Anda di halaman 1dari 4

Submateri Metode Ilmiah adalah submateri yang diajarkan di kelas X semester ganjil

berdasarkan silabus Kurikulum 2013. Kompetensi dasar yang diharapkan untuk submateri ini adalah

KD 3.1 yaitu memahami tentang ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai objek biologi

dan tingkat organisasi kehidupan), metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja berdasarkan

pengamatan dalam kehidupan sehari-hari dan KD 4.1 Menyajikan data tentang objek dan

permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan sesuai dengan metode ilmiah dan

memperhatikan aspek keselamatan kerja serta menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis.

Materi biologi memiliki karakteristik, diantaranya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah yang

bersifat konkret dan memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti pemikiran secara logis,

kritis, dan analitis (Sudarisman, 2015, h.32). Selain itu, di dalam proses penyampaian materi biologi

oleh guru ke peserta didik akan lebih mudah dipahami jika ada objek langsung yang dapat diamati

(Titin & Dara, 2016, h.46). Peserta didik akan lebih mudah memahami materi biologi jika

mempelajarinya dengan melakukan sesuatu. Kegiatan yang dapat dilakukan salah satunya yakni

praktikum. Melalui kegiatan praktikum, peserta didik dapat lebih memahami materi yang bersifat

pembuktian. Praktikum juga membantu peserta didik memahami metode ilmiah. Melalui praktikum,

peserta didik menjadi terbiasa dan terlatih menerapkan langkah-langkah metode ilmiah. Pembelajaran

biologi seharusnya tidak hanya menjadikan peserta didik tahu dan paham, namun juga dapat

mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dituntut untuk peka terhadap

lingkungannya, yang didahului dari rasa ingin tahu yang besar sehingga terdorong untuk melakukan

observasi dan mencari pemecahan masalah. Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menerapkan

tahapan metode ilmiah (Mustari, 2014, h.1-4).

Media pembelajaran merupakan komponen di dalam pembelajaran yang memiliki pengaruh

terhadap peserta didik dan guru. Menurut Nurrita (2018, h.171), media pembelajaran merupakan alat

bantu yang digunakan guru untuk menyampaikan inti materi pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Menurut Mahnun (2012, h.27), media pembelajaran

merupakan wadah yang digunakan guru untuk menyampaikan pesan kepada peserta didik. Media

pembelajaran dapat memacu terjadinya proses belajar pada diri peserta didik dengan cara

mengaktifkan pikiran, perhatian, perasaan, dan motivasi peserta didik. Pemilihan media pembelajaran
di abad ke-21, harus diselaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal

tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk konsekuensi implementasi Kurikulum 2013, yang mana

teknologi informasi dan komunikasi tidak lagi menjadi mata pelajaran yang diajarkan, tetapi menjadi

sarana pada semua mata pelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki keterampilan dalam

mengunakan peralatan teknologi informasi dan komunikasi guna menunjang kelancaran proses

pembelajaran.

Media pembelajaran yang memanfaatkan alat teknologi informasi dan komunikasi pada

umumnya berupa media pembelajaran berbasis elektronik, misalnya majalah elektronik. Menurut

Sangian, Lumenta & Robot (2014, h.1), majalah elektronik merupakan majalah dalam versi elektronik

yang memuat file digital sehingga memerlukan daya listrik untuk menjalankannya. Majalah elektronik

tidak memerlukan bahan baku kertas sehingga mudah untuk disebarluaskan dalam bentuk file digital

yang dapat diakses menggunakan komputer, laptop, handphone, android, iphone, ipad, atau teknologi

lainnya.

Kelebihan majalah elektronik sebagai media pembelajaran yaitu praktis dan efektif untuk

digunakan. Pernyataan ini didukung dengan hasil analisis Safitri (2017, h.45), yang menyatakan

bahwa persentase kepraktisan majalah, pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan,

mendapat respon dari peserta didik sebesar 91,66%. Selain itu, dari hasil penelitian Muhammad,

Danial & Rachmawaty (2018, h.9-10), keefektifan majalah elektronik, pada Materi Fungi, yang dilihat

dari hasil belajar peserta didik mendapatkan skor rata- rata 86,43 dan persentase peserta didik yang

tuntas 100% sehingga dapat disimpulkan bahwa majalah elektronik efektif untuk digunakan. Bahkan,

Supriyadi, Wahyu & Bahri (2018, h.29), menyatakan bahwa majalah elektronik bersifat inovatif

karena memiliki fitur tambahan seperti background, tombol kontrol, navigasi bar, hyperlink dan

backsound. Selanjutnya Maf’ula, Hastuti & Rohman (2017, h.1451), menjelaskan bahwa majalah

elektronik juga dapat memasukkan file berupa pdf, gambar, video, animasi, dan memiliki desain

template, sehingga majalah elektronik yang dibuat lebih menarik dan dapat meningkatkan aktifitas

belajar yang tidak menjenuhkan. Selain kelebihan-kelebihan majalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, majalah memiliki kelebihan lainnya yakni dapat memberikan sajian informasi yang
fokus pada titik masalah yang diangkat sesuai dengan target segmentasi ditiap terbitanya serta

memiliki gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh khalayak ramai (Kiding, 2013, h.1).

Kelebihan yang dimiliki majalah elektronik menjadikannya sebagai media pembelajaran yang

menarik dan efisien untuk dikembangkan. Namun, perlu dipastikan terlebih dahulu mengenai

kebutuhan peserta didik pada majalah elektronik. Dalam usaha memastikan kebutuhan peserta didik,

dipilihlah lokasi penelitian yakni di SMA Negeri 10 Pontianak. Alasan pemilihan lokasi tersebut

didasarkan hasil wawancara guru di sekolah tersebut, yang mana masih ada kendala yang dihadapi

guru dalam pembelajaran Biologi khususnya pada submateri metode ilmiah. Di dalam penyampaian

submateri metode ilmiah terdapat kesulitan yang dialami oleh guru biologi terutama didalam

pemberian tugas yang harus disesuaikan dengan tahapan metode ilmiah. Hasil penyebaran angket

kebutuhan awal kepada 89 orang peserta didik kelas X IPA SMA Negeri 10 Pontianak diketahui

bahwa 98% peserta didik menyatakan majalah elektronik merupakan media yang menarik dan 92%

peserta didik setuju jika dikembangkan majalah elektronik seperti pada Submateri Metode Ilmiah.

Berdasarkan hasil wawancara guru Biologi kelas X SMA yang dilaksanakan pada bulan

November tahun 2019, SMA Negeri 10 Pontianak sudah menerapkan kurikulum 2013. Pertimbangan

yang digunakan dalam penentuan sampel sekolah yakni SMA Negeri 10 Pontianak yakni berdasarkan

hasil observasi dan wawancara guru biologi kelas X kesulitan didalam memberikan tugas yang

berkaitan dengan pemecahan masalah di lingkungan sekitar dengan menggunakan tahapan metode

ilmiah dan sekolah tersebut belum pernah memanfaatkan majalah elektronik pada submateri metode

ilmiah yang memuat tahapan pemecahan masalah serta sekolah tersebut memiliki sarana prasarana

yang dapat dimanfaatkan untuk menerapkan media majalah elektronik dalam pembelajaran biologi

submateri metode ilmiah kelas X. Proses pembelajaran di kelas X IPA SMA Negeri 10 Pontianak

menggunakan metode ceramah berbantuan media power point dan website. Sekolah tersebut juga

telah memiliki fasilitas berupa wifi dengan kecepatan koneksi jaringan 100 mbps dan sudah

dimanfaatkan dalam pembelajaran khususnya pelajaran biologi.

Berkaitan dengan sarana dan fasilitas, sekolah tersebut telah memiliki laboratorium komputer

dengan jumlah komputer yang dalam kondisi baik 34 buah. Di dalam ruang komputer dan ruang kelas

dilengkapi jaringan wifi dengan kecepatan koneksi jaringan wifi 100 mbps (Lampiran 4). Dari hasil
observasi juga dapat diketahui persentase guru biologi kelas X yang telah memiliki laptop yaitu

sebesar 100%. Adapun hasil analisis angket kebutuhan peserta didik, diketahui bahwa peserta didik

kelas X IPA yang telah memiliki laptop sebesar 81%, artinya peserta didik dapat memanfaatkan

laptop/komputer untuk mempelajari materi dalam bentuk digital. Namun, hanya 42% peserta didik

yang sering menggunakan laptop/komputer untuk belajar atau baca e-book. Selain digunakan untuk

pembelajaran, 71% peserta didik sering menggunakan untuk browsing, 21% untuk mengakses sosial

media dan 39% untuk mengakses youtube.

Dengan kelengkapan sarana dan fasilitas di sekolah tersebut, maka akan semakin mempermudah

guru dan peserta didik untuk mengakses majalah elektronik sebagai media belajar dari perangkat

mereka masing-masing. Hal ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan di dalam bidang

pendidikan dengan membuat media pembelajaran yang dapat digunakan dengan bantuan alat

elektronik berupa komputer atau laptop. Dalam usaha memaksimalkan peranan alat elektronik berupa

komputer atau laptop di dalam bidang pendidikan, maka hal yang dapat dilakukan yakni dengan

memasukkan media pembelajaran interaktif ke dalamnya. Adanya media pembelajaran yang

interaktif, guru dapat memanfaatkannya sebagai alatbantu dalam penyampaian materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka untuk menjawab permasalahan

yang ada dapat dilakukan pembuatan media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik berupa

majalah elektronik yang memuat Submateri Metode Ilmiah. Majalah elektronik materi metode ilmiah

ini diharapkan menjadi produk media pembelajaran yang layak, efektif, dan efisien untuk digunakan

sebagai panduan di dalam kegiatan belajar mengajar sebagai penunjang ketercapaian tujuan

pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai