(Juwita J. Eman)
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
disamping sumber alam, modal dan teknologi. Sehingga Apabila ditinjau secara
umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
menghasilkan barang atau jasa dan mempunyai nilai ekonomis yang dapat
berguna bagi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur
dengan usia. Dengan kata lain orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.
Tenaga kerja merupakan seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun
atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun
2000 Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas.
Namun sejak Sensus Penduduk tahun 2000 dan sesuai dengan ketentuan
internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.
Batas usia tersebut bisa saja berubah sesuai dengan kondisi yang ada. Tujuan dari
pemilihan batas umur tersebut adalah agar definisi yang diberikan sedapat
mungkin menggambarkan keadaan yang sebenarnya (Subandowo, 2009).
2
Sumber : Anwar, 2001
Menurut jenis kegiatannya penduduk dapat dikategorikan dalam dua
kelompok, yaitu (Anwar, 2001) :
A. Tenaga Kerja
Tenaga kerja penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan,
antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan,
mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. Batas usia
kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Tenaga kerja
terbagi atas dua yaitu:
a.) Angkatan kerja adalah setiap orang yang memiliki pekerjaan, baik yang
benar-benar sedang bekerja, ataupun yang sedang berhenti bekerja sementara
dikarenakan berbagai alasan (seperti petani yang tidak bekerja karena hujan,
pegawai yang sedang cuti, dll). Selain itu, angkatan kerja juga mencakup setiap
orang yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk bekerja yang sedang
3
berusaha untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Angkatan kerja ini disebut juga
dengan pengangguran.
Menurut UU No.20 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat 2 angkatan kerja adalah penduduk
usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun
sementara tidak bekerja dan pengangguran.
b.) Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja,
tidak mempunyai pekerjaan. dan tidak sedang mencari pekerjaan (pelajar,
mahasiswa, ibu-ibu rumah tangga) serta menerima pendapatan, tetapi bukan
merupakan imbalan langsung atas suatu kegiatan produktif (pensiunan, veteran
perang, dan penderita cacat yang menerima santunan).
B. Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak
mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga
Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka
yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini
adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
1. KESEMPATAN KERJA
4
Kesempatan kerja berkaitan dengan kegiatan ekonomi di masyarakat
membutuhkan tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja itu dapat juga disebut
sebagai kesempatan kerja. Kesempatan kerja itu sendiri adalah suatu keadaan
yang menggambarkan terjadinya lapangan kerja (pekerjaan) untuk diisi pencari
kerja. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam UUD 1945 pada pasal 27
ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak”. Dari bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat 2 itu jelas bahwa
pemerintah Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat
karena hal ini berhubungan dengan usaha masyarakat untuk mendapat
penghasilan. Kesempatan kerja erat hubungannya dengan kemampuan
perusahaan-perusahaan dalam menampung atau menyerap sumber daya manusia
dalam kaitannya dengan proses produksi. Bayangkan jika tidak ada orang-orang
yang bisa menjadi pengusaha maka para penganggur pun semakin banyak
jumlahnya. Berikut ini adalah Jenis-jenis kesempatan kerja (Hasibuan, 2000) :
2. Bekerja
6
Bekerja (Flippo, 1995) adalah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan, dengan lama bekerja paling sedikit 1 jam secara terus-menerus dalam
seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam
suatu kegiatan ekonomi). Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tidak
dibayar yang membantu dalam usaha atau kegiatan ekonomi. Ini adalah beberapa
kriteria orang bekerja :
7
II. PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
(Irwandi Tambing)
9
agar gerakan dalam melakukan pekerjaan cepat dan tepat terlebih
dahulu diadakan “Time and Motion Study”. Dengan dua studi
tersebut dapat tercipta gerakan – gerakan yang efektif dan dapat
memperlancar pekerjaan sekaligus mengurangi kesalahan karyawan.
2. Bersumber dari karyawan itu sendiri
Semangat dan kegairahan kerja para karyawan merupakan unsur
penting guna mencapai produktivitas yang tinggi. Maka sebaiknya
pimpinan memperhatikan unsur penting tersebut seperti melalui :
Gaji yang memadai
Kebutuhan karyawan perlu diperhatikan
Penempatan karyawan pada posisi yang tepat
II. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Selain dari kedua sumber tersebut diatas maka faktor-faktor lain yang
mempengaruhi produktivitas kerja adalah:
1). Pendidikan
Tingkat kecerdasan karyawan dilihat dari tingkat pendidikannya. Semakin
tinggi pendidikan semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan tujuan
kejenjang yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan berhubungan dengan
produktivitas kerja staf dan karyawan.
2). Kesehatan jasmani dan rohani
Salah satu tugas pimpinan perusahaan adalah menjamin kesehatan
karyawan yaitu dengan cara mengatur jam kerja, meniadakan lembur sehingga
dapat menciptakan kegiatan kerja para karyawan. Karyawan yang sehat juga pasti
akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
3). Lingkungan kerja
10
Lingkungan kerja yang baik akan berpengaruh besar dalam meningkatkan
produktivitas. Lingkungan kerja yang bersih dapat mempengaruhi karyawan untuk
bekerja lebih giat.
4). Faktor Manajerial
Gaya kepemimpinan yang efektif, memotivasi, mengarahkan, dan
menggerakan bawahannya agar dapat bekerja dengan lebih semangat dan
bergairah dalam melaksanakan tugas.
5). Motivasi
Pemberian motivasi oleh seseorang pimpinan yang baik akan
membimbing dan melatih karyawannya. Memotivasi setiap karyawan tidaklah
mudah, sebab setiap karyawan mempunyai latar belakang, pengalaman, harapan
dan keinginan yang berbeda.
6). Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan mempunyai efek yang sangat penting dalam
meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas kerja seorang karyawan perlu
mendapat perhatian dari perusahan karena produktivitas kerja akan meningkatkan
keuntungan bagi perusahaan.
Produktivitas dapat dimaksudkan sebagai penggunaan sumber-sumber
ekonomi yang digerakan secara efektif dan memerlukan keterangan organisator
dan teknik sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi, artinya hasil yang
diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah.
Adapun hal-hal yang dinilai atas diri karyawan adalah hal-hal yang dapat
mendorong produktivitas atau prestasi kerja setiap karyawan seperti kesetiaan atau
loyalitas pegawai, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama, dedikasi dan partisipasi
karyawan didalam perusahaan atau instansi.
11
e. Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik
perorangan/per orang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari
sudut pandangan/pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada
umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang
diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu,
digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun).
Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai
jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya
yang bekerja menurut pelaksanaan standar.
Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu,
produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat
sederhana = Hasil dalam jam-jam yang standar : Masukan dalam jam-jam waktu.
Untuk mengukur suatu produktivitas perusahaan dapatlah digunakan dua
jenis ukuran jam kerja manusia, yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-
jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar
meliputi semua jam-jam kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak
digunakan untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit,
tugas luar dan sisa lainnya. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas
tenaga kerja kita memiliki unit-unit yang diperlukan, yakni: kuantitas hasil dan
kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan, 2003, p.24-25).
Menurut (Soedarjadi, 2008) Produktivitas secara umum akan dapat
diformulasikan sebagai berikut:
12
Produktivitas = Output/input (measurable) + input (invisible). Invisible input
meliputi tingkat pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja dan
pengaturan organisasi, dan motivasi kerja.
Untuk mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja manusia, operator
mesin, misalnya, maka formulasi berikut bisa dipakai untuk maksud ini, yaitu:
Produktivitas = total keluaran yang dihasilkan
Tenaga Kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan disini
produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran
yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia (man-hours), yaitu jam
kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Tenaga kerja yang
dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung ataupun tidak langsung, akan
tetapi biasanya meliputi keduanya.
Dengan meningkatnya produktivitas kerja, tentunya akan memberikan
keuntungan atau laba kepada Perusahaan dan para pemegang saham/investor,
meningkatnya upah kerja karyawan, terciptanya kualitas yang unggul pada produk
yang dihasilkan bahkan dapat memberikan konstribusi yang tinggi terhadap pajak
dan pendapatan-pendapatan lainnya bagi pemerintah Daerah dan Negara.
f. Rumus Menghitung Produktivitas
Menurut (Sedarmayanti, 2001) Secara umum, Rasio produktivitas kerja
merupakan hasil perbandingan atau persentase antara Output dan Input seperti
rumus dibawah ini:
Produktivitas = Output / Input
Perlu diingat, input disini bukanlah berarti kuantitas bahan mentah yang
diolah yang kemudian menjadi Output. Maksud dari Input disini adalah sumber-
sumber daya yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu Output. Misalnya :
13
Sumber daya Manusia (Karyawan), Waktu, Perlengkapan produksi dan lain
sebagainya.
Rumus untuk menghitung Rasio Produktivitas kerja dalam produksi
adalah sebagai berikut :
Produktivitas = (Output x Standard Time) / (Jumlah Tenaga Kerja x Waktu
Kerja) x 100
Satuan dalam rumus :
Produktivitas, satuannya adalah Persen (%)
Output, satuannya adalaah Unit (pcs)
Standard Time, satuannya adalah Menit (minutes)
Jumlah Tenaga Kerja, satuannya adalah orang (person)
Waktu Kerja, satuannya adalah Menit (minutes)
Standard Time biasanya tidak dapat diubah, karena sudah ditetapkan oleh
para perancang produk (product designer) ataupun Process Engineer sesuai
dengan standar yang ada, terkecuali adanya perubahaan proses produksi seperti
pengurangan langkah kerja ataupun pengurangan pemasangan komponen.
Berdasarkan rumus diatas, maka sangatlah jelas bahwa jika kita ingin
meningkatkan Produktivitas, maka kita perlu :
1. Naikan Jumlah Output
2. Kurangi Tenaga Kerja, atau
3. Tambahkan Tenaga Kerja dan Naikan Jumlah Output, tetapi kenaikan
Output harus lebih besar dari penambahan Jumlah Tenaga kerja.
Contoh Kasus
Perusahaan A memiliki satu jalur Produksi yang memproduksi kalkulator,
Standard Time (ST) yang telah diperhitungkan oleh para Product Designer adalah
14
10 menit dalam menyelesaikan perakitan 1 (satu) unit Kalkulator. Dalam
memproduksinya, Perusahaan A memakai Tenaga kerja sebanyak 23 orang, waktu
kerja yang ditentukan oleh Pemerintah adalah 420 menit, Jumlah Output yang
berhasil diproduksi pada hari yang bersangkutan adalah 1,000 unit. Berapakah
Produktivitas yang dicapai oleh Jalur Produksi Kalkulator Perusahaan A?
Penyelesaiannya :
Diketahui :
Standard Time (ST) = 10 menit
Jumlah Tenaga Kerja = 23 orang
Waktu Kerja = 420 menit
Output yang dihasilkan = 1.000 unit
Berapakah Produktivitasnya ?
Produktivitas (%) = (Output x Standard Time) / (Jumlah Tenaga Kerja x Waktu
Kerja) x 100
Produktivitas (%) = (1,000 unit x 10 menit) / (23 orang x 420 menit) x 100
Produktivitas (%) = (10,000) / (9,660) x 100
Produktivitas (%) =103,52%
Jadi Produktivitas yang dicapai oleh Jalur Produksi Kalkulator Perusahaan A pada
hari tersebut adalah 103,52%.
Minimal Rasio Produktivitas yang harus dicapai adalah 100%, yaitu
Output yang dihasilkan sama dengan Input (sumber daya) yang dipergunakannya
atau mencapai breakeven point antara Output dan Input.
Tentunya, laba atau profit yang dihasilkan oleh suatu perusahaan bukan
saja ditentukan oleh Produktivitas kerja. Faktor lain yang mempengaruhi laba atau
profit dari suatu perusahaan antara lain Harga Jual Produk, Biaya Tenaga Kerja,
15
Biaya Bahan Mentah dan Bahan Pembantu, Biaya Listrik, Biaya Pemasaran,
Biaya Administrasi dan Biaya-biaya operasional lainnya.
Tetapi Produktivitas sangat penting menjadi tolak ukur apakah suatu
Perusahaan dapat menjalankan produksinya dengan se-efisien dan se-efektif
mungkin. Semakin tinggi tingkat Produktivitasnya, semakin tinggi pula efisiensi
kerja dalam produksi.
Terdapat empat bentuk peningkatan produktivitas:
1. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya
yang sedikit.
2. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber
daya yang terbatas.
3. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber
daya yang sama.
4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber
daya yang relatif lebih kecil.
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam suatu
perusahaan:
1. Kualitas dan kemampuan fisik tenaga kerja.
2. Sarana pendukung.
3. Supra sarana meliputi kebijaksanaan pemerintah, hubungan antara atasan
dengan bawahan.
Menurut balai pengembangan produktivitas daerah yang dikutip oleh
Soedarmayanti bahwa ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas
tenaga kerja, adalah :
16
1. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift
work) dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
2. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan latihan dalam
manajemen supervise serta keterampilan dalam teknik industri.
3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam
usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (Quality
control circles).
4. Manajemen produktivitas, yaitu : manajemen yang efesien mengenai
sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas
5. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan
tugas.
6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas
dalam berusaha, dan berada dalam jalur yang benar dalam berusaha’
19
Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan fungsi tingkat upah. Semakin tinggi
tingkat upah, maka semkain kecil permintaan pengusaha akan tenaga kerja. Tiap
perusahaan mempunyai jumlah dan fungsi permintaan yang berbeda sesuai
dengan besar kecilnya perusahaan atau produksi, jenis usaha, penggunaan
teknologi, serta kemampuan manajemen dari pengusaha yang bersangkutan
(Simanjuntak, 2001).
Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah
satuan pekerja yang disetujui oleh pensupply untuk di tawarkan. Jumlah satuan
pekerja yang ditawarkan tergantung pada (1) besarnya penduduk, (2) persentase
penduduk yang memilih berada dalam angkatan kerja, (3) jam kerja yang
ditawarkan oleh peserta angkatan kerja, di mana ketiga komponen tersebut
tergantung pada tingkat upah (Simanjuntak, 2001)
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam
masyarakat. Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat
employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan
tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja
dipengaruhi oleh tingkat upah. Apabila tingkat upah naik maka jumlah penawaran
tenaga kerja akan meningkat namun permintaan tenaga kerja akan menurun
(Simanjuntak, 2001).
20
Keterangan
SL : Penawaran Tenaga Kerja (supply of labor)
DL : Permintaan Tenaga Kerja (demand of labor)
W : Upah Riil
N : Jumlah Tenaga Kerja
We : Tingkat Upah Keseimbangan
Ne : Jumlah Tenaga Kerja Keseimbangan
E : Keseimbangan Permintaan dan Penawaran
Berdas arkan Gambar 2.1 diketahui bahwa jumlah orang yang menawarkan
tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta,
yaitu masing - masing sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Titik -
titik keseimbangan dengan demikian adalah titik E. disini tidak ada excess supply
of labor maupun excess demand of labor. Pada tingkat upah keseimbangan We
maka semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja, berarti tidak ada orang
yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat
upah We tersebut.
Pada Gambar 2.2 diketahui bahwa ketika tingkat upah naik, dari We ke W1 akan
21
menyebabkan jumlah tenaga kerja yang diminta adalah sebesar N1. Namun
dengan tingkat upah yang tinggi, jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya
untuk bekerja adalah sebesar N2. Sehingga hal ini pada N1 N2 terdapat
tenaga kerja yang menganggur karena kelebihan penawaran tenaga kerja.
Pada Gambar 2.3 diketahui bahwa ketika tingkat upah turun , dari We ke W2
akan menyebabkan jumlah tenaga kerja yang diminta adalah sebesar N4. Namun
pada tingkat upah yang rendah, jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya
untuk bekerja adalah sebesar N3. Sehingga pada N3 N4 terdapat kelebihan
permintaan tenaga kerja.
(Windarto)
Ada dua sisi dari ilmu ekonomi tenaga kerja. Ilmu ekonomi tenaga kerja
bisa secara umum dilihat sebagai aplikasi dari teknik ilmu ekonomi mikro dan
23
ilmu ekonomi makro terhadap pasar tenaga kerja. Teknik ilmu ekonomi mikro
mempelajari peran dari individual dan perusahaan di dalam pasar tenaga kerja.
Teknik ilmu ekonomi makro melihat kepada interrelasi antara pasar tenaga kerja,
pasar barang, pasar uang, dan pasar perdagangan luar negeri. Ia terlihat pada
bagaimana interaksi-interaksi ini mempengaruhi variabel-variabel makro seperti
misalnya tingkat penyerapan tenaga kerja, tingkat partisipasi tenaga kerja,
pemasukan agregat dan produk domestik bruto.
Para ekonom neoklasik memandang pasar tenaga kerja adalah sama
dengan pasar-pasar lainnya dalam bahwa kekuatan dari penawaran dan
permintaan bersama-sama menentukan tingkat harga (dalam hal ini tingkat upah)
dan kuantitas (dalam hal ini jumlah orang yang dipekerjakan).
Tapi, pasar tenaga kerja berbeda dengan pasar lainnya (seperti misalnya
pasar untuk barang atau pasar finansial) dalam beberapa hal. Mungkin yang paling
penting dari perbedaan-perbedaan ini adalah fungsi dari penawaran dan
permintaan dalam menentukan harga dan kuantitas. Dalam pasar untuk barang-
barang, jika harganya tinggi maka ada suatu tendensi dalam jangka panjangnya
untuk memproduksi barang yang lebih banyak sampai permintaan telah
terpuaskan. Dalam hal tenaga kerja, penawaran secara overall tidak bisa
dimanufaktur secara efektif karena orang-orang memiliki jumlah waktu yang
terbatas setiap harinya, dan orang-orang tidak bisa diproduksi.
A. Pengertian Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja dapat pula diartikan sebagai suatu pasar yang
mempertemukan penjual dan pembeli tenaga kerja. Sebagai penjual tenaga kerja
di dalam pasar ini adalah para pencari kerja (Pemilik Tenaga Kerja), sedangkan
sebagai pembelinya adalah orang-orang / lembaga yang memerlukan tenaga kerja.
Pasar tenaga kerja diselenggarakan dengan maksud untuk mengkoordinasi
pertemuan antara para pencari kerja dan orang-orang atau lembaga-lembaga yang
membutuhkan tenaga kerja. Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja dari perusahaan, maka pasar tenaga kerja ini dirasakan dapat memberikan
jalan keluar bagi perusahaan untuk memenuhinya. Dengan demikian tidak
terkesan hanya pencari kerja yang mendapat keuntungan dari adanya pasar ini.
Untuk menciptakan kondisi yang sinergi antara kedua belah pihak, yaitu antara
penjual dan pemberi tenaga kerja maka diperlukan kerjasama yang baik antara
semua pihak yang terkait, yaitu penjual tenaga kerja, pembeli tenaga kerja,
1. Pencari kerja yaitu Setiap orang yang mencari pekerjaan baik karena
menganggur, putus hubungan kerja maupun orang yang sudah bekerja tetapi ingin
mendapatkan pekerjaan lebih baik yang sesuai dengan pendidikan, bakat, minat
dan kemampuan yang dinyatakan melalui aktivitasnya mencari pekerjaan
2. Pemberi kerja yaitu Perorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar imbalan
berupa upah atau gaji
25
3. Perantaran yaitu Media atau lembaga yang mempertemukan pencari kerja
dan pemberi kerja, misalkan agen penyalur tenaga kerja, bursa kerja dan head
hunters (Pihak ketiga yang menghubungkan pencari kerja dengan perusahaan
yang membutuhkan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
Sebagai imbalan, head hunters akan memperoleh prosentasi gaji dari orang yang
diterima bekerja atau komisi dari perusahaan
B. Penggolongan Pasar Tenaga Kerja
1. Berdasarkan sifatnya
a. Pasar kerja intern (Internal Labour Market)
Pasar kerja intern adalah pasar tenaga kerja yang diperoleh dari dalam
perusahaan itu sendiri. Pemenuhan kebutuhan karyawan diambil dari dalam
perusahaan melalui promosi maupun demosi karyawan. Promosi adalah rotasi
atau perpindahan karyawan ke dalam jabatan yang lebih tinggi, misalkan dari
asisten manajer menjadi manajer. Sedangkan, demosi adalah rotasi karyawan ke
posisi yang lebih rendah dari jabatan sebelumnya, misalkan manajer personalia
diturunkan menjadi staff.
b. Pasar kerja ekstern (Eksternal Labour Market)
Pasar kerja ekstern adalah pasar tenaga kerja yang diperoleh dari luar
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan karyawan diperoleh dari pihak luar, misalkan
melalui iklan lowongan pekerjaan, agen atau penyalur tenaga kerja atau melalui
walk in interview.
2. Berdasarkan prioritasnya
Pasar kerja utama (Primary Labour Market)
Pasar kerja utama adalah pasar tenaga kerja yang menawarkan jabatan
atau posisi dengan tingkat upah atau gaji yang tinggi, pekerjaan yang baik dan
26
dengan kondisi yang stabil. Pasar ini dapat ditemukan pada sektor usaha yang
menggunakan padat modal.
Pasar kerja Sekunder (Secondary Labour Market)
Pasar kerja Sekunder adalah pasar tenaga kerja yang menawarkan jabatan
atau posisi dengan tingkat upah atau gaji yang rendah, posisi yang kurang stabil
dan kurang memberi kesempatan untuk pengembangan karir karyawan. Biasanya
ini dapat dilihat pada industri restoran dan jasa hotel, kasir dan penjualan ritel.
3. Berdasarkan pendidikannya
Pasar tenaga kerja terdidik (Skilled Labour Market)
Pasar kerja Sekunder adalah pasar tenaga kerja yang membutuhkan
karyawan yang berpendidikan dan memiliki keterampilan yang memadai. Pasar
tenaga kerja ini biasanya dibutuhkan pada sektor usaha formal, misalnya, dokter,
akuntan, pengacara, dan sebagainya.
Pasar tenaga kerja tidak terdidik (Unskilled Labour Market)
Pasar tenaga kerja tidak terdidik adalah pasar tenaga kerja yang
menawarkan pekerjaan yang tidak mementingkan pendidikan maupun
keterampilan – keterampilan khusus tertentu. Pasar tenaga kerja ini biasanya
ditemui pada sektor usaha informal, misalnya, pedagang asongan, loper koran dan
majalah, juru parkir dan sebagainya.
28
dalam bentuk tambahan kesempatan kerja. Resikonya, hal tersebut mengancam
kelayakan hidup pekerja.
Sebaliknya, pasar tenaga kerja yang kaku dengan berbagai regulasi
pemerintah relatif menjamin kepentingan pekerja. Pemerintah mengatur
rekrutmen, upah minimum, PHK, dan perlindungan kerja. Namun, hal tersebut
dinilai memberatkan pengusaha.
Dikhawatirkan, pengusaha telah mengurangi jumlah pekerja atau
merelokasi usaha untuk menyiasati mahalnya biaya pekerja Kesempatan kerja
untuk pekerja laki-laki, pekerja perempuan, pekerja dewasa, pekerja muda,
pekerja terdidik, pekerja kurang terdidik, pekerja kerah biru, pekerja penuh waktu,
dan pekerja paruh waktu berkurang secara signifikan dengan adanya peningkatan
upah minimum. Pengecualian terjadi pada pekerja kerah putih. Setiap kenaikan
upah minimum sebesar 10 persen justru akan meningkatkan kesempatan kerja
bagi pekerja kerah putih sebesar 10 persen.
Kajian tersebut menganalisis, peningkatan upah minimum menyebabkan
perusahaan mengurangi jumlah pekerja yang kurang produktif dan menggantinya
dengan pekerja yang relatif lebih produktif. Hal tersebut juga disebabkan oleh
penggantian pekerja dengan barang modal dalam proses produksi karena biaya
pekerja menjadi relatif mahal dibandingkan biaya barang modal.
Kajian di atas dan beberapa kajian lain yang menghasilkan kesimpulan
serupa tidak serta merta membuat pemerintah dapat mengimplementasikan
kebijakan pasar tenaga kerja fleksibel saat ini dan dalam beberapa tahun ke depan.
Kenyataannya, kajian-kajian tersebut tidak menganalisis apakah keseimbangan
upah di pasar tenaga kerja tanpa adanya upah minimum dan berbagai aturan
perlindungan kerja akan memadai untuk hidup secara layak.
29
Lebih jauh lagi, kebijakan upah fleksibel belum tentu efektif membantu
kaum miskin dan di sekitar garis kemiskinan (near poor) sebagai bagian
masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan perekonomian. Pasar tenaga
kerja fleksibel memang akan menambah kesempatan kerja, termasuk bagi kaum
miskin. Di sisi lain, tingkat kesejahteraan banyak kaum miskin dan di sekitar garis
kemiskinan akan memburuk karena pengurangan upah dan perlindungan
kerja. Trade-off antara kesempatan kerja dengan kesejahteraan pekerja menjadi
lebih berat karena banyak near poor yang akan menjadi miskin jika upah menurun
sedikit saja.
E. Pengadaan Jaminan Sosial
Kebijakan pasar tenaga kerja fleksibel hanya dapat diimplementasikan jika
pemerintah telah menyediakan jaminan sosial bagi warga negara. Pekerja yang
diupah rendah dalam pasar tenaga kerja fleksibel akan memperoleh jaminan sosial
untuk hidup secara layak. Jaminan sosial juga melindungi pekerja dari
kemungkinan hubungan ketenagakerjaan yang merugikan, seperti PHK. Karena
dapat mempertemukan kebutuhan terhadap pasar tenaga kerja fleksibel dengan
hak hidup layak warga negara, jaminan sosial ini merupakan kebijakan yang ideal
dan harus menjadi pilihan kebijakan dalam jangka panjang (long-run).
Saat ini, bagaimanapun, perlindungan di pasar tenaga kerja praktis
merupakan satu-satunya ”Perlindungan” bagi warga negara. Apabila pemerintah
mendorong pasar tenaga kerja fleksibel tanpa menyediakan jaminan sosial yang
memadai dan berfungsi secara efektif, pekerja akan merasakan dampak negatif
yang sangat berat.
Mengingat pemerintah masih menyusun sistem jaminan sosial tersebut,
pemerintah baru dapat mengimplementasikan pasar tenaga kerja feksibel dalam
30
jangka waktu 4-5 tahun ke depan. Waktu tersebut merupakan waktu yang
diperlukan untuk menyusun konsep jaminan sosial yang matang dan
operasionalisasi konsep tersebut. Sebelum itu, kebijakan pasar tenaga kerja
fleksibel tidak layak diimplementasikan.
F. Penentuan Upah Di Berbagai Bentuk Pasar Tenaga Kerja
Pembayaran upah tenaga kerja dapat dibedakan pada dua pengertian yaitu
gaji dan upah. Gaji adalah pembayaran kepada pekerja-pekerja tetap dan tenaga
kerja profesional seperti pegawai pemerintah, dosen, guru, manager dll. Biasanya
sebulan sekali. Sedangkan upah adalah pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar
yang pekerjaannya selalu berpindah-pindah seperti pekerja pertanian, tukang
kayu, buruh kasar dll. Dalam teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran
keatas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada
para pengusaha. Dalam teori ekonomi, kedua jenis pendapatan pekerja tersebut
dinamakan upah.
Ada perbedaan upah uang dan upah real. Upah uang adalah sejumlah uang
yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran keatas tenaga
metal atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan
upah real adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah
tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja. Upah real yang diterima tenaga kerja terutama tergantung
pada produktifitas dari tenaga kerja tersebut.
31
Pergeseran / pergantian tenaga hewan dan manusia menjadi tenaga
mesin
Perbaikan atau inovasi dari mesin kemesin yang lebih produktif
2. Perbaikan sifat-sifat tenaga kerja, meliputi :
Taraf kesehatan semakin tinggi
Pendidikan semakin tinggi
Pengalaman semakin banyak (kursus,workshop dll) sehingga
kertrampilan meningkat
3. Perbaikan dalam organisasi perusahaan dan masyarakat, meliputi :
Perubahan manajemen (pemisahan pemilik dengan pengelola)
Perbaikan infrastruktur dari pemerintah
Deregulasi pemerintah yang mendukung produktifitas
1. Menentukan upah yang lebih tinggi dari yang dicapai pada keseimbangan
permintaan dan penawaran.
33
Menambah permintaan tenaga kerja
Menambah produktifitas
Seminar
kursus / workshop
Menuntut pemerintah memberikan proteksi kepada industri domestik dan
melarang impor
4. Pasar Tenaga Kerja Monopoli Bilateral
Di pasar monopoli upah adalah lebih tinggi dari pasar persaingan sempurna.
Penentuan tingkat upah didalam pasar tenaga kerja dimana tenaga kerja bersatu
dalam satu serikat buruh, dan didalam pasar hanya terdapat satu perusahaan saja
yang menggunakan tenaga kerja.
Tingkat upah yang terjadi bisa lebih tinggi/rendah dari pasar persaingan
sempurna tergantung mana yang lebih kuat, tenaga kerja atau perusahaan.
1. Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis pekerjaan
34
Bursa tenaga kerja mempunyai fungsi yang sangat luas, baik dalam sektor
ekonomi maupun sektor-sektor yang lain. Fungsi Pasar Tenaga Kerja yaitu :
1. Sebagai Sarana Penyaluran Tenaga Kerja,
2. Sebagai sarana untuk mendapatkan informasi tentang ketenagakerjaan, dan
3. Sebagai sarana untuk mempertemukan pencari kerja dan orang atau lembaga
yang membutuhkan tenaga kerja.
Manfaat adanya bursa tenaga kerja yaitu :
1. Dapat membantu para pencari kerja dalam memperoleh pekerjaan sehingga
dapat mengurangi penggangguran,
2. Dapat membantu orang-orang atau lembaga-lembaga yang memerlukan
tenaga kerja untuk mendapatkan tenaga kerja, dan
3. Dapat membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan
ketenagakerjaan.
35
sosial ini merupakan kebijakan yang ideal dan harus menjadi pilihan kebijakan
dalam jangka panjang (long-run). Sedangkan penentuan upah ditentukan oleh
beberapa hal seperti tingkat pendidikan, jabatan, dll. Adanya pasar tenaga kerja ini
sangat bermanfaat dalam membantu para pencari kerja untuk mendapatkan
pekerjaan.
IV. UPAH
1. Pengertian Upah
2. Jenis-jenis Upah
1. Upah Nominal
Upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada
pekerja/buruh yang berhak sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau
pelayanannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian
kerja.
37
2. Upah Nyata
Upah nyata adalah uang nyata, yang benar-benar harus diterima seorang
pekerja/buruh yang berhak.
3. Upah Hidup
Upah hidup, yaitu upah yang diterima pekerja/buruh relatif cukup untuk
membiayai keperluan hidupnya secara luas, yang bukan hanya kebutuhan
pokoknya, melainkan juga kebutuhan sosial keluarganya, seperti pendidikan,
asuransi, rekreasi, dan lain-lain.
Upah minimum adalah upah terendah yang akan dijadikan standard, oleh
pengusaha untuk menentukan upah yang sebenarnya dari pekerja/buruh yang
bekerja diperusahaannya.
5. Upah Wajar
Upah wajar adalah upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha
dan pekerja/buruh sebagai imbalan atas jasa-jasanya pada perusahaan. Upah wajar
ini sangat bervariasi dan selalu berubah-ubah antar upah minimum dan upah hidup
sesuai dengan faktor-faltor yang memengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah :
38
c. peraturan perpajakan;
Dalam sistem ini semakin banyak barang yang dihasilkan maka semakin
besar balas jasa yang diterima oleh pekerja tersebut.
Sistem pemberian upah ini disesuaikan dengan prestasi atau jumlah barang yang
dapat dihasilkan masing-masing pekerja.
Pemberian upah ini didasarkan atas waktu atau lamanya seorang pekerja
melakukan pekerjaannya. Contoh apabila seorang tukang bangunan dalam satu
hari diberikan kompensasi sebesar Rp. 50000 maka jika tukang tersebut bekerja
selama 10 hari tukang tersebut harus diberi kompensasi sebesar Rp. 500.000
39
4. Sistem Upah Bonus
Sistem pemberian upah yang hampir mirip dengan sistem upah bonus.
Perbedaanya adalah dalam sistem upah ini tidak dibayarkan dalam bentuk uang
tunai tetapi diberikan dalam bentuk saham atau obligasi.
40
peningkatan jumlah produksi misalnya meningkat sebesar 105 maka besarnya
balas jasa juga meningkat sebesar 105 dan sebaliknya.
Pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi pada
dasarnya merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja
atas prestasinya yang telah disumbangkan dalam kegiatan produksi. Upah tenaga
kerja yang diberikan tergantung:
1. Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya.
2. Peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum pekerja
(UMR).
3. Produktivitas marginal tenaga kerja.
4. Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha.
5. Perbedaan jenis pekerjaan.
41
2.1.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN PERBEDAAN UPAH
42
karena itu semakin tinggi pendidikan seseorang maka peluang untuk mendapatkan
pekerjaan mudah.
Daya tarik sesuai pekerjaan bukan saja tergantung pada besarnya upah
yang ditawarkan, selan itu faktor-faktor bukan keuangan di atas mempunyai
peranan yang sangat penting terhadap seseorang dalam memilih pekerjaan.
Seseorang sering kali bersedia menerima upah yang lebih rendah apabila beberapa
terdapat pertimbangan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Sebaliknya apabila faktor-faktor bukan keuangan banyak yang tidak sesuai
dengan seorang pekerja, ia akan menuntut upah yang lebih tinggi sebelum ia
bersedia menerima pekerjaan yang ditawarkan.
Selain itu upah dari suatu pekerjaan di berbagai wilayah tidak selalu sama,
adapun faktor yang menjadi penyebab yaitu :
43
Ada kalanya di tempat-tempat tertentu terdapat masalah kekurangan buruh
walaupun tingkat upah lebih tinggi, sedangkan ditempat lain terdapat
pengangguran dan tingkat upah nya relatif rendah. Dalam keadaan seperti itu
adalah wajar apabila para pengangguran tersebut berpindah ketempat yang lebih
banyak lowongan pekerjaan yang lebih menjamin.
Di brosur BKPM, upah TKI lebih rendah dari di China, Thailand, dan India,
bahkan Vietnam. Dan sekarang sudah diakui komunitas internasional upah tenaga
kerja China lebih tinggi dari negara Asia lain. Tinggal penyikapan UU Tenaga
Kerja saja, murahnya ongkos tenaga kerja ini membuat beberapa investor besar
berencana untuk membangun basis manufaktur di Indonesia. Seperti, produsen
barang-barang elektronik LG dan produsen sepatu olahraga yaitu Nike.
Nike misalnya, akan kembali memperbesar order sepatunya dari Indonesia, yakni
mencapai 300 juta pasang sepatu atletik dalam satu tahun ini. Sedangkan LG akan
44
memindahkan basis produksinya ke Asia Tenggara termasuk Indonesia,
khususnya untuk pembuatan TV yang nilainya miliaran dolar.
Suatu upah minimum yang digunakan oleh para pelaku pengusaha untuk
memberikan upah dalam bentuk uang kepada pekerja/buruh ,didalam lingkungan
usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum.
Pembayaran tenaga kerja dibedakan dua jenis, yaitu upah dan gaji. Gaji
adalah pembayaran yang diberikan kepada pekerja tetap dan tenaga kerja
profesional yang biasanya dilaksanakan sebulan sekali seperti pegawai
pemerintah, guru, dosen, manajer, akuntan. Sedangkan upah dimaksudkan
45
sebagai pembayaran kepada pekerja – pekerja yang pekerjaannya berpindah –
pindah, seperti pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu, dan buruh kasar.
Berbeda dengan teori ekonomi yang mengartikan upah sebagai pembayaran atas
jasa – jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para
pengusaha. Dalam ekonomi pembayaran pekerja tidak dapat dibedakan antara
upah dan gaji, keduanya berarti pembayaran kepada pekerja (Winarni dan
Sugiyarso, 2006).
Rumus yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara upah riil dan
produktivitas pekerja ditujukkan oleh teori permintaan ke atas faktor produksi.
Misalkan harga barang pada hasil penjualan marginal dan tingkat tenaga kerjanya
sama, maka mencerminkan perbedaan dalam produktivitas, yang akan
mencerminkan hasil penjualan yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan
penawaran tenaga kerja di pasar lebih tinggi yang berakibat meningkatkan
permintaan tenaga kerja. Sehingga hal tersebut akan menyebabkan keadaan di
mana jika produktivitas tinggi, upah riil tenaga kerja akan semakin tinggi.
Seperti juga dengan pasar barang, pasar tenaga kerja dapat dibedakan dalam
berbagai jenis. Bentuk-bentuk pasar tenaga kerja yang terpenting adalah:
47
1. Pasar tenaga kerja monopsoni.
2. Pasar tenaga kerja monopoli di pihak pekerja.
Dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh upah dan fasilitas buka keuangan
yang lebih baik, tenaga kerja dapat menyatukan diri di dalam serikat buruh atau
persatuan tenaga kerja. Serikat buruh adalah organisasi yang didirikan dengan
tujuan agar para pekerja dapat, sebagai suatu kesatuan, membicarakan atau
menuntut syarat-syarat kerja tertentu dengan para pengusaha. Setelah bermufakat
dengan anggota-anggotanya, pimpinan persatuan pekerja akan menuntut upah dan
syarat-syarat kerja lain kepada para pengusaha. Tindakan seperti ini menyebabkan
tenaga kerja mempunyai kekuasaan monopoli ke atas tenaga kerja yang
ditawarkan.
Penentuan upah dalam pasar tenaga kerja yang bersifat monopoli pihak pekerja
dibedakan menjadi tiga keadaan yaitu:
Kalau organisasi serikat buruh dapat meliputi dan mewakili sebagian besar tenaga
kerja di dalam suatu industri, kemampuannya untuk menentukan tingkat upah
48
adalah sangat besar. Apabila tuntutan serikat buruh tersebut tidak dapat dipenuhi
para pengusaha, serikat buruh tersebut dapat membuat ancaman (misalnya mogok
kerja) yang akan menimbulkan implikasi yang sangat buruk kepada perusahaan-
perusahaan.
Terdapat organisasi serikat buruh / persatuan pekerja yang bersifat sangat khusus
misalnya persatuan sekretaris, persatuan ahli teknik, persatuan dokter, dan
sebagainya. Persatuan-persatuan seperti ini dapat mempengaruhi upah yang
mereka terima dengan cara membatasi penawaran mereka. Salah satu caranya
adalah dengan membatasi keanggotaan mereka, dan melarang bukan anggota
untuk menjalankan kegiatan di daerah yang diliputi oleh persatuan tersebut.
49
upah akan menjadi bertambah tinggi tetapi jumlah tenaga kerja yang akan
digunakan akan bertambah banyak pula
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh serikat buruh untuk
menaikkan permintaan keatas tenaga kerja salah satu cara yang saling bermanfaat
adalah dengan berusaha menaikkan produktifitas tenaga kerja, tujuan ini dapat
dicapai dengan :
(Sofyan Matheos)
50
Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan
masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga
keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan
ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaan
dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam
menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin.
Bidang keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikatakan sebagai salah
satu bidang yang penting dalam ketenagakerjaan. Hal ini disebabkan oleh tujuan
bidang tersebut yaitu untuk melindungi buruh sebagai pihak ekonomi lemah dari
eksploitasi yang cenderung dilakukan oleh majikan sebagai pihak pemilik modal.
Perlindungan pada bidang inilah yang pertama kali diberikan oleh negara dalam
bentuk regulasi bagi para buruh. Bidang keselamatan dan keamanan kerja dahulu
lebih ditujukan untuk menyelamatkan kepentingan ekonomis perusahaan karena
kecelakaan, dan untuk selanjutnya menyelamatkan para pekerja ditempat kerja.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan
Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidak efisienan pemanfaatan tenaga
kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
51
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja.
Dewasa ini masyarakat masih hidup dalam struktur kapitalis yang
eksploitatif sehingga penghargaan terhadap hak-hak kaum buruh masih sangatlah
terbatas. Dan seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu
dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila
perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul
seiring dengan perkembangan zaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan
melekat dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya
kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah
yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak
hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah
timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya
manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-
satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Kerugian langsung yang tampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah
biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan.
Sedangkan biaya tak langsung yang tidak tampak ialah kerusakan alat-alat
produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat
produksi, dan hilangnya waktu kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat
kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National
Safety Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat.
52
Di Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi
negara sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah
seiiring dengan berkembangnya dunia industri di Amerika. Pada tahun 1995
jumlah kerugian yang diderita oleh pemerintah Amerika sudah mencapai angka
119 milyar dollar. Pertumbuhan kerugian sebesar 67,9 milyar dollar selama 15
tahun merupakan angka yang sulit dibayangkan besarnya. Kerugian ini belum
termasuk hilangnya korban jiwa yaitu setiap tahun 1 dari 10 pekerja tewas atau
terluka dalam kecelakaan kerja. Di Indonesia sendiri sangat sulit menentukan
jumlah angka kerugian materi yang muncul akibat dari kecelakaan kerja. Hal ini
karena setiap kejadian kecelakaan kerja perusahaan yang bersangkutan tidak
berkenan menyampaikan kerugian materi yang mereka derita. Namun menurut
catatan dari Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) pada tahun 1999 terjadi 27.297
kasus kecelakaan kerja, dengan jumlah korban mencapai 60.975 pekerja. Dari
sejumlah korban tersebut terdiri dari 1.125 pekerja tewas, 5.290 cacat seumur
hidup dan 54.103 pekerja sementara tidak bisa bekerja. Melihat angka-angka
tersebut tentu saja bukan suatu hal yang membanggakan. Keadaan ini sangat
menggangu keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut. Tentu saja perusahaan
tersebut tidak tinggal diam dalam menghadapi angka kecelakaan yang begitu
besar. Perusahaan – perusahaan banyak mengeluarkan dana setiap tahun untuk
meningkatkan keselamatan di lingkungan perusahaan agar angka kecelakaan kerja
yang tinggi bisa diatasi. Dana yang besar tersebut digunakan terutama untuk
menambah alat-alat keselamatan kerja (alat pemadam kebakaran, rambu-rambu,
dsb) dan memperbaiki proses produksi agar lebih aman dan meningkatkan sistem
manajemen keselamatan kerja secara keseluruhan.
53
Pada era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan
masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan, kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.
Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-
alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat
kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor
yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit
atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan
54
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan
untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Dalam beberapa tahun terakhir upaya mengurangi angka kecelakaan kerja
memang menurun. Namun masih jauh untuk mencapai angka kecelakaan kerja
yang minimal. Kenyataan bahwa ternyata perbaikan yang telah dilakukan oleh
perusahaan tersebut belum bisa menurunkan angka kecelakaan kerja
seminimal mungkin, maka keselamatan kerja menjadi sesuatu yang serius, negara
dan pemerintah pun bersikap skeptis terhadap tanggung jawabnya untuk
menyelamatkan nyawa kaum buruh yang berjumlah puluhan juta jiwa ini. Dimata
pemerintah, kenyamanan kaum pemodal untuk memupuk keuntungan jauh lebih
penting ketimbang berusaha melindungi kaum buruh dari keamanan kerja. Hak
kaum buruh atas keamanan kerja kemudian berpulang kembali kepada kesadaran
mereka untuk memperjuangkannya, persis seperti bagaimana kaum buruh harus
memperjuangkan hak-haknya yang lain.
55
A. PENGERTIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA
Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari
luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo,
patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan
kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik.
Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres
emosi atau gangguan fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara
lain :
a. Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
b. Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
c. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja.
56
d. Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
e. Menurut Ridley, John (2008) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
f. Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena
kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja
secara material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih
nyaman, sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih
produktif
B. DASAR HUKUM
Ada minimal 53 dasar hukum tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan puluhan dasar hukum tentang Lingkungan Kerja yang ada di Indonesia.
Tetapi, ada 4 dasar hukum yang sering menjadi acuan mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yaitu :
1. Dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja, disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja,
Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Tentang Kecelakaan, Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki
57
Tempat Kerja, Kewajiban Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana).
Inti dari UU ini adalah, Ruang lingkup pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ditentukan oleh 3 unsur :
a. Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha,
b. Adanya Tenaga Kerja yang bekerja di sana,
c. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
2. UU No. 21 tahun 2003 Tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana disahkan
19 Juli 1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO
meratifikasi (menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke dalam Undang-
Undang, termasuk Indonesia.
3. UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1
berbunyi : “Setiap Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh
perlindungan atas (a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Aspek Ekonominya
adalah Pasal 86 ayat 2: ”Untuk melindungi keselamatan Pekerja/ Buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Sedangkan Kewajiban penerapannya ada
dalam pasal 87: “Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen
Perusahaan”.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam Permenakertrans yang
terdiri dari 10 bab dan 12 pasal ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem
58
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), mirip OHSAS 18001 di
Amerika atau BS 8800 di Inggris.
C. TUJUAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan
iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik
kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus
dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh
Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari
dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi
biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan
perusahaan
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3. Menghemat biaya premi asuransi
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya.
Syarat-syarat keselamatan kerja menurut pasal 3 ayat 1 UU No.1 Tahun 1970
yaitu:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
59
e. memberikan pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari tujuan pemerintah tersebut terlihat bahwa esensi dibuatnya
aturan penyelenggaraan tersebut pada hakekatnya adalah pembuatan syarat-syarat
keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan
60
dalam bekerja, serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk teknis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan. Dengan adanya aturan tersebut, potensi bahaya kecelakaan kerja
dapat di eliminasi atau setidaknya direduksi.
D. PENYEBAB KECELAKAAN KERJA
Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan
kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a. Stamina pegawai yang tidak stabil.
61
b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap
pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam
penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya.
Disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat
dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain :
a. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan;
b. Biaya pengobatan dan perawatan korban;
c. Tunjangan kecelakaan;
d. Hilangnya waktu kerja;
e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi.
2. Kerugian yang bersifat non ekonomis
Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan,
baik itu merupakan kematian, luka/cedera berat maupun luka ringan.
E. USAHA MENCAPAI KESELAMATAN KERJA
Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja
dan menghindari kecelakaan kerja antara lain:
a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)
Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa
suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah-
langkah menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan:
1) Melibatkan Karyawan.
62
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job
hazard analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan
hal tersebut merupakan informasi yang tak ternilai untuk menemukan suatu
bahaya.
2) Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.
Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera
yang pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini
merupakan indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin akan
terjadi di lingkungan kerja.
3) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka
ketahui di lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk
menemukan ide atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau
mengontrol bahaya yang ada.
4) Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan
Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat
diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling
tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam melakukan job
hazard analysis.
5) Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan
kerja dapat diminimalisir.
b. Risk Management
63
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan
program keselamatan dan penanganan hukum.
c. Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya.
d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan
perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.
Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
1. Job Rotation
2. Personal protective equipment
3. Penggunaan poster/propaganda
4. Perilaku yang berhati-hati
I. Pendahuluan
Secara umum pekerja/buruh adalah warga negara yang mempunyai
persamaan kedudukan dalam hukum, hal untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam suatu
organisasi serta mendirikan dan menjadi anggota Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Era Reformasi memberikan harapan besar bagi terjadinya perubahan menuju
penyelenggaraan Negara yang lebih demokratis, transparan dan memiliki
akuntabilitas tinggi serta terwujudnya good governance.
Perubahan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 E ayat
(3), UU NO 21 tahun 2000, KEP/16/MEN/2001, merupakan dasar hukum dalam
melaksanakan Organisasi Serikat Pekerja (SP). Dalam konteks Ketenagakerjaan
66
kita menerapkan sistem Hubungan Industrial Pancasila, yang harus di pahami
secara mendalam substansi dan implikasinya oleh Pekerja dan Pengusaha.
Perjuangan buruh di Indonesia selama ini menginginkan agar buruh
memiliki kekuatan tawar (Bergainning) yang sejajar dengan pengusaha dan
pemerintah dalam melaksanakan hubungan industrial.
Pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting
dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh
dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan, dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Sehubungan dengan hal itu Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang
merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja haruslah memiliki
rasa tanggung jawab atas kelangsungan perusahaan dan begitu pula sebaliknya,
pengusaha harus memperlakukan pekerja sebagai mitra sesuai harkat dan martabat
kemanusiaan. Serikat pekerja/serikat buruh didirikan secara bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan juga bertanggung jawab oleh pekerja/buruh untuk
memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dan keluarganya.
Keberadaan Serikat Buruh mutlak dibutuhkan oleh pekerja. Berkumpul
untuk bersatunya buruh dalam Serikat Buruh secara filosofi diibaratkan Muchtar
Pakpahan, seperti sapu lidi, kendaraan umum, burung gelatik, main catur,
memancing ikan, solidaritas atau berani mati.
Melalui Serikat Buruh, diharapkan akan terwujud hak berserikat buruh
dengan maksimal. Buruh dapat memperjuangkan kepentingannya. Sayangnya hak
berserikat yang merupakan bagian dari hak asasi manusia yang sudah bersifat
universal belum dipahami oleh pengusaha dan pemerintah.
67
Pengusaha seringkali menganggap keberadaan Serikat Buruh sebagai
pengganggu untuk melaksanakan hak prerogratifnya dalam mengatur jalannya
usaha. Pemerintah seringkali menganggap aktivitas Serikat Buruh dalam
mengembangkan organisasinya merupakan ancaman stabilitas dan keamanan
nasional.
Menjadi anggota serikat pekerja adalah kekuatan pekerja untuk
menghilangkan permasalahan yang dihadapi seperti gaji yang rendah, buruknya
kondisi pelayanan kesehatan dan perlindungan kerja, PHK sepihak dan
sebagainya. Karena sebagai individu mereka tidak akan mampu melawan
kombinasi yang hebat antara pemodal dan manajemen. Melalui serikat pekerja
mereka terlindungi kepentingannya, dapat menyuarakan aspirasinya kepada
pengusaha, peningkatan kondisi-kondisi kerja melalui perjanjian kerja bersama.
Hak menjadi anggota Serikat Pekerja/Serikat Buruh merupakan hak asasi
pekerja yang telah dijamin didalam Pasal 28 Undang Undang Dasar 1945 dan
untuk mewujudkan hak tersebut, kepada setiap pekerja/buruh diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat
pekerja, dimana Serikat Pekerja/Serikat Buruh berfungsi sebagai sarana untuk
memperjuangkan, melindungi dan membela kepentingan dan juga meningkatkan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya, dimana dalam menggunakan haknya
tersebut pekerja/buruh dituntut bertanggung jawab untuk menjamin kepentingan
yang lebih luas yaitu kepentingan Bangsa dan Negara oleh karena itu penggunaan
hak tersebut dilaksanakan dalam kerangka hubungan industrial yang harmonis,
dinamis dan berkeadilan.
Hak berserikat bagi pekerja/buruh sebagaimana diatur dalam Konvensi
International Labour Organization ( ILO ) Nomor 87 Tentang Kebebasan
68
Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi dan Konvensi ILO Nomor
98 Tentang Hak Untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama. Konvensi tentang
hak berserikat bagi pekerja/buruh ini telah diratifikasi oleh Indonesia menjadi
bagian dari peraturan perundang-undangan nasional.
Berlakunya dasar-dasar daripada hak untuk berorganisasi dan untuk
berunding bersama sudah diratifikasi oleh Indonesia menjadi bagian dari
Peraturan PerUndang-Undangan Nasional yakni Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja dimana Pekerja merupakan mitra kerja
Pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam meningkatkan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya serta menjamin kelangsungan perusahaan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Undang-undang No.21 Tahun 2000 menggunakan istilah serikat
pekerja/serikat buruh bukan serikat pekerja atau serikat buruh saja. Kedua istilah
itu sebenarnya sama saja dan tidak ada perbedaan. Judul semula yang diajukan
oleh Presiden ke DPR melalui suratnya No.R.01/PU/I/2000 adalah RUU tentang
serikat pekerja. Dalam proses pembahasan di DPR penggunaan istilah serikat
pekerja disetujui menjadi serikat pekerja/serikat buruh. Penggunaan kedua istilah
tersebut dilakukan untuk mengadopsi keinginan dari berbagai organisasi
pekerja/buruh yang menggunakan kedus istilah alternatif tersebut untuk menyebut
nama organisasinya masing-masing.
69
dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan, dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Pengertian Serikat Pekerja/Serikat Buruh menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja adalah organisasi yang
dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar
perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung
jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Didalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat
Pekerja/Serikat, Buruh terbagi menjadi dua yaitu Serikat Pekerja/Serikat Buruh di
perusahaan dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh di luar perusahaan. Pada Pasal 1
angka 2 Undang-Undang No.21 tahun 2000, Serikat Pekerja/Serikat Buruh di
perusahaan ialah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para
pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan. Pada Pasal 1 angka
3 Undang-Undang No.21 tahun 2000, Serikat Pekerja/Serikat Buruh di luar
perusahaan ialah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para
pekerja/buruh yang tidak bekerja di perusahaan.
Serikat Pekerja/Buruh dapat membentuk Federasi Serikat Pekerja/Buruh
maupun Konferensi Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Pada Pasal 1 angka 4 Undang-
Undang No.21 tahun 2000, Federasi serikat pekerja/serikat buruh ialah gabungan
serikat pekerja/serikat buruh. Adapun pada Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
No.21 tahun 2000, Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh ialah gabungan
federasi serikat pekerja/serikat buruh.
70
Federasi serikat pekerja adalah bentukan dari sekurang-kurangnya 5
serikat pekerja. Dan Konfederasi serikat pekerja merupakan gabungan dari
sekurang-kurangnya 3 federasi serikat pekerja.
Pada dasarnya sebuah serikat pekerja harus terbuka untuk menerima
anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku dan jenis kelamin. Jadi
sebagai seorang karyawan di suatu perusahaan, anda hanya tinggal menghubungi
pengurus serikat pekerja di kantor anda, biasanya akan diminta untuk mengisi
formulir keanggotaan untuk data. Dalam Pasal 14, UU No. 21 tahun 2000 tentang
Serikat Buruh/Serikat Pekerja tertera bahwa seorang pekerja/buruh tidak boleh
menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh di satu perusahaan.
Apabila seorang pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan namanya tercatat di
lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan harus menyatakan
secara tertulis satu serikat pekerja/serikat buruh yang dipilihnya.
Setiap serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu
federasi serikat pekerja/serikat buruh (Pasal 16 UU No. 21 tahun 2000). Dan
demikian pula sebuah federasi hanya dapat menjadi anggota dari satu konfederasi.
UU No. 21 tahun 2000.
Pekerja/buruh menurut UU No.21 tahun 2000 ialah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dari definisi
tersebut terdapat dua unsur yaitu orang yang bekerja dan unsur menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain. Hal ini berbeda dengan definisi tenaga kerja yaitu
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
71
Serikat pekerja/serikat buruh bebas dalam menentukan asas organisasinya
tetapi tidak boleh menggunakan asas yang bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dikarenakan Pancasila sebagai dasar negara dan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh mempunyai sifat antara lain :
72
C. Tujuan Serikat Pekerja/Serikat Buruh
73
3. Terlaksananya hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan;
4. Terhimpun dan bersatunya kaum pekerja di segala kelompok industrial
barang dan jasa serta mewujudkan rasa kesetiakawanan dan
menumbuhkembangkan solidaritas diantara sesama kaum pekerja;
5. Terciptanya perluasan kesempatan kerja, meningkatkan produksi dan
produktivitas;
6. Terciptanya kehidupan dan penghidupan pekerja Indonesia yang selaras,
serasi dan seimbang menuju terwujudnya tertib sosial, tertib hukum dan
tertib demokrasi;
7. Meningkatkan kesejahteraan pekerja serta memperjuangkan perbaikan
nasib, syarat – syarat kerja dan kondisi serta penghidupan yang layak
sesuai dengan kemanusiaan yang adil dan beradab.
75
tahun 1889 di kota Paris Perancis. Maka setiap tanggal 1 Mei diseluruh dunia
diperingati sebagai Hari Buruh, tak terkecuali di Indonesia. Kegiatan - kegiatan
yang menyulut emosionalisasi kebersamaan dalam perjuangan pekerja santer
dikumandangkan, bahkan di Medan Sumatera Utara (Mei Day 2007) sebelum hari
peringatan sudah ada kegiatn serikat pekerja unjuk rasa damai menuntut perbaikan
kesejahteraan pekerja. Momentum Hari Buruh dimanfaatkan pekerja untuk
merepleksikan diri terhadap perjuangan dan cita – cita pekerja menuju kehidupan
yang lebih baik.
Organisasi buruh sedunia International Labour organization (ILO)
merupakan kanalisasi serikat pekerja antar bangsa yang selalu menyuarakan
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan buruh dijagat raya ini.
Menurut DR. Susetiawan Organisasi Buruh yang pertama berdiri di
Indonesia berdiri pada tahun 1897 didirikan oleh orang-orang eropa dan secara
eksklusif beranggotakan orang - orang Eropa. Kemunculan organisasi ini lebih
diinspirasikan oleh gerakan buruh di Nederland, pada waktu itu disebabkan oleh
kondisi - kondisi kerja yang kurang baik dikalangan pekerja Eropa di Indonesia.
Organisasi buruh pertama dengan nama N.I.O.G (Ned Ind Onderw Genootschm)
memiliki anggota para pegawai swasta Eropa.
Pribumi Indonesia yang memiliki pekerjaan - pekerjaan terendah dalam
hirarki kolonial, oleh karenanya tidak diizinkan untuk menjadi anggota.
Pada tahun 1908 Organisasi pertama buruh Indonesia dengan keanggotaan
campuran antara orang eropa dan Indonesia didirikan .Organisasi tersebut
bernama V.S.T.P (Vereeneging van Spoor en Tramweg Personeel) di Pimpin oleh
seorang Jawa yaitu Semaun.
76
Setelah 1965, seluruh serikat pekerja/buruh di Indonesia dipaksa
bergabung dengan sebuah organisasi yang dipayungi pemerintah dibawah nama
Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).
Pada tanggal 20 februari 1973 lahirlah deklarasi buruh seluruh indonesia
yang naskahnya yang antara lain membentuk organisasi bernama FBSI (Federasi
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) sebagai induk organisasi yang ditopang oleh
21 serikat pekerja buruh lapangan.
Selanjutnya Istilah Federasi dan buruh menurut Menteri Tenaga Kerja
pada waktu itu Sudomo tidak sesuai dengan hubungan industrial di Indonesia
sebab mereferensi situasi demoksrasi-demokrasi liberal, maka pada Tahun 1985
organisasi tersebut akhirnya diberi nama baru menjadi Serikat pekerja Seluruh
Indonesia (SPSI). Pada era reformasi SPSI berkembang menjadi Konfederasi
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (K. SPSI).
Menurut Drs. Mardjono perkembangan Serikat Pekerja yang terdaftar di
Depnakertrans hingga Mei 2000 meliputi :
77
Organisasi Serikat Pekerja terbesar di Indonesia adalah Konfederasi
Serikat pekerja Seluruh Indonesia (K. SPSI), secara historis telah berumur 35
tahun tepatnya tanggal 20 Februari 2008 yang sering disebut Hari Pekerja
Indonesia (HAPERI ke - 35).
III. Organisasi Serikat Pekerja/Buruh
Kemajuan Industrialisasi berdampak pada menanjaknya kebutuhan
Tenaga Kerja. Dengan semakin banyaknya penggunaan tenaga kerja maka
semakin banyak menimbulkan pemasalahan dan gesekan-gesekan yang akhirnya
dapat menimbulkan keresahan unjuk rasa dan pemogokan. Keberadaan organisasi
SP sangatlah penting karena dapat menjadi patner dengan pengusaha dalam
rangka memajukan usaha dan menciptakan iklim kondusif.
Oleh karenya pemerintah mengeluarkan suatu peraturan perundang-
undangan yang memberikan arah dan tujuan keberadaan SP/SB dari hasil UU No.
18 tahunn 1956 yang telah meratifikasi Konvensi ILO No. 98 tahun 1949 tentang
Hak Berserikat dan berunding bersama. Dan yang terakhir dikeluarkan UU No. 21
tahun 2000 tentang SP/SB. Menurut Soedarjadi, SH yang dimaksud Organisasi
Serikat Pekerja dalam Konvensi ini, antara lain :
78
Pengusaha atau organisasi pengusah tidak boleh mengintervensi SP dan
kegiatannya,
Pengusaha dan SP didorong untuk secara sukarela berunding merumuskan
kerjasama yang memuat kondisi kerja yaitu hak dan kewajiban pekerja
serta kewenangan dan kewajiban pengusaha.
79
2. Dalam hal persyaratan keanggotaan diatur Angggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
3. Seorang pekerja/buruh tidk boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat
pekerja disuatu perusahaan.
4. Apabila tercatat lebih dari satu, yang bersangkutan harus menyatakan
secara tertulis satu serikat pekerja yang dipilih.
81
3. Sebagai sarana menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, dinamis
dan berkeadilan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku;
4. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan anggota; dan
5. Sebagai perencana, pelaksanaan dan penanggung jawab, pemogokan
pekerja/buruh sesuai dengan Peraturan Perundangan-undangan yang
berlaku.
6. Sebagai wakil dari para pekerja/buruh dalam memperjuangkan
kepemilikan saham di perusahaan.
82
adalah kegunaan suatu hal; berfungsi artinya berkedudukan, bertugas sebagai;
menjalankan tugasnya.
Dengan demikian fungsi Serikat Buruh/Serikat Pekerja dapat diartikan
sebagai jabatan, kegunaan, kedudukan dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
83
semiformal lebih efektif atau sangat diperlukan untuk mendukung
daripada hubungan formal. Dalam hal ini serikat pekerja dapat
dimanfaatkan oleh pengusaha sebagai jalur hubungan semi formal;
5. Serikat pekerja yang berfungsi dengan baik, akan menghindari masuknya
anasir – anasir luar yang dapat mengganggu kelancaran proses produksi
dan ketenagakerjaan, jika di suatu perusahaan tidak ada PUK SPSI atau
bila PUK SPSI tidak berfungsi dengan baik, maka anasir luar dengan
dalih memperjuangkan kepentingan pekerja akan mudah masuk
mencampuri masalah intern perusahaan. Pengalaman selama ini
menunjukkan bahwa campur tangan LSM, LBH dan pihak luar lainnya ke
perusahaan lebih banyak menambah rumitnya persoalan daripada
mempercepat penyelesaian masalah;
6. Mewakili pekerja pada Lembaga Tripartit dan Dewan Pengupahan pada
Lembaga Departemen Tenaga Kerja sesuai tingkatan;
Adapun yang menjadi usaha dari serikat buruh/pekerja adalah sebagai berikut :
84
4. Bekerja sama dengan badan – badan pemerintah dan swasta baik di dalam
maupun di luar negeri yang tidak bertentangan dengan azas dan tujuan
organisasi;
5. Memperjuangkan jaminan sosial yang luas sesuai dengan tuntutan
kebutuhan;
6. Menyelenggarakan pendidikan bidang ketenagakerjaan dalam rangka
memperluas pengetahuan, keterampilan dan prilaku, meningkatkan
kemampuan tenaga kerja baik dalam berorganisasi maupun dalam
bekerja;
7. Mendorong terbentuknya dan berkembangnya koperasi pekerja dan usaha
– usaha lain untuk meningkatkan kesejahteraan dan jaminan sosial.
86
1. Daftar nama anggota pembentuk;
2. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; dan
3. Susunan dan nama pengurus; (Pasal 18 UU No.21 Tahun 2000).
87
UU No. 21 tahun 2000 mengenai Serikat Buruh/Serikat Pekerja mengatur
tentang tata cara pemberitahuan dan pencatatan Serikat Buruh/Serikat Pekerja
dalam Pasal 18-24.
89
2. Setelah menerima pemberitahuan dari organisasi serikat pekerja/buruh, maka
instansi yang betanggung jawab dibidang Ketenagakerjaan wajib mencatat dan
memberikan nomor bukti pencatatan. Apabila berkas pecatatan tidak/kurang
memenuhi persyaratan maka pencatatan ditangguhkan ,untuk kemudian
diperbaiki atau dilengkapi.
Adapun persyaratan yang tidak memenuhi ketentuan dapat berupa :
1. Anggota kurang dari ketentuan yang berlaku baik untuk pengajuan serikat
pekerja/buruh, Federasi maupun Konfederasi.
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang bertentangan dengan
peraturan perundang - undangan yang berlaku.
3. Nama dan lambang sama dengan organisasi serikat pekerja yang lain.
90
1. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;
2. Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial;
3. Mewakili pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan;
4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
usaha peningkatan kesejahteraan pekerja; dan
5. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
91
1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan
memperjuangkan kepentingannya;
2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;
dan
3. Mempertanggung-jawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya
sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.
92
Siapapun dilarang untuk menghalang-halangi atau
memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi
pengurus atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak
menjalankan kegiatan serikat pekerja dengan cara :
93
Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja bersama harus
diatur mengenai :
94
penghukuman baik secara perdata maupun pidana dan administratif) kepada para
pihak yang terlibat dalam undang-undang. Hubungan industrial (Industrial
Relations) adalah kegiatan yang mendukung terciptanya hubungan yang harmonis
antara pelaku bisnis yaitu pengusaha, karyawan dan pemerintah, sehingga tercipta
ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha (Industrial Peace).
95
1. Pengusaha atau pemegang saham yang sehari-hari diwakili oleh pihak
manajemen
2. Para pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh
3. Supplier atau perusahaan pemasok
4. Konsumen atau para pengguna produk/jasa
5. Perusahaan Pengguna
6. Masyarakat sekitar
7. Pemerintah
96
- Pemerintah
97
demokratis, mengembangkan keterampilan, keahlian dan ikut
memajukan perusahaan serta memperjuangkan kesejahteraan anggota
dan keluarganya.
Fungsi Pengusaha
Menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha memperluas
lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka,
demokratis serta berkeadilan.
- Ruang Lingkup Masalah
Seluruh permasalahan yang berkaitan baik langsung maupun tidak
langsung dengan hubungan antara pekerja, penusahaan dan pemerintah
- Ruang Lingkup Peraturan/Perundangan-undangan Ketenagakerjaan
Hukum Materil
Undang-undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
Peraturan Pemerintah/Peraturan Pelaksanaan yang beralaku
Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Peraturan Perusahaan (PP) dan
Perjanjian kerja
Hukum Formal
Undang-undang penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Perpu No. 1 Tahun 2005, dan diberlakukan mulai 14 Januari 2006
99
4. Kekeluargaan
Pengusaha dan pekerja merupakan anggota keluarga perusahaan.
Sebagaimana pola hubungan sebuah keluarga, maka hubungan antara
pekerja dan pengusaha harus dilandasi sikap saling mengasihi dan saling
mengerti.
5. Penciptaan ketenangan berusaha dan ketentraman bekerja.
Menciptakan ketenangan berusaha dan ketenteraman dalam bekerja supaya
dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
6. Peningkatan produktivitas
Peningktan produktivitas perusahaan haruslah mampu meningkatkan
kesejahteraan bersama, yakni kesejahteraan pengusaha maupun
kesejahteraan pekerja.
1. Perjanjian Kerja
2. Organisasi Pekerja
101
kepentingan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya.
3. Organisasi Pengusaha
Keterwakilan Organisasi Apindo adalah organisasi yang khusus
membidangi di bidang ketenagakerjaan yang telah di akreditasi oleh KADIN
yang mewakili untuk tingkat Kota/Kabupaten dengan anggota
sekurangkurangnya 10 perusahaan di Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Di
tingkat Provinsi mempunyai 20% di Kota/Kabupaten, dan sekurang-kurangnya
anggotanya 100 perusahaan serta tingkat Nasional 20% di seluruh Provinsi
serta 1000 perusahaan.
Untuk pengecekan keanggotaan organisasi pekerja/buruh dan pengusaha
dilakukan suatu verifikasi yang dilaksanakan oleh Lembaga Kerja Sama
Triparti daerah Kota/Kabupaten maupun Lembaga Kerja Sama Triparti
Provinsi yang hasilnya dilaporkan kepada Bupati, dan diteruskan kepada
Gubernur dan Menteri.
104
Organisasi pengusaha sebagai representasi pengusaha dalam
ketenagakerjaan mempunyai andil yang sangat besar demi terciptanya cita-cita
luhur bangsa Indonesia. Pengusaha di Indonesia turut bertanggung jawab dan
berkewajiban dalam pelaksanaan pembangunan bangsa terutama dalam
menyediakan lapangan pekerjaan, dan dalam meningkatkan kondisi sosial dan
ekonomi bangsa Indonesia.
Adapun peran Apindo dalam bidang ketenagakerjaan di antaranya adalah :
- Mengupayakan perbaikan kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan
terutama menyangkut pengupahan ;
- Meningkatkan disiplin tenaga kerja ;
- Meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melaksanakan hak-hak
normatif tenaga kerja, manajemen perusahaan, pemasaran dll
- Meningkatkan PKB dan peraturan perusahaan - Meningkatkan harkat dan
martabat pekerja
- Meningkatkan kondisi hubungan kerja yang kondusif
- Meningkatkan produksi dan produktivitas
- Mendorong peningkatan kesempatan kerja dan lowongan kerja
105
Lembaga Kerja Sama Tripartit adalah forum Komunikasi, konsultasi dan
musyawarah tentang masalah ketenagakrejaan yang anggotanya terdiri dari
unsur pengusaha, serikat pekerja/buruh dan pemerintah.
Pengusaha dan wakil serikat pekerja atau wakil dari pekerja mengadakan
musyawarah untuk membentuk, menunjuk, dan menetapkan anggota LKS
Bipartit di perusahaan dan menyepakati dan menetapkan susunan pengurus
LKS Bipartit. Pembentukan dan susunan pengurus dituangkan dalam berita
acara yang ditandatangani oleh pengusaha dan wakil serikat pekerja atau wakil
dari pekerja di perusahaan. Adapun keanggotaan pengurus adalah seorang
ketua dari seorang sekretaris dan anggota, yang ketuanya dapat ditetapkan
secara bergantian antara perwakilan pekerja dan pengusaha.
107
Pengusaha dan pekerja dalam membentuk LKS Bipartit mengadakan
musyawarah untuk membentuk, menunjuk dan menetapkan anggota LKS
Bipartitdi perusahaan dan mencatatkannya di Instansi Ketenagakerjaan di
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 14 hari setelah pembentukan dan Instansi
dalam waktu 7 hari wajib memberikan nomor bukti pencatatan.
108
produktivitas, peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, koperasi karyawan,
kesehatan dan keselamatan kerja dan lain-lain yang berhubungan dengan
produksi dan produktivitas, disiplin dan tata tertib di perusahaan, penyesuaian
prosedur kerja, jadwal kerja, waktu kerja, cara kerja dll.
Agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi dan tanggung jawab dengan
organisasi pekerja, maka lembaga kerjasama bipartit tidak boleh intervensi
dalam tugas dan fungsi organisasi pekerja/buruh. Adapun yang tidak boleh
dicampuri oleh lembaga kerjasama bipartit diantaranya adalah
109
membicarakan masalah-masalah ketenagakerjaan dalam rangka peningkatan
hubungan industrial.
111
peraturan perundang-undangan dan rincian pelaksanaan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
Adapun isinya harus lebih baik dari perundang-undangan. Peraturan
perusahaan disusun oleh pengusaha dengan memperhatikan dan
pertimbangan dari wakil pekerja di perusahaan yang bersangkutan
yang dipilih secara demokratis oleh pekerja atau unit kerja yang ada di
perusahaan. Apabila wakil pekerja atau serikat pekerja tidak
memberikan saran atau pertimbangan maka peraturan perusahaan
tersebut dapat mengajukan pengesahan peraturan perusahaan dan
pembuatan peraturan perusahaan tidak dapat diperselisihkan.
Pengusaha wajib menyerahkan naskah rancangan peraturan perusahaan
kepada wakil pekerja untuk mendapatkan saran atau pertimbangan, dan
saran dan pertimbangan sudah diterima oleh pengusaha paling lambat
14 hari setelah diterima rancangan tersebut dan bila pengusaha telah
menerima, maka pengusaha memperhatikan saran dan pertimbangan
dalam penyusunan peraturan perusahaan. Apabila dalam tempo 14 hari
pekerja/wakil pekerja tidak memberikan saran dan pertimbangan maka
pengusaha dapat mengajukan pengesahan peraturan perusahaan
disertai bukti bahwa pengusaha telah meminta saran dan pertimbangan
dari wakil pekerja atau serikat pekerja.
Dalam satu perusahaan hanya ada satu peraturan yang berlaku untuk
seluruh pekerja dan apabila memiliki cabang dibuat peraturan
perusahaan induk yang berlaku untuk semua cabang atau dibuat
peraturan perusahaan turunan yang berlaku untuk masing-masing
cabang. Apabila peraturan turunan belum disahkan maka yang berlaku
112
adalah peraturan induk, dan apabila terdapat dalam satu group, maka
masing-masing perusahaan dapat membuat peraturan perusahaan di
masing-masing perusahaan.
Dalam mengesahkan peraturan perusahaan, perusahaan harus
mengajukan permohonan pengesahan ke instansi terkait dan apabila
perusahaan terdapat di suatu wilayah kerja kota/kabupaten maka
pengesahannya dilakukan oleh instansi yang berwenang dalam
menangani permasalahan ketenagakerjaan, dan apabila di suatau
provinsi maka pengesahannya ke provinsi dan apabila dalam beberapa
provinsi maka pengesahan peraturan perusahaan dilakukan oleh Dirjen
Pembinaan Hubungan Industrial.
Perjuangan permohonan harus disertai nama dan alamat perusahaan,
nama pimpinan perusahaan, wilayah operasi perusahaan, status
perusahaan, jenis atau bidang usaha, jumlah pekerja/buruh menurut
jenis kelamin, status hubungan kerja, upah tertinggi dan terendah,
nama dan alamat serikat pekerja, nomor pencatatan serikat pekerja,
masa berlaku peraturan perusahaan dan pengesahan peraturan
perusahaan untuk yang keberapa. Naskah dibuat dalam rangkap 3 dan
ditandatangani oleh pengusaha serta bukti pertimbangan dan saran dari
wakil pekerja/serikat pekerja.
Isi peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah dari undang-undang
dan pejabat yang berwenang memeriksa kelengkapan serta isi
peraturan perusahaan dan dalam 30 hari setelah diterima wajib untuk
disahkan, dan bila tidak memenuhi syarat, 7 hari setelah di terima
harus dikembalikan ke perusahaan untuk dilengkapi dan dalam tempo
113
14 hari perusahaan sudah harus mengajukan permohonan kembali.
Peraturan perusahaan mulai berlaku sejak disahkan dan bila tidak,
perusahaan dianggap tidak memiliki peraturan perusahaan.
Bila peraturan perusahaan ditingkatkan menjadi perjanjian kerja
bersama, maka peraturan perusahaan tetap berlaku sampai perjanjian
kerja bersama selesai dan apabila terjadi perubahan isi peraturan
perusahaan, maka harus berdasarkan kesepakatan antara pengusaha
dan pekerja/wakil pekerja/serikat pekerja dan disahkan oleh dinas yang
berwenang dan bila tidak, perubahan di anggap tidak ada.
Pembaharuan peraturan perusahaan sudah dilakukan paling lambat 30
hari sebelum berakhirnya peraturan perusahaan tersebut, dan isi tidak
boleh lebih rendah dari yang lama serta harus disahkan oleh pejabat
yang berwenang.
Peraturan Perusahaan syarat pembuatannya dari pengusaha, tetepi
pengusaha wajib mempertimbangkan masukan dari perwakilan dari
pekerja dan atau serikat pekerja dalam pengesahannya. Adapun fungsi
peraturan perusahaan adalah :
- Pedoman mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam hubungan
kerja sehingga para pihak mengetahui hak dan kewajiban masing-
masing
- Sarana untuk menciptakan ketenangan bekerja dan berusaha di
lingkungan kerja
114
- Partisipasi pengusaha dan masukan dari pekerja terhadap pengaturan
kebijakan terhadap ketenagakerjaan di lingkungan kerja
115
hanya ada 1 PKB yang berlaku untuk seluruh karyawan dan bila
memiliki cabang-cabang, maka dapat dibuat PKB turunan yang
berlaku untuk masing-masing cabang yang tidak boleh bertentangan
dengan PKB induk dan bila PKB turunan belum ada, yang berlaku
adalah PKB induk. Bila perusahaan terdiri dari group, maka masing-
masing perusahaan dapat membuat PKB. Bila dalam perusahaan hanya
ada 1 SP yang anggotanya tidak lebih dari 50% dari jumlah karyawan,
maka SP dapat mewakili keseluruhan karyawan apabila mendapat
dukungan lebih dari 50% karyawan, dan pemungutan suara dilakukan
oleh wakil pekerja dan pengurus SP yang dilakukan pengumumannya
24 hari sebelum hari pemungutan suara, yang disaksikan oleh pejabat
yang berwenang dalam bidang ketenagakerjaan di luar jam kerja
sehingga tidak mengganggu produksi. Bila keanggotaan SP lebih dari
50% maka pemungutan suara tidak perlu dilaksanakan. Hasil
pemungutan suara dibuat berita acara. Bila dalam perusahaa terdapat
lebih dari 1 SP, maka yang berhak untuk mewakili perundingan adalah
SP yang memiliki anggota terbanyak dan mempunyai anggota lebih
dari 50% dari jumlah seluruh karyawan setelah dilakukan verifikasi
oleh pengurus SP dan pegawai yang menangani masalah
ketenagakerjan yang hasilnya dalam berita acara verifikasi.
- Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal
1 angka 14 adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula
116
ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja itu, yaitu
hak dan kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan.
Selanjutnya perihal pengertian perjanjian kerja, ada lagi pendapat
Subekti beliau menyatakan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian
antara seorang buruh dengan majikan, perjanjian dimana ditandai oleh
ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan
adanya suatu hubungan di peratas (bahasa Belanda “dierstverhanding”)
yaitu suatu hubungan berdasarkan dimana pihak yang satu (majikan)
berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak
yang lain (buruh). Perjanjian kerja yang didasarkan pada pengertian
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak
disebutkan bentuk perjanjiannya tertulis atau lisan; demikian juga
mengenai jangka waktunya ditentukan atau tidak sebagaimana
sebelumnya diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997
tentang Ketenagakerjaan.
Bagi perjanjian kerja tidak dimintakan bentuk yang tertentu. Jadi dapat
dilakukan secara lisan, dengan surat pengangkatan oleh pihak
pengusaha atau secara tertulis, yaitu surat perjanjian yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Undang-undang hanya
menetapkan bahwa jika perjanjian diadakan secara tertulis, biaya surat
dan biaya tambahan lainnya harus dipikul oleh pengusaha. Apalagi
perjanjian yang diadakan secara lisan, perjanjian yang dibuat
tertulispun biasanya diadakan dengan singkat sekali, tidak memuat
semua hak dan kewajiban kedua belah pihak. Sebagai bagian dari
perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja harus memenuhi
117
syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam pasl 1320 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUH Per). Ketentuan ini juga
tertuang dalam pasal 52 ayat 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003,tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa perjanjian
kerja dibuat atas dasar:
- Kesepakatan kedua belah pihak;
- Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
- Adanya pekerjaan yang dijanjkan;
Pekerjaan yang dijanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kesepakatan kedua belah pihak yang lazim disebut
kesepakatan bagi yang mengikatkan dirinya, maksudnya bahwa pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian kerja harus setuju atau sepakat,
setia-sekata mengenai hal-hal yang diperjanjkan. Apa yang
dikehendaki pihak yang satu dikehendaki pihak yang lain. Pihak
pekerja menerima pekerjaan yang ditawarkan, dan pihak pengusaha
menerima pekerja tersebut untuk dipekerjakan. Kemampuan atau
kecakapan kedua belah pihak yang membuat perjanjian maksudnya
pihak pekerja maupun pengusaha cakap membuat perjanjian.
Seseorang dipandang cakap membuat perjanjian jika yang
bersangkutan telah cukup umur. Ketentuan hukum ketenagakerjaan
memberikan batasan umur minimal 18 tahun (Pasal 1 angka 26
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).
Selain itu seseorang dikatakan cakap membuat perjanjian jika orang
tersebut tidak terganggu,jiwanya, atau waras. Adanya pekerjaan yang
118
diperjanjikan, dalam istilah pasal 1320 KUH Per adalah hal tertentu.
Pekerjaan yang diperjanjikan merupakan obyek dari perjanjian kerja
anatar pekerja dengan pengusaha, yang akibat hukumnya melahirkan
hak dan kewajiban para pihak. Obyek perjanjian (pekerjaan) harus
halal yakni tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum, dan kesusilaan. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan
merupakan salah satu unsur perjanjian kerja yang harus disebutkan
secara jelas. Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus
dipenuhi semuanya baru dapat dikatakan bahwa perjanjian tersebut
sah. Syarat kemauan bebas kedua belah pihak dan kemampuan atau
kecakapan kedua belah pihak dalam membuat perjanjian dalam hukum
perdata disebut sebagai syarat subyektif karena menyangkut mengenai
orang yang membuat perjanjian, sedangkan syarat adanya pekerjaan
yang diperjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan harus halal
disebut sebagai syarat obyektif karena menyangkut obyek perjanjian.
Kalau syarat obyektif tidak dipenuhi, maka perjanjian itu batal demi
hukum artinya dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak pernah
ada. Jika yang tidak dipenuhi syarat subyektif, maka akibat hukum dari
perjanjian tersebut dapat dibatalkan, pihak yang tidak memberikan
persetujuan secara tidak bebas, demikian juga oleh orang tua/wali atau
pengampu bagi orang yang tidak cakap membuat perjanjian dapat
meminta pembatalan perjanjian itu kepada hakim. Dengan demikian
perjanjian tersebut mempunyai kekuatan hukum selama belum
dibatalkan oleh hakim.
Unsur-unsur yang ada dalam suatu perjanjian kerja:
119
1. Adanya unsur work atau pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan
(obyek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh
pekerja, hanya dengan seizin pengusaha dapat menyuruh orang lain.
Hal ini dijelaskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal
1603a yang berbunyi: “Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya;
hanya dengan seizin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga
menggantikannya”. Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu
sangat pribadi karena bersangkutan dengan ketrampilan atau
keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja meninggal dunia
maka perjanjian kerja tersebut putus demi,hukum.
2. Adanya unsur perintah
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh
pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada
perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang
diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan
lainnya, misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara
dengan klien. Hubungan tersebut merupakan hubungan kerja karena
dokter, pengacara tidak tunduk pada perintah pasien atau klien.
3. Adanya upah
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian
kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja
bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga
jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan
merupakan hubungan kerja. Seperti seorang narapidana yang
120
diharuskan untuk melakukan pekerjaan tertentu, seorang mahasiswa
perhotelan yang sedang melakukan praktik lapangan di hotel.
4. Waktu tertentu
Yang hendak ditunjuk oleh perkataan waktu tertentu atau zekre tidak
sebagai unsur yang harus ada dalam perjanjian kerja adalah bahwa
hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja tidak berlangsung terus-
menerus atau abadi. Jadi bukan waktu tertentu yang dikaitkan dengan
lamanya hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja. Waktu
tertentu tersebut dapat ditetapkan dalam perjanjian kerja, dapat pula
tidak ditetapkan. Di samping itu, waktu tertentu tersebut, meskipun
tidak ditetapkan dalam perjanjian kerja mungkin pula didasarkan pada
peraturan perundang-undangan atau kebiasaan. Jangka waktu
perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu bagi hubungan
kerja yang dibatasi jangka waktu berlakunya, dan waktu tidak tertentu
bagi hubungan kerja yang tidak dibatasi jangka waktu berlakunya atau
selesainya pekerjaan tertentu. Perjanjian kerja yang dibuat untuk
waktu tertentu lazimnya disebut dengan perjanjian kerja kontrak atau
perjanjian kerja tidak tetap. Status pekerjanya adalah pekerja tidak
tetap atau pekerja kontrak. Sedangkan untuk perjanjian kerja yang
dibuat untuk waktu tidak tertentu biasanya disebut dengan perjanjian
kerja tetap dan status pekerjanya adalah pekerja,tetap. Perjanjian kerja
yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis (Pasal 57
Ayat (1) Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan). Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin
atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan
121
berakhirnya kontrak kerja. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
boleh mensyaratkan adanya masa percobaan. Dalam Pasal 59 Ayat (1)
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu hanya
dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat
atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:
Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; Pekerjaan
yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; Pekerjaan yang bersifat
musiman; atau Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan
atau penjajakan. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelaslah bahwa
perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.
Adapun jenis-jenis perjanjian kerja adalah
a. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu
b. Perjanjian kerja waktu tertentu
c. Perjanjian pemboronganan pekerjaan
d. Perjanjian kerja bagi hasil
e. Perjanjian kerja laut
f. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa
Perjanjian kerja Bersama ini dibuat atas persetujuan pemberi kerja dan
Karyawan yang bersifat individual. Pengaturan persyaratan kerja yang bersifat
kolektif dapat dalam bentuk Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB).Perjanjian Kerja Bersama atau PKB sebelumnya dikenal juga
dengan istilah KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) / CLA (Collective Labour
Agreement) adalah merupakan perjanjian yang berisikan sekumpulan syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak yang merupakan hasil perundingan
antara Pengusaha, dalam hal ini diwakili oleh Manajemen Perusahaan dan
Karyawan yang dalam hal ini diwakili oleh Serikat Karyawan, serta tercatat pada
instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan. Hal ini juga tertuang
dalam Pasal 1 UU No.13 tahun 2003 Point 21.PKB dibuat dengan melalui
perundingan antara manajemen dan serikat karyawan.
123
Lebih dari itu, dengan partisipasi ini juga merupakan cara untuk bersama-sama
memperkirakan dan menetapkan nasib perusahaan untuk masa depan. Masa
berlakunya PKB paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang masa
berlakunya paling lama 1 (satu) tahun. PKB juga merupakan suatu instrumen yang
digunakan untuk untuk menjalankan hubungan industrial, dimana sarana yang lain
adalah serikat karyawan, organisasi pengusaha, lembaga kerjasama bipartit,
lembaga kerjasama tripartit, peraturan perusahaan, peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan, lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
124
semua pihak yang terlibat dalam proses produksi barang dan jasa diantaranya
masyarakat dan lembaga swadaya lainnya.
125
Pelaksanaan hubungan industrial di Indonesia sebagaimana diamanatkan
oleh UU No.13 tahun 2003, lebih dititik beratkan kepada
- Tanpa diskriminasi
127
industrial. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menciptakan hubungan
industrial yang harmonis di lingkungan kerja bersama-sama konstituen lainnya.
a. Serikat Pekerja/Buruh
b. Organisasi Pengusaha
128
c. Lembaga Kerjasama Bipartit dan Tripartit
a. Bipartit
129
b. Mediasi
c. Konsiliasi
d. Arbitrasi
130
Dalam UU no.02/2004 mekanisme penyelesaian PHK dapat melalui
pendaftaran permohonan. Gugatan serta permohonan dan pihak time eksekusi.
Adapun hak-hak karyawan karena PHK sesuai UU no.13 tahun 2004 adalah
sebagai berikut:
131
independen serta tidak menyalahgunakan kewenanganya merupakan suatu
keharusan dalam menegakan perundang-undangan.
133
VIII. PERENCANAAN TENAGA KERJA
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan
daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan
dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk
memenuhi kepuasannya.
134
kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat,
yang secara otomatis lebih bermanfaat”.
Kepentingan Individu.
Kepentingan Organisasi.
Kepentingan Nasional.
1. Tujuan
135
2. Perencanaan Organisasi
3. Kesimpulannya,
Harus mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa mendatang.
Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa depan.
Mengetahui secara luas peraturan dan kebijaksanaan perburuhan
pemerintah.
136
3. Proses perencanaan SDM
137
Metode PSDM ,dikenal atas metode non ilmiah dan metode ilmiah.
Metode non ilmiah diartikan bahwa perencanaan SDM hanya didasarkan
atas pengalaman, imajinasi, dan perkiraan-perkiraan dari perencanaanya
saja. Rencana SDM semacam ini risikonya cukup besar, misalnya kualitas
dan kuantitas tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Akibatnya timbul mis manajemen dan pemborosan yang merugikan
perusahaan.
138
Adanya kesempatan yang lebih baik untuk melibatkan wanita dan
golongan minoritas didalam rencana masa yang akan datang.
3. Situasi SDM
139
Kebijaksanaan perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin,
WNA, dan kendala lain dalam PSDM untuk membuat rencana yang baik dan
tepat.
B. PERAMALAN
140
Metode meramalkan permintaan, yaitu:
a. Estimasi dapat top down atau bottom up, tetapi pada dasarnya yang
berkepentingan ditanya “Berapa orang yang akan anda butuhkan tahun
depan?”
141
2. Metode Matematika, terdiri dari:
142
B. ESTIMASI PERSEDIAAN/SUPPLY SDM INTERNAL DAN
EKSTERNAL
144
Metode-metode yang digunakan untuk mengestimasi/menilai supply SDM
internal yaitu:
146
1.2. Inventarisasi Kemampuan Organisasi
Sumber dasar dari data tenaga kerja adalah data Sumber Daya Manusia
pada organisasi. Perencana dapat menggunakan inventarisasi ini untuk
menentukan kebutuhan jangka panjang untuk perekrutan, penyeleksian
dan pengembangan sumber daya manusia. Juga informasi tersebut dapat
menjadi dasar untuk menentukan kemampuan tambahan yang diperlukan
tenaga kerja masa mendatang yang mungkin belum diperlukan pada saat
ini
147
Bidang yang diminati dan tingkat promosi didalam perusahaan
Daftar Pustaka
148
Anthony William P,1996, Stategic Human Resource Mangenebt. Florida State
University Harcourt Brace College Publishers. 2 edition
George Milkovich dan Paul C. Nystrom Dale Yoder, 1981:173 tentang definisi
tenaga kerja
Hadiguna, R.A. 2009. Manajemen Pabrik Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan
Efektivitas. Jakarta : Bumi Aksara.
Husein Umar (1998). Riset Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hasibuan, Malayu 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia . Edisi Revisi.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Indonesia. Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang angkatan kerja
Indonesia. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja
149
Indonesia. Undang-Undang No. 21 tahun 2003 Tentang Pengesahan ILO
Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in Industry and
Commerce.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Serikat Pekerja/Buruh
Indonesia . Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Indonesia. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 Tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Internasional No. 98 Mengenai Berlakunya Dasar-Dasar
Daripada Hak Untuk Berorganisasi Dan Berunding Bersama.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2004 tentang mekanisme
penyelesaian PHK
Indonesia. Undang-Undang No.13 Tahun 2004 tentang hak-hak karyawan karena
PHK
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan Nomor KEP.
16/MEN/2001 tanggal 15 Februari 2001 Tentang Prosedur Pendaftaran
Resmi Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Konvensi International Labour Organization ( ILO ) Nomor 87 Tentang
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi
Konvensi ILO Nomor 98 Tentang Hak Untuk Berorganisasi dan Berunding
Bersama
Laricha, Lithrone; Agusman, Delvis & Agrida, Sanvy.(2012). Perancangan
Pengukuran Kinerja pada PT Jaya Celcon Prima dengan Metode Performance
Prism dan Scoring OMAX (Objective Matrix). Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer,
Vol. 01 No. 04, Okt-Des.
Maimun, 2007. Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Penerbit Pradnya
Paramita, Jakarta, Cet. II.
150
Mulyadi Subri. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif
Pembangunan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Mathis Robert, Jackson John. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Salemba empat
Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga
Sedarmayanti, M. Pd, 2001, Sumber Daya Manusia Dan Produktifitas Kerja, CV.
Mandar Maju, Bandung.
Sinungan, 2001, Produktifitas Apa Dan Bagaimana, CV. Bumi Aksara, Jakarta.
151
Suma’mur. 2001.Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, jakarta : CV
Haji Masagung.
Susan E. Jackson dan Sculler, Randal. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia
Menghadapi Abad Ke – 21, Edisi Ke – 6, jilid 2. Jakarta. Penerbit Erlangga
152