Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

PADA UD MIE STEVEN1

MEGAWATI SENGKEUNAUNNG / 13031104075**

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan dunia usaha di Indonesia mulai menampakkan


kemajuan yang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai
macam usaha yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia, mulai dari usaha kecil
yang dimiliki perseorangan sampai perusahaan yang telah mapan dengan memiliki
anak cabang yang cukup banyak.Dengan demikian persaingan diantara
perusahaan tidak dapat dihindarkan, untuk itu setiap perusahaan harus pandai
memutar otak agar dapat memenangkan persaingan dan mencapai tujuan
perusahaan yang sebenarnya yaitu mencapai keuntungan yang maksimal.
Selanjutnya perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja, khususnya dalam
proses produksi sehingga menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi
harapan konsumen.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang berkualitas, perusahaan tentunya


harus teliti dalam setiap proses produksi guna mendapatkan produk yang
berkualitas.Salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh perusahaan dalam
proses produksi tersebut adalah bagaimana mengelola persediaan,karena
persediaan merupakan salah satu aset termahal bagi banyak perusahaan. Pada satu
sisi, sebuah perusahaan dapat menurunkan cost dengan mengurangi persediaan.

1
Makalah Ini Dibawakan Pada Seminar Usulan Penelitian Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas
Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado.
***
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Program Studi Agribisnis Dengan Komisi Pembimbing :
Dr. Ir. Tommy F. Lolowang, MSi (Ketua) dan Dr.Ir. Nordy F.L. Waney, MSi (Anggota).
*

1
Pada sisi lain, produksi dapat terhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika
pesanannya tidak tersedia.Disamping itu dapat menyebabkan berkurangnya
penghasilan yang didapatkan oleh perusahaan itu sendiri.Oleh karena perusahaan
harus dapat mengatur keseimbangan antara investasi persediaan dan layanan
pelanggan.Persediaan yang besar tidak efisien karena biaya yang besar
pula,sedangkan persediaan yang kecil beresiko tinggi akan menyebabkan
terhentinya produksi, maka manajemen persediaan menjadi kritis (Syamsul
Ma’arif dan Hendri Tanjung dalam Malik, 2013).
Persediaan bahan baku suatu perusahaan adalah salah syarat penting dalam
melakukan suatu proses produksi barang.Tanpa adanya pengelolaan persediaan
bahan baku yang tepat perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan produksi yang
baik. Perlu diketahui juga, apabila persediaan bahan baku dilakukan dalam jumlah
yang terlalu besar over stock akan menyebabkan beberapa kerugian.Kerugian
yang pertama yaitu biaya penyimpanan yang ditanggung perusahaan akan
semakin besar, selain itu perusahaan harus menanggung resiko kerusakan dalam
penyimpanan. Kerugian yang kedua yaitu perusahaan harus mempersiapkan dana
yang cukup besar untuk pembelian bahan baku. Oleh karena itu, persediaan bahan
baku dalam jumlah yang terlalu besar akan meyebabkan alokasi modal untuk
investasi pada bidang-bidang yang lain akan berkurang. Dengan kata lain dapat
disebutkan jumlah persediaan bahan baku yang terlalu besar justru akan menjadi
penghalang dari kemajuan bidang-bidang yang lain dalam perusahaan tersebut.
Banyak yang perlu dipertimbangkan dalam pembahasan tentang efisiensi
persediaan bahan baku. jumlah persediaan bahan baku yang optimal akan dapat
ditentukan dengan berbagai cara dan metode, salah satunya dengan metode
Economic Order Quantity (EOQ). EOQ adalah suatu teknik kontrol persediaan
tertua dan paling dikenal (Heizer & Render, 2008 dalam Maulana, 2015).
Metode EOQ merupakan salah satu metode yang paling sering diterapkan
untuk mengetahui jumlah persediaan bahan baku terbaik yang dibutuhkan
perusahaan untuk menjaga kelancaran produksinya dengan biaya yang efisien.
Metode ini sering dipakai karena mudah untuk dilaksanakan dan mampu
memberikan solusi yang terbaik bagi perusahaan, hal ini dibuktikan dengan
menggunakan metode EOQ tidak saja diketahui berapa jumlah persediaan yang

2
paling efisien bagi perusahaan tetapi akan diketahui juga biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan dengan persediaan bahan baku yang dimilikinya dihitung
dengan (Total Inventory Cost ) dan waktu yang paling tepat untuk mengadakan
pembelian kembali.
UD. Mie Steven pertama kali didirikan oleh Bapak Yoce Umboh sejak
tahun 2003, kemudian usaha ini dipercayakan kepada Bapak Steven Umboh usaha
ini boleh berjalan selama kurang lebih 14 tahun dan memproduksi dua jenis mie
yaitu mie basah dan mie telur yang berbahan baku tepung terigu.
Berdasarkan Uraian diatas maka peneliti ingin meneliti pengedalian
persediaan bahan baku dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) pada
UD.Mie Steven Pinasungkulan Karombasan Manado.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumya, dapat ditarik rumusan


masalahnya. Bagaimana sistem persediaan bahan baku yang dilakukan oleh UD
Mie Steven.

1.2. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui bagaimana sistem persediaan bahan baku yang dilakukan oleh


UD Mie Steven.
b. Menganalisis alternatif dengan metode pengendaliaan persediaan yang dapat
diterapkan oleh UD. Mie Steven.

1.3. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan berguna bagi UD Mie Steven sebagai bahan
masukan untuk lebih meningkatkan efisiensi dalam analisis pengendalian
persediaan bahan baku terutama dalam hal penanganan persediaan bahan baku.
Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan referensi dalam penelitian-penelitian
selanjutnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian

Dewasa ini, persediaan memiliki peranan penting. Berdasarkan hasil


penelitian di berbagai jenis perusahaan manufaktur, diperoleh kesimpulan bahwa
biaya persediaan merupakan biaya yang terbesar pada usaha manufaktur.
Dikaitkan dengan persaingan pasar yang semakin tajam, maka perusahaan
dituntut untuk bekerja lebih efisien. Tuntutan itu semakin mengemuka berkaitan
dengan kenyataan bahwa pertumbuhan pasar jauh lebih kecil dibandingkan
dengan kemampuan produksi total industri (Haming, 2007).
Pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar kinerja dengan sasaran perencanaa, mendesain sistem umpan balik
informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan,
menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikansi
penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan
sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran
perusahaan (Siswanto, 2008).
Menurut Siswanto (2008), berdasarkan batasan diatas, terdapat empat
langkah dalam pengendalian, yaitu sebagai berikut :

a. Menetapkan standar dan metode untuk pengukuran kinerja ( establish


standard and methods for measuring perfonmance)

Penetapan standar dan metode untuk pengukuran kinerja bisa mencangkup


standar dan ukuran untuk segala hal, mulai dari target penjualan dan produksi
sampai pada catatan kehadiran dan keamanan pekerja. Untuk menjamin
efektivitas langkah ini, standar tersebut harus dispesifikasikan dalam bentuk
yang berarti dan diterima oleh para individu yang bersangkutan.

4
b. Mengukur kinerja ( measure the peformance)

Langkah mengukur kinerja merupakan proses yang berlanjut dan repetitif,


dengan frekuensi aktual bergantung pada jenis aktivitas yang sedang diukur.

c. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar (compare the performance


match with the standar)

Membandingkan kinerja adalah membandingkan hasil yang telah diukur


dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Apabila kinerja ini sesuai
dengan standar, manajer berasumsi bahwa segala sesuatunya telah berjalan
secara terkendali. Oleh karena itu, manajer tidak perlu campur tangan.

d. Mengambil tindakan perbaikan (take corrective action)

Tindakan ini dilakukan manakala kinerja rendah dibawah standar dan analisis
menunjukkan perluhnya diambil tindakan. Tindakan perbaikan dapat berupa
mengadakan perubahan terhadap satu atau beberapa aktivitas dalam operasi
organisasi atau terhadap standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2 Persediaan
Menurut Rangkuti ( 2004), Persediaan ini diadakan apabila keuntungan
yang diharapkan dari persediaan tersebut terjamin kelancarannya. Dengan
demikian, perlu diusahakan keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada
biaya-biaya yang ditimbulkan.

2.2.1. Jenis Persediaan


Slamet (2007) dalam Karumarudin (2015), Menyebutkan bahwa pada
dasarnya jenis persediaan kalau dilihat dari sifat operasi perusahaan akan
dibedakan atas :
a. Persediaan Pada Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatannya membeli
barang untuk kemudian menjualnya kembali tanpa melakukan perubahan yang
principal terhadap barang itu. Persediaan yang ada dalam perusahaan dagang
lazim dinamakan dengan persediaan barang dagangan atau merchandise

5
inventory. Yang dimaksud merchandise inventory adalah persediaan barang yang
selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami
proses lebih lanjut didalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan bentuk dai
barang yang bersangkutan.

b. Persediaan Pada Perusahaan Industri


Perusahaaan Industri merupakan perusahaan yang kegiatannya merubah
atau menambah daya guna bahan baku menjadi bahan baku atau barang jadi.
Pesediaan yang terdapat pada perusahaan industry terdiri dari:
a) Persediaan bahan mentah ( raw materials), merupakan persediaan yang
akan diproses menjadi barang jadi atau setengah jadi. Bahan mentah
merupakan produk langsung dari kekayaan alam.
b) Persediaan komponen-komponen rakitan (componenst), merupakan
persediaan barang-barang secara terurai untuk kemudian dirakit
menjadi suatu produk.
c) Pesediaan bahan pembantu (supplies), merupakan persediaan bahan
yang digunakan untuk membantu proses produksi dan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari produk akhir perusahaan.
d) Pesediaan barang dalam proses (work in process), merupakan
persediaan barang yang telah selesai dalam suatu tahapan proses tetapi
masih memerlukan proses lanjutan sebelum menjadi produk akhir dari
perusahaan.
e) Persediaan barang jadi (finished goods), merupakan barang yang sudah
siap diproses untuk siap dijual.
2.2.2.Fungsi-Fungsi Persediaan

Persediaan yang dimiliki perusahaan bertujuan untuk menjaga kelancaran


usaha. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan
perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli.Sedangkan bagi perusahaan
industri,persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk
memperlancar kegiatan produksi,sedangkan persediaan barang jadi ditujukan
untuk memenuhi kebutuan pasar.

Menurut Siska (2013) dalam Anny (2016).Fungsi persediaan terbagi atas


empatjenis yaitu : Fungsi Pemisah Wilayah,Fungsi Decoupling, Fungsi

6
Penyeimbang dengan Permintaan, dan Fugsi Penyangga. Handoko (2000)
menjelaskan fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan/pabrik adalah
sebagai berikut :

1. Fungsi Decoupling, Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan


dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada
supplier.Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak
akansepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan
waktu pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing, Persediaan lot size ini perlu
mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya
pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini
disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih
besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan
(biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi, Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau
data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan
perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories).

2.2.3.Biaya-biaya dalam Persediaan


Menurut Schroeder (1995) dalam Veronica (2013).Banyak keputusan
persoalan persediaan dapat dipecahkan dengan penggunaan kriteria ekonomi.
Namun, satu dari prasyarat yang paling penting adalah suatu pemahaman tentang
struktur biaya. Struktur biaya sediaan menggabungkan 4 tipe biaya sebagai
berikut :
a) Biaya Satuan Produksi (Item Cost)
Biaya ini merupakan biaya membeli atau memproduksi satuan
barang sediaan secara individu. Biaya satuan barang ini biasanya
diungkapkan sebagai suatu biaya perunit yang digandakan oleh
kuantitas yang diperoleh atau diproduksi.

7
b) Biaya Pemesanan atau Biaya Persiapan (Ordering Or Setup Cost)
Biaya pemesanan dihubungkan dengan pemesanan suatu tumpukan
atau partai dari satuan-satuan barang. Biaya pemesanan tidak
bergantung pada jumlah satuan yang dipesan; biaya ini dibebankan
keseluruh tumpukan.
c) Biaya Pengandaan atau Penyimpanan (Carrying Or Holding Cost)
Biaya pengandaan atau penyimpanan berhubungan dengan
penyimpanan satu-satuan barang dalam sediaan untuk suatu
periode waktu.

Biaya pengadaan biasanya terdiri dari tiga komponen :


1. Biaya modal
Apabila satuan-satuan barang diadakan dalam sediaan, model
yang ditanamkan tidak dapat digunakan untuk maksud lainnya.
Hal ini menunjukkan suatu biaya dari peluang yang hilang
untuk investasi lain, yang digunakan sediaan untuk suatu
periode waktu.
2. Biaya penyimpanan
Biaya ini mencakup biaya variabel, assuransi, dan pajak.
3. Biaya keusangan, kemerosotan dan kehilangan
Biaya keusangan harus ditempatkan ke satuan-satuan barang
yang memiliki resiko tinggi untuk menjadi usang, semakin
tinggi resiko semakin tinggi biaya.
d) Biaya Kehabisan Stok (Stockout Cost)
Biaya kehabisan stok mencerminkan konsekuensi ekonomi atas
habisnya stok.

