Anda di halaman 1dari 18

MASALAH TENAGA KERJA

INDONESIA (TKI) DAN SOLUSINYA

DISUSUN OLEH ;

FRANKIE SIMBAR

17202103020

PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan faktor pendukung perekonomian suatu Negara. Untuk


memajukan perekonomian suatu Negara diperlukan tenaga kerja yang berkualitas. Dalam
suatu Negara, tenaga kerja ada yang dipekerjakan di dalam dan di luar Negara itu sendiri.
Seperti halnya Indonesia, tenaga kerja Indonesia banyak bekerja di luar negeri. Tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di luar negeri, dapat menghasilkan devisa Negara yang turut
mendukung perekonomian Indonesia. Sehingga mereka dikenal dengan istilah pahlawan
devisa Negara.
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah dengan keterampilan
dan keahlian yang kurang memadai (minim), sehingga belum mempunyai keterampilan dan
pengalaman yang baik serta maksimal untuk memasuki dunia kerja. Dengan demikian
kualitas tenaga kerja di Indonesia tergolong rendah. Kualitas tenaga kerja yang rendah
mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Karena mayoritas perusahaan-
perusahaan atau lapangan kerja lainnya lebih memilih tenaga kerja yang berkualitas baik.
Sehingga jarang tenaga kerja mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Keterampilan dan
pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan. Rendahnya tingkat
pendidikan akan membuat tenaga kerja Indonesia minim akan penguasaan serta
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan ketidaktahuan atau ketidakpahaman tenaga kerja Indonesia tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tenaga kerja Indonesia akan mengeluarkan biaya yang
tinggi dalam membuat hasil produksinya (mencari cara yang tidak berhubungan dengan
teknologi canggih dengan mengeluarkan biaya besar). Tenaga kerja Indonesia yang
pengetahuannya rendah akan ilmu teknologi, akan membuat produknya dengan cara yang
sederhana atau tradisional sehingga hasilnya kurang maksimal. Berbeda dengan proses
produksi yang menggunakan teknologi canggih, hasil produknya akan lebih berkualitas
dibandingkan dengan proses pembuatan secara sederhana atau tradisional. Maka, jumlah hasil
produksinya akan lebih sedikit, karena proses pembuatannya tidak efektif (lambat)
dibandingkan dengan hasil produksi yang menggunakan teknologi canggih. Tingginya biaya
produksi mengakibatkan hasil produksi Indonesia rendah dan sulit bersaing dengan produk
negara lain.
Selain itu, kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah juga di latarbelakangi oleh
faktor kondisi internal tenaga kerja, seperti motivasi kerja, pengalaman kerja,
keahlian/keterampilan, tingkat kehadiran, inisiatif dan kreativitas, kesehatan serta
perilaku/sikap. Sedangkan untuk faktor eksternal, meliputi: kedisiplinan kerja, tingkat
kerjasama, perasaan aman dan nyaman dalam bekerja, teknologi yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan pekerjaan dan bidang pekerjaan sesuai dengan bidang yang
diminati. Motivasi bekerja yang kurang atau yang menunjukkan sifat kemalasan tenaga kerja
akan membuat pekerjaannya tidak membuahkan hasil yang baik dan maksimal. Keterampilan
tenaga kerja pun sangat mempengaruhi kualitas kerjanya. Sehingga kualitas tenaga kerja
Indonesia dan hasil produksinya kurang maksimal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tenaga kerja ?


2. Apa yang dimaksud dengan kualitas kerja ?
3. Seperti apa saja pekerjaan tenaga kerja Indonesia yang memiliki kualitas kurang
memadai ?
4. Bagaimana gambaran kualitas tenaga kerja Indonesia ?
5. Apa yang mengakibatkan kualitas tenaga kerja Indonesia rendah ?
6. Apa dampak yang akan terjadi apabila kualitas kerja tenaga kerja Indonesia rendah ?
7. Bagaimana cara penanggulangan kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenaga kerja dan Kualitas kerja


Pengertian tenaga kerja

Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada
dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif, yakni dari usia 15-65
tahun.

Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan
menganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia termasuk
dalam angkatan kerja. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah,
ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka
mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan
kerja disebut juga angkatan kerja potensial. Pembagian tenaga kerja jika digambarkan dalam
bentuk bagan akan tampak seperti berikut.

Tenaga kerja berdasarkan keahliannya, dibagi menjadi:

1. Tenaga Kerja Terdidik / Tenaga Ahli / Tenaga Mahir

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau
kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non formal.

2. Tenaga Kerja Terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang
tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak memerlukan
pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai
bisa dan menguasai pekerjaan tersebut.
3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja.

B. Pengertian kualitas kerja

Kualitas kerja mengacu pada kualitas sumber daya manusia (Matutina,2001:205),


kualitas sumber daya manusia mengacu pada :

1. Pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih


berorientasi pada intelejensi dan daya fikir serta penguasaan ilmu yang luas yang
dimiliki karyawan.
2. Keterampilan (Skill), kemampuan dan penguasaan teknis operasional di bidang
tertentu yang dimiliki karyawan.
3. Abilities yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki
seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama dan tanggung
jawab.

Kualitas kerja adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja yang
dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas-tugasnya. Inti dari kualitas kerja adalah
suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran
perusahaan dengan baik dan berdaya guna.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan memberikan
pelatihan atau training, memberikan insentive atau bonus dan mengaplikasikan atau
menerapkan teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

C. Pekerjaan tenaga kerja Indonesia dengan kualitas kurang


memadai
Di negara kita sendiri yakni Indonesia masih banyak sekali tenaga-tenaga kerja yang
memiliki kualitas yang rendah dan atau kurang memadai. Indonesia masih berada di titik
rendah, yaitu sulit bersaing dengan negara lain. Barang maupun jasa dari tenaga kerja
Indonesia yang kurang berkualitas itulah yang menyebabkan Indonesia sulit bersaing dengan
produk negara lain.
Indonesia jarang mengekspor hasil produksinya, justru Indonesia lebih sering
mengimpor barang dari negara luar karena barang buatan negara luar seperti Amerika, Cina,
Jepang, dan sebagainya masih lebih berkualitas dibandingkan dengan barang/produk buatan
Indonesia. Padahal, Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA). Oleh karena pengetahuan
yang minim akan cara untuk mengeksploitasikan sumber dayanya sendiri, mengakibatkan
negara lain yang mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) Indonesia. Sehingga sumber daya
alam tersedia dengan cuma-cuma atau tidak ada hasilnya.
Banyak tenaga kerja Indonesia yang kualitasnya rendah, contohnya; buruh harian,
pemulung, penjual koran, PSK (Pekerja Seks Komersial), dan sebagainya. Buruh harian,
biasanya kualitas kerjanya kurang, karena kebanyakan orang yang bekerja menjadi buruh
harian dari desa-desa. Pemulung juga termasuk tenaga kerja Indonesia yang kualitasnya
rendah, bahkan lebih tidak berkualitas lagi dibandingkan yang lainnya. Hasil pendapatannya
pun kecil sekali.
Tenaga kerja Indonesia yang bekerja sebagai PSK, bukan hanya kualitasnya yang
rendah, bahkan dapat menurunkan harga dirinya sendiri. Tenaga kerja ini pendapatannya
masih lumayan besar dibandingkan dengan yang lain, karena pekerjaan ini biasanya sulit
dicari, dan butuh pengorbanan sendiri. Adanya pekerjaan PSK akan menurunkan kualitas
atau martabat dirinya sebagai warga negara.

Pekerjaan dengan kualitas rendah

Pekerjaan dengan kualitas rendah didefinisikan dengan upah rendah dan tingkat stres
yang tinggi. Meski orang harus menghargai semua profesi, namun kenyataannya orang yang
bekerja dengan pekerjaan kualitas rendah lebih banyak mengalami masalah kesehatan mental.
Pekerja yang tergolong pekerjaan rendah dalam sebuah penelitian yang dilakukan mengalami
gangguan mental yang lebih buruk daripada pengangguran. Tingkat depresi, kecemasan dan
emosi negatif lebih tinggi.
Peneliti dari The Australian National University di Canberra, Australia menuturkan
memiliki pekerjaan tidak selalu memberikan keuntungan bagi kesehatan mental. Studi
menunjukkan orang pengangguran yang mendapatkan pekerjaan dengan kualitas rendah
justru memperburuk kondisi kesehatan mentalnya. "Temuan ini menunjukkan seharusnya
tidak hanya mengurangi pengangguran yang menjadi fokus. Tapi kondisi pekerjaan termasuk
manfaat, jam kerja dan fleksibilitas juga harus dipertimbangkan," ujar Joseph Grzywacz dari
Wake Forest University School of Medicine di Winston-Salem, seperti dikutip dari
LiveScience, Rabu (16/3/2011).
Grzywacz menuturkan orang-orang cenderung berpikir bahwa semua pekerjaan
diciptakan sama. Tapi hasil studi ini menjadi bukti lebih lanjut bahwa semua pekerjaan tidak
diciptakan dengan sama. Peneliti melakukan studi selama 7 tahun yang dimulai pada tahun
2001. Kualitas pekerjaan yang dinilai berdasar 4 faktor yaitu stres dan tingkat permintaan,
jumlah karyawan yang mengontrol satu pekerjaan, keamanan kerja serta apakah pekerja
dibayar dengan wajar atau tidak. Setelah mempertimbangan berbagai faktor seperti usia, jenis
kelamin, status pernikahan dan tingkat pendidikan diketahui bahwa kesehatan mental
pengangguran setara atau kadang lebih baik dari orang yang bekerja dengan pekerjaan yang
buruk. Orang dengan kualitas pekerjaan yang buruk menunjukkan penurunan kesehatan
mental yang lebih besar dari waktu ke waktu dibandingkan dengan orang yang menganggur.
Sedangkan orang dengan kualitas pekerjaan yang tinggi diketahui mengalami peningkatan
rata-rata skor kesehatan mental sebesar 3 poin. Hasil ini dilaporkan secara online dalam
jurnal Occupational and Environmental Medicine.

D. Gambaran Tenaga Kerja Indonesia

Tenaga kerja Indonesia


Pertumbuhan penduduk yang besar, pesebaran penduduk yang tidak merata dan
minimalnya lapangan pekerjaan dan tingginya gaji serta fasilitas yang dijanjikan
menyebabkan munculnya fenomena migrasi tenaga kerja, selanjutnya para pekerja ini
dikenalkan dengan istilah pekerja migran. Di Indonesia pengertian ini merunjuk pada Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) baik laki-laki maupun perempuan yang tersebar dibeberapa negara.
Pengiriman TKI Indonesia masih berlangsung ke negara-negara ekonomi maju di sekitar Asia
seperti Taiwan, Singapura, Brunei, Korea, jepang, dan Malaysia. Dan juga ke negara Arab.
Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di lakukan dikarenakan permintaan yang tinggi
dari negara-negara tujuan tersebut juga disebabkan beberapa hal, yaitu sempitnya lapangan
pekerjaan di Indonesia dan juga besarnya gaji yang dijanjikan.
Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupakan program nasional dalam
upaya peningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya serta pengembangan kualitas
sumber daya manusia. Penempatan tenaga kerja ke luar dapat dilakukan dengan
memanfaatkan pasar kerja internasional melalui peningkatan kualitas kompetensi tenaga
kerja disertai dengan perlindungan yang optimal sejak sebelum keberangkatan, selama
bekerja di luar negeri sampai tiba kembali ke Indonesia. Menurut pasal 1 UU no 13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, selanjutnya dijelaskan dalam pasal 4 bahwa
pemerintah mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
Pemerintah mengatur penyediaan tenaga kerja dalam kualitas dan kuantitas yang
memadai, serta mengatur penyebaran tenaga kerja sedemikian rupa sehingga memberi
dorongan kearah penyebaran tenaga kerja yang efisien dan efektif, pemerintah juga mengatur
penggunaan tenaga kerja secara penuh dan produktif untuk mencapai kemanfaatan yang
sebesar-besarnya dengan menggunakan prinsip tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang
tepat.

Tenaga Kerja Indonesia Legal


TKI yang bekerja di luar negeri dapat dikelompokan menjadi TKI legal dan TKI
ilegal, TKI legal adalah tenaga kerja Indonesia yang hendak mencari pekerjaan di luar negeri
dengan mengikuti prosedur dan aturan serta mekanisme secara hukum yang harus ditempuh
untuk mendapatkan izin bekerja di luar negeri, para pekerja juga disertai dengan surat-surat
resmi yang menyatakan izin bekerja di luar negeri. TKI legal akan mendapatkan
perlindungan hukum, baik itu dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah negara
penerima. Oleh karena itu para TKI ini juga harus melengkapi persyaratan legal yang
diajukan oleh pihak imigrasi negara penerima.

Tenaga Kerja Indonesia Ilegal


TKI ilegal adalah tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri namun tidak
memiliki izin resmi untuk bekerja di tempat tersebut, para TKI ini tidak mengikuti prosedur
dan mekanisme hukum yang ada di indonesia dan negara penerima.
Empat kategori pekerja asing dianggap ilegal:
1. mereka yang bekerja di luar masa resmi mereka tinggal
2. mereka yang bekerja di luar ruang lingkup aktivitas diizinkan untuk status mereka
3. mereka yang bekerja tanpa status kependudukan yang izin kerja atau tanpa izin
4. orang-orang yang memasuki negara itu secara tidak sah untuk tujuan terlibat dalam
kegiatan yang menghasilkan pendapatan atau bisnis.
Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Luar Negeri
Permasalahan-permasalahan yang terjadi menyangkut pengiriman TKI keluar negeri
terutama tentang ketidaksesuaian antara yang diperjanjikan dengan kenyataan, serta adanya
kesewenangan pihak majikan dalam memperkerjakan TKI. Selain itu sering terjadi
penangkapan dan penghukuman TKI yang dikarenakan ketidaklengkapan dokumen kerja
(TKI ilegal). Hal-hal ini menimbulkan ketegangan antara pihak pemerintah dengan negara-
negara tujuan TKI tersebut dan apabila didiamkan akan menimbulkan terganggunya
hubungan bilateral kedua negara.
Bukan hanya masalah yang disebabkan karena faktor dari negara penerima saja yang
banyak melanggar hak dari para TKI, akan tetapi masalah-masalah TKI juga dikarenakan
faktor dari para calon TKI itu sendiri. Salah satu contoh seperti kurangnya kesadaran bahwa
menjadi TKI ilegal tidak memiliki perlindungan hukum. Permasalahan ini menyebabkan
banyaknya tindak kejahatan terhadap TKI seperti pelanggaran HAM, pemerkosaan, dan
pemotongan gaji oleh majikan. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban melindungi para TKI
dari permasalahanpermasalahan tersebut seperti yang telah tercantum dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI yang dimana pemerintah wajib memberikan
perlindungan kepada TKI sebelum keberangkatan sampai pulang kembali ke Indonesia.
Menurut data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
(KEMNAKERTRANS), pada tahun 2008 jumlah TKI yang bermasalah antara lain :
Hasil Sweeping Tahun 2008-TKI Bermasalah.
NO. KETERANGAN JUMLAH TKI
1. CTKI unfit 76
2. CTKI Buta huruf 38
3. Dokumen tidak lengkap 352
4. Dibawah umur 70
5. Hamil 1
6 .Dokumen palsu 153
Tenaga kerja Indonesia yang bermasalah sebagian besar dikarenakan para Tenaga
Kerja Indonesia tersebut tidak memiliki dokumen secara lengkap. Dan banyak juga dari para
tenaga kerja Indonesia yang menggunakan dokumen palsu. Hal-hal tersebut merupakan
sebab-sebab munculnya berbagai kasus yang terjadi belakangan ini seperti pelanggaran HAM
(Hak Asasi Manusia), penyiksaan terhadap TKI dan juga perdagangan manusia.
Dengan dokumen yang tidak lengkap ataupun dokumen palsu para Tenaga Kerja
Indonesia yang bekerja di luar negeri tidak mempunyai perlindungan hukum dikarenakan
status mereka pun adalah sebagai Tenaga Kerja Indonesia ilegal.

Kebijakan dan Strategi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri.
Dasar hukum atau landasan dasar penyelenggaraan program PTKLN (penempatan
tenaga kerja luar negeri) yaitu dalam rangka memenuhi hak setiap warga negara untuk
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, sebagaimana amanat
UUD 1945. Dikarenakan pasar kerja di dalam negeri tidak mampu menyerap seluruh
angkatan kerja yang ada, maka pasar kerja luar negeri menjadi pilihan bagi sejumlah tenaga
kerja untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan demikian, dasar hukum yang digunakan untuk
mengatur penyelenggaraan PTKLN pada saat ini adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor Kep.104A/MEN/2002 tentang penempatan TKI ke luar negeri.
Disamping itu terdapat pula produk hukum terkait dengan penyelenggaraan PTKLN,
misalnya Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2000 tentang Badan Koordinasi Penempatan
TKI.
Pelaksanaan PTKLN diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Nomor Kep.104A/MEN/2002 tentang penempatan tenaga kerja Indonesia ke
luar negeri. Disebutkan antara lain hal-hal sebagai berikut :
1. Penempatan TKI adalah kegiatan penempatan tenaga kerja yang dilakukan dalam rangka
mempertemukan persediaan TKI dengan permintaan pasar kerja di luar negeri dengan
menggunakan mekanisme antar kerja.
2. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun
perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian
kerja melalui prosedur penempatan TKI.
3. Penemptan TKI dilakukan oleh lembaga pelaksana terdiri atas Perusahaan Jasa Tenga
Kerja Indonesia (PJTKI) dan instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
penempatan TKI ke luar negeri. Sampai saat ini, penempatan TKI sebagian besar dilakukan
oleh PJTKI, yaitu badan usaha berbentuk perseroan terbatas yang mendapatkan izin usaha
penempatan TKI oleh Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi.
E. Penyebab kualitas tenaga kerja Indonesia rendah

1. Rendahnya tingkat penguasaan teknologi


Sesuai dengan data yang tercatat oleh Depnakertrans tahun 2003, terlihat bahwa 78 %
tenaga kerja Indonesia berpendidikan SD dan yang lulusan universitas hanya sekitar 3 %, hal
ini menunjukkan betapa rendahnya kualitas tenaga kerja Indonseia. Sehingga sebagian besar
tenaga kerja tidak memiliki keahlian dan keterampilan khusus. Rendahnya tingkat
pendidikan tenaga kerja Indonesia akan membuat tenaga kerja tidak mampu dalam
menguasai ilmu teknologi, dapat disebut juga tenaga kerja gagap teknolgi (Gaptek) Pekerjaan
yang berkaitan dengan teknologi pasti akan sulit di mengerti oleh tenaga kerjanya. Sehingga
hasil kerjanya pun otomatis akan berkualitas rendah. Dan akhirnya daya saingnya rendah
pula.

2. Terbatasnya fasilitas infrastruktur


Terbatasnya fasilitas-fasilitas infrastruktur akan mengakibatkan produksi barang
semakin rendah. Jika fasiltas infrastruktur atau alat yang hendak dipergunakan terbatas,
tenaga kerja terpaksa memilih membuatnya dengan olahan tangan sendiri. Hal tersebut
belum tentu beroleh hasil yang bermutu tinggi, sehingga daya saing barang produksi tersebut
kalah banding dengan barang produksi negara lain. Hal itulah yang menyebabkan kualitas
tenaga kerja Indonesia semakin rendah.

3. Kemampuan bekerja keras yang rendah


Tenaga kerja yang tidak mampu bekerja keras dan tidak produktif, dapat menjadi
salah satu penyebab kualitas kerja rendah. Hal tersebut dinyatakan berdasarkan seberapa
mampu kerja keras tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tidak mampu bekerja keras, maka
hasilnya pun akan kurang baik atau kurang berkualitas. Kemampuan kerja keras tenaga kerja
dapat ditinjau dari kesehatan maupun kondisi fisiknya. Semakin sehat keadaan tenaga kerja,
maka hasil kerja akan semakin bagus dan berkualitas, justru sebaliknya semakin buruk
keadaaan tenaga kerja, maka hasil pekerjaannya akan semakin buruk pula atau tidak
berkualitas.
Selain kesehatan, perbandingan antara SDM (Sumber Daya Manusia) dengan
SDA(Sumber Daya Alam) sangat renggang. Sumber daya manusia lebih sedikit dibandingkan
sumber daya alam.
Hal ini disebabkan manusia yang tinggal di daerah subur terlena akan kekayaan
sumber daya alam yang terdapat di sekelilingnya sehingga malas untuk mengeksploitasikan
sumber daya alam. Indonesia merupakan negara yang subur dan kaya akan sumber daya
alam. Sedangkan jika dibandingkan dengan negara Jepang yang sumber daya alamnya
sedikit serta kondisi geografis dengan bentuk negara kepulauan dan rawan bencana, membuat
masyarakat Jepang kebanyakan bersifat pekerja keras karena bermotivasi untuk maju juga
tidak mau kalah dari Negara lain yang kaya akan sumber daya alam sehingga dapat
menghasilkan hasil produksi seperti barang elektronik, alat transportasi, mainan, makanan,
dan lainnya yang berkualitas.

4. Faktor Usia
Tenaga kerja Indonesia yang usianya lebih dari usia produktif (manula) biasanya
kemampuan bekerjanya kurang, karena tenaga kerja tersebut belum tentu bermental bagus.
Sehingga dapat menghasilkan kualitas kerja yang rendah. Usia yang lebih baik dan cocok
untuk menjadi tenaga kerja ialah usia produktif, yakni dari 15-44 tahun agar hasil kerjanya
lebih baik.

F. Dampak kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah

1. Barang dan jasa yang dihasilkan kurang memuaskan


Tenaga kerja Indonesia yang kualitas kerjanya rendah akan berdampak negatif bagi
negara sendiri. Barang dan jasa yang dihasilkan kurang memuaskan. Akibatnya negara
Indonesia lebih banyak menimpor produk luar negeri dari pada mengekspor produk sendiri.
Sehinggga akan menimbulkan banyak hutang di luar negeri, dan membuat Indonesia berada
di titik perekonomian yang rendah dengan pendapatan perkapita rendah.
2. Banyaknya pengangguran
Tenaga kerja Indonesia yang kualitasnya rendah akan lebih banyak menjadi
pengangguran, karena dunia kerja lebih banyak menerima tenaga kerja yang berkualitas
tinggi. Sehingga Indonesia angka penganggurannya tinggi. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang
ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur
dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan
tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia


Penyebab Pengangguran Penyebab terjadinya pengangguran di Indonesia, di antaranya adalah
sebagai berikut.
a.Tekanan demografis dengan jumlah dan komposisi angkatan kerja yang besar.
b.Pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan
kerja.
c.Jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.
d.Kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.
e.Terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang disebabkan, antara lain perusahaan yang
menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomiatau keamanan yang kurang
kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan
sebagainya.
f.Kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
g.Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha.
h.Masih sulitnya arus masuk modal asing.
i.Iklim investasi yang belum kondusif.
j.Tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang masih lesu.
k.Kemiskinan.
l.Ketimpangan pendapatan.
m.Urbanisasi.
n.Stabilitas politik yang tidak stabil.
o.Perilaku proteksionis sejumlah negara maju dalam menerima ekspor dari negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia.
p. Keberadaan pasar global.

Faktor mendasar penyebab masih tingginya pengangguran di Indonesia


Pengangguran masih tinggi karena permintaan kerja sangat sedikit dibandingkan
tenaga kerja yang tersedia. Penyebab lain, kata dia, kualitas SDM itu sendiri yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan di lapangan, antara lain dikarenakan penciptaan SDM oleh
perguruan tinggi yang belum memadai, atau belum mencapai standar yang ditetapkan. SDM
yang tidak memadai ini bisa disebabkan kurikulum perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan industri, dan juga anggaran yang disediakan pemerintah untuk sektor
pendidikan yang masih rendah sehingga yang dihasilkanpun tidak mencapai ‘buah’ yang
maksimal. Mensiasati untuk meminimalisasikan pengangguran di Indonesia, sebaiknya para
pendidik di perguruan tinggi jangan lagi berorientasi pada penciptaan tenaga kerja, tetapi
harus diarahkan penciptaan terhadap lapangan kerja atau kewirausahawan.

DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN


1. Pendapatan nasional menurun
2. Pendapatan per kapita masyarakat rendah
3. Produktivitas tenaga kerja rendah
4. Upah yang rendah
5. Investasi dan pembentukan modal rendah
6. Sumber utama kemiskinan
7. Pemborosan sumber daya dan potensi yang ada
Dampak sosial lainnya yang ditimbulkan oleh pengangguran sehingga akan berpengaruh
terhadap pelaksanaan pembangunan nasional, antara lain:
a. menjadi beban keluarga dan masyarakat;
b. penghargaan diri yang rendah;
c. kebebasan yang terbatas;
d. mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal.
Berikut beberapa cara yang ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi masalah
pengangguran.
1. Menciptakan kesempatan kerja, terutama di sektor pertanian melalui penciptaan iklim
investasi yang lebih kondusif.
2. Menumbuhkan usaha-usaha baru, memperluas kesempatan berusaha, dan mendorong
pengusaha-pengusaha memperluas usahanya atau membuka investasi baru.
3. Meningkatkan keterampilan tenaga kerja menuju profesionalisme.
4. Meningkatkan kualitas tenaga kerja sesuai dengan tuntutan dunia industri dan dunia usaha
melalui perbaikan isi kurikulum sistem pendidikan nasional.
5. Untuk menumbuhkembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu
keberpihakan kebijakan, termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat
suku bunga kecil yang mendukung.
6. Pembangunan nasional dan kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi
kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan
kerja.
7. Kebijakan pemerintah pusat dengan kebijakan pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan
perluasan kesempatan kerja. Penempatan tenaga kerja Indonesia memiliki kompetensi dengan
kualitas yang memadai di luar negeri.

3. Masyarakat Indonesia bersifat konsumtif


Akibat kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah, masyarakat akan lebih banyak
mengkonsumsi barang dan jasa dari negara lain dari pada memproduksi atau menghasilkan
barang dan jasa sendiri.
4. Barang dan Jasa yang dihasilkan daya saingnya rendah
Barang dan jasa yang dihasilkan tenaga kerja Indonesia kebanyakan daya saingnya
rendah. Hal tersebut dikarenakan kualitas dari hasil kerja tenaga kerja Indonesia yang rendah.
Sehingga mutu dan daya saingnya masih kalah banding dengan negara lain. Di era globalisasi
sekarang, sistem perdagangan di dunia sangatlah ketat, sehingga sulit untuk Indonesia
melakukan persaingan.

G. Penanggulangan kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah


Fakta di lapangan sering menunjukkan kepada kita bahwa kualitas tenaga kerja
Indonesia harus ditingkatkan. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi ekonomi dan
perdagangan bebas yang memungkinkan masuknya tenaga-tenaga kerja asing ke tanah air,
maka pemerintah dan masyarakat Indonesia mutlak harus meningkatkan kualitas tenaga
kerjanya agar mampu bersaing dengan tenaga kerja luar negeri.
Sebagai gambaran, saat ini kualitas tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri
masih dianggap lebih rendah dibanding kualitas tenaga kerja dari negara tetangga seperti
Filipina. Dengan bukti bahwa tenaga kerja Filipina dihargai (dibayar) beberapa kali lipat
lebih mahal dibanding tenaga kerja Indonesia. Oleh karena itu, sudah selayaknya bila
pemerintah dan masyarakat berupaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.
Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui:
1. Jalur formal, seperti sekolah umum, sekolah kejuruan dan kursus-kursus.
2. Jalur nonformal, yang terdiri atas:
a. Latihan kerja, yaitu kegiatan untuk melatih tenaga kerja agar memiliki keahlian dan
keterampilan di bidang tertentu sesuai tuntutan pekerjaan. Dalam hal ini Departemen Tenaga
Kerja sudah mendirikan BLK (Balai Latihan Kerja) di setiap Daerah Tingkat II.
b. Magang, yaitu latihan kerja yang dilakukan langsung di tempat kerja. Magang umumnya
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan
yang dianggap tepat sebagai tempat latihan kerja. Tujuannya, setelah magang siswa menjadi
tenaga kerja yang siap pakai. Kegiatan magang merupakan bagian dari proses Link and
Match (Keterkaitan dan Kecocokan).
c. Meningkatkan kualitas mental dan spiritual tenaga kerja. Untuk meningkatkan kualitas
tenaga kerja, tidak hanya mengutamakan segi pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Akan
tetapi, kualitas mental dan spiritual seperti: keimanan, kejujuran, semangat kerja,
kedisiplinan, terampil, inovatif, cerdas, bisa saling menghargai dan bertanggung jawab juga
perlu ditingkatkan juga perlu ditingkatkan.
d. Meningkatkan pemberian gizi dan kualitas kesehatan Tenaga kerja tidak mampu bekerja
dengan baik bila kurang gizi dan kurang sehat. Kurang gizi bahkan bisa menurunkan kualitas
otak (kecerdasan) yang justru sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Dengan demikian, peningkatan pemberian gizi dan kesehatan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja.
e. Meningkatkan pengadaan seminar, workshop yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu.
Pada umumnya tenaga kerja pada level menengah ke atas seperti kepala seksi, kepala
bagian dan sejenisnya dapat meningkatkan kualitas dirinya dengan mengikuti berbagai
seminar workshop dan sejenisnya. Peningkatan wawasan sangat berguna bagi tenaga kerja
pada level menengah ke atas, karena bisa digunakan untuk membantu dalam pengambilan
keputusan atau dalam pembuatan rencana dan strategi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dan uraian mengenai kualitas tenaga kerja Indonesia dapat di
simpukan bahwa tenega-tenaga kerja Indonesia masih belum dapat menghasilkan barang
maupun jasa yang berkualitas tinggi, daya saing masih rendah, dan minim akan penguasaan
atau pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta hasil pendapatan tenaga kerja
Indonesia rata-rata rendah.
Selain karena kualitasnya yang masih rendah, banyaknya penanam modal asing di
Indonesia dapat mempengaruhi penghambatan perekonomian Indonesia, karena hasilnya
lebih dikuasai oleh pemilik modal.

B. Saran dan Kritik

Telah di simpulkan bahwa tenaga kerja Indonesia kualitasnya masih rendah. Untuk
itu, kita sebagai generasi muda di sarankan untuk lebih meningkatkan lagi kerajinan,
keterampilan, juga keahlian diri kita, supaya negara kita kebih maju lagi dan penganguran
berkurang.

Mungkin hanya itu saja yang dapat kami sampaikan, semoga saran-saran maupun
kritik yang tidak terungkapkan selain ini oleh para pembaca dapat tertampi untuk lebih
meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai