Melizsa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Persada
Tangerang Selatan, 15417, Indonesia
E-mail: melizsa@masda.ac.id
ABSTRAK
Tanaman batang kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) secara tradisional digunakan untuk
mengobati kecacingan. Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas anthelmintik ekstrak etanol 70%
batang kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) terhadap larva-3 Ascaridia galli pada ayam ras tipe
pedaging berumur 2 minggu dengan berat badan 800 – 960 gram. Penelitian menggunakan 6 kelompok hewan
uji dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor ayam. Kelompok 1 sebagai kontrol normal (tanpa
penginfeksian), kelompok 2 – 6 diinfeksi dengan 1000 telur infektif Acaridia galli, pada hari ke-10 setelah
penginfeksian diteruskan dengan perlakuan yang berbeda pada masing-masing kelompok. Kelompok 2
sebagai kontrol negatif, kelompok 3 sebagai kontrol positif, kelompok 4, 5, 6 sebagai kelompok larutan
ekstrak, dengan dosis masing-masing 26 mg/400 gBB, 52 mg/400 gBB, 104 mg/400 gBB. Tiga hari kemudian
seluruh hewan uji dilakukan pembedahan pada bagian mukosa ususnya untuk mengetahui jumlah larva-3
Ascaridia galli yang hidup. Rata-rata jumlah larva-3 Ascaridia galli yang hidup, yaitu kelompok 1; tidak
mengandung larva-3, kelompok 2; 733 ekor, kelompok 3; 52 ekor, kelompok 4; 170 ekor, kelompok 5; 91
ekor, kelompok 6; 38 ekor. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan Anava satu arah, didapatkan nilai F
hitung = 103,774 lebih besar dari F tabel = 2,87 (α=0,05) kemudian dilanjutkan uji Tukey. Berdasarkan data
analisis statistik tersebut maka dapat disimpulkan bahwa larutan ekstrak etanol 70% batang kayu kuning pada
dosis 26 mg/400 gBB, 52 mg/400 gBB dan 104 mg/400 gBB memiliki aktivitas sebagai anthelmintik. Makin
tinggi dosis yang diberikan maka makin kuat daya anthelmintiknya.
Kata Kunci : Batang kayu kuning; Ascaridia galli; Anthelmintik; Arcangelisia flava (L.) Merr
ABSTRACT
Yellow wood stems (Arcangelisia flava (L.) Merr.) Are traditionally used to treat worms. Research
has been carried out on the anthelmintic activity of 70% ethanol extract of yellow wood stems (Arcangelisia
flava (L.) Merr) against Ascaridia galli larvae in broiler breeds of 2 weeks of age with a weight of 800-960
grams. The study used 6 groups of test animals and each group consisted of 5 chickens. Group 1 as a normal
control (without infection), groups 2 - 6 were infected with 1000 infective eggs of Acaridia galli, on the 10th
day after infection, continued with different treatments in each group. Group 2 as a negative control, group 3
as a positive control, group 4, 5, 6 as a group of extract solutions, with a dose of 26 mg / 400 gBB, 52 mg /
400 gBB, 104 mg / 400 gBB. Three days later all test animals were surgically removed from the intestinal
mucosa to determine the number of Ascaridia galli larvae that were alive. The average number of Ascaridia
galli larvae-3 that live, namely group 1; does not contain larva-3, group 2; 733 tails, group 3; 52 tails, group
4; 170 tails, group 5; 91 tails, group 6; 38 tails. The data were analyzed using one-way ANOVA, obtained F
value = 103,774 greater than F table = 2,87 (α = 0,05) then followed by the Tukey test. Based on the
statistical analysis data, it can be concluded that the solution of 70% ethanol extract of yellow wood stems at
doses of 26 mg / 400 gBB, 52 mg / 400 gBB and 104 mg / 400 gBB has anthelmintic activity. The higher the
dose given, the stronger the anthelmintic power.
Keywords: Yellow wood stems; Ascaridia galli; Anthelmintik; Arcangelisia flava (L.) Merr
101
PENDAHULUAN
Alam Indonesia yang kaya akan cacing umumnya terjadi penularan karena
keanekaragaman hayati, seperti flora dan adanya luka di kulit yaitu pada cacing
fauna telah banyak dimanfaatkan oleh tambang dan cacing pita, sedangkan
masyarakat sejak zaman dahulu sebagai penularannya melalui tanah yaitu pada
obat tradisional. Salah satu bahan alam cacing gelang seperti Ascaris
(Arcangelisia flava (L.) Merr.). cacing nematoda yang berada pada usus
Kandungan kimia yang telah diketahui halus manusia yang dapat menyebabkan
saponin, dan tanin. Batang kayu kuning ini digunakan nematoda yang
baik sebagai obat luar ataupun obat yang hospesnya adalah ayam, dan
dalam, sebagai obat luar yaitu untuk penggunaan cacing Ascaridia galli ini
mencuci luka bernanah dan penyakit gatal hanya sebagai model percobaan
dalam yaitu cairan yang keluar dari lumbricoides yang hospesnya selain
batang kayu kuning yang masih muda manusia. Penelitian ini ditujukan untuk
untuk mengobati sakit sariawan dan panas pengobatan pada manusia dengan
kuning, gangguan pencernaan dan obat terjadi melalui mulut yaitu dengan
cacing (Ariyanti, 2001; Agusta, A., Jamal, tertelannya telur yang infektif. Larva-2
Obat cacing atau anthelmintik hari dan pada hari ke 8–17 larva
adalah obat-obat yang dapat menempel pada mukosa usus halus, pada
memusnahkan cacing dalam tubuh hari ke-8 sesudah infeksi larva ekdisis
manusia dan hewan. Gejala penyakit menjadi larva-3. Larva pindah lagi ke
cacing ialah terjadi gangguan lambung lumen usus halus pada hari ke 18–22,
dan usus seperti mulas, kejang-kejang, menjadi cacing dewasa sekitar 5–8
diare serta hilangnya nafsu makan. Infeksi minggu sesudah infeksi. Masa prepaten
102
menjadi lebih lama pada ayam yang lebih dengan obat askariasis lainnya seperti
tua (Soekardono, S dan Partosoedjono, S, piperazin, efek samping berupa
1992; Levine, N.D, 1990; neurotoksisitas sedangkan mebendazol
Kusumamihardja, S, 1989). dan albendazole tidak boleh digunakan
Ayam ras memiliki sifat unggul pada wanita hamil karena bersifat
sesuai dengan tujuan pemeliharaan dan teratogen yang potensial. Pirantel pamoat
telah mengalami perbaikan mutu genetis bekerja dengan menimbulkan depolarisasi
sehingga lebih mudah dalam proses pada otot cacing dan meningkatkan
pemeliharaan , dan digunakannya tipe frekuensi impuls sehingga cacing mati
pedaging dengan sifat bentuk tubuh besar dalam keadaan spastis (Anonim, 1995;
dan pertumbuhan cepat. (Supritjana, E., Tjah, T.H dan Rahardja, K, 2002).
Atmomarsono, U dan Kartasujana, R, Penggunaan batang kayu kuning
2005). (Arcangelisia flava (L.) Merr.) sebagai
Pirantel pamoat sebagai zat obat cacing sampai saat ini hanya terbatas
pembanding, merupakan obat pada penggunaan secara empiris yang
anthelmintik pilihan untuk askariasis yang diwariskan secara turun-temurun, akan
mulanya digunakan untuk hewan, ternyata tetapi hal tersebut perlu ditunjang dengan
efektif dan kurang toksis sehingga adanya penelitian ilmiah untuk
digunakan untuk manusia. Dibandingkan membuktikan khasiat.
METODE
Bahan diatas permukaan simplisia selama 3 hari.
Simplisia batang kayu kuning Maserat yang diperoleh dipekatkan dalam
(Arcangelisia flava (L.) Merr.), Ayam rotary evaporator pada suhu 45oC
DOC Strain Hybro PN, Pirantel pamoat, sehingga diperoleh ektrak kental dan
Dispersing agent PGA, Etanol 70%, NaCl dioven pada suhu 40oC sampai diperoleh
0,9% b/v, Akuades. ekstrak kering.
Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Penyiapan Suspensi Pirantel pamoat
Serbuk simplisia batang kayu Zat pembanding Pirantel pamoat
kuning sebanyak 460 g di maserasi sebagai kontrol positif yang tidak larut
dengan etanol 70% sampai seluruh dalam air dan metanol sehingga dibuat
sampel terendam dan cairan penyari suspensi dengan Pulvis Gummi Arabici
dilebihkan setinggi lebih kurang 2 cm (PGA). Berdasarkan dosis untuk manusia
103
Ascaridia galli dapat dikatakan jika tidak Kontrol normal untuk melihat adanya
bergerak oleh rangsangan sentuhan dan kontaminasi cacing atau tidak, ayam
bergerak sebentar kemudian langsung hanya diberi makan dan minum.
mati dengan temperatur air hangat. Kelompok 2:
Uji Aktivitas Anthelmintik Secara In Kontrol negatif, ayam diinfeksi dengan
Vivo
1000 telur infektif, kemudian dibiarkan
Jumlah ayam yang dibutuhkan tiap
tanpa perlakuan pengobatan.
kelompok, dihitung berdasarkan rumus
Kelompok 3:
Federer yaitu (Hanafiah, 2000):
Kontrol positif, ayam diinfeksi dengan
(T-1) (n-1) ≥ 15
1000 telur infektif, kemudian dilanjutkan
(6-1) (n-1) ≥ 15
pemberian suspensi pirantel pamoat dosis
n ≥ 4
21,7 mg/400 gBB
Dimana:
Kelompok 4:
T: Jumlah kelompok percobaan
Ayam diinfeksi dengan 1000 telur
n: Jumlah ulangan (jumlah hewan uji tiap
infektif, kemudian dilanjutkan pemberian
kelompok)
larutan ekstrak dosis I (26 mg/400 gBB)
Penelitian ini menggunakan 30
Kelompok 5:
ekor ayam ras tipe pedaging berumur 2
Ayam diinfeksi dengan 1000 telur
minggu yang dibagi menjadi 6 kelompok
infektif, kemudian dilanjutkan pemberian
dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor
larutan ekstrak dosis II (52 mg/400 gBB).
ayam. Ayam dibagi secara acak,
Kelompok 6:
dipelihara dengan sistem 1 kandang dan
Ayam diinfeksi dengan 1000 telur
disekat untuk masing-masing ayam.
infektif, kemudian dilanjutkan pemberian
Ekstrak etanol 70% batang kayu
larutan ekstrak dosis III (104 mg/400
kuning yang didapat dilakukan pengujian
gBB).
aktivitas anthelmintik terhadap larva-3
Uji aktivitas anthelmintik secara in
Ascaridia galli yang terdapat di usus
vivo menggunakan ayam ras DOC (Day
ayam dan dilakukan secara in vivo.
Old Chicken) tipe pedaging yang
Masing-masing kelompok yang
diaklimitasi selama 2 minggu dengan
digunakan dalam percobaan ini yaitu:
pemberian Vitacik (vitamin+antibiotik).
Kelompok 1:
Dipergunakan anak ayam karena masa
105
prepaten lebih pendek dibandingkan ayam kayu kuning secara in vivo pada masing-
dewasa, kemudian kelompok 2 – 6 masing kelompok larutan ekstrak pada
dilakukan penginfeksian dengan 1000 hari ke-10 sesudah infeksi. Tiga hari
telur infektif cacing Ascarida galli secara kemudian seluruh ayam uji dilakukan
oral. Hari ke-8 penginfeksian maka telur- pembedahan pada bagian mukosa ususnya
telur infektif tersebut akan terbentuk untuk mengetahui jumlah larva-3
larva-3 Ascaridia galli, kemudian Ascaridia galli yang hidup pada
dilakukan pengujian aktivitas kelompok percobaan.
anthelmintik ekstrak etanol 70% batang
HASIL
Uji Aktivitas Anthelmintik Batang Kayu Kuning Secara In Vitro
Tabel 1. Hasil Uji Terhadap 10 Ekor Larva-3 Ascaridia galli yang Paralisis Selama 6 Jam
Perlakuan
Ulangan
KO1 KO2 KO3
1 0 5 5
2 1 4 4
3 1 4 5
Rata-rata ulangan 0,67 4,33 4,67
Persentase 6,70% 43,30% 46,70%
Tabel 2. Hasil Uji Terhadap 10 Ekor Cacing Dewasa Ascaridia galli yang Paralisis
selama 12 Jam
Perlakuan
Ulangan
KO1 KO2 KO3
1 1 5 6
2 3 5 5
3 2 5 5
Rata-rata ulangan 2 5 5,33
Persentase 20% 50% 53,30%
Keterangan:
KO1: Kelompok orientasi larutan ektrak, konsentrasi 1% b/v
KO2: Kelompok orientasi larutan ekstrak, konsentrasi 2% b/v
KO3: Kelompok orientasi larutan ekstrak, konsentrasi 3% b/v
106
107
Keterangan:
Kelompok 1 (K1) : Kelompok kontrol normal (tanpa penginfeksian)
Kelompok 2 (K2) : Kelompok kontrol negatif (tanpa pengobatan)
Kelompok 3 (K3) : Kelompok kontrol positif (suspensi pirantel pamoat)
Kelompok 4 (K4) : Kelompok larutan ekstrak, dosis I (26 mg/400 gBB)
Kelompok 5 (K5) : Kelompok larutan ekstrak, dosis II (52 mg/400 gBB)
Kelompok 6 (K6) : Kelompok larutan ekstrak, dosis III (104 mg/400 gBB)
Hasil pengamatan di atas (K4), dan dosis II (K5), dan dosis III (K6)
menunjukkan bahwa rata-rata berat badan rata-rata berat badan ayam berturut-turut
ayam sebelum pengobatan kelompok yaitu 896 g, 880 g, 910 g, 894 g, 898 g.
kontrol normal (tanpa penginfeksian) Angka ini menunjukkan bahwa ayam
yaitu 1064 g, sedangkan kelompok yang tidak diinfeksi rata-rata berat
perlakuan penginfeksian adalah kontrol badannya lebih besar dari ayam yang
negatif (K2), kontrol positif (K3), dosis I diinfeksi.
109
DISKUSI
Pada uji aktivitas anthelmintik dibandingkan dengan penyari air karena
secara in vitro, larutan ekstrak etanol 70% ekstrak dapat ditumbuhi kapang dan
batang kayu kuning di dalam cawan petri bakteri, dan penyari air tidak hanya
menggunakan NaCl fisiologis sebagai melarutkan zat aktif tetapi juga
pelarut dan seluruh permukaan tubuh melarutkan zat pengganggu dan enzim
tertutup oleh larutan ekstrak karena yang dapat menurunkan kualitas sediaan
dikondisikan larva-3 dan cacing dewasa ekstrak. Pada penelitian ini yang
Ascaridia galli berada pada cairan tubuh digunakan adalah ekstrak kering maka
hospes sehingga tekanan osmose pada dikonversi dari simplisia segar ke ekstrak
larutan ekstrak sama dengan cairan tubuh kering (23,8 : 1), jadi 20 g x 1/23,8 = 0,84
pada hospesnya, karena jika tidak g (840 mg).
dikondisikan sama dengan cairan tubuh Penelitian ini menggunakan ayam
maka larva-3 dan cacing dewasa sebagai hewan uji maka dosis yang
Ascaridia galli dapat mengalami paralisis digunakan untuk manusia dikonversi ke
dan akhirnya mati karena mungkin terjadi ayam, akan tetapi tidak ada data konversi
nekrosis, rangsangan pada selaput otak ke unggas maka dosis dikonversikan
dan hemolisa sehingga nantinya dengan berat badan ayam yang mendekati
pengamatan tidak dapat diambil sebagai ke data konversi yang ada yaitu marmut
hasil uji aktivitas anthelmintik secara in 0,031/400 gBB, sehingga 0,84 g x 0,031 =
vitro dengan melihat berapa persen yang 0,026 g (26 mg) dan untuk interval dosis
menyebabkan paralisis. selanjutnya 2 x n, sehingga dosis yang
Penelitian ini simplisia digunakan untuk uji in vivo adalah 26
menggunakan penyari etanol 70% untuk mg/400 gBB, 52 mg/400 gBB, 104
mendapatkan sediaan yang tahan lebih mg/400 gBB.
lama karena bakteri dan kapang tidak Uji anthelmintik secara in vivo
dapat tumbuh di dalamnya dan penyari digunakan 30 ekor ayam ras karena
etanol 70% dapat melarutkan zat aktif bersifat unggul sesuai dengan tujuan
yang lebih baik dan zat pengganggu yang pemeliharaan karena telah mengalami
larut hanya terbatas sehingga dapat perbaikan mutu genetis sehingga lebih
menghasilkan sediaan yang lebih baik mudah dalam proses pemeliharaan, dan
110
digunakannya tipe pedaging dengan sifat Hari ke-10 telur infektif yang telah
bentuk tubuh besar dan pertumbuhan diinfeksikan tersebut telah terbentuk
cepat, karena pada penelitian ini yang menjadi larva-3 Ascaridia galli,
diamati tidak hanya pada jumlah larva-3 digunakan larva-3 pada uji in vivo ini
Ascaridia galli yang hidup setelah karena untuk mengetahui aktivitas ekstrak
pengobatan tetapi juga diamati etanol 70% batang kayu kuning terhadap
pengaruhnya terhadap berat badan ayam. bentuk imatur dari cacing Ascaridia galli
Ayam DOC yang diperoleh dari dengan siklus hidup yang lebih cepat
PT.Peternakan Ayam Manggis, Jakarta waktunya dibandingkan dengan bentuk
diaklimitasi selama 2 minggu dengan matur cacing Ascaridia galli yang masa
pemberian Vitacik untuk kekebalan tubuh prepatennya jauh lebih lama. K2
ayam, sehingga mencegah infeksi lain merupakan kontrol negatif tanpa
yang tidak diinginkan karena setelah dilakukan pengobatan. K3 merupakan
diinfeksikan diharapkan hanya terjadi kontrol positif dengan menggunakan
infeksi tunggal untuk memperoleh hasil suspensi pirantel pamoat sebagai
yang lebih akurat pada jenis cacing pembanding, menurut literatur dosis
Ascaridia galli dan tidak dipengaruhi oleh tunggal pirantel pamoat 10 mg/ kgBB
jenis cacing lain yang bukan sasaran untuk manusia, karena pada penelitian ini
penelitian. Dari 30 ekor ayam tersebut menggunakan ayam sebagai hewan uji
dibagi menjadi 6 kelompok dan masing- maka dikonversikan menjadi 21,7 mg/400
masing kelompok terdiri dari 5 ekor ayam gBB. K4, K5 dan K6 merupakan
sebagai ulangan perlakuan. K1 kelompok larutan ekstrak etanol 70%
merupakan kontrol normal untuk melihat batang kayu kuning dengan masing-
adanya kontaminasi cacing atau tidak masing dosis 26 mg/400 gBB, 52 mg/400
pada hewan uji dan kelompok 2 – 6 gBB, 104 mg/400 gBB. Tiga hari setelah
dilakukan penginfeksian dengan 1000 pengobatan seluruh kelompok hewan uji
telur infektif cacing Ascaridia galli secara dilakukan pembedahan pada bagian
oral dan diteruskan dengan perlakuan mukosa ususnya, larva-3 Ascaridia galli
yang berbeda pada masing-masing diambil dari usus halus dengan cara
kelompok. memijit perlahan-lahan organ tersebut
dengan pinset, dan disaring ke dalam
111
gelas piala yang berisi larutan NaCl 0,9 % mg/400 gBB (K5), dan 104 mg/400 gBB
b/v, maka akan akan terlihat adanya (K6). Perbedaan juga terlihat antara K4
endapan pada larutan yang menunjukkan dengan kelompok lainnya dan antara K5
adanya larva-3 Ascaridia galli. Endapan dengan kelompok lainnya. Tidak terdapat
tersebut dipipet dan dipindahkan ke dalam perbedaan antara kontrol positif dengan
cawan petri untuk dilihat dengan larutan ekstrak etanol 70% batang kayu
menggunakan mikroskop, agar dapat kuning dosis 104 mg/400 gBB. Hal ini
dihitung jumlah larva-3 Ascaridia galli berarti, kontrol positif mempunyai
yang hidup. Seluruh pengamatan larva-3 aktivitas anthelmintik yang sama dengan
Ascaridia galli pada larutan NaCl 0,9 % K6. Berdasarkan kelima data analisis
b/v dalam keadaan hidup semua tidak ada statistik (K2 – K6) maka bahwa larutan
yang paralisis/mati, itu menunjukkan ekstrak etanol 70% batang kayu kuning
bahwa larva-3 yang paralisis/mati ketika pada dosis 26 mg/400 gBB, 52 mg/400
berada di dalam tubuh hospes akan gBB, dan dosis 104 mg/400 gBB
langsung dieksresikan, karena tubuh mempunyai aktivitas sebagai
larva-3 terjadi depolarisasi otot sehingga anthelmintik.
terjadi spastis yang menyebabkan larva-3 Hasil pengamatan rata-rata berat
tidak dapat bertahan untuk menempel badan ayam sesudah pengobatan pada K1
mukosa usus. yaitu 1120 g, K2 yaitu 784 g, K3 yaitu
Berdasarkan hasil perhitungan uji 1060 g, kelompok larutan ekstrak etanol
Anava satu arah pada hasil transformasi 70% batang kayu kuning dosis 26 mg/400
(log x) uji aktivitas anthelmnintik batang gBB (K4), 52 mg/400 gBB (K5), dan 104
kayu kuning secara in vivo taraf uji 0,05 mg/400 gBB (K6) rata-rata berat badan
(α = 0,05) diketahui data berbeda secara ayam berturut-turut yaitu 888 g, 984 g,
bermakna antar kelompok perlakuan, 1100 g. Angka ini menunjukkan bahwa
selanjutnya data tersebut dilakukan uji dengan dilakukan pengobatan terhadap
Tukey. Berdasarkan hasil uji Tukey pada ayam uji akan mempengaruhi peningkatan
data terdapat perbedaan antara kontrol berat badan ayam tersebut.
negatif dengan kontrol positif (K3), Hasil data berat badan ayam
larutan ekstrak etanol 70% batang kayu sebelum dan sesudah pengobatan
kuning dosis 26 mg/400 gBB (K4), 52 dilakukan uji kenormalan menurut
112
113
DAFTAR PUSTAKA
102