Selanjutnya biaya-biaya yang digunakan dalam persediaan:


1) Biaya Pesan (Ordering Cost)
Biaya pesan timbul pada saat terjadi proses pemesanan suatu
barang.
2) Biaya Simpan (Carrying Cost atau Holding Cost)

8
Biaya simpan timbul pada saat terjadi proses penyimpanan suatu barang.
3) Biaya Kehabisan Persediaan (Stock out Cost)
Biaya kehabisan persediaan timbul pada saat persediaan habis atau tidak
tersedia.
4) Biaya Pembeliaan (Purchase Cost)
Biaya pembeliaan timbul pada saat pembeliaan suatu barang.

2.3.Pengertian Pengendalian Persediaan


Menurut pendapat Assauri (2004) dalam Veronica (2013), pengendalian
persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang
berurutan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut
sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah,
kuantitas, maupun biayanya.
Menurut Fitriani (2013), tujuan dari pengendalian dinyatakan sebagai
usaha untuk:
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya proses produksi.
2. Menjaga agar pembentukkan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar atau berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul akibat persediaan
bahan baku tidak terlalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena hal
ini akan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.

2.3.1. Kebijakan dalam Pengendalian Persediaan


Menurut Assauri (2004) dalam Restu (2011), kegiatan pengendalian
persediaan tidak terbatas pada penentuan atas perencanaan tingkat dalam
komposisi persediaan, tetapi juga pada pengaturan pelaksanaan pengadaan bahan-
bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta
biaya yang serendah-rendahnya.

9
2.4. Bahan Baku

Menurut Robyanto (2013) dalam Anny (2016), bahan baku adalah bahan
yang membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam
perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian import
atau dari pengolahan sendiri. Bahan baku memegang peranan penting dalam
industri yang mengolah suatu produk .

Bahan baku merupakan masalah yang cukup dominan di bidang produksi ,


sehingga perusahaan selalu menghendaki jumlah persediaan yang cukup agar
jalannya produksi tidak terganggu. “ Cukup “ bukan berati harus dalam jumlah
yang besar , karena persediaan dalam jumlah yang besar mengandung banyak
resiko seperti : resiko hilang dan rusak , biaya pemeliharaan dan pengawasan yang
tinggi , resiko using , uang yang tertanam dalam persediaan terlalu besar
(Daryanto, 2012) dalam Simbar (2014). Sedangkan apabila perusahaan
menyelenggarakan bahan baku yang jumlah terlalu kecil juga akan mengalami
kerugian menurut Ahyari (1992) dalam Simbar (2014) adalah sebagai berikut:

1. Persediaan bahan baku dalam jumlah kecil sering kali tidak dapat memenuhi
kebutuhan untuk proses produksi, perusahaan akan melakukan pembelian
mendadak dengan jumlah yang kecil dan harga beli yang tinggi.
2. Persediaan bahan baku yang rata-rata kecil akan mengakibatkan frekuensi
pembelian menjadi tinggi, sehingga biaya pesan akan semakin tinggi pula.
3. Apabila perusahaan sering kehabisan bahan baku, maka proses produksi
akan terhambat, ini akan berakibat pada kualitas dan kuantitas produk yang
akan dihasilkan.
4. Waktu menunggu pemesanan (lead time)
Waktu tunggu adalah teggang waktu yang diperlukan untuk menunggu
datangnya barang setelah pemesanan.

2.4.1 Alasan Diadakan Persadiaan Bahan Baku

Menurut Slamet (2007) dalam Karukamarudin (2015), Secara umum


alasan untuk memiliki persediaan adalah untuk:

10
a. Menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya
penyimpanan.
b. Memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menempati tanggal
pengiriman.
c. Menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat, kerusakan
mesin, kerusakan komponen, tidak tersedianya komponen,
pengiriman komponen, pengiriman komponen yang terlambat.
d. Menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
e. Memanfaatkan diskon.
f. Menghadapi kenaikan harga dimasa yang akan dating.

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Baku

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan besarnya persediaan yang


harus diadakan, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain.
pertimbangan satu akan mempengaruhi pertimbangan lainnya.

Menurut Prawirosentaro (2000) dalam Fajrin (2015) operasi membagi faktor-


faktor sebagai berikut :

1. Perkiraan Pemakaian Bahan Baku


Besarnya tingkat persediaan dan pembeliaan bahan baku akan dilakukan
pada suatu periode tertentu dipengaruhi oleh besarnya perkiraan bahan
baku untuk proses produksi pada periode tersebut. Perkiraan kebutuhan
bahan baku berhubungan dengan perencanaan produksi yang telah disusun
berdasarkan perencanaan penjualan dan tingkat persediaan barang jadi
yang diinginkan.
2. Harga Bahan
Harga bahan merupakan dasar perhitungan besarnya dana yang tersedia
untuk pengadaan bahan baku. Dalam hal ini perlu diingat dana yang terkait
dengan persediaan juga terbatas.
3. Biaya Persediaan Bahan Baku

11
Biaya-biaya persediaan bahan perlu diperhitungkan dalam penentuan
besarnya persediaan bahan baku,

2.5 Metode EOQ ( Economic Order Quantity)


Model kuantitas pesanan ekonomis (Economic Order Quantity-EOQ)
adalah salah satu teknik control persediaan tertua dan paling dikenal. Sebuah
teknik kontrol persediaan yang meminimalkan
biaya total dari pemesanan dan penyimpanan (Heizer dan Render, 2008
dalam Maulana (2015).
Asumsi dalam metode EOQ.
1) Jumlah Permintaan Diketahui, Konstan, Dan Independen
2) Waktu Tunggu – yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan konstan.
3) Peneriman persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata
lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada
suatu waktu.
4) Tidak Tersedia Diskon Kuantitas.
5) Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan
(biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu
(biaya penyimpanan atau membawa).
6) Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya
dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Menurut Diana, 2013. Teknik yang digunakan dalam menentukan


kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya persediaan dapat dicari
dengan rumus:

2 Ds
Economic Order Quantity=
√ h
Dimana :

EOQ = Kuantitas pemesanan yang Ekonomis

12
D= Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan (Kg)

S= Biaya yang dikeluarkan setiap kali pemesanan (Rp)

H= Biaya penyimpanan setiap unit persediaan (Rp)

2.7 Penelitian Terdahulu

Tahun Alat
No Nama Variabel Keterangan
Penelitian Analisis
-Metode EOQ Lebih efisien
-Kuantitas pemesanan
dari pada cara perhitungan
-ekonomis
tradisional perusahaan
-Frekuensi Pembelian
 
-Biaya Pemesanan
2012 EOQ
-Biaya Penyimpanan  
-Total Biaya Pembelian  
Rahardyan Dwa Prihasdi, -Persediaan Pengaman  
1 Shiddiq Nur Rahardjo -Titik Pemesanan  
    -Kembali  
- Metode EOQ lebih
efisien dibandingkan
dengan metode
Ulang (Reoder point) konvensional perusahaan
2 2011 EOQ
Persediaan Pengaman - Gudang Untuk
Happy Ganadial Stephyna, menyimpan safety stock
Bambang Munas Dwi dapat meminimalisir total
Yanto cost

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari sampai
dengan maret 2017 dan berlokasi di UD. Mie Steven Pinasungkulan Karombasan
Manado.

3.2. Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dilapangan serta
wawancara secara langsung. Wawancara dilakukan dengan pihak perusahaan.Data
sekunder diperoleh dari literatul yang relevan, serta dokumen dan laporan yang
dimiliki oleh perusahaan dan instansi terkait.
3.3. Konsep Pengukuran Variabel
Ada variabel yang diteliti adalah :
1. Jumlah Kebutuhan Bahan Baku (kg/bulan)
2. Biaya Pemesanan (Rp) adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
pemesanan bahan baku, antara lain :
a. Biaya Pengadaan Bahan Baku
b. Biaya Angkutan
c. Biaya Buruh Angkut dan Pembongkaran
3. Biaya Penyimpanan (Rp) adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan peyimpanan bahan baku, antara lain :
a. Biaya Penerangan
b. Biaya Penanganan Persediaan
4. Biaya Total Persediaan (Total Inventory Cost), merupakan penjumlahan
total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan bahan baku (Rp).
5. Pemesanan Ulang (Reorder Cycle), saat atau waktu tertentu perusahaan
harus mengadakan pemesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku
dasar yang dibeli khususnya dengan metode Economic Order Quantity.

14
3.4. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode Economic Order Quantity (EOQ).
2 Ds
Economic Order Quantity=
√ h
Ket. :
D = Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan (kg)
S = Biaya yang dikeluarkan setiap kali pemesanan (Rp)
H = Biaya Penyimpanan setiap unit persediaan (Rp)

Biaya Simpan = ( Q2 ) h
Ket. :
Q = Jumlah bahan baku yang dipesan setiap kali pemesanan (kg)
H = Biaya penyimpanan (Rp)

Biaya Pesan = ( QD ) s
Ket. :
D = Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan (kg)
Q = Jumlah bahan baku yang dipesan setiapkali pesanan (kg)
S = Biaya yang dikeluarkan setiap kali pemesanan (Rp)

Total Biaya Persediaan( TIC) = BP+ BS


Ket. :
BP = Biaya pesan ( Rp)
BS = Biaya simpan (Rp)

O
Pemesanan Ulang : P =
Q

Ket. :

15
P = Siklus Pesan Ulang
O = Kebutuhan dalam suatu periode suatu perencanaan (kg)
Q = Jumlah Bahan baku yang dipesan setiap kali pemesanan (kg)

W
Periode Waktu Setiap kali Pemesanan UlangY =
P
Ket. :
Y = Periode waktu perencanaan (Hari)
P = Siklus Pemesanan Ulang
W = Periode Waktu Setiap siklus Pemesanan Ulang (Hari)

Tingkat Pemakaian Saat Pemesanan Ulang:


D Q
Δ Δ
ΔW ΔY
Ket. :
D = Kebutuhan dalam suatu Periode Perencanaan (kg)
ΔW = Periode Waktu setiap siklus Pemesanan Ulang (hari)
Q = Jumlah Pemesanan Persediaan (kg)
ΔY = Periode Waktu Perencanaan (hari)

3.5. Rencana Penelitian

Bulan
No Kegiatan Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Seminar Proposal
3. Perbaikan
4. Pengambilan Data
5. Pengolahan Data
6. Supervisi
7. Penyusunan
Laporan
8. Seminar Hasil
9. Perbaikan
10. Ujian Skripsi

3.6. Biaya Kegiatan

16
Biaya penelitian ini seluruhnya ditanggung oleh peneliti dengan perincian
sebagai berikut :

NO KEGIATAN JUMLAH ( RP )

1 Persiapan Proposal 100,000


2 Seminar Usulan Penelitian 1,500,000
3 Perbaikan 100,000
4 Pengambilan Data 500.000
5 Penyusunan Laporan 100.000
6 Supervisi 750,000
7 Seminar Hasil Penelitian 1,500,000
8 Perbaikan 100,000
9 Ujian Skripsi 3,000,000
10 Perbaikan 100,000
11 Penggandaan 250,000
12 Biaya Tak Terduga 100,000
  Total Rp. 8.100.000

3.7. Organisasi Penelitian


Komisi Pembimbing
Ketua : Dr. Ir. Tommy F. lolowaang, MSi
Anggota : Dr.Ir. Nordy F.L. Waney, MSi

Peneliti
Nama : Megawati Sengkeunaung
NRI : 13031104075
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis

3.8 Biaya Penelitian


Seluruh biaya peneliti ditanggung oleh peneliti

DAFTAR PUSTAKA

17
Anny, Antonius. 2016. Analisis Persediaan Bahan Baku Kelapa Pada PT.
DIMEMBE NYIUR AGRIPRO (DNA) Di Desa Tetey Jaga 1
Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara.Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Fajrin, Eldwidho H. 2015. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada
Perusahaa Roti Bonansa. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.

Fitriani. 2013. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Eastern


Pearl Flour Mills Makassar. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Haming, M. 2007. Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa.


Penerbit : Bumi Aksara. Jakarta.

Handoko, 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit:


BPFE Yogyakarta.

Karumarudin, Rizki. 2015. Analisis Pengendalian Persediaan Tepung Terigu


Dan Gula Pasir Dengan Menggunakan Metode Economic Order
Quantity Pada Ibu Basuki Bakery. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Univertitas Negeri Semarang.

Khairini Sofyan, Diana 2013. Perencanaan Dan Pengendaliaan Produksi,


Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Malik, Muh. Taufik. 2013. Analisis Persediaan Bahan Baku Kertas


Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) Pada Harian
Tribun Timur Makassar. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Maulana, Ardy. 2015. Analisis Efisiensi Persediaan Bahan Baku Susu Sapi
Murni Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada
Soto Sedeep. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Semarang.

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi Bidang Bisnis. PT.


RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Simbar,Mutiara. 2014. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu


Cempaka Pada Industri Mebel Dengan Menggunakan Metode EOQ.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Siswanto, H. B. 2008. Pengantar Manajemen. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

18
Wahyuningsish, Restu. 2011. Analisis Pengendaliaan Persediaan Bahan Baku
Pada PT. DASGAP ENDURA EATORE Di Kawasan Industri Sentul,
Bogor. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai