Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CYSTITIS

A. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih akibat poliferasi suatu microorganisme yang disebabkan oleh bakteri,
virus, dan jamur (Corwin, 2007).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signifikan,
yaitu infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 microorganisme tunggal per
ml) yang mengenai saluran kemih bagian atas (pielonefritis, abses ginjal)
atau bagian bawah (sistitis), atau keduanya (Grace & Borley, 2007)
Sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat
infeksi oleh bakteri, yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra
(Nursalam dan Fransisca, 2009).
Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang peling sering
disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra, aliran balik urine dari uretra ke
dalam kandung kemih (refluks uretrovesical), kontaminasi fekal,
penggunaan kateter atau sitoskop (Marlina, 2012).

B. Etiologi
Infeksi pada cystitis disebabkan oleh :
1. Bakteri : Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara
normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang
berasal dari uretra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa
menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus,
Pseudomonas, dan Staphylococcus
2. Jamur : Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida
3. Virus dan parasite : Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang
terjadi. Contohnya : Trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga
dapat berada dalam urine

1
Etiologi cystitis yang non infeksi biasanya terjadi karena :
1. Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya,
Cyclophosphamide, Cytotaxan, Procycox)
2. Radio terapi
3. Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus
Erytematous)
4. Penyabab lain dari cystitis belum dapat diketahui. Tapi ada penelitian
yang menyatakan bahwa cystitis bisa disebabkan tidak berfungsinya
epitel kandung kemih untuk menyimpan urine yang menyebabkan
adanya kebocoran pada lapisan dalam kandung kemih.

C. Patofisiologi
Kondisi saluran kemih yang normal berada diatas uretra steril.
Mekanisme pertahanan mekanik dan fisiologi dapat membantu memelihara
kesterilan dan mencegah ISK. Mekanisme pertahanan mekanik meliputi
buanng air kecil dengan pengosongan kandung kemih secara tuntas,
kepatenan uretrovesical junction, dan aktivitas peristaltik yang mendorong
urine untuk masuk ke dalam kandung kemih. Karakteristik antibakteri dari
urine dipertahankan oleh pH yang asam (<6,0), konsentrasi urea yang tinggi,
dan glikoprotein dalam jumlah besar yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri. Perubahan dari mekanisme pertahanan dapat meningkatkan ISK
(Lewis, et al 2007).
ISK terjadi katika flora normal area periuretral diganti dengan bakteri
uropatogenik dan melalui rute asending dari uretra ke struktur diatasnya.
Mekanisme yang berhubungan dengan kerentanan pasien DM terhadap
infeksi saluran kemih (ISK) adalah faktor imunitas, perubahan faal, dan
perlekatan bakteri sel uropitelium. Faktor imunitas yaitu berupa gangguan
leukosit polimorfonuklear dalam migrasi, fagositosis, penghancuran
intraseluler dan kemotaksis. Perbubahan faal saluran kemih akibat neuropati
otonom (neurogenic bladder) menyebabkan pengosongan kandung kemih
yang tidak tuntas, sehingga memudahkan terjadinya kolonisasi

2
mikroorganisme. Konsentrasi glukosa yang tinggi dalam urine (glukosuria)
juga dapat menghambat aktivitas leukosit polimorfonuklear dan media
pertumbuhan mikroorganisme patogenik (Saptiningsih, 2012).
Cystitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada
wanita biasanya berupa sistitis akut karena secara anatominya yang
menunjukkan jarak uretra ke vagina yang pendek, kelainan periuretral,
rektum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan
organisme gram negatif dari saluran vagina., defek terhadap mukosa uretra,
vagina, dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika
perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat flora (E.Coli) pada tubuh
pasien. Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur dan
hiperplasi postatik (penyebab paling sering terjadi). Infeksi saluran kemih
atas penyebab penyakit infeksi kandung kemih kambuhan (Nursalam dan
Fransisca, 2009).
Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan riwayat kesehatan,
pemeriksaan urinalisis, kultru urine. Gejaka ISK, gejala vaginitis yang dapat
berlanjut menjadi ISK merupakan riwayat kesehatan pasien yang perlu
dikaji. ISK yang divalidasi dengan pemeriksaan diagnostik menunjukkan
gambaran disuria disertai dengan urgency atau fraquency. Nyeri pinggang
dan adanya riwayat ISK sebelumnya juga menunjukkan ISK. Diagnosis ISK
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan urinalisis dengan gambaran leukosit
esterase dan leukosit ≥ 10/lapang pandang kuat(pyuria), dalam kultur urin
ditemukan jumlah bakteri 105 koloni/ml (bakteriuria). Penanda awal ISK
dengan timbulnya gejala ISK atau sebagai respon pengobatan antibiotika
yaitu jumlah bakteri 102-104 koloni/ml (Gradwohl, et al, 2008).

3
Pathway Cystitis

Infeksi Non infeksi


(bakteri, jamur, virus, parasit) (bahan kimia, radiasi, interstisial)

Hematogen, lympogen, eksogen (pemasangan kateter)

Melekat pada sel uroepitelial

Kolonisasi bakteri

Kolonisasi di periuretral

Masuk ke vesika urinaria

Merobek lapisan glycoprotein munclayer di mukosa urinaria

Kolonisasi dipermukaan mukosa vesika urinaria

Menembus epitel

Spasme otot polos vesika urinaria terganggu RR Metabolisme

sulit relaksasi Leukosit

DP : Kontraksi spasme otot polos terus menerus Demam


Nyeri

Urine sedikit-sedikit keluar DP : Resti Infeksi

Distensi kandung kemih

vesika urinaria tidak kuat menampung urine

BAK sering DP : Gg. Citra Diri 4

DP: Gg.Eliminasi Urine : Inkontinensia


D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih adalah rasa panas dan nyeri
saat buang ait kecil (dysuria), sering buang air kecil dengan keinginan
buang air kecil yang mendesak dan tiba-tiba (frequency urgency), serta rasa
tidak nyaman di area suprapubik, adanya keluhan nyeri pinggang, demam,
dan urin berwarna kemerahan yang menunjukkan atau isk atas
(Saptiningsih, 2012).
Tanda gejala yang sering terjadi menurut Nursalam dan Fransisca
(2009):
1. Kemerahan pada kandung kemih
2. Edema pada kandung kemih
3. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urin
4. Inkontinensia
5. Sering berkemih
6. Nyeri pada daerah suprapubik
7. Eritema mukosa kandung kemih
8. Hematuria
9. Jarang disertai demam
10. Mual
11. Muntah
12. Lemah
13. Kondisi umum menurun
14. Bakteriuria (10.000/ml), infeksi

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Grace & Borley (2007), pemeriksaan sistitis atau infeksi
saluran kemih bagian bawah antara lain:
- Pemeriksaan Urine
- Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan atau batu yang
menjadi penyebab dasar.
- Scan ultrasonografi, IVU, dan sistoskopi mungkin diperlukan jika
terdapat obstruksi.

5
1. Urinalisis
- Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih.
- Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis
baik berupakerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
- Mikroskopis: satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 –
103 organisme koliform/mL urin plus piuria
- Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin
dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter
dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes 
- Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. 
- Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
- Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidiatrakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
6. Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), sistografi,
dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa
renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau
evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

6
F. Komplikasi
Menurut Grace & Borley (2007), komplikasi ISK yaitu:
1. Bakteremia dan syok septik
2. Abses ginjal, perinefrik, dan metastasis
3. Kerusakan ginjal dan gagal ginjal akut/kronis
4. Pielonefritis kronis dan xantogranulomatosa

G. Penatalaksanaan
Pemantuan dan Penatalaksanaan Komplikasi:
1. Kenali tanda-tanda dan gejala-geala dari ISK dan lakukan pengobatan
segera
2. Tangani ISK dengan terapi antimikrobial yang tepat, perbanyak
masukan cairan, sering berkemih, dan tindakan hygiene.
3. Ingatkan dokter jika terjadi keletihan, mual, muntah atau pruritus
4. Lakukan pemantauan fungsi ginjal secara periodik
5. Hindari pemasangan kateter jika mungkin, lepaskan sedini mungkin
6. Lakukan teknik aseptik ketat jika diperlukan pemasangan kateter
7. Periksa tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran terhadap ancaman sepsis
8. Laporkan hasil kultur urine yang positif dan peningkatan jumlah SDP

Penatalaksanaan dari cystitis tipe infeksi adalah :


1. Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine
2. Pemberian antibiotic oral selama 3 hari, jika infeksinya kebal AB 7 – 10
hari
3. Atropine untuk meringankan kejang otot
4. Fenazopridin untuk mengurangi nyeri
5. Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking
soda yang di larutkan dalam air
6. Pembedahan, bila ada sumbatan aliran kemih atau kelainan struktur

7
Penatalaksanaan pada cystitis tipe noninfeksi :
1. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari
2. Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih,
masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang
3. Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang
4. Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon
5. Istirahat dan nutrisi adekuat
6. Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK

Terapi obat untuk cystitis


Drug / obat Dosis Intervensi keperawatan Rasional
Quinolones 400 mg di minum Menghindari hidangan yangQuinolones
norfloxacin PO x 3, 7 atau 10 hari mengandung cafein danmemperpanjang umur
(noroxin) memperhatikan klien yangparuh cafein dan
telah menerima theophyllinetheophylline
Ciprofloxacin 250 mg di minum PO xHindari antacid yangAluminium dan
(cipro) 3, 7 atau 10 hari mengandung aluminium danmagnesium bertentangan
magnesium dengan penyerapan obat
Beri dengan makanan atau
susu
Nitrofuration · 50 – 100 mg 4 hari Monitor untuk gejala seperti Nitrofuration dapat
(Macrodantin, sekali PO x 7 – 10 hari influenza pada klien lanjut menyebabkan iritasi GI :
Nephronex, · 50 mg sebelum tidur PO usia dan pada klien dengan Makanan atau susu
Novofuran) x 6 bulan masalah paru - paru membantu penurunan
masalah ini
Interstisial pneumonitis
merupakan kasus yang
jarang terjadi pada klien
yang peka terhadap
nitrofurantoin
Trimetroprim/· 160/800 mg diminum Sediakan masukan cairanSulfa mempunyai
sulfamethoxa PO x 3, 7 atau 10 hari yang cukup dankecenderungan untuk
zole (bactrim,
· menghindari asam ascorbichmengkristal, terutama pada
Septra, Apo- dan ammonium klorit, yangkeasaman atau konsentrasi
Sulfatrim akan mengasamkan urine urine

8
roubac) · Alergi sulfa umum terjadi
pada klien ini
Amoxicillin / 250 mg tiap 8 jam Berikan perhatian pada
· Augmentin dapat
asam sekali PO x 7-10 hari klien dengan asma,menyebabkan iritasi GI :
clavulanich defisiensi G6Pd, dan alergibantuan makanan dapat
(augmentin, yang lain menurunkan problem ini
clavulin) · Kedua 250 mg dan 500 mg
tablet mengandung 125 mg
asam cluvulanic
Cephalospori· 250 mg tiap 12 jam Po x Jangan menggantikan Cross- sensitivitas dengan
ns : 3 , 7 atau 10 hari separo dari 500 mg tablet penisilin secara umum
Cefuroxime · 250 mg sebelum tidur untuk 250 mg tablet Peningkatan penyerapan
(Ceftin) PO x 1 dosis Tanyakan tentang riwayat pada makanan
apakah ada alergi penisilin
Beri dengan makanan
Phenazopyrid 100–200 mg 3 hari Beri dengan makanan · Bantuan makanan
ine (pyridium, sekali PO x 2 atau 3 Memberitahu klien urinemengurangi distress GI
phenzo, hari sampai nyeri akan berubah warna
· Perubahan warna urine
pyronium) sembuh menjadi merah atau kuningnormal terjadi
keruh · Klien boleh minum obat
Informasikan pada klienseperti antibiotic
bahwa obat merupakan
anestetik mukosa urine

9
H. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Cystitis
1. Pengkajian
a. Identitas
- Umur : terjadi pada semua umur
- Jenis kelamin : lebih sering terjadi pada wanita dan meningkatnya
insidennya sesuai pertambahan usia dan aktivitas seksual
- Tempat tinggal : ada atau tidaknya factor predisposisi
b. Keluhan Utama
- Rasa sakit atau panas di uretra sewaktu kencing
- Urine sedikit
- Rasa tidak enak di daerah supra pubik
c. Riwayat Penyakit
- Riwayat ISK sebelumnya
- Obstruksi pada saluran kemih
- Masalah kesehatan lain, misalnya DM, Riwayat seksual
d. Pemeriksaan Fisik
- TTV : sepsis
- Infeksi abdomen bagian bawah dan palpasi urine bledder :
pengosongan tidak maksimal
- Inflamasi dan lesi di uretra meatus dan vagina introitus
- Kaji perkemihan : dorongan, frekuensi, disuria, bau urine yang
menyengat, nyeri pada supra pubik
e. Pemeriksaan Psikososial
- Sering terjadi pada usia remaja dan dawasa muda aktivitas
seksual timbul perasaan malu dan bersalah
- Perasaan takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan
penolakan terhadap aktivitas seksual
- Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat
berpengaruh terhadap penampilan kerja dan aktivitas kehidupan
sehari – hari

10
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan infeksi kandung kemih
b. Perubahan pola eliminasi urine : inkontenensia (disuria, dorongan
frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi
pada kandung kemih
c. Infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko nosokomial

3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan infeksi kandung kemih
Kriteria hasil : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
Tujuan : Tidak ada nyeri dan rasa terbakar saat berkemih
Intervensi :
1. Pantau haluan urine terhadap perubahan warna, bau dan pola
berkemih, Pantau masukan dan haluan setiap 8 jam, pntau hasil
urinalis ulang
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi, kemajuan atau
penyimpanan dari hasil yang diharapkan
2. Konsul dokter bila :
- Sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap,
berkabut atau keruh
- Pola berkemih berubah, sebagai contoh rasa panas seperti
terbakar saat kencing, rasa terdesak saat kencing
- Nyeri menetap atau bertambah sakit
Rasional : Temuan-temuan ini dapat member tanda kerusakan
jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan lebih luas,seperti
pemeriksaan radiology jika sebelumnya tidak dilakukan
3. Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya
Rasional : Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga
mengurangi nyeri

11
4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses kekamar mandi,
pispot dibawah tempat tidur atau bedpan. Anjurkan pasien
untuk berkemih kapan saja ada keinginan
Rasional : Berkemih yang sering mengurangi statis urine pada
kandung kemih dan menghindari pertumbuhan bakteri
5. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sedian minuman,
termasuk air segar disamping tempat tidur. Pemberian air
sampai 2400 ml/hari
Rasional : Akibat dari peningkatan haluan urina memudahkan
sering berkemih dan membantu membilas saluran kemih

b. Perubahan pola eliminasi urine : inkontenensia (disuria,


dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan
dengan Inflamasi pada kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
1. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan
untuk mengetahui input/output
2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine
dalam vesika urinaria.
3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih
4. Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/ urinal
Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5. Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman

12
Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.

c. Infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko nosokomial


Tujuan : Tidak ada infeksi pada kandung kemih
Kriteria hasil : Klien dapat berkemih dengan urine jernih tanpa
ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal, kultur urine
menunjukkan tidak ada bakteri
Intervensi :
1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika
pasien inkontinensia,cuci perineal sesegera mungkin
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra
2. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2
kali perhari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan
pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar
Rasional : Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk
memasuki kandung kemih dan naik kesaluran perkemihan
3. Ikuti kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak langsung, pemakaian sarung tangan), bila kontak
dengan cairan tubuh atau darah yang mungkin terjadi
(memberikan perawatan perineal, pengosongan kantung
drainase urina, penampungan specimen urine). Pertahanan
teknik aseptic bila melakukan kateterisasi, bila mengambil
contoh urine dari kateter indwelling
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang
4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam dan anjurkan masukan cairan
sekurang-kurangnya 2400 ml/hari (kecuali kontra indikasi).
Bantu melakukan ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : Untuk mencegah statis urine
5. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urina dengan
melakukan vulva hygiene atau penis hygiene
Rasional : mencegah tumbuhnya kuman

13
4. Evaluasi
a. Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak ada nyeri dan rasa
terbakar saat berkemih
b. Klien dapat berkemih dengan teratur, tidak kesulitan pada saat
berkemih
c. Klien dapat berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan,
urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidak ada
bakteri

14
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC.

Grace, Pierce A. & Borley, Neil K. 2007. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.

Jakarta: Erlangga.

Gradwohl, S.E., Chenoweth, C.E., Fonde, K.R., Van Harrison, R., Zoschinck,

L>B. 2008. Urinary tract Infection Guidelines for Critical Care.

Michigan: University of Michigan Helth System.

Lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirksen, S.R., O’Brien, P.G., Bucher, L. 2007.

Medical-surgical nursing. Assessment and Management of Clinical

Probems. Volume 2. St. Louis: Mobsy, Inc., an affilate of Elsevier Inc.

Marlina dan Samad A, Roni. 2012. Hubungan Pemasangan Kateter dengan

Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien di Ruang Rawat Inap

Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh. PSIK FK Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh.

NANDA International. Diagnosis Keperawatan. 2011. Jakarta: EGC.

Nursalam dan Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Saptiningsih, Monica. 2012. Determinan Infeksi Saluran Kemih Pasien Diabetes

Mellitus Pada Perempuan di RSB Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan,

Universitas Indonesia.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan

Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai