Anda di halaman 1dari 21

HADITS

MASYHUR
Ta’rif

Etimologi:
 Mudasir: Al-Intisyar wa Az-Zuyu’ (sesuatu yang sudah tersebar dan
populer).
 Mahmud Thahhan: Masyhur merupakan mashdar berbentuk Isim
maf’ul dari kata “Syaharats Al Amru” yang berarti sesuatu yang telah
terkenal setelah disebar luaskan dan ditampakkan di permukaan
Terminologi:

Para ulama memberikan ta’rif yang berbeda mengenai hadits


masyhur. Menurut ulama fiqih, hadits masyhur itu adalah muradif
dengan hadits mustafid. Sedang ulama yang lain membedakannya.
Hadits masyhur lebih umum dari pada hadits mustafid.
Hadits masyhur adalah hadits yang dalam salah satu atau lebih

thabaqah dari thabaqah sanad terdapat tiga perawi atau lebih, namun
tidak mencapai derajat mutawatir.(Pendapat pertama).
Hadits masyhur (mustafidz) adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga

perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) akan tetapi tidak
mencapai derajat mutawatir. (Pendapat kedua)
Kehujjahan Hadits Masyhur
1. Hukum hadits masyhur adakalanya shohih, hasan atau dho’if bahkan
ada yang bernilai maudhu’
2. Hadits masyhur yang berkualitas shohih memiliki kelebihan untuk
ditarjih (diunggulkan) bila ternyata bertentangan dengan hadits aziz
dan hadits gharib
1. Hadits masyhur sohih adalah hadits masyhur yang telah memenuhi
ketentuan-ketentuan hadits sohih

Contoh:
Hadits masyhur
‫ت ِه ْجَرتُهُ إِىَل ُد ْنيَا‬ ْ َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ َ‫ف‬ ‫ى‬ ‫و‬َ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫م‬
َ
ٍ
‫ئ‬ ِ
‫ر‬ ‫ام‬
ْ ‫ل‬
ِّ ‫ك‬
ُ ِ
‫ل‬ ‫ا‬َ‫مَّن‬ِ‫إ‬‫و‬َ
ِ
‫ات‬ ‫ي‬
َّ ‫الن‬
ِّ ِ
‫ب‬ ‫ال‬
ُ ‫م‬
َ ‫َع‬
ْ ‫أْل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫مَّن‬ِ‫إ‬
‫اجَر إِلَْي ِه‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ‫إ‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ِ
‫ه‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ح‬ ِ
‫ك‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ٍ
‫َة‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫ام‬ ِ
‫إ‬ ‫َو‬ ِ
‫ىَل‬
َ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ ُ َْ َ ْ ‫ىَل‬ ْ َ ُ ُ‫ي‬
‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫يب‬ ‫ص‬
Keterangan:
 Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
Gambaran sanadnya adalah sebagai berikut:
‫النبيّ ص‬

‫عمر بن الخطاب‬
‫علقمة بن وقاص‬
‫محمّد بن ابراهيم التيمى‬
‫يحى بن سعيد األنصارى‬

‫سفيان‬ ‫حمّاد‬ ‫اللّيث‬ ‫مالك‬ ‫عبد الوهّاب‬

‫أبو النعمن الحميدى‬ ‫مس ّدد‬ ‫أبو الربيع‬ ‫محمّد بن رمح‬ ‫ابن مسلمة‬ ‫ابن المثنى‬

‫البخاري‬ ‫مسلم‬
 Hadits tersebut pada thabaqah pertama hanya diriwayatkan oleh
sahabat Umar sendiri, pada thabaqah kedua hanya diriwayatkan oleh
Alqamah sendiri, pada thabaqah ketiga hanya diriwayatkan oleh Ibnu
Ibrahim At Taimy sendiri dan pada thabaqah keempat diriwayatkan
oleh Yahya bin Sa’id sendiri.
 Dari Yahya bin Sa’id inilah hadits tersebut diriwayatkan oleh orang
banyak. Ditinjau dari segi klasifikasi hadits Ahad yang lain, maka
hadits Umar tersebut dapat juga dikatakan dengan hadits Gharib pada
awalnya, masyhur pada akhirnya.
Contoh:
Hadits masyhur/mustafid (pendapat 2)

.... ‫الْ ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم الْ ُم ْسلِ ُمو َن ِم ْن لِ َسانِِه َويَ ِد ِه‬
Keterangan:
 Hadits tersebut, diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Turmudzi

dengan berlainan sanadnya.


Gambaran sanad-sanadnya adalah sebagai berikut:
‫النبيّ ص‬

‫ابو هريرة‬ ‫أبو موس األش‬ ‫عبد هللا بن عمرو‬

‫ابو صالح‬ ‫أبو بردة‬ ‫الشعبى‬

‫القعقاع‬ ‫أبو بردة بن عبدهللا بن أب بردة‬ ‫عبد هللا بن ابى السفر‬


‫ابن عجالن‬ ‫يحيى‬
‫شعبة‬
‫الليث‬ ‫سعيد‬ ‫أدم‬
‫قتيبة‬

‫الترمذى‬ ‫مسلم‬ ‫البخارى‬


‫‪10: 39‬‬ ‫‪1: 36‬‬ ‫‪1: 7‬‬
1. Abdullah bin Amr 1. Abu Musa 1. Abi Hurairah
2. Asy-Sya’bi 2. Abu Burdah 2. Abu Shalih
3. Abdullah bin Abis 3. Abu Burdah bin 3. Al-Qa’qa’
Safar Abdullah bin Abi  
  Burdah 1. Ibnu ‘Ajlan
1. Syu’bah 4. Yahya 2. Al-Laits
2. Adam 5. Sa’id 3. Qutaibah
BUKHARI MUSLIM TURMUDZI
1:7 1 : 36 10 : 93
 

 Cobalah perhatikan sanad dari jalan Abdullah bin ‘Amr sampai Bukhari, yang dari
jalan Abi Musa sampai Muslim, dan yang dari jalan Abi Hurairrah sampai
Turmudzi
 Akan kita dapati: tidak seorangpun dari antara rawi-rawi itu yang bersamaan
orangnya. Oleh sebab itu, hadits ini dikatakan mempunyai tiga sanad, dan
dinamakan masyhur
 Contoh di atas haditsnya shohih karena rawi-rawinya kepercayaan
 Sedangkan yang dimaksud dengan hadits masyhur hasan adalah hadits
masyhur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan hadits hasan, baik
mengenai sanad maupun matannya, sebagaimana sabda Rasulullah
saw. berikut:
‫ار‬ َ َ‫ض َر َر َوال‬
َ ‫ض َر‬ َ َ‫ال‬ 
 Hadits ini diriwayatkan melalui banyak jalan yang meningkat sampai
ke tingkat hasan atau sohih. Ibnu majah meriwayatkan dari Ubadah
secara munqathi’ dan juga meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas. Al-Hakim
meriwayatkan dari Abi Sa’ad Al-Khudry dan dia menganggap hadits
shohih sesuai dengan syarat Muslim.
 yang dimaksud dengan hadits masyhur Dho’if adalah hadits
masyhur yang tidak memenuhi syarat hadits sohih dan hasan,
baik pada sanad maupun matannya, seperti lafadz hadits di
bawah ini:
‫ْض ٌة َع َلى ُك ِّل مُسْ لِ ٍم َومُسْ لِ َم ٍة‬
َ ‫َط َلبُ ْال ِع ْل ِم َف ِري‬ 

“Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan”


 Hadits ini di dho’ifkan oleh Imam Ahmad, Al Baihaqi dan lain-

lain
MACAM-MACAM HADITS MASYHUR
 Istilah masyhur yang ditetapkan pada suatu hadist, kadang-kadang bukan untuk
menetapkan kriteria-kriteria hadits menurut ketetapan di atas, yakni banyaknya
rawi-rawi yang meriwayatkan suatu hadits, tetapi ditetapkan juga memberikan sifat
suatu hadits yang mempunyai ketenaran di kalangan para ahli ilmu tertentu atau di
kalangan masyarakat tertentu. Dari tujuan inilah menyebabkan ada suatu hadits bila
dilihat dari bilangan rawinya tidak dapat dikatakan sebagai hadits masyhur, tetapi
bila dilihat dari kepopulerannya tergolong hadits masyhur.
 Dari segi ini, maka hadits masyhur itu terbagi menjadi beberapa macam antara lain
yaitu:
1. Masyhur di kalangan ahli hadits
Contoh:
ِ َ‫ال َح َّدثَنَا َزائِ َدةُ َع ْن التَّْي ِم ِّي َع ْن أَيِب جِم ْلَ ٍز َع ْن أَن‬
‫س‬ َ َ‫س ق‬ ‫ن‬
ُ ‫و‬ ‫ي‬
ُ ‫ن‬
ُ ‫ب‬
ْ ‫د‬ُ َ ‫مْح‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ ‫ث‬
َ َّ
‫د‬ ‫ح‬
َ

َ
‫ال‬
َ َ‫ك ق‬ ٍ ِ‫ب ِن مال‬
َ ْ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َش ْهًرا يَ ْدعُو َعلَى ِر ْع ٍل َوذَ ْك َوا َن‬َ ُّ ‫ت النَّيِب‬ َ َ‫َقن‬ 
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus berkata, telah
menceritakan kepada kami Za'idah dari At Taimi dari Abu Mijlaz
dari Anas bin Malik ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah melaksanakan qunut selama satu bulan untuk mendo'akan
(kebinasaan) atas suku Ri'la dan Dzakwan." (HR. Bukhari 1: 119)
2. Masyhur di kalangan ulama ahli hadits, ulama-ulama lain dan dikalangan
orang umum
ِ ‫ات وإِمَّنَا لِ ُك ِّل ام ِر ٍئ ما َنوى فَمن َكانَت ِهجرتُه إِىَل د ْنيا ي‬
‫ص ُيب َها أ َْو إِىَل ْامَرأَةٍ َيْن ِك ُح َها‬ ِ َّ‫الني‬ِ ُ ‫َعم‬ ِ
ُ َ ُ ُ َْ ْ َْ َ َ ْ َ ِّ ‫ال ب‬ َ ْ ‫إمَّنَا اأْل‬
‫اجَر إِلَْي ِه‬ ِ
َ ‫فَ ِه ْجَرتُهُ إىَل َما َه‬
3. Masyhur di kalangan ulama ahli fiqih.
‫ص ِاة َو َع ْن َبْي ِع الْغََر ِر‬ ‫حْل‬‫ا‬ ‫ع‬
ِ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫م‬َّ
‫ل‬
َ َ َْ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ‫س‬ ‫و‬ ِ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي‬
‫ه‬ َ ُ ‫نَ َهى َر ُس‬
4. Masyhur di kalangan ahli ushul fiqih.
‫َجٌر‬
‫أ‬ ‫ه‬‫ل‬
َ ‫ف‬
َ َ
‫أ‬ ‫ط‬
َ ‫َخ‬‫أ‬ َّ‫مُث‬ ‫د‬
َ ‫ه‬‫ت‬َ ‫اج‬َ‫ف‬ ‫م‬ ‫ك‬
َ ‫ح‬ ‫ا‬‫ذ‬َ ِ
‫إ‬ ‫و‬ ِ ‫إِ َذا ح َكم احْل اكِم فَاجَته َد مُثَّ أَصاب َفلَه أَجر‬
‫ان‬
ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ َْ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ َ
n Masyhur di kalangan masyarakat umum
ِ َ‫ْالأَنَاةُ ِمن اللَّ ِه والْعجلَةُ ِمن الشَّيط‬
‫ان‬ ْ ْ ََ َ ْ
n Masyhur di kalangan sufi
‫ت اخْلَْل َق فَيِب َعرفُويِن‬ ‫ق‬
ْ ‫ل‬
َ ‫خ‬َ‫ف‬ ‫ف‬
َ ‫ر‬‫ُع‬‫أ‬ ‫ن‬
ْ َ
‫أ‬ ‫ت‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫َح‬
‫أ‬ ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫ي‬ ِ ْ‫ُكْنت َكْنزا خَم‬
‫ف‬
َْ

ْ َ ْ ُ َ ُ َْ ْ ً ً َ
“Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin
dikenal, maka Kuciptakan makhluk dan melalui Aku merekapun kenal
padaKu”
7. Masyhur di kalangan ulama-ulama Arab
Contoh: “Kami (orang-orang Arab yang paling fasih mengucapkan huruf dad
(‫)ض‬, sebab kami dari golongan prang Qurays”.
8. Dan masih bayak lagi hadits-hadits yang kemasyhurannya hanya di
kalangan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu dan bidangnya masing-
masing.
KITAB-KITAB YANG BERISI TENTANG
KUMPULAN HADITS MASYHUR.
1. Kasyaf Al-Khifa dan Mazil Al-Ilbas oleh Ismail bin Muhammad
Al-‘Ajaluni.
2. Al-Maqasid Al_Hasanah Al-Ahadis al-Masyhurah karangan Al-
Hafiz Syams ad-Din Muhammad bin ‘Abd. Rahman As-Sakhawy
(wafat 902 H)
3. Asna Al-Matalib oleh Syekh Muhammad bin Sayyid Barwisi.
4. Tamyiz At-Tayibi oleh Ibn Ad-Daiba’ As-Syailani.
ANALISA
1. Apabila kita amati dengan seksama maka akan kita temukan bahwasanya istilah
masyhur yang terdapat di dalam sebuah kitab tertentu, mengandung makna secara
bahasa dan juga secara istilah.
2. Istilah masyhur yang ditetapkan pada sebuah hadits, terkadang bukan untuk
menetapkan kriteria-kriteria hadits menurut ketetapan rawi-rawi yang
meriwayatkan suatu hadits, tetapi ditetapkan juga memberikan sifat suatu hadits
yang mempunyai ketenaran di kalangan para ahli ilmu tertentu, di kalangan
masyarakat tertentu atau golongan tertentu.
3. Untuk itu kita harus jeli sehingga dapat mendudukkan sebuah hadits masyhur
tersebut sesuai dengan klasifikasinya. Hal ini penting karena dengan mengetahui
kondisi hadits ditinjau dari segi kuantitasnya dapat mempengaruhi takhrij hadits
(kita bisa memilah hadits mana yang lebih rajih)
4. Sedangkan di antara hadits masyhur tersebut terdapat derajat sohih dan dho’if
bahkan maudhu’, maka kita harus hati-hati dan perlu melakukan penelitian terlebih
dahulu agar dapat dibedakan. Hal ini sangat penting karena dengan mengetahui
kualitas sebuah hadits, kita akan menjadi lebih yakin dan tidak ragu-ragu dalam
beramal dengan berlandaskan hadits yang telah kita ketahui derajatnya tersebut.

KESIMPULAN
Para ulama memberikan ta’rif yang berbeda mengenai hadits masyhur. Menurut ulama fiqih,
hadits masyhur itu adalah muradif dengan hadits mustafid. Sedang ulama yang lain
membedakannya. Hadits masyhur lebih umum dari pada hadits mustafd.
 Hadits masyhur adalah hadits yang dalam salah satu atau lebih thabaqah dari thabaqah
sanad terdapat tiga perawi atau lebih, namun tidak mencapai derajat mutawatir.(Pendapat
pertama).
 Hadits masyhur/mustafidz adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada
setiap thabaqah (tingkatan) akan tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. (Pendapat kedua)
 Hadits masyhur terbagi menjadi dua yaitu hadits masyhur berdasar jumlah rawi dan hadits
masyhur berdasar kepopuleran sebuah disiplin ilmu atau sebuah komunitas. Hadits tersebut
adakalanya bernilai sohih, hasan, dho’if bahkan maudhu’
 Diperlukan sebuah penelitian terlebih dahulu (takhrijul hadits) sebelum melaksanakan isi
kandungan sebuah hadits agar hati kita yakin dan tidak ragu-ragu ketika mengamalkan
sebuah amal dengan berlandaskan hadits yang sudah jelas derajatnya.
Wassalamualaikum
. Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai