Anda di halaman 1dari 8

1.

A) Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis,
artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar
sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :

a)  Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun)


Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya
yang sederhana. 
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah
demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
 Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek
disekitarnya.
 Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
 Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
 Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
 Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah
tempatnya.
b) Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun) :

Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok
perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa
tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi
menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4
tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan
konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan
dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:

 Self counter nya sangat menonjol.

 Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan


mencolok.
Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik
kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada
usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama
bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini
adalah :

 Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang


disadarinya.

 Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang


lebih kompleks

c) Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai
menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan
tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah
suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di
dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi
informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah
tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat
berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan
kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.
Anak mampu menangani sistem klasifikasi. Namun sungguhpun anak telah
dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah
(ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip
yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat
dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi
gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun
demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir
abstrak.
d)  Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) : 

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model
berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai
dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa.

Berdasarkan tahapan pembelajaran oleh piaget, pembelajaran pada kasus tersebut


sudah merujuk pada Tahap operasional konkret karena pada tahap ini anak sudah
mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan
tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Maka dari itu
pembelaajaran yang cocok untuk kasus tersebut adalah pembelajaran dengan
metode diskusi dan menggunakan kelompok kecil, anak diajak berdiskusi bersama
teman sekelompoknya dan guru tetap mengontrol setiap proses pembelajaran,
kemudian anak nantinya diajak untuk memaparkan hasil pengamatan atau
laporannya di depan kelas.

1. B) Menurut pendapat saya, 3 kelebihan dari kasus tersebut yaitu

 Siswa dapat melakukan percobaan secara langsung

 Siswa diajak untuk merasakan pengalaman pembelajaran langsung

 Dalam proses pembelajaran siswa diajak untuk berpikir logis dengan


mmengunakan benda-benda konkret yang disediakan dalam proses
pembelajaran

Sedangkan untuk 3 kekuranganya yaitu

 Kurangnya interaksi antara guru dan siswa


 Komunikasi yang dilakukan guru hanya satu arah

 Pada akhir pembelajaran guru tidak menyampaikan simpulan dari proses


pembelajaran, guru hanya menutup pembelajaran dengan salam penutup

2. A) Pendekatan lingkungan dalam proses belajar dan pembelajaran  IPA 


adalahpemanfaatan lingkungan  sebagai sarana pendidikan. Dalam pembelajaran 
IPA, relevansi pembelajaran dengan lingkungannya dapat dicapai dengan
memanfaatkan lingkungan peserta didik sebagai laboratorium alam. Pendekatan
lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk mengajak peserta didikmengadakan
pengamatan langsung ke  lapangan atau dengan jalanmemindahkan kondisi lapangan
ke kondisi yang lebih ideal yaitu pengamatandan penelitian dalam laboratorium.
Pembelajaran  IPA  yang berorientasi pada lingkungan  akan memberi kesempatan
peserta didik memahami proses  IPA  yang berkaitan dengan lingkungannya, hal ini
akan menumbuhkan kesadaran keberadaan peserta didik dalam ekosistemnya.   Selain
hal tersebut di atas, lingkungan hidup sebagai sarana pendidikan memberikan
keuntungan dan kelebihan bagi peserta didik yaitu : 

 Pengamatan langsung akan memberikan dorongan untuk memiliki


pengetahuan lebih jauh tentang masalah yang dihadapi; 

 Alat atau bahan tidak perlu dibeli dengan biaya mahal; 

 Dapat digunakan setiap waktu dan terdapat di mana-mana.

Pada kasus tersebut, untuk pembelajaran IPA dengan materi perubahan gerak
menggunakan gaya, guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar dalam
menjelasakan pembelajaran. Pertama, guru menjelaskan materi pembelajaran yaitu
tentang gaya, dan akibat gaya pada gerak. Kemudian guru mengajak siswa tanya
jawab mengenai gaya dan gerak, kemudian guru memberikan contoh secara langsung
yaitu dengan “menarik meja” yang mana merupakan contoh akibat gaya pada gerak,
siswa diajak lagi menemukan contoh lainnya. Kemudian, setelah siswa paham konsep
dari gaya dan gerak, siswa diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan pada lembar
kerja siswa, dan setelah selesai guru memanggil siswa untuk menjawab pertanyaan
yang diberikan secara bergantian. Kemudian penutup, guru mengajak siswa
menyimpulkan pembelajaran bersama-sama dan menutup pembelajaran.

2B) Karena dengan menggunakan PLAS, dapat meminimalisirkan kekurangan yang


terjadi pada kasus tersebut, kegiatan pembelajaran jauh lebih aktif, materi yang
disampaikan lebih jelas karena siswa diberikan contoh langsung dengan
memanfaatkan benda-benda disekitar kelas, sehingga pembelajaran yang diterima
siswa jauh lebih bermakna dibandingkan hanya dengan menerima penjelasan lalu
membuat laporan seperti kasus diatas

3. A) Tidak, karena pada hakikatnya pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan
konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian
gagasan-gagasan hakikat pembelajaran ipa. Sedangkan pada pembelajaran tersebut
tidak menunjukkan bahwa anak diajak mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi
dialam, siswa hanya di tugaskan untuk merangkum dan mencatat.

3B) model pembelajaran, yaitu model pembelajaran tipe STAD, dengan


menggunakan metode diskusi

Kegiatan pendahuluan Kegiatan inti Kegiatan penutup


 Guru mengucapkan  Siswa diinstruksikan  Menyimpulkan materi
salam untuk bekerja secara pelajaran bersama sama
 Mengecek kehadiran berkelompok  Menyampaikan pesan
siswa  Tanya jawab tentang moral
 Berdo’a sumber-sumber cahaya  Menutup pelajaran
 Apersepsi (bertanya  Menyimak materi
jawab tentang tentang macam-macam
bagaimana manusia cahaya
dapat melihat  Menyimak materi
 Menyampaikan tujuan tentang sifat-sifat
pembelajaran cahaya
 Memberikan motivasi  Siswa ditugaskan untuk
melakukan percobaan
tentang sifat-sifat
cahaya sesuai instruksi
guru dengan
menggukaan alat dan
bahan yang sudah
disiapkan seperti lilin,
kertas, senter, plastik
bening, gelas dan
cermin
 Siswa ditugaskan
menyelesaikan LKS
secara berkelompo
 Beberapa orang siswa
melaporkan hasil
pekerjaannya
 Siswa lainnya diberi
kesempatan untuk
menanggapi
 Siswa diberi
kesempatan untuk
menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti
 Bertanya jawab
meluruskan kesalahan
pemahaman,
memberikan penguatan
dan penyimpulan
3.   

4. A) iya, telah sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA dan sudah sesuai dengan tahap
perkembanan anak usia SD dalam terori piaget, yaitu dalam tahapan operasional
konkret yang ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki
kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran pada kasus tersebut tidak adanya
peran aktif dari guru, dan kurangnya penjelasan dari guru yang mengakibatkan media
yang diberikan tidak digunakan secara efektif.

4B)

Kegiatan pendahuluan Kegiatan inti Kegiatan penutup


 Guru mengucapkan  Siswa diinstruksikan  Guru Menyimpulkan
salam untuk duduk secara materi pelajaran
 Mengecek kehadiran berkelompok bersama sama
siswa  Menutup pelajaran
 Siswa diajak untuk
 Berdo’a
memperhatikan
 Apersepsi (bertanya
gambar-gambar makan
sudahkah kalian sarapan
yang telah diberikan
tadi pagi? Mengapa kita
oleh guru
harus membiasaka
sarapan pagi?)  Guru menyampaikan
 Menjelaskan tujuan materi pembelajaran
pembelajaran yang berkaitan dengan
 Memberikan motivasi makanan yang mudah
dicerna dan yang sulit
untuk dicerna

 Guru melakukan tanya


jawab bersama siswa
dan meminta
menyebutkan contoh
lain dari makanan yang
mengandung serat

 Guru meminta siswa


untuk mengerjkan LKS
yang telah disiapkan
 Siswa berdiskusi
bersama teman
sekelompok

 Kemudian satu
kelompok ditunjuk
untuk memaparkan
hasil diskusi mereka

 Guru mengajak siswa


lainnya untuk tanya
jawab

 Guru memberikan
penjelasan kembali dari
hasil pemaparan
kelompok yang
ditunjuk

Anda mungkin juga menyukai