Bahan:
1. Bell pintu kabel (bukan wireless)
2. Kawat listrik halus (bisa dipakai dari kabel bell pintu)
3. Kawat (saya pakai dia 2 mm) (untuk dibuat ring/cincin)
4. Pipa paralon (PVC) (saya pakai 1,5” x 40 cm) (berguna sbg pelindung dari angin atau binatang
seperti cicak)
5. Unting-unting* (yang diharapkan bergerak saat gempa)
6. Paku secukupnya
* alat tukang berguna untuk menentukan posisi vertikal, kadang disebut bandul aka. lot
Alat:
1. Palu
2. Tang
3. Gergaji
4. Lain2 yang diperluka
Tidak harus seperti ini yang penting prinsip kerja alat (bisa disesuaikan dengan bahan-bahan
yang ada disekitar rumah). Prinsip kerjanya sama saja dengan menekan bell pintu, hanya saja
saklar bell dimodifikasi untuk berbunyi saat goyangan unting menyentuh cincin.
Langkah-langkahnya silakan lihat foto2 dan diagram (tutorialnya pake gambar aja yach
saya rasa sudah cukup dimengerti) di bawah ini:
Inilah Bahan-bahannya:
Bagian atas paralon tempat penggantung unting-unting:
MODEL HIDRAM
Fungsi Alat
Model hidram merupakan salah satu alat yang dapat menunjukan bahwa air dapat mengalir dari
tempat yang rendah ke tempat yang tinggi apabila diberi energi dan usaha.
Prinsip Kerja Alat
Langkah-Langkah Perancangan
A. Persiapan Alat
1. Siapkan semua bahan sesuai dengan daftar bahan. Persiapkan juga alat perkakasnya. Mulai
dengan memotong ujung balok palang menjadi separuh dengan panjang 2 cm
2. Membuat Lubang pada Balok peyangga Penusuk dengan diameter 3 cm yang akan
ditempatkan didalam menara balok
3.Buat runcing kayu sepanjang 30 cm sebagai penusuk dengan diameter 0,5 cm dan tempel plat
seng diujung atas kayu tersebut yang akan dipakai sebagai penyambung sakelar pada saat kayu
penusuk melewati balok penyangga
4. Buatlah balok menara dengan ujung bawahnya di buat kecil seukuran besar sedotan plastik
Pemasangan Alat
1. Pasang alat seperti pada gambar 1.2
Pasang balok palang yang kedua pada jarak 15 cm (diukur dari palang I ) mengelilingi balok kayu
seperti pada palang pert
Pasang balok palang yang ketiga dengan jarak 10 cm dari palang kedua.
Pasang kayu menara yang sudah ada lampunya diatas lubang menara.
Tusukkan kayu penusuk ditengah gabus
Sedangkan ujung penusuk yang dipasang lempeng besi dipasang diujung sedotan
III. Uji coba Alat
Sediakan Ember, kemudian masukkan Menara Alarm
Masukkan air sedikit demi sedikit sehingga gabus terangkat naik
Amati apakah gabus mampu menganggkat kayu penusuk tersebut
Ketika gabus terangkat naik, amati nyala lampu hijau, kuning dan merah
Apakah alarm akan nyala/bunyi ketika lampu merah menyala
PEMBUATAN MODEL PLTA SEBAGAI ALAT PEMBELAJARAN FISIKA
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati siswa karena memiliki
tingkat kesulitan pemahaman yang tinggi. Padahal Fisika merupakan ilmu dasar yang tidak boleh
tidak harus dikuasai, untuk mencegah ketinggalan kita, bangsa Indonesia, di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, Fisika harus ditanamkan secara mendalam kepada
seluruh siswa.
Salah satu upaya untuk menumbuh kembangkan minat dan simpati siswa untuk men-cintai Fisika
adalah dengan membuat alat peraga / model perangkat teknologi sederhana meng-gunakan
konsep Fisika. Dengan alat peraga memungkinkan guru melakukan demontrasi atau peragaan
untuk konsep-konsep tertentu dalam pelajaran Fisika. Melalui demontrasi/peragaan dapat lebih
memotivasi siswa untuk belajar dan menerapkan keterampilan proses.
1.2. Tujuan Pembuatan Alat Peraga
Tujuan pembuatan model/alat peraga ini adalah :
-menjadikan siswa lebih tertarik dan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
-meningkatkan pemahaman/penguasaan materi dan kemampuan berfikir ilmiah siswa.
-memotivasi siswa agar dapat menerapkan konsep
-memotivasi siswa agar dapat merancang sejumlah model alternatif, membuat dan mengerjakan
model, menguji model dan menyempurnakan model.
1.3. Dasar Penggunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut hasil penelitian di bidang psikologi belajar seperti yang dilaporkan Direktorat Sarana
Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) menunjukkan bahwa hasil belajar
manusia adalah :
1 % dari indera perasa (testa)
1,5 % dari indera peraba (touch)
3,5 % dari indera pencium (smell)
11 % dari indera pendengar (hearing)
83 % dari indera penglihatan (sight)
Sedangkan kemampuan manusia untuk mengingat adalah :
20 % dari yang dibacanya
30 % dari yang didengarnya
40 % dari yang dilihatnya
50 % dari yang dilihat dan didengarnya
60 % dari yang dikatakannya
90 % dari yang dikatakan dan dikerjakannya
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa perpaduan aspek verbal dan visual dalam suatu
proses belajar mengajar memungkinkan seseorang menunjukkan kemampuan mengingat yang
relatif tinggi. Dalam hubungannya dengan usaha peningkatan mutu pendidikan, penggunaan
media pendidikan ini tampaknya mutlak dilaksanakan baik oleh guru maupun para pengelola
pendidikan lainnya.
Dalam pembuatan model/miniatur untuk suatu proses, mula-mula barangkali sulit, tetapi
tantangan menemukan bagaimana melakukan hal itu akan menghasilkan wawasan yang
mendalam dan memori jangka panjang. Konfusius berkata : “Saya dengar dan saya lupa. Saya
melihat dan saya mengetahui. Saya melakukan dan saya ingat. ”
Semakin banyak siswa dapat melihat, mendengar, mengatakan dan melakukan sesuatu, semakin
mudah sesuatu dipelajari.
1.4. Pengertian Media Pendidikan dan Alat Peraga
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’,
atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of
Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai
segala bentuk dan saluran yang digunakan utnuk menyampaikan pesan atau informasi.
Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata
mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan
dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi
atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses
belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau
mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 2003 : 3)
Sedangkan Alat Peraga oleh Ditsardik Depdikbud (1980) diartikan sebagai “ Alat yang dapat
dipertunjukkan/diragakan dalam KBM dan berfungsi sebagai pembantu untuk memperjelas suatu
konsep ide atau pengertian contoh benda.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Depdikbud, Balai Pustaka, 1995, mengartikan
Model sebagai “barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru.”
1.5. Fungsi Media
Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu
(a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk ber-
konsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau
membaca) teks yang bergambar.
Fungsi kognitif media visual yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pengajaran memberikan konteks untuk memahami teks membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi
siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks
atau disajikan secara verbal. (Arsyad, 2003 : 16)
1.6. Manfaat Media
Manfaat media menurut Kemp & Dayton, yaitu sebagai berikut :
1.Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau
mendengarpenyajian melalui media menerima pesan yang sama.
2.Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian
danmembuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan
3.Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4.Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.
5.Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
6.Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan.
7.Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat
ditingkatkan.
8.Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Beban guru untuk penjelasan yang
berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan. (Arsyad, 2003 : 22)
1.7. Kriteria Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem
instruksional secara keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam
memilih media, yaitu :
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang
telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.
Agar dapat membantu proses pembelajaran secara afektif, media harus selaras dan sesuai dengan
kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
3. Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media
yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya
dapat digunakan dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta
mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.
4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu,
guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama
efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk
jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan
teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ingin
disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang. (Arsyad, 2003 :
72)
BAB II
PEMBUATAN ALAT
2.1. Pembuatan Alat
Sebagai contoh model/alat peraga teknologi sederhana adalah miniatur PLTA .
Model PLTA ini adalah aplikasi konsep induksi magnetik.
2.2. Alat dan Bahan yang dibutuhkan
-Papan rangkaian
-Kincir kayu dengan karet penghubung
-Model kincir air dengan engkol pemutar
-Bola lampu 2,5 V sebagai indicator
-Model generator listrik
-Model rumah
-Kabel secukupnya
-Pompa air akuarium
2.3. Prosedur Pembuatan
Rangkaian disusun seperti pada gambar di bawah ini :
Keterangan Gambar :
Model kincir dianalogikan sebagai turbin air
Model generator dimanfaatkan untuk membangkitkan arus
Motor listrik dianalogikan sebagai mesin diesel pada PLTD
Bola lampu digunakan sebagai indikator
Dalam pelaksanaannya pembuatan model/alat peraga teknologi sederhana ini diintegrasikan
sesuai dengan pokok bahasan yang sedang diberikan.
Model/alat peraga teknologi sederhana yang dibuat di kelas ini hanyalah sebagai contoh aplikasi
konsep Fisika yang masih perlu dikembangkan.
Kegiatan siswa diterapkan dengan titik tolak pada bagaimana menyediakan kegiatan
pembelajaran dengan memperlakukan siswa sebagai ahli teknologi muda. Karena itu, kegiatan
teknologi dicirikan dengan memberi peluang siswa untuk berfikir alternatif sehingga diperoleh
temuan aneka solusi, merancang model pemecahan , menyempurnakan model,
mengkomunikasikan karya temuan. Untuk keperluan ini, strategi kegiatan pemecahan masalah
ditentukan oleh siswa sendiri.
Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini :
1.Sedapat mungkin model/alat peraga ini di buat oleh siswa secara berkelompok.
2.Agar waktu menjadi efisien, diusahakan kegiatan di kelas hanya merakit alat/bahan yang sudah
dipersiapkan sebelumnya.
3.Sebelum melakukan kegiatan, guru menjelaskan konsep/sub konsep yang diaplikasikan.
4.Selama kegiatan berlangsung , siswa berpedoman kepada petunjuk pembuatan (dapat juga
sekaligus melakukan penelitian proses). Sedangkan guru membantu dan membimbing kelompok
yang mengalami hambatan serta bertindak sebagai motivator.
5.Setelah selesai merangkai model/alat peraga, tiap kelompok di beri kesempatan untuk mem-
perlihatkan unjuk kerja alat/model yang dibuat oleh kelompoknya masing-masing.
6.Pada akhir kegiatan, guru menekankan kembali konsep/sub konsep yang digunakan dalam
model/alat peraga.
2.6. Penilaian
Penilaian Fisika dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis,
penugasan (proyek), portofolio, ataupun hasil kerja (produk). Dengan demikian, lingkup
penilaian Fisika dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan) maupun pada proses
pembelajaran. Hasil penilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif
maupun dalam bentuk komentar deskriptif kualitatif
BAB III
KESIMPULAN
Kegiatan Pembuatan Model Pembangkit Listrik Tenaga Air sebagai Alat Peraga dalam Proses
Belajar Mengajar Fisika berfungsi untuk :
1.Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah yang diawali
dengan kemampuan mengenali masalah dan berlanjut dengan kemampuan berfikir alternatif,
menerangkan konsep, merancang model, membuat model, menguji model, dan merencanakan
model.
2.Mengembangkan kemampuan siswa berfikir dan bertindak kreatif.
3.Meningkatkan motivasi /gairah belajar siswa dan sifat ingin tahu.
4.Memperjelas informasi dalam proses belajar mengajar
5.Meningkatkan efektivitas penyampaian.
6.Memberi informasi tambahan yaitu melengkapi atau memperkaya informasi yang diberikan
guru.
7.Menjadikan pendidikan lebih produktif karena media pengajaran dapat memberikan
pengalaman yang tidak dapat diberikan guru dan membuka cakrawala pengetahuan yang lebih
luas.
8.Menambah pengertian nyata tentang suatu pengertian atau pengetahuan.
9.Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif
siswa.
10.Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
11.Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
12.Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan.
13.Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
MERIAM
Meriam merupakan alat/media pembelajaran yang digunakan sebagai alat pelontar dalam
pelaksanaan praktikum mata pelajaran Fisika, khususnya materi Gerak Pabola
Alat ini terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut :
A. Bagian Pendukung
1. Penopang : merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat berdririnya meriam dan
tempat untuk menancapkan pasak kawat penyangga.
2. Kawat penyangga : merupakan batang kawat yang berfungsi sebagai penyangga posisi
kemiringan meriam yang posisinya dikuatkan menggunakan pasak.
3. Busur : merupakan busur derajat yang berfungsi untuk mengukur/menentukan besarnya
sudut kemiringan (elevasi) dari meriam.
B. Bagian inti ( Meriam ) --> Merupakan modifikasi dari Atraktor
1. Selongsong : merupakan tabung dari logam yang berfungsi sebagai wadanh bagi pegas
pelontar.
2. Pegas : terbuat dari baja yang berfungsi sebagai pelontar/pendorong
3. Bilah pelontar : terbuat dari logam berfungsi sebagai perpanjangan dari pegas yang berfungsi
sebagai pendorong/pelontar peluru/kelereng
4. Pemicu : merupakan tombol yang berfungsi sebagai pengunci posisi meriam (pelontar)
sebelum di tembakkan.
C. Alat Tambahan
1. Kelereng ukuran sedang sebagai peluru
2. Mistar/penggaris (min 150 cm)
sumber : https://www.google.com/search?q=media+pembelajaran+fisika&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
Penggunaan alat peraga dalam suatu pembelajaran adalah hal yang penting, terlebih dalam
pembelajaran fisika. Hal ini dikarenakan alat peraga dapat membantu siswa untuk lebih memahami teori
atau konsep yang telah dipelajari. Konsep yang mendasari adalah perlunya melibatkan siswa dalam
pengamatan langsung terhadap peristiwa alam yang ditemui mereka sehari-hari tetapi ternyata hal itu
sangat sulit dilakukan. Oleh sebab itu, diperlukan alat sederhana yang dapat menghadirkan peristiwa
alam yang sama dengan kenyataan. Selain itu, juga didasari oleh pemikiran bahwa banyak barang bekas
terbuang percuma yang dapat dijadikan alat peraga untuk membantu guru melakukan pembelajaran
yang kreatif dan menyenangkan serta efektif membelajarkan siswa.
Fenomena yang dimaksud misalnya pada materi perpindahan kalor secara konveksi dan pemuaian
gas, tekanan udara terbuka/tertutup, serta terjadinya angin, angin puting beliung atau tornado, hujan,
dan arus laut serta pada materi perpindahan kalor secara radiasi, guru dapat menggunakan alat peraga
termoskop untuk lebih meningkatkan pola pikir siswa tentang konsep dari perpindahan panas
tersebut. Oleh karena itu, alternatif yang dapat dilakukan adalah membuat media atau alat peraga
sederhana, misalnya dengan memanfaatkan barang bekas. Berbekal kreativitas yang cukup, media dan
alat peraga yang harganya tinggi jika dibeli dalam bentuk barang jadi, dapat diperoleh dengan biaya
lebih ringan. Berikut beberapa contoh alat peraga fisika sederhana materi perpindahan kalor yang dapat
penulis jelaskan.
Inovasi yang dilakukan adalah menciptakan alat peraga proses perpindahan kalor secara
konveksi. Alat peraga ini dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika kelas X pada semester 2 dengan
kompetensi dasar: menganalisis cara perpindahan kalor. Dapat pula dipergunakan oleh guru geografi
dalam menyajikan kompetensi dasar: menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di
muka bumi untuk kelas X semester 2.
b. Mistar
d. Lilin, 1 batang
a. Korek api
b. Lidi, 1 batang
Cara pembuatannya:
a. Buat tiga buah lubang (A, B, dan C) masing-masing berdiameter 3, 2, dan 1 cm pada dinding toples.
Tinggi ketiga lubang itu dari alas toples adalah 4 cm. Upayakan lubang-lubang tersebut berjarak sama
satu dengan lainnya.
b. Buat lagi satu lubang (D) berdiameter 1 cm pada sisi yang lurus dengan lubang "A". Jarak lubang ini 5 cm
dari mulut toples.
c. Potonglah lilin sepanjang 4 cm dari ujungnya yang bersumbu. Bakarlah bagian bawahnya lalu rekatkan
ke atas batu pipih.
d. Baringkan toples dengan lubang "A" dan "D" terletak pada posisi atas. Masukkan batu berlilin tersebut
ke dalamnya dan letakkan tepat di bawah lubang "A". Tutuplah toples itu dengan rapat. Alat telah siap.
a. Sebelum digunakan, lubang "B" dan "C" harus ditutup rapat dengan plaster hingga udara tidak dapat
melaluinya.
c. Bakarlah lidi lalu gunakan apinya untuk menyulut lilin di dalam toples.
f. Bandingkan bila penutup toples dibuka dan asap didekatkan ke tempat itu.
Peristiwa yang terjadi dari hasil peragaan tersebut adalah asap akan masuk ke dalam toples
melalui lubang "D" maupun mulut toples dan keluar melalui lubang "A". Peristiwa tersebut merupakan
peragaan perpindahan kalor secara konveksi pada udara/gas, yaitu perpindahan kalor karena adanya
aliran molekul zat. Udara panas di atas api akan bergerak ke atas dan memanaskan udara dingin di
atasnya. Sedangkan udara dingin di dalam toples akan bergerak ke arah sumber panas dan juga menjadi
panas. Begitu pula udara dingin di luar toples akan bergerak masuk ke dalam toples kemudian menjadi
panas setelah berada di dekat api. Demikianlah perpindahan kalor terus terjadi selama terdapat
perbedaan suhu antara udara di dalam toples (sekitar sumber panas) dengan udara di luar toples. Dalam
kajian geosains (meteorologi) peristiwa tersebut berkaitan dengan proses terjadinya angin, yaitu angin
bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi (di luar toples) ke daerah yang bertekanan udara
rendah (di dalam toples, sekitar sumber panas). Percobaan tersebut menjadi pembuktian Hukum Buys
Ballot.
Fungsi alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop adalah:
m. Plastisin: bahan penutup sambungan piting bolam dan selang berisi alkohol berwarna
a. Siapkan alat dan bahan pada tabel alat dan bahan diatas.
b. Buatlah papan 1 dengan panjang dan lebar 22x16cm dan sepasang papan dengan panjang dan lebar
22x8cm.
c. Rangkai ketiga papan hingga membentuk penopan.
d. Bor sisi atas papan bagiankiri dan kanan hingga membentuk lubang lingkaran.
g. Campurkan alkohol dan gincu. Bentuk selang seperti pipa U, gunakan paku klem sebagai penyangga dan
masukkan alkohol berwarna kedalam selang sehingga membentuk ketinggian alkohol yang sama.
h. Hubungkan kedua bolam dengan selang berisi alkohol berwarna dan letakkan lilin ditengahnya.
Dengan perangkaian alat sesuai dengan langkah, menggunakan alat dan bahan sesuai dengan
kegunaannya maka didapat hasil yang baik. Alat peraga sederhana termoskop ini bekerja untuk
membuktikan daya serap kalor terhadap warna bahan yangdigunakan. Dimana saat lilin dinyalakan
terjadi penyerapan kalor oleh bolam berwarna hitam dan bolam bening, perbedaan penyerapan kalor
yang terjadi pada kedua bolam menyebabkan air alkohol berwarna didalam selang yang dihubungkan
dengan bolam bereaksi.Pada percobaan didapat bahwa air alkohol yang berada dibawah bolam hitam
terdorong kebawah dan air alkohol berwarna dibawah bolam bening naik. Hal ini ini menunjukkan
bahwa kalor yang diserap oleh bolam hitam lebih cepat dibandingkan kalor yang diserap pada bolam
bening. Konsep kerja ini merupakan perinsip kerja perpindahan kalor secara radiasi dimana dipengaruhi
oleh warna bahan penyerap kalor.
Sumber:
https://tyaharyani3.files.wordpress.com/2014/10/laporan-mpf-termoskop-seftia-haryani-lengkap.pd
http://jidint.blogspot.co.id/2014/05/alat-perada-sedehana.html
Komentar
1.
BALAS
2.
JIDINT
BALAS
3.
BALAS
Posting Komentar
Postingan Populer