Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM WACANA BERITA


HARIAN SUARA NTB DAN KAITANNYA TERHADAP PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SMA

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu


(S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Oleh

ATINA HAER
E1C110014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM WACANA BERITA
HARIAN SUARA NTB DAN KAITANNYA TERHADAP PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SMA
Oleh:
Atina Haer, Mochammad Asyhar, Ahmad Sirulhaq
FKIP, Uninersitas Mataram
Alim.din77@yahoo.co.id

Abstrak: Kesalahan berbahasa masih banyak terjadi dalam harian Suara NTB. Untuk
mengetahui jenis-jenis kesalahan yang ada perlu dilakukan analisis. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan berbahasa dalam wacana
harian Suara NTB dan kaitannya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain: (1) bagaimanakah wujud
kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam wacana berita harian Suara NTB pada
tataran linguistik; (2) bagaimanakah wujud kesalahan penggunaan bahasa Indonesia
dalam wacana berita harian Suara NTB pada tataran ejaan; (3) bagaimanakah hasil
analisis kesalahan berbahasa dalam wacana berita harian Suara NTB dan kaitannya
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Metode pengumpulan data
menggunakan metode observasi dan metode dokumentasi dengan teknik catat sebagai
teknik lanjutan. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk
kesalahan berbahasa pada harian Suara NTB edisi Mei 2014 mencakup kesalahan
linguistik dan ejaan. Kesalahan tataran linguistik meliputi (a) kesalahan diksi; (b)
kesalahan morfologi berupa morfofonemik dan penggunaan afiks; serta (c) kesalahan
sintaksis berupa penggunaan frase, penggunaan konjungsi, penggunaan unsur
berlebihan, penggunaan kata tanya, dan penggunaan kalimat yang tidak efektif.
Kesalahan ejaan meliputi (a) kesalahan penggunaan huruf miring; (b) kesalahan
penggunaan singkatan dan akronim; (c) kesalahan pemenggalan kata; (d) kesalahan
penggunaan tanda koma (e) kesalahan penulisan partikel; (f) kesalahan penulisan
angka dan lambang bilangan; (g) kesalahan penggunaan tanda hubung; (h) kesalahan
penggunaan huruf kapital; (i) kesalahan penggunaan tanda pisah; (j) kesalahan
penggunaan preposisi; (k) kesalahan penggunaan gabungan kata; serta (l) kesalahan
penggunaan tanda petik. Hasil analisis kesalahan berbahasa ini berkaitan dengan
pembelajaran menulis di SMA dalam Standar Kompetensi (SK) mengungkapkan
informasi dalam bentuk rangkuman/ringkasan, notulen rapat, dan karya ilmiah, serta
Kompetensi Dasar (KD) menulis karya ilmiah seperti hasil pengamatan dan
penelitian, khususnya pada indikator menyunting hasil karya tulis sendiri dan karya
teman.

Kata kunci : analisis kesalahan berbahasa, kesalahan diksi, kesalahan morfologi,


kesalahan sintaksis, dan kesalahan EYD
I. PENDAHULUAN tataran ejaan; (3) bagaimanakah hasil
Surat kabar sangat berperan analisis kesalahan berbahasa dalam
penting dalam interaksi sosial wacana berita harian Suara NTB dan
masyarakat. Surat kabar merupakan kaitannya terhadap pembelajaran bahasa
sarana penyampaian informasi kepada Indonesia di SMA. Tujuan diangkatnya
masyarakat. Dalam penyampaian masalah tersebut adalah untuk
Informasi itu, para wartawan atau mengetahui jenis-jenis kesalahan
penulis berusaha agar bahasa yang berbahasa yang terjadi pada wacana
digunakan bisa menarik perhatian para harian Suara NTB dan kaitannya
pembaca sehingga bisa menimbulkan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
minat para pembaca untuk mengetahui di SMA.
lebih lanjut informasi yang disajikan. Penelitian mengenai analisis
Wartawan dalam surat kabar harus kesalahan berbahasa sudah cukup
menghindari kerancuan penulisan kata banyak dilakukan oleh peneliti
atau istilah. sebelumnya. Adapun penelitian-
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian tentang analisis kesalahan
surat kabar sebagai media untuk berbahasa yang pernah dilakukan oleh
penyampaian suatu informasi penelitian-penelitian terdahulu sebagai
antarmasyarakat harus menggunakan berikut.
bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut Pertama, penelitian mengenai
supaya pembaca dapat mengerti atau analisis kesalahan berbahasa dilakukan
menangkap dengan jelas informasi yang oleh Santoso (2009) yang mengangkat
mereka baca. masalah “Analisis Kesalahan Berbahasa
Salah satu surat kabar yang dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Non-
terkenal di wilayah Nusa Tenggara Barat Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
(NTB) adalah Suara NTB. Jika ditinjau Islam Malang.” Berdasarkan hasil
dari pemakaian bahasa indonesia yang analisis peneliti ini, pada skripsi
benar (baku), Suara NTB masih mahasiswa jurusan Non-Bahasa dan
memperlihatkan kesalahan atau tidak Sastra Indonesia ditemukan banyak
menerapkan kaidah-kaidah bahasa kesalahan berbahasa dalam penyusunan
Indonesia baku. Berdasarkan uraian kalimat (syarat kesejajaran, syarat
tersebut, sangat penting dilakukan kebernalaran, syarat kecermatan, dan
penelitian untuk mengungkapkan syarat kegramatikan). Dari semua
kesalahan-kesalahan berbahasa dalam penelitian yang dilakukan ada banyak
harian Suara NTB. hal yang sudah dibahas dan
Masalah yang diangkat dalam diterjemahkan secara tertulis bentuk
penelitian ini (1) bagaimanakah wujud kesalahan-kesalahan berbahasa dalam
kesalahan penggunaan bahasa Indonesia penelitian tersebut. Akan tetapi, seperti
dalam wacana berita harian Suara NTB yang dikatakan sebelumnya, penelitian
pada tataran linguistik; (2) tentang analisis kesalahan berbahasa
bagaimanakah wujud kesalahan cakupannya luas sehingga pembahasan
penggunaan bahasa Indonesia dalam mengenai penyusunan kalimat dengan
wacana berita harian Suara NTB pada syarat-syarat tersebut di atas belum
tuntas dibahas secara keseluruhan. “Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan
Seiring dengan perkembangan zaman dan Tanda Baca dalam Skripsi
bahasa juga ikut berkembang dan Mahasiswa Jurusan IPS di FKIP
mengalami perubahan. Ada yang bisa Universitas Mataram.” Penelitian ini
diterima dan dijadikan sebagai bahasa menyimpulkan bahwa bentuk kesalahan
baku bahasa Indonesia, tetapi ada juga yang terdapat dalam skripsi mahasiswa
bahasa yang hanya digunakan dalam jurusan PKn tersebut lebih banyak
ragam nonformal, baik lisan (berbicara terdapat pada kesalahan pemakaian
dengan keluarga, teman sejawat, dan huruf kapital, penggunaan huruf miring,
sebagainya) maupun tulisan (SMS, penggunaan kata depan di-, ke-, dan
majalah remaja, dan sebagainya). penggunaan tanda baca. Lebih lanjut lagi
Kedua, Penelitian lainnya yaitu bahwa kesalahan yang terdapat dalam
penelitian yang dilakukan oleh skripsi mahasiswa ini umumnya terjadi
Kusmirawati (2011) dengan judul karena kurangnya pemahaman
“Analisis Kesalahan Pemakaian Huruf mahasiswa tentang EYD.
Kapital dan Penulisan Kata pada Berdasarkan beberapa penelitian
Majalah Gaul Terbitan Gramedia Edisi tersebut terlihat adanya perbedaan dari
2010.” Pada penelitian ini, Kusmirawati masing-masing penelitian, baik dari
mengkaji bentuk kesalahan penulisan bahan kajian maupun objek kajiannya.
kata dalam Majalah Gaul terbitan Begitu pula dengan skripsi ini
Gramedia edisi 2010 dan faktor-faktor mempunyai perbedaan pada bahan
penyebab terjadinya kesalahan penulisan kajian dan objek kajiannya.
kata dalam Majalah Gaul terbitan Sebagaimana diketahui penelitian yang
Gramedia edisi 2010. Bentuk kesalahan menggunakan objek harian Suara NTB
penulisan kata yang terdapat dalam belum pernah dilakukan. Untuk itu,
Majalah Gaul berupa kesalahan peneliti ingin mengupas sedikit tentang
pemakaian huruf kapital, penulisan kata bentuk-bentuk kesalahan yang ada pada
dasar, penulisan kata berimbuhan, surat kabar terutama pada tataran
penulisan kata depan di, ke, dan dari, linguistik dan penggunaan EYD.
serta penulisan partikel –lah dan –pun. Sebagai acuan dalam penelitian
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan ini, peneliti menggunakan beberapa teori
terjadinya kesalahan bahasa Indonesia yang berkaitan dengan penelitian.
karena (1) penulis kurang menguasai Adapun teori yang dianggap relevan
kaidah bahasa Indonesia yang dengan penelitian ini, seperti ragam
disempurnakan; (2) penulis tidak bisa bahasa jurnalistik, surat kabar, berita,
membedakan antara bahasa Indonesia analisis kesalahan berbahasa, kesalahan
baku dan tidak baku; (3) penulis tataran linguistik, gejala bahasa,
menganggap bahasa Indonesia mudah; kesalahan EYD, bentuk baku dan tidak
(4) kurang latihan menulis; dan (5) baku, dan pembelajaran bahasa
penulis tidak teliti. Indonesia di SMA.
Ketiga, penelitian tentang Ragam bahasa jurnalistik dapat
kesalahan berbahasa juga dilakukan oleh dibedakan berdasarkan bentuknya
Yuliantini (2011) yang berjudul menurut media menjadi bahasa
jurnalistik media cetak, bahasa berwujud angka-angka, melainkan data.
jurnalistik radio, bahasa jurnalistik Data yang dimaksud dalam penelitian ini
media online internet. Adapun ciri-ciri berupa kata, frase, kalimat, dan wacana
utama bahasa jurnalistik (Paryati dalam yang terdapat dalam harian Suara NTB
Fajri, 2013:12) seperti lugas, sederhana, edisi Mei 2014. Sumber data berupa
singkat dan padat, sistematis, netral, halaman depan harian Suara NTB edisi
menarik, menggunakan kalimat aktif, satu bulan.
penggunaan bahasa positif, serta sarana Dalam penelitian ini
dan prasarana memadai. menggunakan dua metode pengumpulan
Surat kabar (Laksana dalam data, yaitu metode observasi dan metode
Aguswandi, 2012:20) merupakan dokumentasi yang didukung dengan
merupakan alat komunikasi cetak yang teknik catat. Berdasarkan bentuk
luas jangkauannya di negeri kita. penelitian yang dilakukan, metode
Sebagai alat komunikasi cetak, surat observasi atau pengamatan yang
kabar dapat dibaca berulang-ulang. Surat dimaksud mengarah pada kegiatan
kabar menyajikan berbagai macam berita membaca surat kabar. Dalam hal ini,
yang bersifat faktual. Ciri-ciri berita pengamatan dilakukan dengan membaca
yang baik (Ekosasih, 2007:161), yakni semua wacana berita yang terdapat
publisitas, aktual, objektif, dan menarik. dalam harian Suara NTB edisi Mei 2014.
Kesalahan berbahasa berita-berita yang diamati tersebut dapat
dikemukakan oleh Corder adalah mendukung dalam menemukan
pelanggaran terhadap kode bahasa. Jadi, kemunculan kesalahan-kesalahan
analisis kesalahan berbahasa dapat bahasa. Selain itu, metode dokumentasi
diartikan salah satu cara menjawab dilakukan dengan mengumpulkan berita-
bagaimana menggunakan bahasa berita yang menjadi data-data pada
Indonesia yang baik dan benar. harian Suara NTB terkait penelitian
Kesalahan yang sering ditemukan dalam tersebut. Setelah data-data terkumpul
ragam tulis seperti surat kabar yakni diikuti dengan teknik catat untuk
dalam bidang tataran linguistik dan pencatatan data-data kesalahan yang
ejaan. Dalam bidang tataran linguistik terdapat setelah membaca suatu berita.
terjadi kesalahan fonologi, morfologi, Metode padan intralingual adalah
semantik, dan sintaksis, sedangkan metode analisis dengan cara
kesalahan ejaan meliputi kesalahan menghubung-bandingkan unsur-unsur
penggunaan huruf kapital, penggunaan yang bersifat lingual, baik yang terdapat
tanda miring, penggunaan kata depan, dalam satu bahasa maupun dalam
dan sebagainya. beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun,
2011: 118). Teknik analisis data yang
II. METODE PENELITIAN digunakan dalam penelitian ini hanya
Jenis penelitian yang digunakan menggunakan metode padan Intralingual
adalah penelitian kualitatif dengan karena peneliti tidak akan
teknik analisis deskriptif kualitatif. menghubungkan masalah bahasa dengan
Metode kualitatif digunakan karena data hal yang berada di luar bahasa atau
yang terdapat dalam penelitian ini bukan ekstralingual. Analisis data dengan
menggunakan teknik hubung banding (1) Dari 86.577 peserta UN masing-
membedakan (HBB) dan hubung masing, 7.304 peserta berasal
banding menyamakan. Teknik HBB dari Kota Mataram, 2.898 peserta
digunakan untuk membedakan data dari Koma Bima. (Suara NTB,
(bahasa-bahasa) yang berbeda atau yang hlm. 1, edisi 5)
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah dalam
bahasa Indonesia, sedangkan teknik HBS Kata ulang masing-masing pada
digunakan untuk menyamakan data data (1) pemakaiannya tidak tepat karena
(bahasa-bahasa) yang sama atau sesuai menimbulkan kalimat yang tidak logis.
dengan kaidah-kaidah dalam bahasa Kata ulang masing-masing seharusnya
Indonesia. dihilangkan untuk memudahkan
Selanjutnya, metode penelitian pembaca memahami informasi yang
dengan padan intralingual dapat disampaikan penulis. Kalimat yang
diformulasikan dalam empat langkah, benar untuk memperbaiki kesalahan di
yaitu (a) identifikasi, (b) klasifikasi, (c) atas adalah sebagai berikut.
analisis, dan (d) menyimpulkan. Setelah
semua langkah dilakukan hasil analisis (1a) Dari 86.577 peserta UN, 7.304
yang berupa kaidah-kaidah dapat peserta berasal dari Kota
disajikan melalui dua cara, yaitu (a) Mataram, 2.898 peserta dari
perumusan dengan kata-kata biasa, (b) Koma Bima. (Suara NTB, hlm
perumusan dengan tanda-tanda atau 1, edisi 5)
lambang-lambang. Kedua cara ini
disebut dengan metode informal dan 3.1.2 Kesalahan Morfologi
metode formal (Mahsun, 2012:244). Kata dasar yang berfonem awal /p/,
Dalam penelitian ini yang digunakan /s/, /k/ atau /t/ sering dijumpai pada
adalah metode informal yaitu pemaparan harian Suara NTB tidak luluh jika
atau penyajian hasil analisis yang mendapat awalan meng-. Menurut
dituangkan dalam bentuk kata-kata. kaidah bahasa Indonesia, fonem itu
Kata-kata yang dimaksud dipakai untuk seharusnya lebur menjadi sengau, yaitu
mendeskripsikan dan menjabarkan /p/ menjadi /m/; /s/ menjadi /ny/; /k/
analisis kesalahan berbahasa pada menjadi /ng/; dan /t/ menjadi /n/.
tataran linguistik dan EYD serta Wartawan surat kabar ini mengatakan
kaitannya kepada pembelajaran bahasa atau menuliskan bentukan-bentukan itu
Indonesia di SMA. seperti berikut.

III. PEMBAHASAN (2) Kapuspenkum belum biasa


3.1 Kesalahan Tataran Linguistik memberi penjelasan rinci dan ia
3.1.1 Kesalahan Diksi meminta waktu untuk
Kata ulang masing-masing sering mengkonfirmasi tim penyidik
digunakan tidak sebagaimana mestinya. terkait perkembangan kasus
Hal ini tidak sesuai dengan kaidah yang tersebut. (Suara NTB, hlm. 1,
berlaku. Contoh kesalahan tersebut dapat edisi 5)
dilihat pada data berikut ini.
Pada data (2) kata mengkonfirmasi untuk membuatnya menjadi sejenis.
terjadi kesalahan morfofonemik. Kata Kalimat yang benar untuk memperbaiki
dasar bentuk itu adalah konfirmasi. Kata kesalahan tersebut dapat dilihat sebagai
dasarnya diawali oleh huruf /k/ yang berikut.
mendapatkan imbuhan meng- luluh
menjadi /ng/. Kalimat yang benar untuk (3a) Disebutnya, ada 135 jiwa yang
memperbaiki kesalahan di atas adalah selama ini beternak dan
sebagai berikut. bertani di Gunung
Sangeangapi berhasil
(2a) Kapuspenkum belum biasa dievakuasi ke Sangeang darat.
memberi penjelasan rinci dan ia (Suara NTB, hlm. 5, edisi 31)
meminta waktu untuk
mengonfirmasi tim penyidik 3.2 Kesalahan EYD
terkait perkembangan kasus 3.2.1 Kesalahan Penggunaan Huruf
tersebut. (Suara NTB, hlm. 1, Miring
edisi 5) Kesalahan penggunaan huruf
miring masih banyak ditemukan dalam
3.1.3 Kesalahan Sintaksis harian Suara NTB. Kesalahan penulisan
Dalam data ditemukan beberapa nama surat kabar merupakan salah satu
kesalahan penggunaan frase pada unsur yang seringkali terjadi dalam mengawali
rincian. Rincian yang benar memadukan sebuah berita. Hal itu dapat dilihat pada
kedua unsur yang sejenis. Di bawah ini data-data berikut.
contoh kesalahan penggunaan frase
ditemukan dalam harian Suara NTB. (4) Mataram (Suara NTB) (Suara
NTB, hlm. 1, edisi 31)
(3) Disebutnya, ada 135 jiwa yang
selama ini beraktivitas ternak Pada data (4) terjadi kesalahan
dan bertani di Gunung penulisan nama surat kabar Suara NTB
Sangeangapi berhasil dievakuasi yang ditulis dengan huruf tegak.
ke Sangeang darat. (Suara NTB, Seharusnya, nama surat kabar tersebut
hlm. 5, edisi 31) ditulis dengan huruf miring. Penulisan
yang benar dapat dilihat pada data-data
Dalam data (3) terjadi kesalahan berikut.
karena bentuk rincian tidak sejenis. Kata
beraktivitas ternak tidak sejajar dengan (4a) Mataram (Suara NTB) (Suara
kata bertani. Memang sama-sama bentuk NTB, hlm. 1, edisi 31)
ber- , tetapi kata yang mengikutinya
tidak sejenis. Kata pertama diikuti 3.2.2 Kesalahan Singkatan dan
dengan aktivitas ternak, sedangkan kata Akronim
kedua tani. Kedua-duanya bukan Singkatan nama orang, gelar,
merupakan kata kerja sejenis. jabatan, pangkat, dan sapaan yang harus
Seharusnya, bentuk ber- pada unsur menggunakan tanda titik sering
pertama disandingkan dengan ternak ditanggalkan. Pemakai bahasa
beranggapan bahwa semua singkatan hal yang keliru. Berikut adalah contoh
dengan huruf kapital tidak diberi tanda pemenggalan imbuhan yang salah.
titik. Seharusnya, ada yang diberi titik
dan ada pula yang tidak boleh diberi titik (6) TGB menjelaskan, prestasi
seperti kutipan data-data berikut. yang diraih Kampung Media
bisa masuk 9 inovasi terbaik
(5) Demikian dijelaskan, Kepala dalam pelayanan publik ad-
BPBD NTB, Ir. Wedha Magma alah hal yang sangat luar biasa.(
Ardhi,M.TP dikonfirmasi Suara NTB, hlm. 5, edisi 8)
Suara NTB, Jumat (30/5)
malam kemarin. (Suara NTB, Kesalahan pemenggalan
hlm. 1, edisi 31) berimbuhan yang muncul yakni
kesalahan pemenggalan kata berpartikel
Pada data (5) Ardhi, M. TP –lah. Hal tersebut dapat dilihat pada data
terjadi kesalahan menuliskan singkatan. (6) ad-alah. Kesalahan itu terjadi karena
Menurut kaidah ejaan (Bab III, Pasal I, antara kata dasar dan partikel tidak
Ayat 1, Butir a) yang berbunyi singkatan dipenggal secara terpisah. Perbaikan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, kalimat-kalimat salah dapat dilihat
atau pangkat diikuti dengan tanda titik. sebagai berikut.
Berdasarkan kaidah tersebut singkatan
nama gelar seharusnya disisipi dengan (6a) TGB menjelaskan, prestasi
tanda titik. yang diraih Kampung Media
bisa masuk 9 inovasi terbaik
(5a) Demikian dijelaskan, Kepala dalam pelayanan publik ada-
BPBD NTB, Ir. Wedha lah hal yang sangat luar biasa.(
Magma Ardhi,M.T.P. Suara NTB, hlm. 5, edisi 8)
dikonfirmasi Suara NTB,
Jumat (30/5) malam kemarin. 3.2.4 Kesalahan Penggunaan Tanda
(Suara NTB, hlm. 1, edisi 31) Koma
Kesalahan pemakaian tanda
3.2.3 Kesalahan Pemenggalan Kata koma pada harian Suara NTB. Kesalahan
Pemenggalan kata atau tersebut adalah sebagai berikut.
persukuan diperlukan apabila kita harus
memenggal sebuah kata dalam tulisan (7) Untuk itu, meskipun tidak ada
jika terjadi pergantian baris. Apabila letusan susulan tetapi
memenggal atau menyukukan sebuah kesiapsiagaan akan tetap
kata, kita harus membubuhkan tanda diberlakukan dengan melibatkan
hubung (-) di antara suku-suku kata itu semua unsur terkait. (Suara NTB,
dengan tidak didahului atau diikuti oleh hlm. 5, edisi 31)
spasi. Pada pergantian baris, tanda
hubung harus dibubuhkan di pinggir Data (7) merupakan kalimat
ujung baris. Jadi, tanda hubung yang setara yang dibubuhi oleh konjungsi
dibubuhkan di bawah ujung baris adalah pertentangan tetapi. Walaupun demikian,
terjadi kesalahan penggunaan tanda adapun, sekalipun, biarpun,
koma. Menurut kaidah (Bab V, Pasal B, sungguhpun, dan apapun (Bab III, Pasal
Ayat 2) tanda koma dipakai untuk H, Ayat 2). Sesuai dengan penjelasan
memisahkan kalimat setara yang satu tersebut penggunaan partikel pun
dari kalimat setara berikutnya yang mengalami kesalahan yaitu pada data
didahului oleh kata seperti tetapi atau (8). Seharusnya, partikel pun dalam
melainkan. Berdasarkan kaidah tersebut kalimat-kalimat tersebut dipisahkan
tanda koma harusnya digunakan untuk dengan kata yang mendahuluinya karena
memisahkan kalimat setara yang satu kalimat-kalimat tersebut mengeraskan
dari kalimat setara berikutnya yang arti kata yang diiringinya.
didahului oleh kata tetapi. Perbaikan
kalimat yang salah dapat dilihat pada (8a) Kita di daerah, siap kapan
data berikut. pun dipanggil oleh Menko
untuk kita bicarakan itu,”
(7a) Untuk itu, meskipun tidak tambah gubernur. (Suara NTB,
ada letusan susulan, tetapi hlm. 5, edisi 31)
kesiapsiagaan akan tetap
diberlakukan dengan 3.2.6 Kesalahan Penulisan Angka
melibatkan semua unsur dan Lambang Bilangan
terkait. (Suara NTB, hlm. 5, Masih banyak ditemukan sumber
edisi 31) data dalam wacana harian Suara NTB
yang belum memahami benar cara
3.2.5 Kesalahan Penggunaan menulis angka dan lambang bilangan.
Partikel Hal tersebut dapat dilihat pada penulisan
Pemakai bahasa pada harian angka dan lambang bilangan yang masih
Suara NTB masih sering menulis partikel salah, misalnya data berikut.
pun serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Hal itu merupakan (9) Dari data awal yang
sebuah kesalahan yang seharusnya diperolehnya, intervensi 12
diperbaiki. Contoh kesalahan ini dapat perusahaan itu ketika pengadaan
dilihat pada data berikut. tungku tembakau. (Suara NTB,
hlm. 1, edisi 19)
(8) Kita di daerah, siap kapanpun
dipanggil oleh Menko untuk kita Lambang bilangan yang dapat
bicarakan itu,” tambah gubernur. dinyatakan dengan satu atau dua kata
(Suara NTB, hlm. 5, edisi 31) ditulis dengan huruf kecuali jika
beberapa lambang bilangan dipakai
Tidak semua kata yang diikuti secara berurutan, seperti dalam perincian
oleh partikel pun dituliskan serangkai. dan pemaparan (Bab III, Pasal J, Ayat
Ada beberapa kelompok kata sudah 8). Sesuai dengan pernyataan tersebut,
dianggap benar dengan ditulis serangkai. setelah dianalisis terdapat beberapa
Jumlah kata seperti itu terbatas, seperti kesalahan pada penulisan angka. Hal ini
walaupun, meskipun, kendatipun, ditemukan pada data (9) yang masih
menggunakan angka, sedangkan angka tanda hubung yang benar dapat dilihat
tersebut terdiri atas satu atau dua kata. pada data berikut.
Seharusnya, bilangan itu harus dituliskan
dengan huruf. Penulisan kalimat yang (10a) Fakta persidangan dalam
benar dapat dilihat sebagai berikut. perkara Lusita Anie Razak
dan Subri benar- benar
(9a) Dari data awal yang dimanfaatkan menjadi pintu
diperolehnya, intervensi dua masuk Komisial yudisial
belas perusahaan itu ketika (KY) untuk mengusut
pengadaan tungku tembakau. dugaan keterlibatan hakim.
(Suara NTB, hlm. 1, edisi (Suara NTB, hlm. 1, edisi 5)
19)
3.2.8 Kesalahan Penggunaan Huruf
3.2.7 Kesalahan Penggunaan Tanda Kapital
Hubung (-) Penulisan huruf kapital yang
Kesalahan pemakaian tanda dijumpai dalam harian Suara NTB
hubung tampak sepele sekali, yakni banyak menyimpang dari kaidah-kaidah
hanya ketiadaan tanda hubung pada kata yang berlaku. Perhatikan contoh
ulang. Kata ulang seharusnya ditulis kesalahan tersebut pada data berikut.
secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung. Lebih sering juga (11) BADAN Nasional
pemakaian tanda hubung mengalami Penanggulangan Bencana
kekeliruan dengan tanda pisah, seperti (BNPB) menyatakan bahwa
pada contoh berikut. Gunung Sangeangapi di
Kabupaten Bima, telah meletus
(10) Fakta persidangan dalam perkara pada Jumat pukul 15.55 Wita.
Lusita Anie Razak dan Subri (Suara NTB, hlm 1, edisi 31)
benar benar dimamfaatkan
menjadi pintu masuk Komisial Menurut kaidah (Bab II, Pasal A,
yudisial (KY) untuk mengusut Ayat 1) huruf kapital atau huruf besar
dugaan keterlibatan hakim. dipakai sebagai huruf pertama kata pada
(Suara NTB, hlm. 1, edisi 5) awal kalimat. Kaidah tersebut sering
dilanggar oleh para penulis surat kabar
Pada data (10) merupakan yakni pemakaian huruf kapital semua
kesalahan ketiadaan tanda hubung. dalam satu kata untuk mengawali sebuah
Menurut kaidah (Bab V, Pasal E, Ayat 3) paragraf dalam berita. Hal ini adalah
tanda hubung menyambung unsur-unsur kebiasaan yang harus diperbaiki.
kata ulang. Berdasarkan kaidah tersebut, Kesalahan serupa ditemukan pula pada
Data benar benar dan terus menerus data (11) yang diawali kata dengan
seharusnya dibubuhi tanda hubung semua hurufnya kapital, seharusnya
karena pengulangan seluruh dan hanya huruf awal yang kapital. Penulisan
pengulangan sebagian. Penggunaan yang benar dapat dilihat pada data
berikut.
3.2.10 Kesalahan Penggunaan
(11a) Badan Nasional Preposisi
Penanggulangan Bencana Preposisi di, ke, dan dari sering
(BNPB) menyatakan bahwa ditulis salah oleh wartawan surat kabar
Gunung Sangeangapi di Suara NTB. Berikut ini adalah contoh
Kabupaten Bima, telah kesalahan pemakaian preposisi.
meletus pada Jumat pukul
15.55 Wita. (Suara NTB, hlm (13) Diantaranya, dengan
1, edisi 31) mengoptimalkan SDM dan
sumber anggaran yang ada di
3.2.9 Kesalahan Penggunaan Tanda sekolah-sekolah. (Suara NTB,
Pisah (–) hlm 5, edisi 2)
Penulisan tanda pisah dan tanda
hubung penggunaannya sering terbalik. Pada data (13) di atas pemakaian
Kalimat yang seharusnya menggunakan preposisi di mengalami kesalahan.
tanda hubung malah menggunakan tanda Preposisi dituliskan serangkai dengan
pisah. Berikut contoh kesalahan kata yang mengikutinya. Seharusnya,
penulisan tanda pisah. penggunaan yang benar preposisi tidak
ditulis rangkai dengan kata berikutnya.
(12) Terkait Pilpres tahun ini, diakui Penulisan kalimat-kalimat yang benar
Giri Basuki, belum nampak riak dapat dilihat pada data berikut.
– riak kompetisi yang mengarah
pada benturan dua kubu (13a) Di antaranya, dengan
pendukung. (Suara NTB, hlm 5, mengoptimalkan SDM dan
edisi 31) sumber anggaran yang ada di
sekolah-sekolah. (Suara NTB,
Kalimat-kalimat dari (12) hlm 5, edisi 2)
memunculkan kesalahan yakni
penggunaan tanda pisah yang tidak tepat. 3.2.11 Kesalahan Penulisan
Tanda pisah tidak digunakan Gabungan Kata
menyambung unsur-unsur kata ulang. Pada surat kabar ini ditemukan
Penulisan kalimat-kalimat yang benar kesalahan penulisan gabungan kata.
dapat dilihat pada data berikut. Perhatikan contoh kesalahan tersebut
pada data di bawah ini.
(12a) Terkait Pilpres tahun ini,
diakui Giri Basuki, belum (14) Untuk itu, menurut Hj. Erica,
nampak riak-riak kompetisi pihaknya akan menjalin
yang mengarah pada kerjasama dengan Kampung
benturan dua kubu Media untuk memberi informasi
pendukung. (Suara NTB, hlm terkait dengan hal itu. (Suara
5, edisi 31) NTB, hlm. 5, edisi 7)
Menurut kaidah gabungan kata dievakuasi tersebut tidak
yang lazim disebut kata majemuk, tinggal di Gunung
termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya Sangeangapi.” (Suara NTB,
ditulis terpisah. Sama halnya dengan hlm 5, edisi 31)
gabungan kata kerjasama pada data (14)
seharusnya ditulis terpisah karena unsur- 3.3 Kaitan Hasil Analisis Kesalahan
unsur pembentuknya dapat berdiri Berbahasa dalam Wacana Berita
sendiri. Penulisan yang benar dapat Harian Suara NTB Terhadap
dilihat sebagai berikut. Pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMA
(14a) Untuk itu, menurut Hj. Erica, Hasil analisis kesalahan berbahasa
pihaknya akan menjalin pada harian Suara NTB edisi Mei 2014
kerja sama dengan ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran
Kampung Media untuk bahasa Indonesia di SMA. Pembelajaran
memberi informasi terkait di SMA yang dapat memanfaatkan hasil
dengan hal itu. (Suara NTB, penelitian ini tercantum pada Standar
hlm. 5, edisi 7) Kompetensi (SK) mengungkapkan
informasi dalam bentuk rangkuman/
3.2.12 Kesalahan Penggunaan Tanda ringkasan, notulen rapat, dan karya
Petik (“…”) ilmiah, serta Kompetensi Dasar (KD)
Penggunaan tanda petik yang menulis karya ilmiah seperti hasil
dijumpai pada harian Suara NTB pengamatan dan penelitian. Hasil
kadang-kadang menyimpang dari analisis kesalahan berbahasa ini juga
kaidah-kaidah yang berlaku. Perhatikan dapat dipakai sebagai sumbangan materi
contoh kesalahan tersebut pada data pada pembelajaran bahasa Indonesia di
berikut. SMA. Pada SK-KD tersebut indikator
yang relevan dengan hasil penelitian ini
(15) Ardhi mengatakan, sebany-ak adalah menyunting karya tulis sendiri
135 warga dievakuasi tersebut atau karya teman. Siswa dapat
tidak tinggal di Gunung menyunting karya tulis apabila sudah
Sangeangapi. (Suara NTB, hlm menguasai kaidah berbahasa yang baik
5, edisi 31) dan benar, khususnya kaidah Ejaan Yang
Disempurnakan. Dengan demikian,
Pada kalimat (15) terjadi pemahaman terhadap kaidah-kaidah
kesalahan penghilangan tanda petik. tersebut perlu dioptimalkan agar siswa
Seharusnya, dibubuhi tanda petik untuk mempunyai pondasi yang kuat mengenai
mengapit petikan langsung yang berasal penggunaan kaidah berbahasa yang baik
dari pembicaraan dan naskah atau bahan dan benar.
tertulis lainnya. Perbaikan kalimat yang
salah dapat dilihat pada data berikut. IV. PENUTUP
4.1 Simpulan
(15a) Ardhi mengatakan, Kesalahan yang ditemukan dalam
“Sebany-ak 135 warga tataran linguistik, meliputi kesalahan
diksi, kesalahan bidang morfologi dan hendaknya hasil penelitian ini dapat
kesalahan bidang sintaksis. Kesalahan dijadikan acuan dalam memperbaiki
bidang morfologi yang ditemukan kesalahan dalam berbahasa Indonesia
peneliti pada harian Suara NTB, yaitu sehingga nantinya media massa,
kesalahan morfofonemik dan kesalahan khususnya harian Suara NTB dapat
penggunaan afiks. Kesalahan dalam mencerminkan pemakaian bahasa
bidang sintaksis, seperti penggunaan Indonesia yang benar.
frase, penggunaan konjungsi,
penggunaan unsur yang berlebihan, DAFTAR PUSTAKA
penggunaan kata tanya yang tidak perlu,
dan penggunaan kalimat yang tidak Anonim. 2014. Suara NTB Edisi Mei
efektif. 2014. Mataram: Suara NTB.
Kesalahan ejaan paling banyak Fajri, Lalu. 2013. “Majas dalam
ditemukan dalam penelitian ini meliputi Headline Harian Lombok Post ke
penggunaan tanda miring, penggunaan Arah Pembelajaran di SMA.”
singkatan dan akronim, pemenggalan Skripsi. Mataram: Fakultas
kata, penggunaan tanda koma, Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
pemakaian partikel, penulisan angka dan Universitas Mataram.
lambang bilangan, penggunaan tanda Kusmirawati, Eni. 2011. “Analisis
hubung, penggunaan huruf kapital, Kesalahan Pemakaian Huruf
penulisan tanda pisah, penggunaan Kapital dan Penulisan Kata pada
preposisi, penulisan gabungan kata, serta Majalah Gaul Terbitan Gramedia
penggunaan tanda petik. Edisi 2010.” Skripsi. Mataram:
Hasil analisis kesalahan berbahasa ini Fakultas Keguruan dan Ilmu
berkaitan dengan pembelajaran bahasa Pendidikan, Universitas Mataram.
Indonesia di tingkat SMA/MA. Hal ini Mahsun. 2013. Metode Penelitian
didukung oleh Standar Kompetensi (SK) Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo
mengungkapkan informasi dalam Persada.
bentuk rangkuman/ ringkasan, notulen Pusat Pembinaan dan Pengembangan
rapat, dan karya ilmiah, serta Bahasa Departemen Pendidikan
Kompetensi Dasar (KD) menulis karya Nasional Republik Indonesia.
ilmiah seperti hasil pengamatan dan 2011. Pedoman Umum Ejaan
penelitian, khususnya pada indikator Bahasa Indonesia yang
menyunting hasil karya tulis sendiri dan Disempurnakan dan Pedoman
karya teman. Umum Pembentukan Istilah.
4.2 Saran Bandung: Victory Inti Cipta.
Saran-saran yang ingin peneliti Yuliantini. 2011. “Analisis Kesalahan
sampaikan adalah agar penelitian seperti Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
analisis kesalahan berbahasa ini terus dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan
dikembangkan ke ranah-ranah lainnya IPS di FKIP Universitas
sehingga dapat meningkatkan usaha Mataram.” Skripsi. Mataram:
pengembangan bahasa Indonesia baku. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Selain itu, bagi pihak Suara NTB Pendidikan, Universitas Mataram.

Anda mungkin juga menyukai