dualitas gelombang-partikel, menjadi signifikan. Persamaan ini merupakan perumusan matematis
untuk mempelajari sistem mekanika kuantum. Persamaan ini diajukan oleh fisikawan Erwin
Schrödinger pada tahun 1925 dan mempublikasikannya pada tahun 1926. Erwin Schrödinger
sendiri memperoleh Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1933 berkat karyanya ini. Persamaan ini
berbentuk persamaan diferensial dengan tipe persamaan gelombang, yang digunakan sebagai
model matematika dari pergerakan gelombang.
Salah satu bentuk permasalahan persamaan diferensial parsial linear adalah persamaan
Schrodinger. Persamaan Schrodinger diperkenalkan oleh fisikawan Erwin Schrodinger pada
tahun 1952 dan dijelaskan juga bagaimana hubungan antara ruang dan waktu pada sistem
mekanika kuantum (Hakim & Kusumastuti, 2012). Persamaan Schrodinger adalah gelombang
sebagai representasi elektron sebagai partikel. Dalam sistem mekanika kuantum, gerak partikel
dalam suatu sistem berkaitan dengan gerak partikel yang lain yang bersifat komplek. Sehingga
persamaan Schrodinger akan menggambarkan bagaimana pergerakan suatu partikel khususnya
partikel elektron. serta kemungkinan keberadaannya partikel, tetapi persamaan Schrodinger tidak
menentukan posisi partikel melainkan memberikan kemungkinan bahwa partikel akan ditemukan
di sekitar posisi tertentu. Persamaan Schrodinger ini tidak mengatakan secara pasti bagaimana
elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum elektron dibatasi oleh
prinsip ketidakapastian Heisenberg. Maka makalah Rekaya Ide ini dibuat untuk menganalisa ide
dalam jurnal yang berisi Penelitian solusi persamaan Schrodinger nonlinier sebelumnya
menggunakan metode persamaan percobaan diperpanjang dengan hukum pangkat ganda
nonlinear.

1
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka penelitian pengembangan ini bertujuan untuk:
1. Bagaimanakah solusi persamaan diferensial parsial linier yaitu persamaan Schrodinger?
2. Bagaimanakah metode yang digunakan penulisa dalam memecahkan permasalahan
mengenai persamaan diferensial parsial linier yaitu persamaan Schrodinger?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan Rekayasa Ide ini antara lain:
1. Mengetahui gagasan ide yang ada di dalam jurnal “Solusi Persamaan Schrodinger dengan
Menggunakan Metode Transformasi Diferensial”
2. Mengetahui Solusi persamaan diferensial parsial linier yaitu persamaan Schrodinger
dengan menggunakan metode Transformasi Diferensial.
3. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Kuantum.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan Rekayasa Ide ini adalah:
1. Memperoleh hasil data mengenai ide-ide yang diberikan penulis mengenai Solusi
persamaan diferensial parsial linier yaitu persamaan Schrodinger dengan menggunakan metode
Transformasi Diferensial.
2. Dapat menganalisis lebih dalam mengenai suatu jurnal.
3. Dapat memperdalam pemahaman lebih dalam mengenai Solusi persamaan diferensial
parsial linier yaitu persamaan Schrodinger.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Persamaan Schrödinger

Pada tahun 1926, Erwin Schrödinger menggunakan sifat gelombang de Broglie suatu
partikel dalam persamaan gelombang. Jika momentum partikel adalah p, maka panjang
gelombangnya adalah =h/p. Karena kecepatan v=f maka

ℏω
v= (2.2.1)
p

di mana ℏ  h/ 2 .dan =2f. Dengan demikian maka persamaan gelombang (2.1.5) menjadi

d 2 φ (x) p2
+ 2 φ ( x )=0 (2.2.2)
dx 2 ℏ

Tetapi, karena energi kinetik partikel adalah

P2
K= (2.2.3)
2m

maka persamaan gelombang (2.2.2) menjadi

d 2 φ (x) 2mK φ ( x )=0


+ 2 (2.2.4)
dx 2 ℏ

Jika energi potensial yang dimiliki partikel adalah V, maka energi partikel itu adalah

E  K V (2.2.5)

3
Dengan demikian maka persamaan gelombang (2.2.4) menjadi

d 2 φ (x) 2m ( E−V )φ ( x )=0


+ 2 (2.2.6)
dx 2 ℏ

Inilah yang disebut persamaan Schrödinger yang tidak bergantung waktu. Jelaslah bahwa
persamaan Schrödinger adalah persamaan gelombang untuk satu partikel.

Untuk 3-dimensi persamaan Schrödinger adalah:

2m
∇2 φ ( x , y , z ) + ( E−V )φ ( x , y , z )=0 (2.2.7)
ℏ2

di mana

2 ∂2 ∂2 ∂2
∇= + +
∂ x2 ∂ y 2 ∂ z 2

Dari persamaan (2.2.6) dan (2.2.7) jelas bahwa persamaan Schrödinger adalah persamaan
gelombang bagi partikel. Solusi persamaanitu adalah energi E dan fungsi gelombang φ(x) Untuk
menyelesaikan persamaan itu diperlukan syarat batas bagi fungsi gelombang φ(x). Syarat batas
itu bisa ditentukan jika bentuk energi potensial V diketahui sebelumnya.

Persamaan Schrödinger (2.2.6) untuk 1-dimensi dapat dituliskan sebagai berikut:

−ℏ2 d 2
[ 2 m dx2 ]
+V ( x) φ ( x )=Eφ ( x ) (2.2.8)

Untuk itu nyatakanlah

^ −ℏ 2 d 2
H= + V ( x) (2.2.9)
2 m dx 2

sehingga persamaan (2.2.8) menjadi

H φ ( x )=Eφ ( x )
^ (2.2.10)

H disebut Hamiltonian partikel yang merupakan operator energi dari partikel. Untuk kasus 3-
^
dimensi Hamiltonian itu adalah

4
ℏ2 2
^
H ¿− ∇ +V ( x , y , z ) (2.2.11)
2m

Hamiltonian di atas hanya bergantung pada ruang, tidak bergantung waktu. Jadi ia bersifat
H pada fungsi (x)
stasioner. Dalam persamaan (2.2.10) terlihat bahwa operasi operator ^
menghasilkan energi E tanpa mengubah fungsi (x). Persamaan seperti itu disebut persamaan
H dengan fungsi eigen (x).
nilai eigen, di mana E adalah nilai eigen energi dari operator ^

ℏ2 2 2
Analogi dengan fisika klassik, E=K+V, maka −( )∂ /∂ x adalah operator energi kinetik dan V
2m
adalah operator energi potensial dari partikel.

Berdasarkan persamaan (2.1.6a), mengingat   E / ℏ fungsi gelombang partikel bisa dituliskan


seperti

ψ ( x , t ) =φ(x )e−iEt /ℏ (2.2.12)

Jika operator ^
H dioperasikan pada fungsi lengkap itu maka

^ ^ φ ( x)e−iEt/ ℏ=Eφ(x) e−iEt /ℏ


H ψ ( x ,t )= H


¿ iℏ ψ ( x ,t )
∂t

Persamaan ini


iℏ ψ ( x ,t ) = ^
H ψ ( x ,t ) (2.2.13)
∂t

disebut persamaan Schrödinger yang bergantung waktu.

Dengan fungsi gelombang (x) dapat dinyatakan kerapatan peluang untuk menemukan partikel
2
itu di posisi x dalam rentang dx, yakni |φ ( x)| dx sehingga berlaku

+∞
2
∫ |φ(x)| dx=1 (2.2.14)
−∞

Persamaan (2.2.14) itu menyatakan fungsi gelombang partikel yang dinormalisasi. Dalam
2 2
persamaan itu |φ ( x)| =φ¿ ( x ) φ ( x ) =|φ(x )| di mana φ ( x ) adalah konjugat dari (x)
¿

5
Tinjaulah kembali persamaan Schrödinger yang bergantung waktu. Misalkan

ψ (x , t)=^
F(t )φ( x)

Substitusi ke persamaan (2.2.13) menghasilkan:

^
dF
iℏ φ ( x )= H
^^Fφ(x)
dt

Sehingga

^
dF
iℏ H^
=^ F
dt

. Jadi, (x,t) adalah


^t/ℏ
−i H
dan selajutnya ^
F (t)≡ e

^
(x,t) =e−i H t / ℏ φ ( x ) (2.2.15)

Dengan menguraikan operator eksponensial di atas,

H 2 t 2 ℏ2
^
^
(
(x,t) =e−i H t / ℏ φ ( x ) = 1−i ^
H t/ℏ+
2! )
=… φ ( x )

E2 t 2 ℏ2
^
(
= 1−iEt /ℏ+
2! )
=… φ ( x )=φ ( x ) e−iEt / ℏ

Jadi, bentuk lengkap dari fungsi gelombang (x,t) adalah

(x,t) =φ ( x ) e−iEt/ ℏ (2.2.16)

Dari persamaan di atas dapat dinyatakan bahwa keadaan suatu partikel dengan energi E yang tak
bergantung waktu adalah keadaan stasioner, dan fungsi gelombang (x,t) (x)exp(iEt / ℏ )
disebut keadaan stasioner. Fungsi gelombang (x,t) disebut juga fungsi keadaan.

2.2 Metode Transformasi Diferensial

Transformasi diferensial merupakan suatu langkah iteratif untuk memperoleh


penyelesaian analitik deret Taylor dari persamaan diferensial. Definisi dasar dari transformasi
diferensial untuk fungsi yang memiliki turunan pada setiap titik di persekitaran domain 𝐷
sebagai berikut:

6
k
1 d u( x)
U (k )=
[
k ! dx k ] x= x 0
, k =0,1,2,3 … . , (1)

dengan 𝑢(𝑥) merupakan fungsi asli dan 𝑈(𝑘) merupakan fungsi transformasi. Suatu fungsi 𝑢 di 𝑥
dapat dinyatakan dalam bentuk deret Taylor, yaitu

∞ k
1 d u( x )
U ( k ) =∑
k=0
[
k ! dx k ] x=x 0
( x−x 0) k (2)

Berdasarkan persamaan (1), maka persamaan (2) berubah menjadi.


U ( k ) =∑ U ( k ) (x−x 0 )k
k=0

Saat x 0 = 0, diperoleh


k
𝑢(𝑥) = ∑ U ( k ) x (3)
k=0

yang disebut sebagai invers transformasi diferensial.

Terdapat beberapa teorema yang menunjukkan sifat operasi dasar metode transformasi
diferensial [1]. Adapun teorema-teorema tersebut adalah sebagai berikut.

Teorema 1

Jika 𝑦(𝑥) = 𝑔(𝑥) ± ℎ(𝑥), maka 𝑌(𝑘) = 𝐺(𝑘) ± 𝐻(𝑘)

Teorema 2

Jika 𝑦(𝑥) = 𝛼𝑔(𝑥), maka 𝑌(𝑘) = 𝛼𝐺(𝑘)

Teorema 3

dg( x )
Jika 𝑦(𝑥) = , maka 𝑌(𝑘) = (𝑘 + 1) 𝐺 (𝑘 + 1)
dx

Teorema 4

d 2 g( x )
Jika 𝑦(𝑥) = , maka 𝑌(𝑘) = (𝑘 + 1) (𝑘 + 2) 𝐺 (𝑘 + 2)
dx2

7
Teorema 5

d m g ( x)
Jika 𝑦(𝑥) = , maka 𝑌(𝑘) = (𝑘 + 1) (𝑘 + 2) … (𝑘 + 𝑚) 𝐺 (𝑘 + 𝑚)
dxm

Teorema 6

Jika 𝑦(𝑥) = 1, maka 𝑌(𝑘) = 𝛿(𝑘) = ⟨ 10 ,k, k=0≠ 0 ⟩


Teorema 7

Jika 𝑦(𝑥) = 𝑥, maka 𝑌(𝑘) = 𝛿 (𝑘 − 1) = ⟨ 10 ,, k=1


k ≠ 1⟩

Teorema 8

Jika 𝑦(𝑥) = 𝑥𝑚, maka 𝑌(𝑘) = 𝛿 (𝑘 − 𝑚) = ⟨ 10 ,, k=m


k ≠ m⟩

Teorema 9

k
Jika 𝑦(𝑥) = 𝑔(𝑥)ℎ(𝑥), maka 𝑌(𝑘) = ∑ G ( m ) H ( k−m)
m=0

Teorema 10

λk
Jika 𝑦(𝑥) = 𝑒 (𝜆𝑥), maka 𝑌(𝑘) = , dengan 𝜆 adalah konstanta
k!

8
BAB III
GAGASAN IDE

Salah satu bentuk permasalahan persamaan diferensial parsial linear adalah persamaan
Schrodinger. Persamaan Schrodinger diperkenalkan oleh fisikawan Erwin Schrodinger pada
tahun 1952 dan dijelaskan juga bagaimana hubungan antara ruang dan waktu pada sistem
mekanika kuantum (Hakim & Kusumastuti, 2012). Persamaan Schrodinger adalah gelombang
sebagai representasi elektron sebagai partikel. Dalam sistem mekanika kuantum, gerak partikel
dalam suatu sistem berkaitan dengan gerak partikel yang lain yang bersifat komplek. Sehingga
persamaan Schrodinger akan menggambarkan bagaimana pergerakan suatu partikel khususnya
partikel elektron. serta kemungkinan keberadaannya partikel, tetapi persamaan Schrodinger tidak
menentukan posisi partikel melainkan memberikan kemungkinan bahwa partikel akan ditemukan
di sekitar posisi tertentu. persamaan Schrodinger ini tidak mengatakan secara pasti bagaimana
elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum elektron dibatasi oleh
prinsip ketidakapastian Heisenberg. Penelitian solusi persamaan Schrodinger nonlinier

9
sebelumnya menggunakan metode persamaan percobaan diperpanjang dengan hukum pangkat
ganda nonlinear.

Adapun metode lain dalam memecahkan solusi persamaan Schrodinger adalah metode
transformasi diferensial. Metode transformasi diferensial pertama kali diperkenalkan oleh Zhou
untuk menyelesaikan persamaan diferensial baik linear maupun tak linear. Dengan menggunakan
metode ini, persamaan diferensial parsial dan nilai awal yang diberikan ditransformasikan
berdasarkan sifat–sifat transformasi diferensial dan tahapan yang dilakukan secara berulang–
ulang untuk menghasilkan solusi dalam bentuk ekspansi deret Taylor dari fungsi analitik
(Saadah, 2020). Beberapa sifat dari transformasi diferensial yang digunakan, yaitu sebagai
berikut (Ayaz, 2003).

Sifat 1. Jika w(𝑥, 𝑦) = 𝑢(𝑥, 𝑦) ± 𝑣(𝑥, 𝑦) maka W(𝑟, 𝑠) = 𝑈(𝑟, 𝑠) ± 𝑉(𝑟, 𝑠)

Sifat 2. Jika w(𝑥, 𝑦) = 𝛼𝑢(𝑥, 𝑦) maka W(𝑟, 𝑠) = 𝛼𝑈(𝑟, 𝑠) , 𝛼 konstanta

∂u ( x , y )
Sifat 3. Jika w(𝑥, 𝑦) = maka W(𝑟, 𝑠) = (𝑟 + 1)𝑈(𝑟 + 1, 𝑠)
∂x

∂u ( x , y )
Sifat 4. Jika w(𝑥, 𝑦) = maka W(𝑟, 𝑠) = (𝑠 + 1)𝑈(𝑟, 𝑠 + 1)
∂y

Sifat 5. Jika 𝑤(𝑥, 𝑦) = 𝜕𝑚+𝑛𝑢(𝑥,𝑦) 𝜕𝑥𝑚𝜕𝑦𝑛 maka 𝑊(𝑘, ℎ) = (𝑟 + 1)(𝑟 + 2) … (𝑟 + 𝑚)(𝑠 + 1)(𝑠
+ 2) … (𝑠 + 𝑛)𝑈(𝑟 + 𝑚, 𝑠 + 𝑛)

Adapun langkah-langah dalam metode transformasi diferensial dalam memecahkan solusi


persamaan Schrodinger adalah :

∂ Ψ ( x ,t ) − h́2 ∂2 Ψ ( x , t )
1. Mentransformasikan persamaan Schrodinger i h́ = 2
+V Ψ ( x , t )
∂t 2m ∂x
dengan kondisi awal Ψ ( x , 0 )=g( x) sesuai dengan tabel transformasi persamaan
Schrodinger dibawah ini
Bentuk Asal Bentuk Transformasi
∂ Ψ ( x ,t ) i h́ ( s+1 ) U (r , s+1)
i h́
∂t
2 2
−h́ ∂ Ψ ( x , t ) −h́2
2
( r +2 ) ( r +1 ) U (r +2 , s)
2m ∂x 2m
V Ψ (x , t) VU (r , s )

10
2. Mentransformasikan persamaan nilai awal Ψ ( x , 0 )=g( x)
3. Melakukan iterasi menggunakan persamaan

1 − h́2
U ( r , s+ 1 )= (
i h́ ( s +1 ) 2 m )
( r +2 ) ( r+ 1 ) U ( r +2 , s ) +VU ( r , s ) dengan mensubstitusikan nilai

𝑈(𝑟, 0).
∞ ∞
r s
4. Mensubstitusikan nilai yang telah diperoleh pada persamaan Ψ ( x , t )=∑ ∑ U (r , s) x t
r =0 s=0

5. Terakhir, menghasilkan solusi dari persamaan Schrodinger


6. Menampilkan solusi dari persamaan Schrodinger dengan menggunakan software
Maple18. Dengan menggunakan software tersebut akan diperoleh grafik 3D dan 2D dari
solusi persamaan Schrodinger tersebut dengan parameter yang digunakan ialah 𝑖 bilangan
imajiner, ℎ̅ = 1.05457 × 10−34 𝐽𝑠, dan saat 𝑉 = {2,10,18} dengan −15 ≤ 𝑥 ≤ 30 dan 0 ≤ 𝑡
≤ 20.

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada persamaan Schrodinger akan menggambarkan bagaimana pergerakan suatu
partikel khususnya partikel elektron. persamaan Schrodinger ini tidak mengatakan secara
pasti bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum
elektron dibatasi oleh prinsip ketidakapastian Heisenberg. Adapun metode lain dalam
memecahkan solusi persamaan Schrodinger adalah metode transformasi diferensial.

11
3.2 Saran
Saran penulis kepada pembaca untuk memahami dengan baik isi yang telah di
tampilkan dan semoga inovasi ide berupa Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dari
pembaca. Penulis sangat menyadari rekayasa ide ini masih banyak kesalahan dalam
pembuatan. Untuk itu penulis mohon maaf karena penulis sangat menyadari bahwa
setiap manusia tidak ada yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Khatizah. E dkk. (2015). Aplikasi Metode Transformasi Diferensial pada Sistem Persamaan
Diferensial Biasa. Journal of Mathematics and It's Applications, 14(2),1-8

Siregar, R. E. 2018. Fisika Kuantum. Jawa Barat: Dapertemen Fisika

Ayaz, F. (2003). On the two-dimensional differential transform method. Applied Mathematics


and Computation, 143(2–3), 361–374.

Hakim, L., & Kusumastuti, A. (2012). Generalisasi Fungsi Airy sebagai Solusi Analitik
Persamaan Schrodinger Nonlinier. Cauchy, 2(2), 86.

12
Saadah, H. (2020). Penyelesaian Persamaan KDV (Korteweig De Vries) Menggunakan Metode
Transformasi Diferensial (Skripsi). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, Malang.

13

Anda mungkin juga menyukai